Professional Documents
Culture Documents
Di susun oleh :
Eka Galih P. (121507058)
Lukman Nul H. (1215071052)
Pinuji Prawita D. (1215071079)
Yuanita C. (1215086064)
A. Pokok-Pokok Pengelolaan Diklat dan Latbang
Pokok-pokok pengelolaan dan pengembangan pendidikan dan pelatihan seperti tercantum pada
subsistem diklat, meliputi: manajemen pendidikan dan pelatihan, peningkatan kualitas institusi diklat,
pengembangan program diklat dan pembinaan pengelolaan kediklatan.
Institusi diklat memiliki tanggung jawab menyiapkan SDM pengelola dan pelaksana program
yang kompeten dan profesional dalam melaksanakan program KB. Dalam mengelola program
kediklatan, institusi diklat tersebut harus dapat memenuhi dan mengantisipasi kebutuhan
perkembangan program, kebutuhan masyarakat dengan memanfaatkan teknologi pembelajaran,
khususnya dalam mewujudkan visi program KB yaitu “Keluarga Berkualitas tahun 2015”.
Proses pengelolaan diklat merupakan suatu siklus/tahap yang saling berkaitan dan
berkesinambungan, yang terdiri dari:
Proses pengelolaan diklat ini dilaksanakan dengan memperhatikan 5 (lima) elemen yang
berperan dalam mendorong terciptanya organisasi pembelajaran (learning organization) yaitu: proses
dan tipe belajar (learning); perkembangan organisasi (BKKBN atau lembaga yang menangani program KB
di kabupaten/kota); SDM pengelola dan pelaksana program termasuk tokoh masyarakat ; institusi
masyarakat pedesaan (IMP) serta keluarga sebagai klien; perkembangan pengetahuan dan teknologi
yang dimanfaatkan dan mendukung proses belajar. Model LO seperti ini mengacu kepada model yang
diperkenalkan oleh Marquardt.
Elemen learning merupakan elemen inti yang terjadi pada individu, kelompok dan organisasi,
sedangkan elemen lainnya organisasi, SDM, pengetahuan dan teknologi dibutuhkan untuk
mengembangkan kelangsungan proses belajar dan menyempurnakan kualitas organisasi belajar.
Terjadinya organisasi belajar akan mendorong SDM pengelola dan pelaksana program KB untuk belajar,
berfikir kritis, serta membantu organisasi, belajar dari kesalahan dan keberhasilan sehingga dapat
mengadaptasi perubahan lingkungan secara efektif.
Kualitas institusi diklat ditentukan oleh kualitas dan profesionalisme SDM pengelola dan
pelaksana diklat. Sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran dan pengembangan
program diklat serta terjalinnya jejaring kerja dan forum komunikasi dengan mitra. Karena itu,
peningkatan kualitas institusi diklat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme SDM struktural maupun fungsional
b. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana pembelajaran sesuai perkembangan teknologi
terutama media pembelajaran, sarana dan alat bantu yang kondusif untuk proses untuk
proses pembelajaran
c. Mengembangkan jejaring kerja dan forum komunikasi yang inovatif sebagai wahana diklat
sesuai perkembangan program dan kebutuhan sasaran (stakeholders and users) baik untuk
diklat internasional maupun lokal. Jejaring kerja dan kemitraan dapat dijalin dengan
perguruan tinggi, LSM, lembaga diklat daerah dan lembaga pendidikan lain
Program-program kediklatan perlu dikemas secara inovatif dan kreatif dengan memperhatikan
kebutuhan sasaran sesuai hasil need assessment, perkembangan program dengan menggunakan
teknologi yang memadai agar tercapai tujuan yang diharapkan serta mudah untuk dipasarkan.
Perkembangan program tersebut dilaksanakan dengan cara:
1) Pengembangan panduan, kurikulum, dan bahan pembelajaran yang inovatif dan sesuai dengan
tuntutan perkembangan program. Misalnya program KB dan kependudukan, perspektif gender
dalam program KB dan KR, keterikatkan program KB dengan aspek pembangunan lainnya,
manajemen program KB paradigma baru.
