Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Danang Wibianto
2011
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Istirahat dan tidur adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus
terpenuhi ketika orang sedang beristirahat, mereka akan merasa relaks secara mental,
bebas dari kecemasan , dan tenang secara fisik. Istirahat tidak berarti tanpa aktifitas,
meskipun setiap orang sering berfikir tentang hal seperti duduk di kursi yang nyaman
atau berbaring di tempat yang nyaman, atau berbaring di tempat tidur. Ketika seorang
sedang beristirahat meraka berada pada keadaan aktifitas mental dan fisik yang
menyegarkan kembal, bergairah kembali, dan sikap untuk meyelesaikan aktifitas
selanjutny. Semua orang memiliki kebiasaan masing-masing untuk memperoleh
istirahat dan kenyamanan lingkungan untuk bisa beristirahat dan tidur.
B. Tujuan
Untuk mengatasi ganguan tidur pasien
B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus secara bergantian dengan periode yang
lebih lama dari keterjagaa. Siklus tidur – terjaga mempengaruhi dan mengatur fungsi
fisiologis dan respon perilaku.
2. Etiologi
a) Rasa nyeri
b) Psikologis
c) Suhu tubuh
d) Rasa bosan
e) Pola aktivitas siang hari
f) Keletihan
g) Ketakutan
h) Depresi
i) Kurangnya privasi
j) Gejala emosi
k) Kondisi yang tidak menunjang tidur
l) Rasa khawatir (kecemasan) atau tertekan jiwanya
3. Patofisiologi
Pengontrolan siklus yang dialami selama tidur berpusat pada kedua tempat khusus di
batang otak yaitu Reticularis Activiting System (RAS) dan Bulbar Synchconiting
Region BSR) di medulla. Dua system RAS dan BSR diperkirakan terjadinya kegiatan/
pergerakan yang intermiten dan selanjutnya menekan pusat-pusat otak. Ras
dihubungkan dengan pernyataan tubuh tentang kewaspadaan dan menerima impuls
sensori, seperti stimulus auditory, visual, nyeri dan stimulus taktil. Stimulus sensori ini
mempertahankan keadaan bangun dan waspada. Selama tidur tubuh mengirim sedikit
sekali stimulus dari korteks cerebri.atau reseptor sensori perifer pada RAS. Individu
bangun dari tidur jika celah peningkatan dari stimulus BSR meningkat pada saat tidur.
Terjadinya insomnia dimungkinkan RAS dan BSR tidak bekerja dengan semestinya di
batang otak.
4. Tanda dan Gejala
a) Pasien menunjukkan perasaan lelah
b) Iritabel dan gelisah
c) Lesu dan apatis
d) Mata sembab, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah dan mata
terasa pedih.
e) Perhatian terpecah–pecah
f) Sakit kepala
g) Nausea
h) Perubahan tingkah laku dan kepribadian
i) Meningkatkan kegelisahan
j) Gangguan persepsi
k) Bingung dan disorientasi waktu dan tempat
l) Gangguan koordinasi
m) Bicara rancu
5. Patofisiologi
Pengontrolan siklus yang dialami selama tidur berpusat pada kedua tempat khusus
di batang otak yaitu Reticularis Activiting System (RAS) dan Bulbar Synchconiting
Region BSR) di medulla. Dua system RAS dan BSR diperkirakan terjadinya
kegiatan/ pergerakan yang intermiten dan selanjutnya menekan pusat-pusat otak.
Ras dihubungkan dengan pernyataan tubuh tentang kewaspadaan dan menerima
impuls sensori, seperti stimulus auditory, visual, nyeri dan stimulus taktil. Stimulus
sensori ini mempertahankan keadaan bangun dan waspada. Selama tidur tubuh
mengirim sedikit sekali stimulus dari korteks cerebri.atau reseptor sensori perifer
pada RAS. Individu bangun dari tidur jika celah peningkatan dari stimulus BSR
meningkat pada saat tidur. Terjadinya insomnia dimungkinkan RAS dan BSR tidak
bekerja dengan semestinya di batang otak.
7. Pemeriksaan Penunjang
CT Scan
EEG
8. Pathway
Nyeri
9. Pengkajian
a. Riwayat tidur meliputi:
1) Waktu berangkat, jatuh dan bangun tidur
2) Jumlah tidur siang dan malam hari, waktu dan lamanya
3) Kegiatan sehari-hari, latihan dan rekreasi
4) Kebiasaan dan lingkungan tidur
5) Mempergunakan doa sebelum tidur dan alat-alat khusus
6) Apakah pasien tidur sendirian
7) Obat-obatan yang digunakan sebelum tidur
8) Intake dan stimulant
9) Bagaimana perasaan pasien tentang tidurnya
10) Apakah adea kesukaran tidur
11) Apakah ada perubahan pola tidur
b. Tanda-tanda atau gejala-gejala klinis
1) Pasien menunjukkan perasaan lelah
2) Iritabel dan gelisah
3) Lesu dan apatis
4) Mata sembab, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah dan mata terasa pedih.
5) Perhatian terpecah–pecah
6) Sakit kepala
7) Nausea
c. Tanda atau gejala penyimpangan tidur
1) Perubahan tingkah laku dan kepribadian
2) Meningkatkan kegelisahan
3) Gangguan persepsi
4) Bingung dan disorientasi waktu dan tempat
5) Gangguan koordinasi
6) Bicara rancu
EVALUASI
S = Respon Subjektif klien
O = Respon Objektif klien
A = Menilai masalah klien dengan NOC
P = Rencana yang masih harus dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, Marion& Maas, Meidean. 2000. Nursing Outcome Classification. New York :
Mosby.
Kozier , B 2004, Fundamentals of nursing concepts, process and practice, 7th Ed., Pearson
Education Line, New Jersey.
Solomon 2003, ‘Kemampuan Pengelolaan Emosi pada Karyawan (Studi Kasus PT.
Indofood Tbk. Jkt)’, Dalam Jurnal Psikologi UI.
Suyono, S 2001, Ilmu penyakit dalam Jilid 2, Edisi ketiga, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.