You are on page 1of 2

Lembah Pinus

Mengenal Label Sertifikasi Bibit

Mengenal Label Sertifikat Pada Benih

Memilih benih unggul dengan sertifikat tampaknya adalah pilihan jika sahabat LembahPinus.Com ingin memulai bisnis
pertanian atau perkebunan. Sertifikasi mutu bibit adalah proses pemberian sertifikat suatu lot bibit yang
menginformasikan kebenaran mutu bibit yang diperdagangkan. Dalam sertifikasi bibit dikenal istilah lot, prosedur dan
label.

Lot bibit adalah bibit yang berasal dari satu sumber benih satu umur satu periode penanganan, dan satu perlakuan

Prosedur sertifikasi mutu bibit adalah tahap dan mekanisme dalam pelaksanaan sertifikasi.

Label adalah keterangan tertulis yang diberikan pada bibit setelah diterbitkan sertifikat mutu bibit atau keterangan hasil
pemeriksaan bibit.Standar mutu bibit

Standar mutu bibit terdiri dari standar mutu fisik-fisiologis dan standar mutu genetik. Standar mutu fisik-fisiologis
adalah merupakan nilai kuantitatif dan kualitatif dari nilai sehat, diameter, tinggi dan kekompakan media. sedangkan.
Standar mutu genetik bibit ditentukan berdasarkan klasifikasi sumber benih yang telah disertifikasi.Keuntungan pemilihan
bibit unggul bersertifikat

Banyak keuntungan yang dapat sahabat LembahPinus.Com peroleh dari pemilihan bibit unggul yang telah memiliki
sertifikat, yaitu:
- Lebih terjaminnya keberhasilan usaha
- Kejelasan Asal usul keturunan benih, mutu benih dan kemurnian genetik benih.
- Pertumbuhan benih seragam.
- Menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak.
- Ketika ditanam pindah, tumbuh lebih cepat dan tegar.
- Masak dan panen serempak.
- Produktivitas tinggi, sehingga meningkatkan pendapatan.
Kelas benih yang ditanam penangkar atau produsen benih

Didalam aturan pensertifikasian benih, penangkar benih harus menanam benih satu kelas lebih tinggi dari kelas benih
yang akan diproduksi. Contoh, kalau penangkar benih memproduksi benih sebar, maka benih yang ditanam minimal
harus kelas benih pokok.

Ada 3 macam benih yang dikenal di dalam pemberian label sertifikasi, yaitu benih dasar, benih pokok, dan benih sebar.

Benih Dasar (BD), ditandai dengan label putih, dimiliki dan diproduksi oleh Balai Benih Induk (BBI), penangkar benih
yang mendapat rekomendasi dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB), produsen benih swasta atau BUMN.

Benih Pokok (BP), ditandai dengan label ungu, dimiliki dan diproduksi oleh Balai Benih Utama (BBU), penangkar benih
yang mendapat rekomendasi dari BPSB, produsen benih swasta atau BUMN.

Benih Sebar (BR), ditandai dengan label biru, dimiliki dan diproduksi oleh BBU, penangkar benih atau produsen benih
swasta atau BUMN.Prosedur Sertifikasi Bibit

Untuk mengurus surat permohonan sertifikasi mutu bibit diajukan oleh Perorangan, Koperasi, BUMN, BUMD, BUMS,
Dinas/Instansi Pemerintah kepada Balai atau Lembaga Sertifikasi.

Format surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagaimana dimuat pada Lampiran I.

Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Balai atau Ketua Lembaga Sertifikasi
membentuk Tim penilai/sertifikasi mutu bibit.

Tim melaksanakan pengambilan contoh bibit yang dilampiri dengan keterangan asal usul benih dan sertifikat mutu benih
selanjutnya melaksanakan penilaian.

Bibit yang tidak dilengkapi dengan keterangan asal usul benih dan sertifikat mutu benih tersebut, maka sertifikasi mutu
bibit tidak dilaksanakan.

