You are on page 1of 9

LAPORAN KUALITAS AIR PADA INSTALASI BUDIDAYA IKAN LAUT

BALAI BUDIDAYA LAUT BATAM


BULAN MARET TAHUN 2011

DISUSUN OLEH :
ROMI NOVRIADI, S.Pd,kim
PENGENDALI HAMA DAN PENYAKIT IKAN AHLI PERTAMA

Analisa kualitas air pada bulan Maret 2011 secara rutin telah dilakukan
untuk beberapa titik sampling, antara lain : Perairan laut ( dalam hal ini perairan
KJA BBL Batam), Tower / Reservoir, Hatchery, Nursery, Bak kultur algae, dan
Bak Broodstock / bak pemeliharaan induk. Selain itu juga dilakukan pengambilan
sampel air mingguan untuk media air pemeliharaan dan sistem filterisasi yang
ada di lingkup balai Budidaya Laut Batam serta pengambilan sampel air pada
kegiatan monitoring pemantauan kesehatan ikan dan lingkungan.

Jumlah sampel air yang dianalisa selama bulan Maret tahun 2011 adalah
sebanyak 62 sampel air, yang berarti ada peningkatan sebesar 45%
dibandingkan jumlah sampel bulan Februari 2011. Sampel air yang diperoleh
selain berasal dari kegiatan rutin produksi Balai Budidaya Laut Batam, pada
bulan Maret 2011 ini juga terdapat 1 (satu) sampel eksternal yang berasal dari
kegiatan monitoring di PT. Indomarind, Moro-Karimun.

Tujuan Pemantauan Kualitas Air


Pemantauan kualitas air suatu perairan memiliki tiga tujuan utama, sebagai
berikut : (mason,1993)
1. Environmental Surveillance, yakni tujuan untuk mendeteksi dan
mengetahui pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu pencemar terhadap
kualitas lingkungan setelah pencemar tersebut dihilangkan.
2. Establishing Water-Quality Criteria, yakni tujuan untuk mengetahui
hubungan sebab akibat antara perubahan variabel-variabel ekologi perairan
dengan parameter fisika dan kimia, untuk mendapatkan baku mutu kualitas
air.
3. Appraisal of resources, yakni tujuan untuk mengetahui gambaran kualitas
air pada suatu tempat secara umum.

Pada hakekatnya, pemantauan kualitas air pada perairan umum memiliki tujuan
sebagai berikut :
1. Mengetahui nilai kualitas air dalam bentuk parameter fisika, kimia dan
biologi.
2. Membandingkan nilai kualitas air tersebut dengan baku mutu sesuai
dengan peruntukannya, menurut Peraturan Pemerintah RI No.20 tahun 1990
3. Menilai kelayakan suatu sumberdaya air untuk kepentingan tertentu
Penelaahan parameter kualitas lingkungan, termasuk kualitas air,
memerlukan suatu pemahaman yang memadai tentang pengertian (terminologi)
parameter kualitas lingkungan, keterkaitan antar parameter, hubungan kausatif
antar parameter, dan peran parameter-parameter tersebut dalam mempengaruhi
lingkungan. Oleh karena itu Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan Balai
Budidaya Laut Batam melakukan pengamatan dan penelaahan tentang kualitas
lingkungan perairan. Khususnya pada media pemeliharaan dan menjadi salah
satu fokus dalam mendukung keberhasilan produksi di BBL Batam.

Untuk melakukan tindakan pengendalian tersebut, maka Laboratorium


Kesehatan Ikan dan Lingkungan Sub Bagian Kualitas Air melakukan berbagai
analisa Rutin selama Bulan Maret 2011. dan hasil analisa tersebut ditampilkan
pada beberapa tabel berikut :

- Titik sampling KJA

Tabel 1. Data analisa kualitas air Perairan KJA BBL Batam (Maret 2011)

Untuk titik sampling unit Keramba Jaring Apung Balai Budidaya Laut Batam,
sampling dilakukan secara rutin 1 x dalam seminggu. Parameter yang diamati
meliputi : pH, oksigen terlarut, Suhu, salinitas, Nitrit, Nitrat, Amoniak, Posfat,
Total Bakteri Umum (TBU), dan Total Bakteri Vibrio (TBV) dalam massa air.
Untuk parameter Oksigen terlarut, pH dan suhu pengamatan dilakukan secara in
situ ( langsung dilapangan) dengan membawa alat-alat seperti pH meter, DO
meter, dan Termometer pada saat sampling dilakukan.

