Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah demokrasi hanya bisa tumbuh dan berkembang dalam suatu
lingkup civil society?
1.2.1 Bagaimana hubungan Civil society dengan Demokrasi?
1.2.2 Bagaimana Revitalisasi Civil society sebagai Prakondisi Demokrasi?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tri marganingsih. Masyarakat Versus Negara. penerbit harian kompas dan Literary Agenty. Jakarta.
1999. Hal. 177-179
3
Kalau penguatan civil society yang mengandalkan proses diferensiasi dan
spesialisasi fungsi dan peran serta otonomi tiap-tiap kelompok dalam masyarakat
sekarang menjadi tuntutan utama dalam reformasi. Kontroversi itu timbul karena
adanya akses negatif dari implementasi doktrin Dwifungsi ABRI dalam
masyarakat. Misalnya, karena stabilitas sebagai tujuan, dinamika masyarakat
menjadi terhambat, aspirasi akan pluralisme dikalahkan keseragaman dan
monoloyalitas; dan dan demokrasi sulit diwujudkan karena adanya pelembagaan
otoritarianisme.
Selain itu, terdapat pula sejumlah faktor yang ikut mendorong tuntutan
terhadap Dwifungsi ABRI. Berbagai perubahan, baik dari internal maupun
eksternal, yang terjadi selama satu dasawarsa terakhir – mengikat stabilitas
politik, menguatkan civil society dan tuntutan demokrasi, turut memperkuat
tuntutan ini.
Dengan kata lain, ABRI harus meninjau kembali posisi peranya selama
ini. Tanpa usaha melakukan redefinisi dan reposisi peran, ABRI akan dianggap
tetap berusaha mempertahanhan doktrin dwifungsi melalui klaim-klaim historis
yang saat sudah kehilangan validitasnya. Bahkan lebih dari itu, doktrin dwifungsi
akan dianggap sebagai salah satu hak istimewa atau privelese yang ingin tetap
dipertahankan ABRI, justru pada masa dimana orang semakin menyakini asas
supremasi sipil atas militer sebagai prasyarat demokratisasi.
Tri marganingsih. Masyarakat Versus Negara. penerbit harian kompas dan Literary Agenty. Jakarta. 1999.
Hal. 177-179
4
2.2 hubungan civil society dengan demokrasi
Civil society dan demokrasi ibarat “the two side at the same coin”. Artinya
jika civil society kuat maka demokrasi akan bertumbuh dan berkembang dengan
baik. Sebaliknya jika demokrasi bertumbuh dan berkembang dengan baik, civil
society akan bertumbuh dan berkembang dengan baik. Itu pula sebabnya para
pakar mengatakan civil society merupakan rumah tempat bersemayamnya
demokrasi.
3.Menurut Lincoln Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat (government of the people, by the people, and for the people).
5
dan legislatif saat ini sebenarnya tidak kondusif bagi pemulihan ekonomi kita,
tetapi hal itu tetap dilakukan demi demokrasi. Kalau rakyat kecil selalu jadi
korban, apakah makna demokrasi yang kita perjuangkan sudah betul? Atau sedang
mengalami distorsi.
6
menginjak-injak prosedur demokrasi – seperti toleransi, kerja sama, tanggung
jawab, keterbukaan dan saling percaya – maka organisasi tersebut tidak akan
mungkin menjadi sarana demokrasi.
Achmad Ubaidillah. Demokrasi, Ham dan Masyarakat Madani. Jara perkasa. 1990. Hal. 151-152
Lihat Arief Budiman. Demokrasi, Ham dan Masyarakat Madani. Jara perkasa. 1990. Hal.152
7
2.3 revitalisasi civil society sebagai prakondisi demokrasi.