Penilaian mutu bibit dilaksanakan berdasarkan Petunjuk Teknis Penilaian Mutu Bibit yang diatur tersendiri oleh Direktur
Jenderal.

Hasil penilaian bibit dituangkan dalam Berita Acara Penilaian Mutu Bibit dengan mengikuti format yang ada.
http://www.lembahpinus.com Powered by Joomla! Generated: 3 April, 2011, 22:18
Lembah Pinus

Sertifikat mutu bibit diterbitkan apabila memenuhi syarat mutu bibit yang dikatagorikan pada kualitas pertama (P) atau
kedua (D)

Balai atau Lembaga Sertifikasi menerbitkan Sertifikat Mutu Bibit berdasarkan hasil penilaian dengan masa berlaku
sesuai jenis tanaman paling lama 1 tahun sejak diterbitkan sertifikat mutu bibit.

Format Sertifikat Mutu Bibit mengikuti format baku yang ada

Penerima sertifikat berhak menggunakan label sesuai dengan mutu yang tertera dalam sertifikat.

Balai atau Lembaga Sertifikasi dapat membatalkan sertifikat mutu bibit tanaman hutan apabila terbukti bahwa label bibit
yang dipasang tidak sesuai dengan sertifikat mutu bibit.Kesulitan

Salah satu masalah dalam pensertifikasian bibit adallah mahalnya biaya sertifikasi yang dapat mencapai Rp 165 per bibit
(2005), sehingga bibit yang diproduksi tidak semuanya berlabel. Biaya sertifikasi bibit terdiri dari biaya pemeriksaan
lapang untuk pemeriksaan batang bawah Rp 5 per bibit, untuk bibit yang dinyatakan lulus dan telah diokulasi, dikenakan
biaya tambahan Rp 45 per bibit dan biaya untuk pembelian label yang terbuat dari plastik sebesar Rp 115 per bibit.

Selain karena biaya sertifikasi yang mahal, faktor lain yang menyebabkan kesulitan dalam memproduksi bibit berlabel
adalah ketersediaan mata tempel dan biji batang bawah yang bersertifkat dari Instansi Penyelenggara. Sertifikasi tidak
mencukupi kebutuhan penangkar pada saat musim tanam. Akibatnya penangkar menggunakan batang bawah dan
batang atas yang tidak bersertifikat.

Untuk menghasikan bibit berlabel, maka diperlukan mata tempel yang telah lulus sertifikasi dari instansi Penyelenggara
Sertifikasi dan berasal dari pohon induk yang telah diobservasi dan telah dilepas varietasnya oleh Menteri Pertanian. Biji
atau seedling yang digunakan sebagai batang bawah harus berasal daripohon induk yang telah dideterminasi oleh
Instansi Penyelenggara Sertifikasi dan dinyatakan layak sebagai pohon induk/penghasil benih sumber. Namun, jumlah
mata tempel dan biji untuk batang bawah bersertifikat yang tersedia sangat terbatas, sehingga penangkar menggunakan
mata tempel dan biji untuk batang bawah yang tidak bersertifikat. Akibatnya bibit yang dihasilkan pun tidak berlabel.
Perlu Waktu

Karena diperlukannya beberapa prosedur yang harus ditempuh untuk memberikan sertifikasi pada bibit, maka
ketersediaan bibit dengan label seringkali tidaklah mudah didapatkan ditemukan di pasaran. Pada umumnya proses
penyediaan bibit memerlukan waktu lima bulan sejak tim pelaksana melakukan pengambilan contoh bibit

Sumber:
- http://www.dephut.go.id/files/P05_PTH_07.pdf
- http://www.pustaka-deptan.go.id/bppi/lengkap/bpp08001.pdf
- http://bpth-jm.go.id/media/KEPDIRJEN%20089%20TH%202003-PED%20SERT%20MUTRU%20BIBIT%20TH.pdf

http://www.lembahpinus.com Powered by Joomla! Generated: 3 April, 2011, 22:18

You might also like