You are on page 1of 8

PENGELOLAAN LIMBAH

BUDIDAYA DAN PAKAN IKAN

TERJEMAHAN

Disadur dari makalah :


FISH NUTRITION AND AQUACULTURE WASTE
MANAGEMENT

Oleh :
Laurel J. Ramseyer dan Donald L. Garling
Department of Fisheries and Wildlife
Michigan State University

Diterjemahkan Oleh :

ROMI NOVRIADI, S.Pd,kim

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
BALAI BUDIDAYA LAUT BATAM
2011
PENGELOLAAN LIMBAH BUDIDAYA DAN PAKAN IKAN
Laurel J. Ramseyer dan Donald L. Garling
Departemen Perikanan dan Satwa Liar
Universitas Negeri Michigan
East Lansing, MI 48824

Pendahuluan

Kegiatan budidaya perikanan dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap


kesehatan dan kualitas air yang diperoleh. Perubahan dalam oksigen, suhu,
pH dan penambahan logam, obat-obatan, padatan tersuspensi, ammonia,
nitrogen organik, dan posfor seringkali ditemukan pada saluran pembuangan
panti benih. Dampak dari limbah budidaya yang diterima oleh perairan
tergantung kepada, sebahagian, pada konsentrasi bahan organik/nutrien
yang sudah tersedia.

Di wilayah Tengah bagian utara, dimana sebagian besar danau dan


sungai merupakan perairan yang kaya akan unsur hara/nutrien (mesotrofik
atau eutrofik), penambahan limbah budidaya umumnya akan bersifat
merugikan. Posfor (P) dan Nitrogen (N) pada limbah budidaya utamanya
berasal dari pakan dan menjadi perhatian dikarenakan peranan mereka
didalam pengkayaan unsur hara (Eutrofikasi). Eutrofikasi merupakan
pengkayaan buatan pada perairan yang sering menghasilkan
pertumbuhan/blooming dari alga beracun atau pertumbuhan yang berlebihan
dari tumbuhan tingkat tinggi. Ketika tanaman tersebut mati, pembusukan
bahan organik dapat mengurangi kandungan oksigen dalam air ke tingkat
yang merugikan bagi organisme akuatik lainnya. Sumber utama limbah
budidaya berasal dari ekskresi ikan dan pakan yang tidak dikonsumsi. Hanya
sekitar 30% N dan P dari pakan yang disimpan di tubuh oleh ikan salmon
yang mengkonsumsi sebagian besar pakan komersil JIKA MEREKA
MENGKONSUMSI SELURUH PAKAN YANG DIBERIKAN. Pakan N dan P
yang tidak tersimpan oleh tubuh akan diekskresikan (gambar 1). Tujuan dari
presentasi ini adalah untuk menyiapkan para pelaku budidaya perikanan
strategi untuk meminimalisasi limbah budidaya melalui formulasi pakan,
seleksi pakan, pengelolaan pemberian pakan, dan strategi pengelolaan
limbah padat.
Formulasi Pakan

Ketertarikan pada budidaya dengan banyak jenis ikan, seperti yellow


perch dan Sunfish, telah mendorong penelitian terhadap kebutuhan nutrisi
mereka. Akibatnya, pelaku budidaya sering harus memberikan pakan dimana
pakan tersebut diformulasikan untuk ikan lain seperti tuna dan patin. Strategi
ini secara umum berhasil dalam hal pertumbuhan dan kesehatan ikan, tetapi
dapat menghasilkan limbah yang tidak perlu ketika gizi pakan melebihi
kebutuhan jenis ikan tersebut.

Pakan komersial sering diformulasikan mengandung gizi pakan sedikit


lebih tinggi dari yang dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhan maksimum.
Gizi tambahan dimasukkan kedalam pakan karena hanya sedikit jika bahan
pakan benar-benar dicerna dan diserap dan berfungsi sebagai cadangan
untuk meastikan bahwa kebutuhan gizi untuk pertumbuhan maksimum
dipenuhi. Sayangnya, cadangan gizi ini berkontribusi, sebagian, terhadap
produksi limbah pada tambak ikan.

