Professional Documents
Culture Documents
I. Pendahuluan
Nyeri perut adalah salah satu manifestasi gangguan saluran cerna dan
organ yang berada di dalam ronga abdomen. Nyeri perut dapat
dikelompokkan berdasar lokasi nyeri yang dirasakan. Untuk
mempermudah, pengelompokkan dibagi menjadi 9 regio. Adapun nyeri di
regio epigastrium biasanya disebabkan kelainan pada organ lambung,
duodenum, saluran empedu, dan pankreas.
Selain nyeri, petunjuk adanya kelainan pada saluran cerna ialah diare.
Diare merupakan upaya pertahanan tubuh sebagai respon terhadap
adanya kelainan atau adanya benda asing yang dapat membahayakan
saluran cerna tersebut. Namun, bila tidak terkontrol dan ditangani, diare
adalah ancaman bagi tubuh, hal mana dapat menimbulkan komplikasi
diataranya adalah dehidrasi.
Tukak lambung atau tukak usus atau ulkus peptikum adalah luka pada
lapisan bagian dalam dari lambung atau usus. Yang dirasakan penderita
adalah nyeri di saluran pencernaannya. Berdasarkan sifatnya, tukak
lambung dan tukak usus dapat dibedakan sebagai berikut:
Tukak Lambung : lebih sering terjadi pada pria usia lanjut (60
tahun atau lebih). Penyembuhannya memerlukan waktu lebih lama
dibandingkan tukak usus, karena luka di lambung terus-menerus
bersentuhan dengan asam lambung.
Tukak Usus : muncul di bagian awal usus kecil, lebih sering terjadi
pada wanita. Jumlah penderitanya lebih banyak dibandingkan tukak
lambung, dan lebih sering muncul pada usia lebih muda dibandingkan
tukak lambung (30 tahun atau lebih).
II. Dasar Teori
II.1 Pengertian Ulkus Peptikum
1. Fase Sefalik.
2. Fase lambung.
Pada bayi baru lahir, gejala awal dari ulkus peptikum bisa berupa
adanya darah di dalam tinja. Jika ulkus menyebabkan terbentuknya
lubang (perforasi) pada lambung atau usus halus, bayi bisa tampak
kesakitan dan cenderung timbul demam.
Pada bayi yang lebih tua dan anak kecil, selain di dalam tinjanya
ditemukan darah, juga disertai muntah atau nyeri perut berulang.
Nyeri seringkali semakin memburuk atau membaik jika anak makan.
Nyeri juga menyebabkan anak terbangun dari tidurnya pada malam
hari.Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau
beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali,
sering tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi. Banyak individu
mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau hemoragi
yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului.
1. Nyeri
Biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, sepert tertusuk
atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini
diyakini bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan
duodenum meningkat menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf
yang terpajan. Teori lain menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam
merangsang mekanisme refleks local yang mamulai kontraksi otot halus
sekitarnya. Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena makan
menetralisasi asam atau dengan menggunakan alkali, namun bila
lambung telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri kembali timbul.
Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan memberikan
tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis
tengah. Beberapa gejala menurun dengan memberikan tekanan local
pada epigastrium.
3. Muntah
Meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah
dapat menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan
pembentukan jaringan parut atau pembengkakan akut dari membran
mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut. Muntah
dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri berat
yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung.
2. 6 Evaluasi Diagnostik
2.7 Pencegahan
Beberapa metode dapat digunakan untuk mengontrol keasaman
lambung termasuk perubahan gaya hidup, obat-obatan, dan tindakan
pembedahan :
2.8 Pengobatan
a.Suportif : nutrisi
b.Memperbaiki / menghindari faktor risiko
c.Pemberian obat-obatan : antasida, antagonis reseplor M2. proton pump
inhibitor, pemberian obat-obatan untuk mengikat asam empedu.
prokinetik. pemberian obat untuk eradikasi kuman Helicobacter pylori.
d.pemberian obat-obatan untuk meningkatakan faktor defensif.
dan dalam kelompok obat-obat ini H 2bloker pada saat ini merupakan obat
standar karena efektivitas, keamanan dan kepraktisan penggunaannya
dalam terapi jangka panjang untuk mencegah kambuhnya ulkus.
1. Efek sitoproteksi saja, tanpa adanya efek lain, tidak cukup untuk
menyembuhkan ulkus.
2. Efek sitoproteksi dapat memperpanjang masa remisi ulkus,
tetapi untuk analog PG masih belum jelas.
3. Efek sitoproteksi berguna bagi perokok, karena efek ini bisa
mengatasi efek merokok terhadap kesembuhan dan kekambuh-
an ulkus, tetapi untuk analog PG terhadap ulkus lambung tidak
jelas, sedangkan untuk setraksat tampaknya masih belum
diteliti.
4. Obat sitoproteksi berguna untuk mencegah atau mengurangi
kerusakan lambung akibat pemberian kronik NSAID (kecuali
garam bismuth). Meskipun untuk PG masih digunakan dosis
sitoproteksi + anti sekresi, untuk hasil yang terbaik tampaknya
efek sitoproteksinya ikut berperan.
5. Obat sitoproteksi, karena mekanisme kerjanya yang ber-beda,
dapat digunakan untuk mengobati ulkus yang resisten terhadap
H2bloker (analog PG) dan setraksat (belum diketahui).
6. Obat sitoproteksi, mengingat ketintungannya dalam
memperpanjang remisi pada perokok, mungkin dapat dipikirkan
untuk menjadi alternatif dari H2bloker untuk menjadi pilihan
pertama dalam pengobatan ulkus.
7. Kombinasi obat terhadap faktor agresif dengan obat sito-proteksi
diharapkan akanmemberikan efek yang sinergistik dalam
menyembuhkan ulkus. Ini telah terbukti pada kombinasi
simetidin dengan sukralfat dan kombinasi simetidin dengan
setraksat. Analog PGE yang ada sekarang tidak memberikan efek
yang lebih baik karena efek sitoproteksinya mungkin tidak ikut
berperan/minimal dalam proses penyembuhan ulkus.
Selain itu dapat pula dilakukan pembedahan yang dilakukan pada
gastritis kronis dan ulkus duodenum (tukak duodenum) merupakan usaha
untuk mengurangi sekresi asam lambung dengan memotong nervus
vagus (vagotomi) dan membuang mukosa gaster yang menghasilkan
gastrin, yaitu mukosa antrum (gastrektomi parsial).
DAFTAR PUSTAKA
1. http://ackogtg.wordpress.com/2009/04/03/gastritis-ulkus-
peptikum-diare/
2. http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/ulkus-peptikum/
3. http://ns-nining.blogspot.com/2008/03/asuhan-keperawatan-klien-
dengan-ulkus.html
4. http://health.groups.yahoo.com/group/dokter_umum/
5. Arini Setiawati. Farmakologi dan Penggunaan Terapi Obat-obatan
Sitoproteksi. 1992; 79:29
6. Nasrul Zubir, Julius. Gambaran Endoskopi Saluran Cerna Bagian
Atas di Bagian Penyakit Dalam RSU dr. M. Jamil, Padang. 1992;
79:26
7. Snell, Richard S. Anatomi Klinik. Jakarta:EGC. 2006