Adapun hasil analisa perairan dengan titik KJA adalah sebagai berikut :

No Parameter Baku Mutu Tanggal sampling


Kualitas Air Satuan 02-03 07-03 14-03 21-03 28-03
1 pH 7 – 8,5 7,83 7,96 7,73 7,89 7,93
2 Salinitas Alami ‰
30 32 32 32 30
33-34
3 NO2 < 0,1 mg/L 0 0 0 0 0
4 NO3 <1 mg/L 0 0 0 0 0
5 NH3 <0,02 mg/L 0 0,01 0,01 0,03 0,01
6 PO4 mg/L 0 0 0 0 0
7 Oksigen terlarut 4–8 mg/l 5,7 6,84 6,22 6,51 6,55
0
8 Temperatur 28-32±10 c 27,3 28,3 28,0 28,2 28,0
9 Total bakteri < 10000 1,77 x 1,9 x 4,95 x
- -
umum CFU/ml 103 103 103
10 Vibrio < 100 CFU/ml 1,56 x 1,18 x
- 0 -
103 103
Berdasarkan data hasil analisis kualitas air di perairan KJA BBL batam
dapat disimpulkan bahwa selama bulan Maret terdapat fluktuasi untuk beberapa
parameter kualitas air yang diamati, yakni : Suhu, Salinitas dan Ammonia (NH3)
dalam perairan.
Konsentrasi suhu berada pada kisaran 27,3 – 28,30 c dimana frekuensi
sampling adalah satu kali seminggu pada titik waktu yang sama, yakni pukul
08.30 WIB. Adanya fluktuasi suhu pada bidang akuakultur dapat mempengaruhi
sistem biologis dan kimia pada ikan. Ikan akan menyesuaikan suhu tubuh
mereka dengan melakukan pergerakan dari air yang bertemperatur rendah
menuju temperature tinggi guna meningkatkan metabolisme. Setiap spesies
memiliki kisaran suhu optimum yang akan menentukan pertumbuhan optimal
apabila ikan berada pada suhu rendah dapat menyebabkan kematian atau
pertumbuhan menjadi lambat..Setiap species memiliki batas minimum konsumsi
oksigen terlarut yang dipengaruhi oleh temperature.
Untuk salinitas, dikarenakan iklim yang cenderung tidak stabil memiliki
fluktuasi hingga 2 ppt, fluktuasi salinitas seperti ini sangat jarang terjadi di
perairan BBL Batam. Dengan adanya fluktuasi ini dikhawatirkan dapat
mengganggu proses osmoregulasi pada ikan budidaya.
Untuk ammonia, keberadaan yang ada dapat ditimbulkan dari limbah
pakan dengan kandungan protein tinggi, feces ikan, dan akumulasi kematian
unsur-unsur renik. Pada perairan KJA sangatlah sulit untuk melakukan tindakan
pengendalian karena posisi KJA yang berada di perairan bebas. Untuk
mengantisipasi hal ini perlu adanya tindakan manajemen pakan, manajemen
pemeliharaan dan manajemen kesehatan ikan agar konsentrasi ammonia dapat
diminimalisir. Konsentrasi yang diperoleh pada bulan Maret 2011 ini berada pada
rentang 0,01 – 0,03 mg/l. Berdasarkan BML, ammonia dipersyaratkan < 0,02
mg/l. Untuk itu perlu dilakukan antisipasi pemeberian pakan yang optimal sedini
mungkin.

