You are on page 1of 4

Resume Materi Semantik (Jenis-Jenis Makna)

Nama : Syarifudin
NIM : 205 102 452
Jur/smt/ : Bahasa dan Sastra Arab/VIII

Banyak orang mengira bahwa makna cukup dengan menjelaskan sebuah kalimat atau kata. Para
ilmuan telah membedakan antara jenis-jenis makna dengan menjelaskannya terlebih dahulu
daripada batasan-batasan makna suatu kalimat.
Dr. Muhammad Muhktar ‘Umad telah mengklasifikasikan jenis-jenis makna ke dalam lima jenis
di antaranya sebagai berikut:
1. Makna Dasar/Asasi (‫)المعنى الساسى‬. Makna ini sering disebut juga sebagai makna awal (
‫)المعنى الولى‬, atau makna utama (‫)المعنى المركزى‬, makna gambaran (‫)المعنصصى التصصصورى‬, atau
makna pemahaman/conceptual meaning (‫)المعنصصى المفهصصومى‬, dan makna kognitif (‫المعنصصى‬
‫)الدراكي‬. Makna ini merupakan makna pokok dari suatu bahasa. Makna ini pun memiliki
hubungan erat dengan makna bahkan bisa dikatakan sama dengan makna dalam fonologi
atau nahwu.
Hubungan dengan fonologi karena suara (fon) dapat membentuk suatu makna gambaran (
‫ )المعنى التصورية‬dalam ilmu semantik. Hubungan makan ini dengan ilmu nahwu karena
dapat dipecah menjadi susunan yang membentuk unit makna (‫)الوحده الدللة‬. Unit makna
bergabung dan melahirkan suatu makna, sama halnya dalam ilmu nahwu seperti adanya
suara, morfem terikat, kata, susunan kata, dan kalimat ( ,‫ التركيب‬,‫ الكلمة‬,‫ المرفيم المتصلة‬,‫صوت‬
‫)الجملة‬.
Contohnya kalimat ‫ إمراة‬memiliki makna konseptual seperti berikut:
‫ بالغ‬+ ‫ إنسان – ذكر‬+ = ‫ إمراة‬atau
Wanita = manusia, bukan laki-laki, baligh (dewasa).
2. Makna Tambahan (‫)المعنى الضافي أو العرضي أو الثانوي أو التضمني‬, yaitu makna yang ada di luar
makna dasarnya. Makna ini dapat dikatakan sebagai makna tambahan dari makna dasar
namun makna ini tidak tetap dan perubahannya menyesuaikan dengan waktu dan
kebudayaan pengguna bahasa.
Contohnya kata ‘wanita’ (‫ )إمراة‬yang memiliki makna dasar ‘manusia bukan lelaki yang
dewasa’. Jika kata ini ditambahi dengan makna tambahan, maka banyak sekali makna
yang akan timbul dari kata tersebut. Seumpama jika kata ‘wanita’ dimaknai oleh sebuah
kelompok dengan ‘makhluk yang pandai memasak dan suka berdandan’, maka inilah
makna tambahan yang keluar dari kata ‘wanita’ tersebut. Atau jika ‘wanita’ dimaknai
dengan ‘makhluk yang lembut perasaannya, labil jiwanya, dan emosional’. Kedua makna
tambahan ini tidak berlaku tetap sebagai makna tambahan dari kata ‘wanita’. Apabila
suatu kelompok pada zaman tertentu menggunakannya maka makna tambahan itu masih
berlaku. Namun jika makna itu sudah tidak dipakai lagi, maka tidak berlaku pulalah
makna tambahan itu.
Contoh lainnya adalah kata ‘Yahudi’ (‫ )يهودي‬memiliki makna dasar ‘orang yang menganut
suatu agama Yahudi’ juga memiliki makna tambahan yaitu ‘orang yang jahat, licik, rakus,
pelit, penentang, dsb.’
3. Makna Gaya Bahasa/Style (‫)المعنصصى السصصلوبي‬, yaitu makna yang lahir karena disebabkan
karena penggunaan bahasa tersebut. Penggunaan bahasa dapat dilihat dalam bahasa sastra,
bahasa resmi, bahasa pergaulan, dan lain sebagainya. Perbedaan penggunaan bahasa
menimbulkan gaya yang berbeda dengan makna yang berbeda pula. Dalam bahasa sastra
sendiri memiliki perbedaan gaya bahasa seperti gaya bahasa puisi, natsr, khutbah, kitabah,
dan lain sebagainya.
Kata daddy digunakan untuk panggilan mesra kepada sang ayah, sedangkan father
digunakan sebagai panggilan hormat dan sopan kepada sang ayah. Kedua kata ini ternyata
berpengaruh terhadap penggunaan bahasa yang bermakna ‘ayah’ dalam bahasa Arab.
Kalimat ‫ داد‬digunakan oleh orang-orang aristokrat yang memiliki jabatan yang tinggi.
Kalimat ‫ الولصصد – والصصدي‬digunakan sebagai bahasa sopan dan hormat. Kalimat ‫بابصصا – بصصابي‬
digunakan dalam bahasa ‘Ammiyah Raaqin (‫)عامي راق‬. Dan kalimat ‫ أبويا – آبا‬digunakan
dalam bahasa ‘Aamiyah Mubtadzil (‫)عامي مبتذل‬.
4. Makna Nafsi (‫ )المعنى النفسي‬atau makna objektif, yaitu makna yang lahir dari suatu lafadz
atau kata sebagai makna tunggal
5. Makna Ihaa’i (‫)المعنى اليحائي‬, yaitu jenis makna yang berkaitan dengan unsur lafadz atau
kata tertentu dipandang dari penggunaannya. Dalam makna ini memiliki tiga pengaruh di
antaranya sebagai berikut:
a) Pengaruh suara (fonetis), contohnya seperti suara-suara hewan yang
menunjuk langsung pada hewan itu.
b) Pengaruh perubahan kata (sharfiyah) berupa akronim atau singkatan.
Contohnya ‫ بسمله‬singkatan dari ‫ صهصلق )مصصن صصصهل‬,‫ حمدله‬,‫بسم ال الرحمن الرحيم‬
‫)وصلق‬.
c) Pengaruh makna kiasan yang digunakan dalam ungkapan atau peribahasa.