Nitrogen

Sebagian besar N pakan ditemukan dalam asam amino, yang


merupakan penyusun dasar protein. Enzim usus memecah protein pakan
menjadi asam amino yang diserap dan digunakan untuk membangun protein
baru seperti protein otot. N yang diekskresikan berasal dari beberapa sumber,
termasuk protein yang tidak dicerna dan tidak diserap. Didalam sel
pencernaan, asam amino diserap dalam jumlah besar lebih dari yang dapat
dimanfaatkan oleh ikan, dan produk metabolisme yang didegradasi.

Protein yang tidak dicerna dan/atau tidak diserap diekskresikan dalam


feces. N tinja dapat dikurangi dengan mengembangkan formulasi pakan yang
sesuai dengan kebutuhan jenis ikan tertentu dan tindakan pemberian pakan.
Bagaimanapun juga, sebagian besar N diekskresikan oleh ikan hilang melalui
insang dan tidak dapat diperoleh kembali. N yang diekskresikan melalui
insang berasal dari asam amino yang diserap namun tidak digunakan dan
merupakan produk metabolisme terdegradasi. Dikarenakan N insang yang
diekskresikan adalah dalam bentuk terlarut, menyeimbangkan unsur asam
amino yang sesuai dengan kebutuhan dan menghindari pemberian pakan
berlebih adalah cara terbaik untuk meminimalisasi N yang diekskresikan
insang. Kehilangan secara umum N hasil metabolisme berada pada kisaran
100-200 mg N/Kg ikan/hari; pada ikan salmon dan ini tidak dapat dihindari.

Dikarenakan seebagian besar N diekskresikan dalam bentuk terlarut,


tindakan pengelolaan umum untuk mengendalikan padatan kolam, seperti
penyiphonan atau wilayah pengendapan bahan padat, tidak efektif dalam
mengurangi limbah N. Mengurangi jumlah limbah N yang masuk kedalam
sistem sebagai pakan adalah satu-satunya metoda efektif untuk
mengendalikan N dalam limbah kolam ikan. Oleh karena itu, kualitas protein
pakan dan jumlah merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan dalam
pengendalian limbah N. Kualitas protein pakan merujuk kepada
keseimbangan dan kemampuan pencernaan asam amino. Ada 10 asam
amino esensial (EAA), dimana sebagian besar ikan tidak dapat membuatnya
dan harus diperoleh melalui pakan. Sebuah pakan dengan kualitas tinggi
akan mnyediakan EAA biasanya dari bahan penyusun berkualitas tinggi
seperti tepung ikan dan tepung kedelai. Berbagai bahan tersebut harus
ditambahkan dalam proporsi dan jumlah yang memungkinkan sesuai dengan
kebutuhan ikan untuk proses metabolisme dan pertumbuhan otot. Pemberian
pakan dengan konsentrasi protein yang sesuai yang terdiri dari asam amino
seimbang untuk jenis ikan lain justru akan meningkatkan limbah amonia-N.

Pakan dengan kualitas rendah mungkin dibuat dengan sejumlah besar


protein dengan keseimbangan buruk untuk emmenuhi persyaratan EEA.
Demikian juga, pakan dengan asam amino esensial (EEA) yang lebih baik
mungkin tidak menghasilkan keseimbangan yang baik untuk jenis ikan yang
lain. Hal ini menyebabkan kemampuan penyerapan beberapa asam amino
dalam jumlah berada diluar kemampuan mereka untuk memanfaatkan asam
amino tersebut untuk pertumbuhan otot. Ketika lebih banyak sam amino yang
diserap melebihi kemampuan ikan untuk memanfaatkannya, N akan hilang
dan diekskresikan melalui insang sebagai Ammonia terlarut tidak terionisasi
(NH3).

Ukuran ikan, asupan protein, dan suhu semua berdampak kepada


jumlah amonia yang diekskresikan. Benih, larva yang berkembang cepat
secara umum membutuhkan pakan yang mengandung persentase protein
lebih tinggi. Meskipun relatif sedikit pakan N dimasukkan ke dalam sistem
sebagai pemberian pakan pertama, persentase terbesar dari pakan akan
diekskresikan karena pengeluaran nitrogen berbanding terbalik dengan
pertumbuhan ikan. Peningkatan suhu akan berdampak kepada ekskresi N
melalui asupan pakan dan pergerakan makanan melalui usus yang dapat
menurunkan pemanfaatan gizi pakan. Ini adalah sebuah masalah jika pakan
diberikan hingga mengenyangkan atau diberikan hanya ketika ikan lapar. Ikan
biasanya akan mengkonsumsi lebih banyak pakan dibandingkan dengan
kebutuhan untuk laju pertumbuhan optimal dan pemanfaatan asupan gizi.