2) Pengembangan modul standar yang dapat dikembangkan oleh institusi diklat daerah sesuai
kondisi wilayah.
3) Pengembangan prototipe media pembelajaran pembelajaran yang dapat dikembangkan di
daerah.
4) Pengembangan model dan jenis pelatihan sesuai hasil need assessment yang dilakukan minimal
enam bulan sebelum pelaksanaan pelatihan, diklat percontohan, pendidikan jarak jauh.
5) Jenis pelatihan yang diselenggarakan di pusat difokuskan kepada pelatihan kepemimpinan
(diklatpim) dan TOT serta pelatihan lain yang bertujuan menyiapkan kemandirian intsitusi diklat
provinsi serta kemitraan dengan sektor lain di pusat
b. Pengembangan program diklat yang dilaksanakan di institusi diklat daerah (provinsi) adalah
sebagai berikut:
1) Pengembangan program diklat yang mencerminkan spesifik daerah sesuai dengan hasil
need assessment yang telah dilakukan oleh institusi diklat di wilayah masing-masing dengan
melibat lembaga yang menangani Program Kependudukan/KB di kabupaten/kota. Model
pelatihannya dapat dalam bentuk orientasi, diklat percontohan, magang, laboratorium
diklat, pendidikan jarak jauh.
2) Pengembangan modul pembelajaran sesuai kebutuhan daerah. Pengembangan modul yang
telah disusun oleh pusat atau dikembangkan sendiri sesuai karakteristik daerah.
3) Pengembangan panduan, kurikulum, media dan bahan pembelajaran yang disesuaikan
dengan perkembangan program KB dan kependudukan di daerah masing-masing.
4) Pemasaran program pelatihan strategis yang berkaitan dengan program kependudukan.
KBKR serta program pelatihan strategis lainnya sesuai kebutuhan stakeholders di tingkat
provinsi dan kabupaten/kota seperti strategic planning, strategic leadership dan learning
organization (LO), logical framework, pengembangan potensi diri, diklat dasar umum bagi
PKB, pembentukan karakter sejak dini (PKSD), pengarus utamaan gender dan lain-lain.
5) Jenis pelatihan yang dikembangkan di provinsi atau di kabupaten/kota (melalui fasilitas
institusi diklat provinsi) adalah sebagai berikut:
a) Diklat perjenjangan (Dilatpim tingkat III dan IV) dan manajemen seperti pelatihan
manajemen terpadu bagi pejabat kabupaten/kota yang menangani program
kependudukan dan KB.
b) Pelatihan teknis operasional meliputi pelatihan teknis medis (seperti pemasangan dan
pencabutan implant, insersi IUD, pencegahan infeksi, kontap dan lain-lain sesuai
kebutuhan) dan pelatihan teknis subtansif yang merupakan jabaran dari kebijakan
operasional seperti: UPPKS, pengutamaan gender, pembentukan karakter sejak dini,
BKB, KRR, KIP/konseling) dan pelatihan strategis lainnya.
c) Pelatihan fungsional yang bersifat kompetensi dasar dan kompetensi khusus sesuai
kebutuhan daerah (kabupaten dan kota) seperti pelatihan jenjang PKB, pelatihan
pimpro, pelatihan penulisan karya ilmiah bagi widyaiswara, dll.
d) Pelatihan inovatif yang dikembangkan dari jenis-jenis pelatihan yang pernah
diselenggarakan sebelumnya seperti Achievement Motivation Training (AMT).
e) Mengembangkan program operasional spesifik yang dapat digunakan sebagai
model/media pembelajaran bagi pelatihan internasional (OST-ITP BKKBN).
Pembinaan dilakukan oleh institusi diklat pusat ke institusi diklat provinsi secara langsung.