Dalam bukunya, Geoffrey Leech membedakan makna pada tujuh unsur yang berbeda, yaitu
sebagi berikut:
1. Makna Konseptual, yaitu makna yang menekankan pada makna
logis. Kadang-kadang makna ini disebut makna ‘denotatif’ atau
‘koginitif’. Makna konseptual memiliki susunan yang amat
kompleks dan rumit, namun dapat dibandingkan dan dihubungkan
dengan susunan yang serupa pada tingkatan fonologis maupun
sintaksis.
2. Makna Konotatif,
3. Makna Stilistik,
4. Makna Afektif,
5. Makna Refleksi,
6. Makna Kolokatif,
7. Makna Tematik,
Resume Materi Semantik ‘Ukuran Makna’ (‫)قياس المعنى‬
Nama : Syarifudin
NIM : 205 102 452
Jur/smt/ : Bahasa dan Sastra Arab/VIII

Para Ilmuan bahasa menggunakan ukuran makna untuk memperjelas tujuan makna. Ada
bebarapa ukuran makna seperti di bawah ini:
1. Ukuran makna dasar pada kata-kata yang berlawanan. Pada dua kata yang berlawanan kata
dan penggunaannya sesuai realita objektif padahal menunjukkan makna yang umum.
Penggunaan kata ini mempengaruhi makna sehingga terjadi penyempitan makna untuk
kata masing-masing. Seperti kata ‘panas’, ‘hangat’, ‘sedang’, ‘sejuk’, ‘dingin’, dan ‘beku’.
Semua kata itu menunjukkan makna umum, yaitu cuaca namun perbedaan penggunaannya
disebabkan karena realita yang ada. Perbedaan makna pada kata-kata di atas dibedakan
karena tingkat kenyataannya.
2. Ukuran perbedaan dalam makna objektif dengan menyandarkan pada pemahaman orang
yang berbeda-beda. Ukuran makna ini telah dijelaskan oleh Charles E. Osgood dengan
teorinya yaitu ‘Psycho-semantics’. Dalam ukuran makna ini, sebuah kata memiliki
perbedaan yang jelas dalam maknana dengan kata yang lain. Contohnya kata ‫ خشن‬yang
berarti ‘kasar’ dan kata ‫ ناعم‬yang berarti ‘lembut’. Ukuran makna ini juga disebut sebagai
lawan kata atau antonimi
3. Ukuran psikologi pengguna bahasa. Ukuran makna tergantung pada segala hal yang
berhubungan langsung dengan psikologi manusia. Pemahaman manusia sangat
mempengaruhi makna, apabila pemahaman sempit, maka makna itu menjadi sempit dan
apabila pemahamannya luas maka makna itu akan menjadi luas. Perubahan makna kata
menjadi lebih sempit dinamakan peyorasi sedangkan perubahan makna kata menjadi lebih
luas dinamakan ameliorasi.
4. Ukuran tingkat makan seperti pada makna ‘ahdats’ (tertawa, berbicara, membaca, dan
menulis) dan kata-kata sifat seperti cerdas, panjang, bodoh, mahir, dan lain sebagainya.

You might also like