Kehilangan beberapa N tidak dapat dihindari bahkan ketika pakan


utama diberikan, dikarenakan adanya perubahan protein dalam tubuh ikan
dan disebabkan oleh enzim yang merusak protein selalu aktif dalam tubuh
ikan. Bagaimanapun juga, pemanfaatan protein untuk penggunaan selain
pembentukan otot harus diminimalisasi dengan mengganti asupan kalori dari
protein dengan kalori yang berasal dari karbohidrat atau lemak. Hal ini disebut
dengan penghematan protein karena ikan kemudian akan menggunakan
lemak dan karbohidrat lebih banyak dibandingkan dengan protein untuk
kebutuhan energi. Sehingga protein yang dihemat dapat digunakan untuk
pertumbuhan otot. Konsentrasi tinggi dari karbohidrat biasanya tidak dapat
ditolerir oleh ikan salmon dan sebaiknya dihindari.
Posfor

Posfor ditemukan disemua bahan penyusun pakan hewan dan


tumbuhan. Ketersediaan P sangat bervariasi tergantung kepada sumber yang
digunakan (Tabel 1). Kelebihan asupan P diekskresikan baik dalam bentuk
padatan dan terlarut (Gambar 1). Oleh karena itu lebih mudan dibandingkan
N untuk teknik pengumpulan bahan padat. Bagaimanapun juga, pakan yang
berhubungan dengan limbah P dapat diminimalisasi dengan menggunakan
bentuk ynag mudah dicerna ikan yang memiliki tingkat kelarutan air rendah.

Tabel 1. Persentase Ketersediaan Posfor dalam Bahan Penyusun


pakan Yang Umum
Bahan Penyusun salmon patin Ikan mas

Blood meal 81
Brewer’s yeast 79 - 91 93
Father meal 77
Poultry by-product meal 81
Anchovy meal 40
Herring meal 52
Menhaden meal 87 39
Rice bran 19 25
Wheat germ 58 57
Wheat middlings 32 28
Ground corn 25
Dehulled soybean meal 36 29-54

Kebanyakan ikan air tawar membutuhkan 5 – 8 gr P / kg pakan kering,


tetapi pada pakan komersial, dikarenakan bahan yang digunakan dalam
formulasinya, biasanya mengandung 10 gr P /Kg atau lebih. Tepung ikan,
yang digunakan pada sebagian besar pakan ikan, mengandung tulang yang
memiliki sumber P dengan konsentrasi sangat tinggi. Tetapi tidak dapat
dicerna secara efisien oleh ikan. Teknologi terkini pada pembuatan tepung
ikan telah dapat menghilangkan tulang; bagaimanapun, penambahan ini
secara signifikan akan berdampak kepada biaya penepungan. Tepung
kedelai dan tumbuhan lainnya mengandung phytin, molekul penyimpan P
pada tumbuhan. Phytin sangat buruk dicerna oleh ikan dan hewan lainnya
yang memiliki sistem perut sederhana.Phytin yang tidak dicerna akan
diekskresikan melalui kotoran ke lingkungan

Seleksi Pakan

Pakan terapung sebaiknya digunakan jika memungkinkan. Pakan


terapung akan memudahkan pelaku budidaya untuk memantau aktivitas
pemberian pakan. Lagipula, pakan terapung bersifat lebih stabil dalam air
dibandingkan dengan beberapa pakan tenggelam. Bagaimanapun juga,
pakan tenggelam secara umum sedikit lebih mahal dibandingkan dengan
pakan terapung dan beberapa jenis ikan mungkin enggan untuk mencari
pakan di permukaan.
Adalah sebuah kegiatan yang baik untuk memberikan pakan dengan
ukuran pakan yang lebih besar yang masih dapat diterima oleh ikan. Ikan
akan menghabiskan lebih sedikit energi selama proses mengkonsumsi pakan
jika pakan yang mereka butuhkan dapat diberikan dalam jumlah lebih sedikit.
Pakan yang lebih besar juga memiliki permukaan yang lebih kecil untuk
perbandingan volume dibandingkan dengan pelet yang lebih kecil dimana
dapat mengurangi laju dan jumlah unsur hara yang masuk ke dalam perairan
sebelum pelet tersebut dikonsumsi. “debu” pakan dan partikel yang terlalu
kecil untuk dikonsumsi oleh ikan sebaiknya disaring keluar dari pakan.
Sebuah pakan berkualitas tinggi mengandung < 1% kotoran.