Titik sampling Hatchery APBN


Table 2 . Data Kualitas Air Pemeliharaan Larva
Parameter Kualitas Air
Tanggal pH Suhu Salinitas D.O Keterangan/ No.Bak
0
( c) (‰) (mg/L)
1 Maret 7,92 / 8,01 28,4 / 29,9 32 / 32 6,7 / 7,2 Hatchery APBN Bak No.F
2 Maret 7,93 / 7,99 28,3 / 29,8 32 / 32 6,8 / 7,0 NH3 = 0,15 mg/l
NO3 = 0,2 mg/l
3 Maret 7,91 / 7,96 28,5 / 29,7 32 / 32 6,9 / 7,2 Hatchery APBN Bak No.5
4 Maret 7,92 / 8,03 28,5 / 29,6 32 / 32 6,9 / 7,0 Hatchery APBN Bak No.4
5 Maret 7,94 / 8,02 28,5 / 29,9 32 / 32 6,7 / 6,8 Hatchery APBN Bak No.3
6 Maret 7,94 / 7,99 28,5 / 29,7 32 / 32 7,0 / 7,3 Hatchery APBN Bak No.3
7 Maret 7,91 / 7,96 28,5 / 29,8 32 / 32 6,8 / 7,0 NH3 = 0,11 mg/l
NO2 = 0,005 mg/l
8 Maret 7,93 / 7,99 28,5 / 29,5 32 / 32 6,8 / 7,2 Hatchery APBN Bak No.2
9 Maret 7,92 / 8,02 28,3 / 30,1 32 / 32 6,9 / 7,4 Hatchery APBN Bak No.2
10 Maret 7,93 / 8,01 28,3 / 30,0 32 / 31 6,8 / 7,2 Hatchery APBN Bak No.D
11 Maret 7.,91 / 8,05 28,5 / 29,9 31 / 31 6,9 / 7,1 Hatchery APBN Bak No.D
12 Maret 7,92 / 8,04 28,4 / 29,7 32 / 32 6,9 / 7,0 Hatchery APBN Bak No.1
13 Maret 7,92 / 7,99 28,5 / 29,9 32 / 32 6,8 / 7,3 Hatchery APBN Bak No.1
14 Maret 7,92 / 8,03 28,5 / 30,1 32 / 32 6,9 / 7,3 NH3 = 0,64 mg/l
NO3 = 0,3 mg/l
15 Maret 7,89 / 8,01 28,6 / 29,9 32 / 32 6,8 / 7,5 Hatchery APBN Bak No.3
16 Maret 7,92 / 7,94 28,5 / 30,1 32 / 32 6,8 / 7,1 Hatchery APBN Bak No.3
17 Maret 7,93 / 7,98 28,6 / 29,8 32 / 32 6,9 / 7,3 Hatchery APBN Bak No.5
18 Maret 7,93 / 7,99 28,5 / 29,7 32 / 31 6,8 / 7,2 Hatchery APBN Bak No.7
19 Maret 7,95 / 8,03 28,4 / 29,9 32 / 31 6,7 / 8,0 Hatchery APBN Bak No.7
20 Maret 7,92 / 8,05 28,5 / 29,8 31 / 31 6,9 / 7,3 Hatchery APBN Bak No.1
21 Maret 7,93 / 8,06 28,5 / 29,9 31 / 31 6,8 / 7,2 NH3 = 0,84 mg/l
NO3 = 0,2 mg/l (3)
22 Maret 7,92 / 8,05 28,3 / 30,1 31 / 31 6,9 / 7,3 Hatchery APBN Bak No.3
23 Maret 7,95 / 8,03 28,3 / 30,0 31 / 31 6,8 / 7,1 Hatchery APBN Bak No.2
24 Maret 7,92 / 8,01 28,5 / 30,0 31 / 31 6,8 / 7,3 Hatchery APBN Bak No.2
25 Maret 7,93 / 8,06 28,3 / 30,1 31 / 31 6,7 / 6,9 Hatchery APBN Bak No.2
26 Maret 7,93 / 8,07 28,4 / 30,3 31 / 31 6,8 / 7,0 Hatchery APBN Bak No.1
27 Maret 7,92 / 8,04 28,3 / 29,8 31 / 31 6,8 / 7,1 Hatchery APBN Bak No.1
28 Maret 7,93 / 8,01 28,4 / 29,7 31 / 31 6,8 / 7,2 NH3 = 1,02 mg/l
NO3 = 0,3 mg/l (7)
29 Maret 7,88 / 7,92 28,4 / 29,9 31 / 31 6,8 / 7,3 Hatchery APBN Bak No.1
30 Maret 7,78 / 7,83 28,3 / 29,9 30 / 30 6,9 / 7,4 Hatchery APBN Bak No.7
31 Maret 7,89 / 7,95 28,5 / 30,0 30 / 30 7,0 / 7,2 Hatchery APBN Bak No.1
NH3 = 1,16 mg/l (1)
NH3 = 0,84 mg/l (2)

