You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permukaan bumi pada hakekatnya merupakan sistem jaringan faktor


lingkungan yang berubah menurut ruang dan waktu. Berbagai bentuk ekstrem
lingkungan dan bentuk gradien lingkungan dapat berpengaruh kepada semua
mkahluk hidup terutama tumbuhan.
Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain. Lingkungan merupakan kompleks dari berbagai faktor
yang saling berinteraksi satu sama lainnya, tidak saja antara faktor-faktor biotik
dan abiotik, tetapi juga antara biotik itu sendiri dan juga antara abiotik dengan
abiotik. Setiap faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan dari suatu
organisme dalam proses perkembangannya disebut faktor lingkungan.
Tumbuhan dan hewan dalam ekosistem merupakan bagian hidup atau
komponen biotik, komponen ini akan menyesuaikan diri terhadap kondisi
lingkungan tertentu, dalam hal ini tidak ada organisme hidup yang mampu untuk
berdiri sendiri tanpa dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang ada, dan harus
ada kondisi lingkungan tertentu yang berperan terhadapnya dan menentukan
kondisi kehidupannya. Ada beberapa ahli yang merumuskan hukum yang
berlaku dalam suatu lingkungan seperti Hukum minimum Liebig, Hukum toleransi
Shelford dan faktor- faktor pembatas lingkungan.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai faktor-faktor
lingkungan yang mempengaruhi suatu mahluk hidup dan konsep-konsep dari
faktor lingkungan.

1
1.2 Tujuan
1. Untuk mempelajari konsep faktor lingkungan dari para ahli
2. Untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan
tumbuhan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Lingkungan


Lingkungan adalah keseluruhan semua faktor biotik (hidup) dan abiotik
(non hidup) yang mengelilinginya dan secara potensial mempengaruhi
organisme; dan lingkungan tersebut merupakan habitat organisme
(Hardjosuwarno, 1990). Lingkungan terbagi menjadi lingkungan mikro dan
makro. Lingkungan makro adalah lingkungan regional secara umum, dan
lingkungan mikro adalah yang cukup dekat dengan suatu obyek yang
dipengaruhinya. Lingkungan mikro dapat sangat berbeda dari lingkungan makro.
Misalnya lingkungan mikro di bawah suatu kanopi hutan adalah berbeda dari
lingkungan makro di atasnya dalam hal kelembaban, kecepatan angin, intensitas
cahaya. Lingkungan mikro tepat 1 mm di atas permukaan daun dapat berbeda
dalam kecepatan angin, kelembaban, dan suhu dari lingkungan makro yang
hanya berjarak 10 mm di atasnya. Tiap organ atau bagian tumbuhan berhadapan
langsung dengan lingkungan mikro yang berbeda. Jelas, lingkungan mikro
adalah suatu kondisi di mana tumbuhan yang bersangkutan harus bertanggap
(Hardjosuwarno, 1990).

2.2 Komponen Lingkungan


Lingkungan merupakan kompleks dari berbagai faktor yang saling
berinteraksi satu sama lainnya, tidak saja antara faktor-faktor biotik dan abiotik,
tetapi juga antara biotik itu sendiri dan juga antara abiotik dengan abiotik.
Dengan demikian secara operasional sulit untuk memisahkan satu faktor
terhadap faktor-faktor lainnya tanpa mempengaruhi kondisi keseluruhannya.
Meskipun demikian untuk memahami struktur dan berfungsinya faktor lingkungan
ini, secara abstrak kita bisa membagi faktor-faktor lingkungan ini ke dalam
komponen-komponennya, salah satunya adalah pembagian seperti di bawah ini.
a) Faktor iklim

3
Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca untuk jangka waktu yang panjang,
satu tahun dengan penyelidikan dalam waktu sampai 30 tahun. Sedangkan
cuaca merupakan gabungan dari sejumlah unsur cuaca yaitu suhu,
kelembababan, peraanan, penyinaran, dan hujan. Faktor iklim meliputi
parameter iklim utama seperti cahaya, suhu, ketersediaan air, dan angin. Iklim
terjadi karena adanya pengaruh :
1. rotasi dan revolusi bumi sehingga menyebabkan terjadinya pergeseran
semu matahari harian dan tahunan
2. perbedaan lintang geografis dan lintang fisis yang mengakibatkan
perbedaan lamanya waktu penerimaan dan jumlah penyerapan panas
matahari oleh bumi.
Ada beberapa cara menentukan atau membagi daerah iklim di muka
bumi, diantaranya pertama berkaitan dengan letak garis lintang, kedua berkaitan
dengan pengaruh dan keadaan fisis yang sebenarnya oleh alam sekitarnya.
Yang ketiga berkaitan dengan besarnya suhu udara dan curah hujan yang
berpengaruh terhadap kehidupan di muka bumi.
1) Iklim matahari dasar perhitungannya adalah banyaknya sinar matahari
yang diterima oleh permukaan bumi. Menurut teori makin jauh dari
khatulistiwa, makin besar sudut datangnya sinar matahari, sehingga
makin sedikit jumlah sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi,
dan suhu makin rendah. Pembagian daerah iklim menurut iklim matahari
yang didasarkan kepada letak garis lintang adalah sebagai berikut :
- daerah iklim tropis: 23 ½o LU – 23 ½o LS
- daerah iklim sedang : 23 ½o LU – 66 ½o LU
23 ½o LS – 66 ½o LS
- daerah iklim dingin : 66 ½o LU – 90o LU
66 ½o LS – 90o LS
2) Iklim fisis, yang pembagian daerahnya menurut kenyataan sesungguhnya
akibat pengaruh dari lingkungan fisis berupa :
- pengaruh daratan yang luas
- pengaruh lautan