Bahwa perjuangan untuk pemulihan dan revitalisasi civil society sebagai
suatu prakondisi demokrasi di Indonesia merupakan suatu proses yang panjang
dan tetap terbuka. Dalam hubungan dialektika antara negara dan masyarakat
secara pasti menempatkan suatu posisi yang menentukan. Sejauh masyarakat tetap
tidak mampu melampaui pengawasan dominasi negara dan menjadi lebih mandiri,
maka prospek pemulihan civil society akan selalu akan selalu suram dan atas
dasar itu, proyek demokratisasi akan sulit.
Dalam situasi historis saat ini, hubungan negara dan masyarakat di indonesia
cenderung menjadi asimetris. Mugki dapat dikatakan bahwa merata dan
berkelanjutannya negara biokratif – otoriter akan membuka kemunculan suatu
stuktur politik oligarkis. Sebagai akibatnya, inti dari suatu demokrasi
partisipatoris, sebagai dicanangkan oleh oleh satu dari bapak pendiri republik,
Mohammad Hatta, akan semakin jauh darinya.
Sistem politik dan ekonomi global dapat juga mempengaruhi proses dalam negeri
yang mungkin menyumbang terhadap peningkatan tuntutan atas deemokratisasi.
Proses demokratisasi mungkin dapat muncul dari cara khusus ini, yaitu melalui
pencarian kemandirian yang lebih luas bagi masyarakat dan tekanan terhadap
negara untuk lebih peka terhadap tuntutan-tuntutan dari masyarakat.
Muhammmad AS Hikam. Pustaka LP3ES Indonesia, anggota IKAPI. Jakarta Pustaka LP3ES.1996. hal. 122
8
BAB III
PUNUTUP
3.1 Simpulan
Dari pengalaman masa lalu bangsa kita, kelihatan bahwa demokrasi belum
membudaya. Kita memang telah menganut demokrsai dan bahkan telah di
praktekkan baik dalam keluarga, masyarakat, mau pun dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Akan tetapi, kita belum membudayakannya.
Membudaya berarti telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging. Mengatakan
“Demokrasi telah menjadi budaya” berarti penghayatan nilai-nilai demokrasi telah
menjadi kebiasaan yang mendarah daging di antara warga negara. Dengan kata
lain, demokrasi telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari
kehidupanya. Seluruh kehidupanya diwarnai oleh nilai-nilai demokrasi.
Namun, itu belum terjadi. Di media massa kita sering mendengar betapa
sering warga negara, bahkan pemerintah itu sendiri, melanggar nilai-nilai
demokrasi. Orang-orang kurang menghargai kebebasan orang lain, kurang
menghargai perbedaan, supremasi hukum kurang ditegakan, kesamaan kurang di
praktekan, partisipasi warga negara atau orang perorang baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam kehidupan pilitik belum maksimal, musyawarah kurang
dipakai sebagai cara untuk merencanakan suatu program atau mengatasi suatu
masalah bersama, dan seterusnya. Bahkan dalam keluarga dan masyarakat kita
sendiri, nilai-nilai demokrasi itu kurang di praktekan.
Civil Society dan demokrasi ibarat “the two side at the same coin”.
Artinya jika civil society kuat maka demokrasi akan bertumbuh dan berkembang
dengan baik. Sebaliknya jika demokrasi bertumbuh dan berkembang dengan baik,
civil society akan bertumbuh dan berkembang dengan baik. Itu pula sebabnya
para pakar mengatakan civil society merupakan rumah tempat bersemayamnya
demokrasi. Menguatnya civil society saat ini sebenarnya merupakan strategi yang
paling ampuh bagi berkembangnya demokrasi, untuk mencegah hegemoni
9
kekuasaan yang melumpuhkan daya tampil individu dan masyarakat. Dalam
praktiknya banyak kita jumpai, individu, kelompok masyarakat, elite politik, elite
penguasa yang berbicara atau berbuat atas nama demokrasi, walau secara esensial
justru sebaliknya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Budiman Arief, (ed). 1991. State and civil society in indonesia. Universitas.
Clyton, Victoria, Monash
“http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi”
11