Pada budidaya ikan secara intensif kandungan ammonia yang sangat


tinggi biasanya disebabkan oleh sisa pakan yang mengandung protein tinggi.
Amonia dan limbah metabolik lainnya secara bertahap dapat dihapus oleh
proses alami di kolam atau melalui penggunaan filter biologis dalam sirkulasi..
Amonia dihilangkan oleh bakteri mengubahnya menjadi nitrit dan kemudian
menjadi nitrat. Nitrit bersifat racun bagi ikan dan menyebabkan penyakit "darah
cokelat". Nitrit dengan konsentrasi 0,5 ppm dapat mengurangi pertumbuhan ikan
sedangkan ikan dapat mentolerir konsentrasi nitrat yang ada di perairan.
Pada bak pemeliharaan larva BBL Batam selama bulan Maret 2011 ini
menunjukkan bahwa kisaran konsentrasi NH3 berada pada kisaran 0,11 – 1,16
mg/l, sementara Baku Mutu Lingkungan mengharapkan konsentrasi NH3 berada
pada konsentrasi < 0,02 mg/l. Sementara NO3 memiliki kisaran konsentrasi 0,2-
0,3 mg/l. Tingginya konsentrasi NH3 pada bulan Mret ini, diduga berasal dari
dampak pemakaian alga pasta tanpa disertai penentuan kebutuhan yang tepat.
Sehingga adanya kelebihan jumlah alga yang diberikan dapat mempengaruhi
kualitas air khususnya terhadap penambahan gas NH3 pada media pemeliharaan
larva.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan diantaranya dengan pemberian
probiotik pada media air sebelum masa pemeliharaan, penggunaan filter
biologis, sterilisasi air, dan pengelolaan pemberian pakan, termasuk pemberian
pakan alami.
- Titik Sampling Bak Kultur Algae

Tabel 3 . Data analisa kualitas air Bak Kultur Algae Bulan Maret 2011

Parameter Kualitas Air


Tanggal pH Suhu Salinitas D.O Keterangan/ No.Bak
0
( c) (‰) (mg/L)
1 Maret 9,34 / 9,72 27,7 / 30,4 32 / 32 7,8 / 8,7 Bak 2 B
2 Maret 9,61 / 9,68 27,6 / 31,3 32 / 32 7,9 / 8,4 NH3 = 1,12 mg/l
NO3 = 8,2 mg/l
NO2 = 0,318 mg/l
3 Maret 9,47 / 9,70 27,5 / 31,2 32 / 32 7,7 / 8,2 Bak 3 R
4 Maret 9,52 / 9,69 27,7 / 31,1 32 / 32 7,7 / 8,7 Bak 3 R
5 Maret 9,48 / 9,71 27,4 / 31,0 32 / 32 7,8 / 8,3 Bak 3 R
6 Maret 9,47 / 9,73 27,5 / 30,9 32 / 32 8,2 / 8,4 Bak 1 B
7 Maret 9,52 / 9,70 27,8 / 30,8 32 / 32 7,7 / 8,5 Bak 1 B
8 Maret 9,60 / 9,69 27,9 / 31,3 32 / 32 8,3 / 8,1 NH3 = 1,08 mg/l
NO3 = 7,9 mg/l
NO2 = 0,296 mg/l
9 Maret 9,58 / 9,70 27,8 / 30,6 32 / 32 7,4 / 8,2 Bak 3 A
10 Maret 9,62 / 9,58 27,7 / 29,4 32 / 31 7,9 / 8,6 Sore hujan
11 Maret 9,31 / 9,74 27,3 / 30,8 31 / 31 7,5 / 8,8 Bak 1 R
12 Maret 9,42 / 9,69 27,4 / 30,9 32 / 32 7,3 / 8,9 Bak 1 R
13 Maret 9,31 / 9,72 27,2 / 30,8 32 / 32 7,9 / 8,4 Bak 1 R
14 Maret 9,38 / 9,64 27,3 / 30,9 32 / 32 7,8 / 8,4 NH3 = 1,12 mg/l
NO3 = 8,1 mg/l
15 Maret 9,42 / 9,52 28,4 / 31,0 32 / 32 7,8 / 8,4 Bak 2 A
16 Maret 9,59 / 9,41 28,2 / 31,4 32 / 32 7,9 / 8,3 Bak 2 A
17 Maret 9,42 / 9,27 28,1 / 31,1 32 / 32 7,3 / 8,2 Bak 2 A
18 Maret 9,38 / 9,31 27,6 / 31,3 32 / 31 7,3 / 8,2 Bak 3 R
19 Maret 9,11 / 9,44 27,3 / 29,4 32 / 31 7,7 / 8,4 Bak 3 R
20 Maret 9,24 / 9,37 27,4 / 29,1 31 / 31 7,0 / 7,3 Bak 3 A
21 Maret 9,11 / 9,25 27,3 / 29,4 31 / 31 7,8 / 7,9 Bak 3 A
22 Maret 8,94 / 9,02 27,2 / 27,5 31 / 31 7,3 / 7,8 Hujan seharian
23 Maret 9,06 / 9,18 27,4 / 28,9 31 / 31 7,5 / 7,3 Bak 3 A
24 Maret 9,31 / 9,49 27,6 / 29,7 31 / 31 7,1 / 7,8 Bak 1 B
25 Maret 9,28 / 9,47 27,7 / 30,1 31 / 31 7,6 / 8,0 Bak 1 B
26 Maret 9,03 / 9,58 28,3 / 29,6 31 / 31 7,8 / 9,3 Bak 1 B
27 Maret 9,38 / 9,64 28,0 / 29,8 31 / 31 7,9 / 9,2 Bak 2 R
28 Maret 9,51 / 9,59 28,2 / 30,2 31 / 31 7,8 / 9,3 Bak 2 R
29 Maret 9,47 / 9,62 28,7 / 30,4 31 / 31 8,5 / 9,4 Bak 2 R
30 Maret 9,02 / 9,53 28,5 / 29,3 30 / 30 8,2 / 9,6 Bak 2 A
31 Maret 9,49 / 9,61 28,3 / 30,1 30 / 30 8,3 / 9,5 Bak 2 A