Pembinaan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM, kualitas pengelolaan diklat provinsi
dan kualitas fasilitas kediklatan yang diselenggarakan di kabupaten/kota.
a. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi dalam aspek teknis edukatif yang dilakukan secara
berkala dan berkesinambungan
b. Melakukan pembinaan kualitas proses pembelajaran, baik yang dilaksanakan di dalam
maupun di luar institusi diklat secara berjenjang dengan perencanaan yang matang
c. Melakukan pembinaan SDM terutama kepada pejabat struktural institusi diklat manajerial
kediklatan untuk meningkatkan kinerja serta motivasi kerja staf
d. Melakukan pembinaan terhadap tenaga fungsional widyaiswara dalam aspek kompetensi,
pengembangan karakter dan prestasi melalui berbagai forum dan kegiatan yang difokuskan
kepada hal-hal sebagai berikut:
1) Pengadaan jumlah widyaiswara di tingkat pusat minimal 15 orang dan maksmal 18
orang, sedangkan di provinsi masing-masing minimal 5 orang dan maksimal 7 orang
2) Pengangkatan widyaiswara disesuaikan dengan persyaratan administratif yang
dikeluarkan oleh LAN-RI (SK nomor 810.E/I/10/6/2001)
3) Kompetensi yang harus dimiliki para widyaiswara meliputi bidang-bidang:
a) Kompetensi dasar tentang bidang teknis kediklatan (manajemen kediklatan dan
teknologi pembelajaran)
b) Kompetensi teknis bidang Kependudukan KB-KR, gender, kepemimpinanan dan
manajemen, advokasi dan KIE, pemberdayaan keluarga/pengembangan masyarakat
c) Penilaian kegiatan widyaiswara secara berkala untuk memenuhi angka kredit sesuai
jenjang kepangkatan yang dilakukan oleh tim penilai angka kredit pusat
d) Pemanfaatan widayiswara dalam kegiatan internal maupun eksternal BKKBN dalam
rangka meningkatkan wawasan terhadap program KB dan kependudukan dan
program pembangunan serat bidang disiplin lainnya
Di era otonomi, peranan diklat BKKBN akan berubah dari paradigma lama sebagai pengelola dan
penyelenggara program-program pelatihan KB keada paradigma tenaga baru sebagai diklat mampu
memberikan kontribusi kepada peningkatan kualitas penyelenggarakan pemerintahan otonomi dalam
rangka mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat. (Pendekatan Sistem dalam Pengembangan
Program Diklat KB di Era Otonomi, 2004).
Keempat elemen dalam kontrak strategi pengembangan kapasitas institusi diklat untuk
peningkatan kualitas dan daya saing diklat BKKBN akan bersinergi dan menghasilkan: Ciri Institusi Diklat
Layak Jual berikut paket-paket pelatihannya.
1. Kepemimpinan yang kondusif, pengelolaan yang profesional dan pemasaran yang terfokus
dapat melaksanakan fungsi-fungsi diklat secara optimal dan profesional.
Pimpinan diklat harus menerapkan pola kepemimpinan yang mampu menciptakan iklim
kerja di diklat yang kondusif dimana setiap personil diklat merasa diberi kesempatan untuk
berinisiatif dan berprestasi. Sifat pimpinan yang beranggapan bahwa pimpinan adalah boss
harus diubah menjadi sifat yang menganggap dirinya fasilitator (facilitation) dan pelayanan
(steward). Pimpinan memfasilitasi setiap personil diklat untuk meningkatkan kemampuan
dan kinerja utama melalui pembelajaran yang berkelanjutan sambil bekerja.
Pengelolaan yang profesional berkaitan 4 fungsi pokok kediklatan seperti yang disampaikan
Subagio dalam bukunya “Manajemen Pelatihan” yaitu fungsi manajemen, fungsi
administrasi, fungsi fasilitasi dalam proses pembelajaran dan fungsi teknologi pembelajaran
serta didukung oleh kompetensi SDM penyelenggara Diklat yang terstandar.
- Proses atau fungsi manajemen seperti perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating), pengawasan (controlling), pengelolaan personal
(staffing), dan sinkronisasi program diklat dengan fungsi-fungsi operasional (synchronizing).