4
- pengaruh angin
- pengaruh arus laut
- pengaruh vegetasi
- pengaruh topografi
Berdasarkan pengaruh=pengaruh tersebut ada beberapa iklim fisis, yaitu:
Iklim laut, iklim darat (kontinental), iklim daerah tinggi (pegunungan), dan
iklim muson.
3). Iklim Koppen, (W. Koppen,ahli iklim tahun 1918) mengklasifikasikan
iklimnya berdasarkan curah hujan dan suhu udara. Dunia dibagi menjadi
beberapa daerah dari khatulistiwa sampai kutub.

Daerah utara Simbol Pembagian Lanjutan


A. Iklim Hujan tropik 1. Af = Hutan hujan topik
2. Aw = Sabana
B. Iklim Kering 3. Bs = Stepa = padang rumput
4. Bw = padang pasir (gurun)
C. Iklim Hujan sedang 5. CW = panas, musim dingin kering
6. Cf = panas, basah sepanjang tahun
7. Cs = panas, musim panas kering
D. iklim hujan bersalju dingin 8. Df = hutan bersalju, basah sepanjang tahun
9. Dw = Hutan bersalju, musim dingin kering
E. Iklim kutub 10. Et = lumut (tundra)
11. Ef = es dan salju
Menurut W. Koppen sebagian besar daerah Indonesia termasuk golongan
Af dan Aw. Beberapa daerah pegunungan di Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, dan irian Jaya termasuk Cf dan sebagian Nusa Tenggara Timur
beriklim Aw.
Baik tumbuhan maupun hewan banyak dipengaruhi oleh keadaan iklim di
lingkungan hidup. Sebaliknya jumlah tumbuhan di suatu tempat atau daerah juga
dapat mempengaruhi keadaan iklim daerah itu. Keadaan iklim pada daerah atau
ruang kecil disebut iklim mikro. Umumnya organisme lebih banyak dipengaruhi
dan mempengaruhi iklim mikronya. Tumbuhan dalam melakukan kegiatannya

5
memerlukan panas sebagai sumber energi dan ekonomi air yang khusus.
Karena itu tumbuhan memberikan reaksi terhadap iklim mikro di sekitarnya.
Tetapi karena tumbuhan itu tumbuh menjadi besar maka bentuk dan ukurannya
berubah, sehingga mempengaruhi jumlah panas dan kelembaban tanah.
Kemudian tumbuhan itu mempengaruhi udara di sekitar tumbuhnya. Ada
interaksi antara tumbuhan dengan iklim di tempat tumbuhan itu. Pengaruh
tumbuhan terhadap iklim lingkungannya menjadi besar seiring dengan semakin
besarnya tumbuhan dan semakin besarnya rumpun tumbuhan itu. Semula
tumbuhan hanya dipengaruhi oleh iklim mikronya, tetapi sebaliknya setelah
jumlah tumbuhan makin banyak, tumbuhan itu dapat mempengaruhi iklim
makronya. Interaksi antara tumbuhan dan iklim lingkungannya disebut iklim
tumbuhan.
Ada hubungan erat antara pola iklim dengan distribusi tumbuhan,
sehingga da klasifikasi iklim yang didasarkan keadaan tumbuhan. Hutan yang
lebat dapat menambah kelembaban udara melalui transpirasi. Bayangan pohon-
pohon dapat mengurangi suhu udara, sehingga penguapan menjadi lebih kecil.
Tanah sedikit banyak bergantung pada iklim, hubungan yang komplks anatara
iklim, tanah, dan tumbuhan digambarkan sebagai berikut:

Iklim Tumbuhan

Tanah

b) Faktor Suhu
Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap makhluk
hidup, termasuk tumbuhan. Menurut Rai dkk (1998) suhu berperan langsung
hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses
kimia dalam tumbuhan tersebut, sedangkan berperan tidak langsung dengan
mempengaruhi faktor-faktor lainnya terutama suplai air. Suhu akan
mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan

6
tetapi juga laju kehilangan air dari organisme. Suhu sering berperan bersamaan
dengan cahaya dan air untuk mengontrol fungsi- fungsi dari organisme.
Perubahan suhu menimbulkan perubahan tekanan udara pada suatu
tempat atau wilayah. Perubahan tekanan udara menyebabkan terjadinya angin
yang dapat membawa uap air sampai pada bentuk hujan. Selain keadaan suhu
yang terdapat pada permukaan bumi, suhu yang terdapat dalam tanah juga
berpengaruh terhadap kehidupan organisme. Suhu juga berpengaruh pada
proses perkecambahan dan proses pelapukan.
Suhu rendah merupakan faktor pembatas terpenting bagi persebaran
tumbuhan. Tumbuhan mengalami penciutan pada saat pembekuan karena kristal
es memasuki ruang udara di luar sel dan di dalam sel hidup dapat terjadi
pembekuan es secara alami. Selain itu, aktivitas enzim pada suhu rendah
terganggu sehingga terjadi ketidakseimbangan metabolisme dalam sel. Pada
kondisi suhu tinggi yang ekstrem, enzim dapat mengalami denaturasi dan
pemutusan asam nukleat pada sebagian besar organisme. Sifat merusak pada
tumbuhan terutama pada fungsi fotosintesis yang tidak terjadi karena fotosistem
yang peka terhadap panas. Suhu tumbuhan biasanya kurang lebih sama dengan
suhu sekitarnya karena adanya pertukaran suhu yang terus- menerus antara
tumbuhan dengan udara sekitarnya. Kisaran toleransi suhu bagi tumbuhan
sangat bevariasi, untuk tanaman di tropika, semangka, tidak dapat mentoleransi
suhu di bawah 150 - 180 C, sedangkan untuk biji- bijian tidak bisa hidup dengan
suhu di bawah minus 20 C - minus 50 C. Sebaliknya konifer di daerah temperat
masih bisa mentoleransi suhu sampai serendah minus 300 C. Tumbuhan air
umumnya mempunyai kisaran toleransi suhu yang lebih sempit jika dibandingkan
dengan tumbuhan di daratan. Secara garis besar semua tumbuhan mempunyai
kisaran toleransi terhadap suhu yang berbeda tergantung pada umur,
keseimbangan air dan juga keadaan musim.

c) Faktor cahaya
Cahaya sangat penting bagi kehidupan organisme dalam segi
mempengaruhi dan mengontrol. Cahaya sangat diperlukan untuk fotosintesis

7
yang mempengaruhi pertumbuhan setiap tumbuhan. Ada tiga aspek dari cahaya
yang berpengaruh bagi kehidupan yaitu:
1. Kualitas Cahaya
Secara fisika, radiasi matahari merupakan gelombang- gelombang
elektromagnetik dengan berbagai panjang gelombang. Tidak semua
gelombang- gelombang tadi dapat menembus lapisan atas atmosfer untuk
mencapai permukaan bumi. Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk
mengelola cahaya dengan panjang gelombang antara 0,39 - 7,6 mikron.
Klorofil yang berwarna hijau mengasorpsi cahaya merah dan biru, dengan
demikian panjang gelombang itulah yang merupakan bagian dari spectrum
cahaya yang sangat bermanfaat bagi fotosintesis.
2. Intensitas cahaya
Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya
terpenting sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga
pengendali utama dari ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik
dalam ruang maupun dalam waktu. Intensitas cahaya terbesar terjadi di
daerah tropika, terutama daerah kering (zona arid), sedikit cahaya yang
direfleksikan oleh awan. Di daerah garis lintang rendah, cahaya matahari
menembus atmosfer dan membentuk sudut yang besar dengan permukaan
bumi. Sehingga lapisan atmosfer yang tembus berada dalam ketebalan
minimum. Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis
lintang. Pada garis lintang yang tinggi matahari berada pada sudut yang
rendah terhadap permukaan bumi dan permukaan atmosfer, dengan
demikian sinar menembus lapisan atmosfer yang terpanjang ini akan
mengakibatkan lebih banyak cahaya yang direfleksikan dan dihamburkan
oleh lapisan awan dan pencemar di atmosfer.
Intensitas cahaya dalam suatu ekosistem adalah bervariasi. Kanopi
suatu vegetasi akan menahan dan mengabsorpsi sejumlah cahaya sehingga
ini akan menentukan jumlah cahaya yang mampu menembus dan merupakan
sejumlah energi yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dasar. Intensitas
cahaya yang berlebihan dapat berperan sebagai faktor pembatas. Cahaya

8
yang kuat sekali dapat merusak enzim akibat fotooksidasi, ini menganggu
metabolisme organisme terutama kemampuan di dalam mensisntesis protein.
3. Lama Penyinaran
Lama penyinaran relative antara siang dan malam dalam 24 jam akan
mempengaruhi fisiologis dari tumbuhan. Fotoperiodisme adalah respon dari
suatu organisme terhadap lamanya penyinaran sinar matahari. Contoh dari
fotoperiodisme adalah perbungaan, jatuhnya daun, dan dormansi. Di daerah
sepanjang khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperiodisme akan konstan
sepanjang tahun, sekitar 12 jam. Di daerah bermusim panjang hari lebih dari
12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim
dingin. Fotoperiodisme ini tidaklah menunjukkan adanya pengaruh yang
mencolok. Tumbuhan akan tetap aktif dan berbunga sepanjang tahun
asalkan faktor- faktor lainnya dalam hal ini suhu, air, dan nutrisi tidak
merupakan faktor pembatas.