Selain suhu dan salinitas, pH merupakan faktor pembatas bagi


pertumbuhan fitoplankton yakni apabila pH berada pada ambang batas
normalnya maka kecepatan tumbuh dari fitoplankton akan menurun. pH secara
langsung berhubungan dengan kelarutan CO2 dan mineral dalam media kultur
algae (Angka dkk, 1976). Untuk nilai pH optimal, sesuai dengan pendapat
Pescod (1973) dalam Nurliati (1995) bahwa nilai pH yang ideal untuk
pertumbuhan fitoplankton adalah 6,5 – 8,5.
Pada pengamatan yang dilakukan selama bulan Maret 2011 ini, nilai pH
berada pada kisaran 8,94 - 9,74. Nilai pH ini jelas sangat jauh dari nilai pH
optimal untuk pertumbuhan alga. Peningkatan nilai pH ini dapat berasal dari :
sumber air yang digunakan, jenis pupuk dan konsentrasi yang digunakan, proses
fotosintesa, suhu dan oksigen terlarut. untuk itu perlu dilakukan tindakan agar
nilai pH pada media kultur tetap stabil, salah satunya dengan melakukan kultur
massal di tempat tertutup agar dapat lebih terkontrol.
Untuk parameter Nitrogen dan derivatnya (NH3, NO2 dan NO3), selama
pengamatan diketahui bahwa NH3 pada bulan Maret ini berada pada kisaran
1,08-1,12 mg/l, NO3 memiliki rentang konsentrasi 7,9-8,2 mg/l sementara NO2
0,296-0,318 mg/l. Sumber unsur N dan derivatnya ini sangat dipengaruhi oleh
nutrisi yang ada dilingkungan tempat hidupnya, oleh karena itu media kulturnya
perlu diberi pupuk untuk menunjang ketersediaan unsur hara baik makro
maupun mikro. Salah satu unsur hara makro (nutrient utama) yang sangat
menunjang pertumbuhan alga. adalah ketersediaan unsur nitrogen (N). dan
umumnya nitrogen yang dibutuhkan untuk media kultur yaitu dalam bentuk
senyawa nitrat.
Berdasarkan siklus biogeokimia, Nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi
biologis digunakan oleh produsen (tumbuhan) diubah menjadi molekul protein.
Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati, mahluk pengurai merombaknya
menjadi gas amoniak (NH3) dan garam ammonium yang larut dalam air (NH4+).
Proses ini disebut dengan amonifikasi.bila gas amoniak ini dihasilkan dalam
jumlah besar, maka hal ini akan membahayakan bagi pertumbuhan larva ketika
alga dan media kulturya dialirkan kedalam media pemeliharaan larva. Patut
diwaspadai bahwa Toksisitas NH3 dalam air laut lebih tinggi dibandingkan dalam
air tawar. Hal ini disebabkan air laut bersifat basa. Kandungan oksigen dan
karbon dioksida dalam air laut dapat mengurangi toksisitas amoniak (NH3).
Selain hal tersebut, proses sterilisasi dan kultur alga pasta dapat menjadi solusi
agar media kultur tidak ikut serta masuk ke dalam media pemeliharaan larva.