- Proses atau fungsi desain diklat, yaitu menyiapkan bahan pembelajaran (tujuan, isi materi,
metode, media dan evaluasi) dan merancang serta menganalisis sumberdaya.
- Fungsi teknologi pembelajaran mulai dari identifikasi dampak suatu program, analisis
kebutuhan dan analisis persyaratan diklat seperti kompetensi, kegiatan, tugas dari SDM
serta dukungan untuk menyelesaikan tugas tersebut.
- Fungsi fasilitasi dan instruktur yang terdiri dari proses pembelajaran yang terstruktur,
fasilitasi, diskusi kelompok, menolong orang mengaplikasikan pembelajarannya setelah
pengalaman belajar dipenuhi.
Tugas manager institusi diklat adalah mengelola keempat fungsi tersebut secara optimal
sehingga proses kediklatan dapat berjalan dengan optimal dan profesional. Secara umum,
seorang manajer diklat tidak hanya dituntut melaksanakan fungsi manajemen yang standar
seperti yang diuraikan di atas, akan tetapi juga dituntut untuk dapat melakukan pengelolaan
dalam aspek penting lainnya, seperti:
a) Perencanaan strategis yang berkaitan dengan pengembangan struktur institusi diklat
dan pengembangan organisasi serta pengembangan kebijakan dan program operasional
diklat.
b) Pemasaran yang berkaitan dengan pandangan mengenai diklat dan pengembangan,
paket pembelajaran, program-program dan jasa pelayanan kepada sasaran atau
pelanggan di luar unit kerja diklat.
Berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh International Board of Standard for Training
tahun 2001, kompetensi standar yang harus dimiliki oleh seorag pemimpin institusi
diklat adalah sebagai berikut:
1) Dasar-dasar profesi:
Komunikasi secara efektif baik dalam bentuk visual, oral maupun tulisan
Memenuhi syarat secara legal dan etika
Mempertahankan jejaring kerja dalam rangka advokasi dan dukungan terhadap
kegiatan pelatihan
Selalu melakukan pembaharuan terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan
dalam rangka meningkatkan profesionalisme dan kinerja
2) Perencanaan dan analisis
Mengembangkan dan memonitor rencana strategis diklat
Menggunakan analisa kerja untuk meningkatkan kinerja organisasi
Merencanakan dan mempromosikan perubahan dalam organisasi
3) Rancangan dan pengembangan
Mengaplikasikan prinsip sistem rancangan pembelajaran dan pelaksanaan diklat
Menggunakan teknologi untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan diklat
Mengevaluasi diklat dan dampak terhadap kinerja
4) Administrasi
Mengaplikasikan keterampilan kepemimpinan dalam melaksanakan fungsi diklat
Mengaplikasikan keterampilan manajemen dalam melaksanakan fungsi diklat
Mengaplikasikan keterampilan berbisnis (pemasaran) dalam pelaksanaan fungsi
diklat
Melaksanakan pengelolaan pengetahuan (knowledge management) dalam
mencari solusi
Ciri-ciri kepemimpinan yang kondusif adalah memiliki sikap dan perilaku “leadership
dominant” bukan “coping dominant” atau “managing dominant”.
Perilaku kepemimpinan yang managing dominant adalah pemecahan masalah yang bersifat
responsif namun terstruktur dan terdapat unsur manajemen di dalamnya. Walaupun
penanggulangan masalah masih dikendalikan oleh unsur luar seperti halnya pada
kepemimpinan dengan perilaku coping dominant.
2. Penyelenggaraan yang berorientasi kepada pelayanan non edukatif yang menyeluruh demi
terwujudnya kepuasan peserta
3. Penerapan metodologi dan teknologi pembelajaran yang tepat dan cara penyampaian yang
berorientasi kepada kesenangan (exited) peserta (rational, cultural, dan emotional)
4. Diterapkan learning organization sebagai upaya pengembangan kompetensi seluruh SDM
diklat mulai dari pemimpin sampai kepada staf.