d) Faktor air
Setiap makhluk sangat memerlukan air, dan bagi tumbuhan air berperan
sebagai pelarut mineral-mineral dalam tanah dan sebagai sarana pengangkutan
zat hara di dalam tubuhnya. Bagi tumbuhan, kekurangan air akan menimbulkan
kelayuan sampai kematian. Sebaliknya daerah yang terlalu banyak air juga akan
menyulitkan bagi hidupnya tumbuhan. Makhluk hidup memperoleh air dari air
yang ada di bumi. Di dalam air mengalami proses yang berbentuk daur atau
siklus yang disebut daur hidrologik, melalui daur inilah sebagian besar tanah di
muka bumi memperoleh air. Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah
hujan sangat tergantung dari iklim di daerah yang bersangkutan. Air menutupi
sekitar 70% permukaan bumi.
Menurut Rai (1998), air memiliki beberapa peranan penting bagi
tumbuhan yaitu antara lain :
1. Struktur Tumbuhan. Air merupakan bagian terbesar pembentukan jaringan
dari semua makhluk hidup. Antara 40% sampai 60% dari berat segar pohon
tersusun atas air. Cairan yang mengisi sel memiliki peran dalam menjaga

9
substansi tetap dalam keadaan yang tepat untuk menjalankan fungsi
metabolisme.
2. Sebagai Penunjang. Tumbuhan memerlukan air untuk menunjang jaringan-
jaringan yang tidak berkayu. Apabila sel-sel jaringan tersebut memiliki cukup
air, maka sel -sel tersebut akan berada dalam keadaan kokoh. Air yang ada
dalam sel tumbuhan tersebut nantinya akan menghasilkan suatu tekanan
yang disebut tekanan turgor. Dengan adanya tekanan turgor tersebut akan
menyebabkan sel mengembang dan apabila jumlah air tidak memadai akan
menyebabkan terjadinya proses plasmolisis.
3. Alat Angkut. Air di perlukan oleh tumbuhan sebagai alat untuk mengangkut
materi dan nutrisi di sekitar tubuhnya, dan menyalurkan materi dan nutrisi
tersebut ke bagian tumbuhan lainnya sebagai substansi yang terlarut dalam
air.
4. Pendinginan. Tumbuhan akan mengalami proses transpirasi, akibat dari
proses transpirasi tersebut akan menyebabkan tumbuhan kehilangan air.
Hilangnya sebagian air dari tumbuhan akan mendinginkan tubuh tumbuhan
tersebut dan menjaga tumbuhan dari pemanasan yang berlebihan sehingga
suhu tanaman menjadi konstan.
5. Pelarut dan medium reaksi biokimia
6. Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan sel dan pembesaran
sel)
7. Bahan baku fotosintesis

e) Faktor udara
Semua organisme memerlukan udara, terutama oksigen, nitrogen,
hidrogen dalam bentuk uap air, dan karbondioksida yang semuanya merupakan
bagian dari udara atmosfer. Sebaian udara terdapat di sekeliling bumi sebagai
bagian dari atmosfer. Sebagian lagi mengisi pori-pori tanah, dan larut dalam air.
Hewan dan manusia memperoleh langsung dari udara, sebagian dari udara yang
terdapat dalam pori-pori tanah. Nitrogen diperoleh tumbuhan sebagian dari udara
dalam bentuk (hasil fiksasi menjadi bentuk anorganik, umumnya nitrat) amoniak

10
dan nitrit. Sedangkan nitrit yang sampai di tanah segera diubah oleh bakteri nitrit
menjadi nitrat. Karbondioksida ditangkap oleh tumbuhan langsung dari udara
dan dari yang larut dalam air.
Khususnya bagi tumbuhan adanya udara di dalam tanah sebagai tempat
hidupnya adalah sangat penting yaitu di dalam tanah sekeliling akar harus
terdapat udara. Proses yang menyebabkan udara dalam tanah ditukar dengan
udara dari atmosfer disebut aerasi. Tanah yang dianggap aerasinya baik yaitu
bercirikan harus ada ruang yang cukup untuk menyimpan udara yang diperlukan
dan memberi kemungkinan udara dapat mudah bergerak masuk dan keluar dari
ruang-ruang tersebut. Susunan udara terutama antaraoksigen dan
karbondioksida pada bagian topsoil yaitu O2 dalam udara tanah lebih kecil
sdangkan CO2 lebih besar dibanding dengan kandungan gas tersebut dalam
atmosfer. Dalam tanah juga terdapat gas seperti metan, sulfida, hidrogen, dan
lain-lain yang terbentuk dalam proses penguraian bahan organik oleh
mikroorganisme. Pengaruh aerasi yang kurang baik terhadap tumbuhan tingkat
tinggi tampak dalam bentuk :
1. tumbuhnya tumbuhan terganggu, karena tumbuhan akar-akarnya dibatasi.
2. absorbsi unsur hara terganggu
3. air pada umumnya menjadi berkurang
4. pembentukan senyawa racun organik tertentu dimungkinkan oleh adanya
aerasi yang kurang baik.
Semua itu akan memengaruhi penyebaran tumbuhan dan hewan di muka bumi.