- Titik Sampling Bak Nursery

Tabel 4. Data analisa kualitas air Bak Nursery Bulan Maret 2011
Parameter Kualitas Air
Tanggal pH Suhu Salinitas D.O Keterangan/ No.Bak
(0c) (‰) (mg/L)
1 Maret 7,84 / 7,95 28,3 / 29,9 32 / 32 6,3 / 6,8 Bak No. 3
2 Maret 7,81 / 7,87 28,4 / 29,8 32 / 32 6,1 / 6,6 NH3 = 0,09 mg/l
3 Maret 7,90 / 7,93 28,2 / 29,9 32 / 32 6,0 / 6,7 Bak No. 2
4 Maret 7,85 / 7,88 28,1 / 30,0 32 / 32 6,2 / 6,9 Bak No. 11
5 Maret 7,87 / 7,81 28,3 / 29,7 32 / 32 6,3 / 7,1 Bak No. 17
6 Maret 7,91 / 7,92 28,2 / 29,8 32 / 32 6,2 / 7,4 Bak No. 19
7 Maret 7,93 / 7,94 28,5 / 29,7 32 / 32 6,1 / 7,3 Bak No. 8
8 Maret 7,87 / 7,92 28,4 / 29,8 32 / 32 6,5 / 7,2 NH3 = 0,02 mg/l
9 Maret 7,93 / 7,94 28,2 / 30,1 32 / 32 6,1 / 6,8 Bak No. 6
10 Maret 7,87 / 7,92 28,4 / 29,3 32 / 32 6,4 / 7,2 Bak No. 5
11 Maret 7,88 / 7,95 28,0 / 29,9 32 / 32 6,2 / 6,1 Bak No. 7
12 Maret 7,86 / 7,91 27,6 / 28,6 32 / 32 6,3 / 6,7 Bak No. 11
13 Maret 7,72 / 7,64 28,0 / 29,0 32 / 32 6,4 / 6,8 Bak No. 12
14 Maret 7,51 / 7,72 28,1 / 29,3 32 / 32 6,3 / 6,9 NH3 = 0,03 mg/l
Nursery 3 bak 7
15 Maret 7,58 / 7,69 28,2 / 29,1 32 / 32 6,2 / 6,3 Bak No. 6
16 Maret 7,79 / 7,74 28,1 / 29,2 32 / 32 6,3 / 6,5 Bak No. 5
17 Maret 7,65 / 7,84 28,4 / 29,3 32 / 32 6,2 / 6,4 Bak No. 7
18 Maret 7,72 / 7,79 28,2 / 29,4 32 / 31 6,4 / 6,8 Bak No. 4
19 Maret 7,73 / 7,92 27,7 / 28,3 32 / 31 6,5 / 7,0 Bak No. 2
20 Maret 7,70 / 7,78 28,2 / 28,9 31 / 31 6,5 / 6,9 Bak No. 1
21 Maret 7,85 / 7,82 28,2 / 29,4 31 / 31 6,5 / 6,8 NH3 = 0,02 mg/l
Nursery 3 bak 11
22 Maret 7,85 / 7,91 27,7 / 28,3 31 / 31 6,8 / 6,7 Bak No. 9
23 Maret 7,71 / 7,85 28,2 / 28,9 31 / 31 6,7 / 6,8 Bak No. 7
24 Maret 7,85 / 7,72 28,3 / 29,5 31 / 31 6,5 / 6,9 Bak No. 5
25 Maret 7,72 / 7,83 28,2 / 29,5 31 / 31 6,7 / 7,0 Bak No. 4
26 Maret 7,94 / 7,99 28,4 / 29,6 31 / 31 6,8 / 6,9 Bak No. 2
27 Maret 7,83 / 7,98 28,9 / 29,4 31 / 31 6,7 / 7,0 Bak No. 20, Nursery 2
28 Maret 7,91 / 8,02 28,4 / 29,5 31 / 31 6,7 / 6,9 Bak No. 20, Nursery 2
29 Maret 8,01 / 8,17 28,4 / 29,6 31 / 31 6,8 / 6,9 Bak No. 20, Nursery 2
30 Maret 7,99 / 8,02 28,3 / 29,7 30 / 30 7,0 / 6,8 Bak No. 20, Nursery 2
31 Maret 7,91 / 7,95 28,6 / 29,9 30 / 30 6,5 / 6,8 Bak No. 20, Nursery 2