Peneliti dan produsen pakan saat ini sedang mencari bahan pengikat
yang lebih baik dan alternatif teknik pengolahan untuk meningkatkan
kestabilan pakan. Beberapa bahan pengikat pakan tertentu juga dapat
meningkatkan kestabilan kotoran dalam air. Sehingga meningkatkan
efisisensi penghilangan kotoran dalam bentuk padatan.

Kesegaran

Kantong pakan sebaiknya diperiksa untuk tanggal kadaluarsa.


Perawatan sebaiknya dilakukan untuk menghindari pemberian pakan yang
lebih lama. Banyak bahan penyusun kunci seperti vitamin tidak stabil diluar
waktu yang ditetapkan oleh produsen. Ikan tidak dapat memanfaatkan
sepenuhnya pakan tersebut jika kekurangan nutrisi karena memecah dari
waktu ke waktu yang akan meningkatkan jumlah limbah yang dihasilkan oleh
ikan anda. Kebanyakan produsen menyarankan menyimpan pakan dalam
kondisi dingin dan kering untuk memaksimalkan waktu guna pakan. Jika
pakan tidak langsung dikeluarkan oleh produsen, produsen sebaiknya
memverifikasi para pengecer bahwa pakan mereka telah disimpan dengan
baik.

Pemberian Pakan

Pengelolaan pemberian pakan yang buruk dapat menjadi sebuah


sumber limbah kolam yang penting. Meskipun pakan yang diformulasikan
dengan sempurna akan dapat menyebabkan limbah nutrien yang berlebih jika
ikan diberikan pakan secara berlebih. Kebanyakan produsen pakan
menyarankan laju pemberian pakan untuk pakan yang berbeda berdasarkan
kepada ukuran ikan, dan suhu air. Tabel pakan telah dipublikasikan dalam
Dewan Penelitian Nasionl (1993) dan Piper et al., (1982) untuk ikan tuna dan
patin.

Jika diberikan kesempatan, ikan secara umum akan mengkonsumsi


pakan lebih dari yang mereka butuhkan. Untuk alasan ini, alat pemberi pakan
harus dihindari kecuali pada kondisi tertentu seperti melatih pakan. Jika alat
pemberi pakan harus digunakan, jumlah pakan yang disediakan stiap harinya
sebaiknya dibatasi kepada nilai tabel pemberian pakan atau laju pemberian
pakan harian yang dibuat oleh pemilik tambak.
Jadwal pemberian pakan sebaiknya dibuat dengan memeperhitungkan
perilaku ikan. Faktor-faktor yang dapat berdampak kepada pemberian pakan
aktif, seperti sensitivitas cahaya atau waktu atau hari, dapat berpengaruh
kepada efisiensi konsumsi pakan.

Memperkirakan Penambahan Nutrien

Jumlah N dan P yang dikeluarkan oleh limbah tambak seringkali


diperkirakan dengan menggunakan contoh air. Konsentrasi unsur hara dalam
limbah tambak seringkali berfluktuasi disebabkan oleh kegiatan pengelolaan
dan interaksi unsur hara tersebut dengan udara, bakteri dan alga, dan bahan
sedimen. Dikarenakan pengambilan contoh air mahal, sampel tidak dapat
diuji sesering mungkin untuk secara akurat mencerminkan kelimpahan unsur
hara pada kolam.

Secara bergantian, penambahan N dapat diperkirakan berdasarkan


kepada berat badan ikan. Dengan menggunakan metoda ini, pertambahan
protein ikan, yang secara sederhana berdasarkan kepada pertumbuhan berat,
secara matematis diterjemahkan sebagai penambahan N. Pengurangan
jumlah N yang diperoleh ikan dari jumlah N pada pakan menghasilkan sebuah
perkiraan kekurangan N. Perhitungan sederhana ini memungkinkan karena
jumlah protein (atau N) dalam tubuh ikan secara langsung berkaitan erat
dengan beratnya (Ramseyer dan Garling, data tidak dipublikasikan). Jika ikan
mengalami kegemukan yng berlebihan, kehilangan N akan dianggap tidak
ada. Jika berat akhir dari masing-masing ikan tidak sama atau secara normal
disebut mean / rata-rata, perhitungan harus dilakukan untuk bagian kelompok
atau ikan yang berukuran sama.