f) Faktor tanah
Karakteristika dari tanah seperti nutrisi tanah, reaksi tanah, kadar air
tanah, dan kondisi fisika tanah. Tanah adalah bagian bumi dimana tumbuhan
dan makhluk hidup lain dapat hidup. Manusia menikmatai dan menggunakan
tumbuhan karena keindahannya dan karena manfaatnya untuk dimakan
sedangkan hewan lain memanfaatkan tumbuhan untuk sumber makanan. Tanah
dapat ditemukan hampir dimana saja dan kiranya tanah itu selalu bersama kita.
Makin dekat dengan atmosfer bagian atas tanah menjadi sasaran pelapukan

11
oleh angin, air, dan panas. Pada bagian ini terdapat paling banyak akar-akar
tumbuhan. Sisa-sia tumbuhan yang mula-mula terdapat di atas permukaan, oleh
cacing-cacing atau hewan-hewan kecil lainnya dimasukkan ke dalam lapisan-
lapisan permukaan dan dirombak, sebagian diuraikan (didekomposisikan) oleh
mikroorganisme.
Para ilmuwan menganggap tanah itu, suatu tubuh alam yang mempunyai
arti ke dalam dan daerah permukaan. Mereka juga memandang tanah sebagai
hasil alam oleh gaya destruktif dan gaya sistetik. Pelapukan dan pembusukan
oleh mikroba merupakan contoh proses destruktif. Sedangkan pembentukan
mineral baru, seperti lempung tertentu dan perkembangan corak lapisan yang
khas merupakan proses sistetik.
Ada 4 komponen utama tanah yaitu: bahan mineral, bahan organik, air,
dan udara. Keempat komponen ini merupakan bahan yang halus dan bercampur
secara terpadu. Sebenarnya kontak itu sering begitu eratnya sehingga agak sulit
untuk dapat memisahkan kembali dengan memuaskan. Komposisi keempat
komponen itu kurang lebih 45% berupa bahan mineral, 5 % bahan organik, 25 %
air, dan 25 % udara. Air dan udara yang jumlahnya mencapai 50 % itu mengisi
pori-pori yang ada di antara butiran-butiran tanah.

g) Faktor topografi
Istilah Topografi diambil dari bahasa Yunani yaitu: Topos yang berarti
"tempat“ dan Graphia yang berarti "menulis“. Faktor topografi adalah faktor yang
mempengaruhi penyebaran makhluk hidup terutama yang tampak jelas jenis
tumbuhannya. Yang termasuk faktor topografi adalah altitude dan latitute suatu
tempat. Altitude adalah suatu ketinggian yang diukur dari permukaan laut,
sedang latitude atau garis lintang yang diukur dari garis khatulistiwa. Ada
korelasi antara jenis tumbuhan ke arah tempat yang makin tinggi dengan tempat
yang makin jauh dari garis khatulistiwa. Faktor yang berperan adalah suhu.
Sesuai dengan kenyataan bahwa makin tinggi suatu tempat akan mempunyai
jenis tumbuhan yang sama dengan tumbuhan yang makin ke utara dari
khatulistiwa atau sebaliknya. Semakin tinggi suatu tempat, maka semakin rendah

12
suhu tempat tersebut. Semakin tinggi suatu tempat, maka intensitas matahari
semakin berkurang. Suhu dan penyinaran inilah yang akan digunakan untuk
menggolongkan tanaman apa yang sesuai untuk dataran tinggi atau dataran
rendah. Ketinggian tempat dari permukaan laut juga sangat menentukan
pembungaan tanaman. Tanaman berbuahan yang ditanam di dataran rendah
berbunga lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran tinggi.
Suhu yang terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan tanaman bahkan akan
dapat mengakibatkan kematian bagi tanaman. Demikian pula sebaliknya suhu
yang terlalu rendah.

h) Faktor biotik
Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di
bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan
sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme
berperan sebagai dekomposer. Faktor biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan
organisme yang meliputi individu, populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer.
Tingkatan-tingkatan organisme makhluk hidup tersebut dalam ekosistem akan
saling berinteraksi, saling mempengaruhi membentuk suatu sistem yang
menunjukkan kesatuan.