Berdasarkan data diketahui bahwa terdapat fluktuasi pada beberapa


parameter yang diamati, diantaranya adalah suhu, salinitas, oksigen terlarut dan
konsentrasi NH3 pada media pemeliharaan benih. Fluktuasi suhu berada pada
kisaran 27,6-30,00c, salinitas 30-32 ppt, oksigen terlarut 6,0-7,4 mg/l, dan NH3
0,02-0,09 mg/l.
Salinitas menimbulkan tekanan-tekanan osmotik. Pada umumnya
kandungan garam dalam sel-sel biota laut cenderung mendekati kandungan
garam dalam kebanyakan air laut. Kalau sel-sel itu berada di lingkungan dengan
salinitas lain maka suatu mekanisme osmoregulasi diperlukan untuk menjaga
keseimbangan kepekatan antara sel dan lingkungannya. Pada kebanyakan
binatang estuarin penurunan salinitas permulaan biasanya dibarengi dengan
penurunan salinitas dalam sel, suatu mekanisme osmoregulasi baru terjadi
setelah ada penurunan salinitas yang nyata.
Proses penyiphonan yang dilakukan secara tepat diharapkan dapat
mereduksi konsentrasi NH3 dalam air, dengan rentang konsentrasi yang
dihasilkan diatas, dapat disimpulkan bahwa proses pengelolaan air dan
penyiphonan yang dilakukan belum cukup efektif dalam mengurangi NH 3, bila
dikaitkan dengan kondisi benih yang dipelihara, kematian benih menunjukkan
gejala toksisitas ammonia yang ditandai dengan memucatnya tubuh ikan karena
distribusi oksigen terhambat dengan adanya NH3 yang terikat dengan Hb
(haemoglobin) ikan
- Titik Sampling Bak Pemeliharaan Induk

Tabel 5. Data analisa kualitas air Bak Pemeliharaan induk Atas (Bak fiber vol 5
ton) dan pengamatan dilakukan pagi dan sore hari