Penghilangan Limbah Padat

Pengendalian limbah padat adalah penting untuk mengurangi tingkat P


dalam limbah kolam ikan. Diperkirakan 80% P dalam limbah dari kegiatan
budidaya adalah dalam bentuk padatan sebagai kotoran atau pakan yang
tidak dikonsumsi. Kotoran ikan utuh dan pakan yang tidak dikonsumsi
mengendap dengan cepat; tetapi, dapat dengan mudah dipecah menjadi
partikel halus oleh pergerakan ikan atau kegiatan pengelolaan. Limbah padat
dapat dihilangkan secara efisien dari saluran pembuangan panti benih jika
saluran pembuangan dan daerah pengendapan dirancang dengan baik.
Sebagai contoh, saluran yang bagus atau saluran berbentuk tabung dapat
dengan mudah memindahkan padatan ke daerah pengendapan. Daerah
pengendapan secara fisik harus terpisah dari ikan dan pemisahan bahan
padatan harian. Jumlah P dan nutrien lainnya mungkin dapat terbentuk dari
sejumlah kecil kotoran dalam hitungan jam karena adanya peningkatan
permukaan partikel ke perbandingan volume. Bagian kotoran yang lebih kecil
mungkin tinggal dan tersuspensi di dalam air dan mungkin terlalu kecil untuk
dapat dihilangkan dengan penyaringan.
Bahan padat yang dikumpulkan melalui saluran pembuangan
merupakan bahan yang potensial untuk digunakan sebagai pupuk. Mereka
berbentuk bubur yang kira-kira mengandung 80% air, yang dapat dipompa
dari saluran pembuangan atau bak pengendapan. Metoda dan waktu
pelaksanaan pemindahan bahan padatan kolam ikan ke lapangan adalah
penting untuk memastikan bahwa nutrien tidak mencemari permukaan air.
Sebagai contoh, limbah kolam ikan sebaiknya tidak diterapkan diatas tanah
beku atau ladang selama curah hujan tinggi. Pelaksanaan pemindahan
limbah kolam ikan diatur oleh negara dan membutuhkan ijin. Periksa ke
Kementerian Pertanian anda untuk peraturan yang berlaku.

Usaha untuk penangkapan kembali unsur hara yang terlarut atau


tersuspensi dari limbah tambak telah termasuk dalam biaya produksi yang
secara ekonomis sangat penting bagi makhluk akuatik seperti agar-yang
memproduksi alga dan kerang. Di wilayah pusat bagian utara, pengalihan
limbah yang kaya unsur hara ke dalam bak pemeliharaan sekunder lobster
atau baitfish dapat efektif untuk mengurangi produk limbah sementara
menyediakan tambahan bagi tanaman.

Lahan basah telah digunakan sebagai “spons biologis” untuk


menghilangkan unsur hara dari air dengan memperlambat air yang melalui
padatan untuk mengendap keluar dan tumbuhan lahan basah akan menyerap
unsur hara tersebut. Fasilitas budidaya yang terletak atau berdampingan
dengan ladang pertanian tradisional dapat mengambil keuntungan dari
program pengelolaan lahan basah yang dikelola oleh Agriculture Stabilization
and Conservation Service. Program lahan basah mengambil lahan pertanian
untuk produksi melalui pembayaran atas pemilik tanah untuk tempat
konservasi secara permanen. Namun, jika jumlah limbah padat yang
diproduksi oleh tambak ikan melebihi kapasitas lahan basah untuk mengolah
bahan tersebut, lahan basah akan terisi an kekurangan efektivitasnya.
Beberapa jenis kelompok lahan basah alami yang terancam akan juga
dipengaruhi oleh penambahan limbah kolam/tambak ikan.

DAFTAR PUSTAKA

National Research Council. 1993. Nutrient requirements of fish. National


Academy Press. Washington, D.C. 114p. (Available from: National
Academy Press, PHONE: 202-334-3313).

Piper, R.G., McElwain, I.B., Orme, L.E., McCraren, J.P., Fowler, L.G. and J.R.
Leonard. 1982. Fish Hatchery Management. United States Department
of the Interior Fish and Wildlife Service, Washington, D.C., USA.
(Available from: American Fisheries Society, PHONE: 412-741-5700).

You might also like