Komponen lingkungan dapat dibagi menjadi:


Faktor Fisik/Abiotik Faktor Hidup/Biotik
Energi : Tumbuhan hijau
Radiasi Tumbuhan tidak hijau
Suhu Pengurai
Aliran panas Parasit
Air Hewan
Atmosfer dan angin Manusia
Api
Gravitasi
Geologi dan tanah
Sumber : Billings (1970)
13
Sinar, temperatur, air secara ekologi merupakan faktor lingkungan yang
penting di darat. Sinar, temperatur dan kadar garam (salinitas) merupakan tiga
besar di laut. Semua keadaan atau atau sarat fisik untuk kehadiran atau hidup
tidak saja merupakan faktor-fakto pembatas dalam arti kata yang merusak tetapi
juga faktor-faktor yang mengatur dalam arti kata menguntungkan bahwa
organisme-organisme yang telah menyesuaikan diri menanggapi faktor-faktor
tersebut dalam cara sedemikian sehingga komunitas dari organisme itu
mencapai homeostatis semaksimum mungkin di bawah keadaan atau syarat itu.

2.3 Hubungan Antar Faktor Lingkungan


Dalam kajian ekosistem sangat penting untuk menganalisis bagaimana
faktor-faktor lingkungan beroperasi atau berfungsi, karena dalam kenyataannya
faktor-faktor lingkungan saling berinteraksi satu sama lainnya. Sebagai contoh
adalah iklim dan tanah akan berpengaruh secara kuat dalam pola kontrolnya
terhadap komponen biotik, menentukan jenis-jenis yang akan mampu
menempati suatu tempat atau daerah tertentu. Meskipun demikian karakteristik
mendasar dari ekosistem apapun akan diatur oleh komponen abiotiknya.
Pengaruh dari variabel abiotik akan dimodifikasi oleh tumbuhan dan
hewan, misalnya terciptanya perlindungan pohon oleh hewan meskipun sifatnya
terbatas. Faktor-faktor abiotik merupakan penentu secara mendasar terhadap
ekosistem, sedangkan kontrol faktor biotik setidaknya tetap menjadi penting
dalam mempengaruhi penyebaran dan fungsi individu dari jenis makhluk hidup.
Semua faktor lingkungan bervariasi secara ruang dan waktu. Organisme hidup
bereaksi terhadap variasi lingkungan ini, sehingga hubungan ini akan
membentuk komunitas dan ekosistem tertentu, baik berdasarkan ruang maupun
waktu.

2.4 Konsep Faktor Pembatas


Kehadiran dan keberhasilan suatu organisme atau golongan organisme-
organisme tergantung kepada kompleks keadaan. Keadaan yang manapun yang

14
mendekati atau melampaui batas-batas toleransi dinamakan sebagai yang
membatasi atau faktor pembatas (Odum, 1983).
Organisme hidup di alam dikontrol tidak hanya oleh suplai materi yang
minimum diperlukannya tetapi juga oleh faktor-faktor lainnya yang keadaannya
kritis. Faktor apapun yang kurang atau melebihi batas toleransinya mungkin akan
merupakan pembatas dalam penyebaran jenis. Memang sulit untuk menentukan
di alam faktor-faktor pembatas ini, karena masalah yang erat kaitannya dengan
pemisahan pengaruh setiap komponen lingkungan secara terpisah di habitatnya.
Nilai lebih dari penggabungan konsep faktor pembatas adalah dalam
memberikan pola atau arahan dalam kajian hubungan-hubungan yang kompleks
dari faktor lingkungan ini.
Kajian-kajian ekologi toleransi yang didasarkan pada pemikiran Liebig dan
Shelford pada umumnya tidak menjawab pertanyaan ekologi mendasar,
bagaimana jenis-jenis teradaptasi terhadap beberapa faktor pembatasnya.
Pandangan ekologi yang lebih berkembang adalah memikirkan perkembangan
jenis untuk mencapai suatu kehidupan dengan memperhatikan kisaran toleransi
sebagai hasil sampingan dari persyaratan yang dipilih dalam pola kehidupannya.
Pendekatan ini menekankan pentingnya evolusi yang membawa pengertian yang
lebih baik hubungan antara individu suatu jenis dengan habitatnya.

2.4. 1 Hukum Minimum Liebig


Gagasan bahwa suatu organisme tidak lebih kuat daripada rangkaian
terlemah dalam rantai kebutuhan ekologinya pertama kali dinyatakan oleh Justus
Liebig pada tahun 1840. Liebig merupakan perintis dalam pengkajian pengaruh
berbagai faktor terhadap pertumbuhan tumbuh-tumbuhan. Dia menemukan
bahwa hasil tanaman sering kali dibatasi tidak oleh hara yang diperlukan dalam
jumlah banyak, seperti karbondioksida dan air. Pernyataannya bahwa
“pertumbuhan sesuatu tanaman tergantung pada jumlah bahan makanan yang
disediakan baginya dalam jumlah minimum” terkenal sebagai “Hukum Minimum
Liebig” (Odum, 1983).