Parameter Kualitas Air


Tanggal pH Suhu Salinitas D.O Keterangan/ No.Bak
(0c) (‰) (mg/L)
1 Maret 7,89 / 8,01 28,7 / 30,1 32 / 32 6,5 / 7,2 Bak induk kertang
2 Maret 7,84 / 7,92 28,7 / 30,3 32 / 32 6,7 / 7,3 NH3 = 0,03 mg/l
3 Maret 7,83 / 7,94 28,8 / 30,2 32 / 32 6,7 / 7,0 Bak induk 4 A
4 Maret 7,84 / 7,95 28,3 / 30,1 32 / 32 6,8 / 6,9 Bak induk 4 A
5 Maret 7,82 / 7,90 28,4 / 30,5 32 / 32 6,4 / 6,9 Bak induk 4 A
6 Maret 7,91 / 7,47 28,3 / 30,3 32 / 32 6,4 / 6,7 Bak induk kertang
7 Maret 7,93 / 7,92 28,4 / 30,6 32 / 32 7,0 / 7,2 Bak induk kertang
8 Maret 7,89 / 7,92 28,3 / 30,5 32 / 32 6,7 / 7,1 NH3 = 0,02 mg/l
9 Maret 7,90 / 7,92 28,4 / 30,2 32 / 32 6,8 / 7,3 Bak induk 1 B
10 Maret 7,83 / 7,91 28,0 / 28,9 32 / 32 6,8 / 7,0 Sore hujan
11 Maret 7,89 / 7,95 28,3 / 29,2 32 / 32 6,7 / 6,9 Bak induk 4 A
12 Maret 7,93 / 7,99 28,1 / 29,5 32 / 32 7,0 / 7,2 Bak induk 4 A
13 Maret 7,87 / 7,84 28,2 / 29,3 32 / 32 6,9 / 7,1 Bak induk kertang
14 Maret 7,83 / 7,90 28,3 / 29,5 32 / 32 6,8 / 7,2 NH3 = 0,01 mg/l
(bak induk kertang)
15 Maret 7,85 / 7,92 28,4 / 28,9 32 / 32 6,8 / 7,3 Siang hujan
16 Maret 7,93 / 7,99 28,3 / 29,0 32 / 32 6,9 / 6,8 Bak induk 1 B
17 Maret 7,94 / 7,96 28,4 / 29,6 32 / 32 6,9 / 7,0 Bak induk kertang
18 Maret 7,93 / 7,98 28,4 / 29,2 32 / 31 6,9 / 7,2 Bak induk kertang
19 Maret 794 / 7,97 28,3 / 29,9 32 / 31 6,8 / 7,3 Bak induk kertang
20 Maret 7,91 / 7,99 28,4 / 29,6 31 / 31 6,4 / 7,1 Bak induk 2 A
21 Maret 7,93 / 7,96 28,3 / 29,5 31 / 31 6,9 / 7,3 NH3 = 0,02 mg/l
(bak induk kertang)
22 Maret 7,93 / 7,94 28,4 / 29,7 31 / 31 6,8 / 7,4 Bak induk 4 A
23 Maret 7,92 / 8,03 28,4 / 29,6 31 / 31 7,0 / 7,2 Bak induk 2 B
24 Maret 7,89 / 8,01 28,4 / 29,5 31 / 31 7,1 / 7,3 Bak induk 2 B
25 Maret 7,92 / 7,98 28,5 / 29,6 31 / 31 7,1 / 7,4 Bak induk 1 A
26 Maret 7,93 / 7,90 28,4 / 29,7 31 / 31 7,2 / 7,5 Bak induk 2 A
27 Maret 7,93 / 7,98 28,7 / 30,1 31 / 31 7,3 / 7,4 Bak induk 2 B
28 Maret 7,93 / 7,99 28,9 / 30,3 31 / 31 7,0 / 7,2 Bak induk 2 B
29 Maret 7,93 / 7,98 28,7 / 29,4 31 / 31 6,9 / 7,1 Bak induk 2 A
30 Maret 7,92 / 8,03 28,7 / 29,8 30 / 30 7,0 / 7,3 Bak induk kertang
31 Maret 7,91 / 7,99 28,6 / 30,1 30 / 30 7,2 / 7,5 Bak induk kertang

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa pada bak pemeliharaan induk terdapat
fluktuasi suhu 28,0-30,60c, salinitas 30-32 ppt, oksigen terlarut 6,4-7,5 mg/l dan
pH 7,82-8,03. Untuk suhu deviasi suhu hingga 2,60 c dimungkinkan karena
kondisi bak berada di ruang terbuka. Untuk pemijahan ikan hal yang perlu
diperhatikan adalah kualitas media air. Faktor kualitas air yang penting pada
pemijahan harus dipenuhi sesuai dengan kebutuhan kualitas air media ikan
tersebut. Kualitas air media sangat mempengaruhi kecepatan pemijahan ikan,
kadang-kadang apabila salah satu parameter kulitas air tersebut diatas tidak
terpenuhi, akan berdampak kepada ikan terlambat memijah atau bahkan tidak
mau memijah sama sekali.
Untuk parameter NH3 konsentrasi yang diamati berada pada rentang 0,01-0,03
mg/l. Konsentrasi ini sama dengan analisa bulan lalu dan masih cukup optimal
bagi pemeliharaan induk.

You might also like