15
Hukum minimum hanya berperan dengan baik untuk materi kimia yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan reproduksi. Liebig tidak mempertimbangkan
peranan faktor lainnya, baru kemudian peneliti lainnya mengembangkan
pertanyaannya yang menyangkut faktor suhu dan cahaya. Sebagai hasilnya
mereka menambahkan dua pertanyaan, yaitu:
a. Hukum ini berlaku hanya dalam kondisi keseimbangan yang dinamis atau steady
state. Apabila masukan dan keluaran energi dan materi dari ekosistem tidak
berada dalam keseimbangan, jumlah berbagai substansi yang diperlukan akan
berubah terus dan hukum minimum tidak berlaku.
b. Hukum minimum harus memperhatikan juga sarana interaksi di antara faktor-
faktor lingkungan. Konsentrasi yang tinggi atau ketersediaan yang melimpah dari
sesuatu substansi mungkin akan mempengaruhi laju pemakaian dari substansi
lain dalam jumlah yang minimum. Sering juga terjadi organisasi hidup
memanfaatkan unsur kimia tambahan yang mirip dengan yang diperlukan yang
ternyata tidak ada di habitatnya.

2.4.2 Hukum Toleransi Shelford


Salah satu perkembangan yang paling berarti dalam kajian faktor
lingkungan terjadi pada tahun 1913 ketika Victor Shelford mengemukakan
hukum toleransi. Hukum ini mengungkapkan pentingnya toleransi dalam
menerangkan distribusi dari jenis. Hukum toleransi menyatakan bahwa untuk
setiap faktor lingkungan suatu jenis mempunyai suatu kondisi minimum dan
maksimum yang dapat dipikulnya, diantara kedua harga ekstrim ini merupakan
kisaran toleransi dan termasuk suatu kondisi optimum.
Kisaran toleransi dapat dinyatakan dalam bentuk kurva lonceng, dan akan
berbeda untuk setiap jenis terhadap faktor lingkungan yang sama atau
mempunyai kurva yang berbeda untuk satu jenis organisme terhadap faktor-
faktor lingkungan yang berbeda. Misalnya jenis A mungkin mempunyai batas
kisaran yang lebih luas terhadap suhu tetapi mempunyai kisaran yang sempat
terhadap kondisi tanah. Untuk memberikan gambaran umum terhadap kisaran

16
toleransinya ini, biasanya dipakai awalan steno- untuk kisaran toleransi yang
sempit, awalan iri- untuk kisaran toleransi yang luas.
-----------------------------------------------------------------------------
Toleransi sempit Toleransi luas Faktor lingkungan
----------------------------------------------------------------------------
Stenotermal iritermal suhu
Stenohidrik irihidrik air
Stenohalin irihalin salinitas
Stenofagik irifagik makanan
Stenoedafik iriedafik tanah
Stenoesius iriesius seleksi habitat
------------------------------------------------------------------------
Shelford menyatakan bahwa jenis-jenis dengan kisaran toleransi yang
luas untuk berbagai faktor lingkungan akan menyebar secara luas. Ia juga
menambahkan bahwa dalam fasa reproduksi dari daur hidupnya faktor-faktor
lingkungan lebih membatasi: biji, telur, embrio mempunyai kisaran yang sempit
jika dibandingkan dengan fasa dewasanya.
Hasil Shelford telah memberikan dorongan dalam kajian berbagai ekologi
toleransi. Berbagai percobaan dilakukan di laboratorium untuk mendapatkan
atau menentukan kisaran toleransi dari individu sesuatu jenis makhluk hidup.
terhadap berbagai faktor lingkungan. Hasilnya sangat berguna untuk aspek-
aspek terapan, seperti menentukan toleransi jenis terhadap pencemaran air yang
sedikit banyak akan memberikan gambaran dalam hal penyebaran tersebut.
Shelford sendiri memberikan penjelasan dalam hukumnya bahwa reaksi
suatu organisme terhadap faktor lingkungan tertentu mempunyai hubungan yang
erat dengan kondisi lingkungan lainnya, misalnya apabila nitrat dalam tanah
terbatas jumlahnya maka resistensi rumput terhadap kekeringan akan menurun.
Dengan demikian ia juga sudah memberikan gambaran bahwa adanya
kemungkinan yang tidak menyeluruh hasil penelitian di laboratorium (kondisi
buatan) yang memperlihatkan hubungan antara satu faktor lingkungan dengan
organsime hidup.

17
Shelford juga melihat kenyataan bahwa sering organisme hidup,
tetumbuhan dan hewan-hewan, hidup berada pada kondisi yang tidak optimal.
Mereka berada dalam kondisi yang tidak optimal ini akibat kompetisi dengan
yang lainnya, sehingga berada pada keadaan yang lebih efektif dalam
kehidupannya. Misalnya berbagai kehidupan tetumbuhan di padang pasir
sesungguhnya akan tumbuh lebih baik di tempat yang lembab, tetapi mereka
memilih padang pasir karena adanya keuntungan ekologi yang lebih. Demikian
juga dengan anggrek sebenarnya kondisi optimalnya berada pada keadaan
penyinaran yang langsung, tetapi mereka hidup di bawah naungan karena faktor
kelembaban sangat lebih menguntungkan.
Beberapa asas tambahan terhadap “hukum” toleransi dapat dinyatakan
sebagai berikut :
a. Organisme-organisme dapat memiliki kisaran toleransi yang lebar bagi satu
faktor dan kisaran yang sempit untuk lainnya.
b. Organisme-organisme dengan kisaran-kisaran toleransi yang luas untuk semua
factor wajar memiliki penyebaran yang paling luas.
c. Apabila keadaan-keadaan tidak optimum bagi suatu jenis mengenai satu faktor
ekologi, batas-batas toleransi terhadap faktor-faktor ekologi lainnya dapat
dikurangi berkenaan dengan faktor-faktor ekologi lainnya..
d. Sering kali ditemukan bahwa organisme-organisme di alam sebenarnya tidak
hidup pada kisaran optimum berkenan dengan faktor fisik tertentu.
e. Periode reproduksi biasanya merupakan periode yang gawat apabila factor-
faktor lingkungan bersifat membatasi. Batas-batas toleransi individu-individu
reproduktif, biji-biji, telur-telur, embrio, kecambah atau anak-anakan pohon, larva
biasanya lebih sempit daripada tumbuh-tumbuhan atau binatang dewasa lebih
sempit daripada tumbuh-tumbuhan atau binatang dewasa nonproduktif.
2.4.3 Konsep Holocoenotic Lingkungan
Kira-kira 100 tahun sesudah Humboldt menulis bahwa sembarang yang
nampak hidup bersama saling terkait dan saling tergantung satu sama lain (sifat
ekosistem), Karl Friedrich member nama sifat ekosistem tersebut dengan nama :
holoenotik (holocoenotic). (Holocoen adalah sinonim dengan ekosistem). Konsep

18
holosenotik adalah suatu klimaks alami terhadap modifikasi lain pada hokum
minimum Liebig.
Telah diketahui bila suatu faktor pembatas dapat diatasi, maka akan
timbul faktor pembatas lain. Bila salah satu dari faktor lingkungan kita ubah,
perubahan ini akan mempengaruhi atau mengubah kompinen-komponen lain.
Contohnya bila suhu udara dalam rumah kaca dinaikkan 100 C maka udara di
dalam rumah kaca akan mengandung lebih banyak uap air. Tekanan uap air dari
permukaan cairan dalam ruangan akan bertambah, akibatnya laju penguapan
akan meningkat. Hal ini juga akan meningkatkan laju transpirasi sehingga
absorpsi air akan naik pula. Kadar air tanah menjadi berkurang, lebih banyak
udara masuk ke dalam tanah dan menyebabkan tanah menjadi semakin kering.
Reaksi berantai ini dapat terjadi berulang-ulang. Walaupun pertumbuhan suatu
individu organisme atau sekelompok organisme dipengaruhi oleh faktor-faktor
pembatas, namun tidak dapat disangkal bahwa lingkungan benar-benar
merupakan suatu kumpulan dari macam-macam faktor yang saling berinteraksi.
Jika suatu faktor berubah maka hamper semua faktor lainnya ikut berubah.
Konsep holosenotik menyatakan bahwa tidak mungkin untuk mengisoler
arti penting faktor lingkungan tunggal yang berpengaruh terhadap distribusi atau
kelimpahan suatu spesies, karena faktor-faktor tersebut bersifat saling
bergantung satu sama lain atau interdependen, dan dapat bekerja secara
sinergetik. Oleh karena itu, faktor tunggal ekologi yaitu suatu faktor lingkungan
penting yang paling menentukan distribusi tumbuhan adalah tak terpikirkan
dalam kasus tersebut, dan ini dianggap sangat naïve menurut jalan pikiran
konsep holosenotik.
Konsep holosenotik tidak berarti bahwa semua faktor harus stara atau
mempunyai bobot sama. Faktor tertentu dalam suatu ekosistem dapat
mendominer yang lainnya. Billings (1970) menamakan faktor tesebut sebgai
faktor pemicu (trigger) (Hardjosuwarno, 1990).

BAB III
PENUTUP

19
3.1 Kesimpulan

Lingkungan dipengaruhi oleh faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor biotik
meliputi manusia, hewan, tumbuhan dan pengurai sedangkan faktor abiotik
meliputi energi, radiasi, suhu, aliran panas, air, atmosfer dan angin, api, gravitasi,
geologi dan tanah.
Beberapa konsep faktor lingkungan yang diungkapkan oleh para ahli
antara lain Hukum Minimum Liebig, Hukum Toleransi Shelford dan Konsep
Holocoenotik Lingkungan Billing.

3.2 Saran
Sebagai seorang intelektual muda, mahasiswa berkewajiban menjaga
lingkungan baik biotik maupun abiotik agar terjadi keseimbangan di muka bumi.

20

You might also like