Professional Documents
Culture Documents
PENYALAHGUNAAN NARKOBA
Bagaimana menangkalnya? Ada tiga langkah penting yang perlu dicoba untuk
membangun remaja masa depan yang bebas narkoba.
Pertama, dalam lingkungan keluarga, orangtua berkewajiban memberikan kasih sayang yang
cukup terhadap para remajanya. Mereka tidak boleh cepat marah dan main pukul tatkala sang
remaja melakukan kesalahan baik dalam tutur kata, sikap, maupun perbuatannya, tanpa diberi
kesempatan untuk membela diri.
Kedua, dalam lingkungan sekolah, pihak sekolah berkewajiban memberikan informasi yang
benar dan lengkap tentang narkoba sebagai bentuk antisipasi terhadap informasi serba sedikit
namun salah tentang narkoba yang selama ini diterima dari pihak lain. Pihak sekolah juga
perlu mengembangkan kegiatan yang berhubungan dengan penanggulangan narkoba dalam
rangka mencegah dan mengatasi meluasnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar.
Ketiga, dalam lingkungan masyarakat, para tokoh agama, perangkat pemerintahan di semua
tingkatan mulai dari Presiden, Gubernur, Bupati, Camat, Lurah, hingga RT dan RW perlu
bersikap tegas dan konsisten terhadap upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba
dilingkungannya masing-masing yang didukung penuh oleh phak keamanan dan kepolisian.
Mereka perlu terus menerus memberi penyadaran pada seluruh warga masyarakat akan bahaya
mengkonsumsi narkoba tanpa indikasi medik dan pengawasan ketat dari dokter dalam rangka
penyembuhan.
MINUM MINUMAN KERAS
MINUM MINUMAN KERAS
Seorang remaja yang masih dalam masa mencari jati diri selalu berusaha mencoba-
coba hal-hal yang baru, sehingga apabila tidak adanya kontrol dari orang dewasa maka
kalangan remaja tersebut akan terjerumus dalam perbuatan yang bersifat negatif. Dalam hal
ini, kebiasaan minumminuman keras di kalangan remaja, banyak sekali kasus-kasus yang
dialami seringkali membahayakan diri sendiri dan juga orang lain seperti yang di beritakan di
harian suara merdeka terjadinya pembunuhan terhadap temannya sendiri.
Masalah minuman keras dan pemabuk pada kebanyakan masyarakat pada umumnya
tidak berkisar pada apakah minuman keras boleh atau di larang dipergunakan. Persoalan
pokoknya adalah siapa ynag boleh menggunakannya, di mana, bilamana, dan dalam kondisi
yang bagaimana, akibatnya orang awam berpendapat bahwa minuman keras merupakan suatu
stimulant.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Minuman keras di Kalangan Remaja
1. Lingkungan sosial
Motif ingin tahu, bahwa remaja selalu mempunya sifat selalu ingi tahu segala sesuatu
yang belum atau kurang diketahui dampak negatifnya. Misalnya saja ingin tahu bagaimanakah
rasanya minuman keras. .Kesempatan, karena kesibukan orang tua maupun keluarga dengan
kegiatannya masing-masing atau akibat broken home, kurang kasih sayang dan sebagainya
maka dalam kesempatan terebut kalangan remaja berupanya mencari pelarian dengan cara
minum-minuman keras. .
2. Keperibadian
Rendah diri, rendah diri dalam pergaulan masyarakat, karena tidak dapat mengatasi
perasaan tersebut maka untuk menutupi kekurangan dan agar dapat menunjukan eksistensi
dirinya. Maka menyalah gunakan minuman keras sehingga dapat merasa mendapatkan apa
yang diangan-angankan antara lain lebih aktif, lebih berani dan sebagainya. .Emosional, emosi
remaja pada umunnya masih labil apabila pada masa puberitas, pada masa tersebut biasanya
ingin lepas dari ikatan aturan-aturan yang diberlakukan oleh orang tua untuk memenuhi
kehidupan peribadinya, sehingga hal tersebut menimbulakn konflik pribadi.
Penanggulangan Minum Minuman Keras
Penanggulangan bersifat preventif menurut Widjaja (1985:26) menjelaskan upaya
untuk pencegahan terhadap penggunaan minum-minuman keras yaitu mempersempit
pengaruhnya, Pengawasan harus dilakukan dengan ketat baik di rumah tangga, sekolah dan
masyarakat.
Di sekolah-sekolah : penegakan disiplin, ketertiban, kesopanan, kesusilaan, saling
hormat menghormati, pengawasan di perketat dengan lebih bersifat eduktif dan persuasif,
keaktifan guru yang mengajar, jarang terlalu banyak batal, dengan dalih atau alasan apapun
juga.
PELACURAN REMAJA
ANALISIS PELACURAN REMAJA
Masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Setiap individu
pada masa ini sudah memiliki keadaan fisik seperti orang dewasa, tetapi secara psikologis ia
belum cukup matang. Apalagi dengan perkembangan badan anak-anaka sekarang yang begitu
pesat.
"Remaja belum mampu menentukan secara memadai apa yang sebaiknya ia lakukan.
Jadi apa yang dilakukannya besar kemungkinan belum mantap dan tidak didasari oleh
pertimbangan yang matang," ujar Bagus.
Tugas perkembangan remaja terpenting adalah menentukan identitas diri. Jika
terselesaikan maka ia dapat naik ke tahap dewasa. Di sini peran keluarga sangat penting.
Faktor hedonisme atau gaya hidup konsumtif, tuntutan ekonomi keluarga, lingkungan sekitar,
dan pergaulan saja merupakan faktor yang berperan dalam menentukan profesi sebagai
pelacur pada remaja. Namun, menurut Takwin, keluarga merupakan lingkungan yang pertama
dan utama bagi pelaksanaan pendidikan anak.
Jika keluarga gagal membantu anaknya untuk menanamkan nilai-nilai dalam diri sang
anak dan tidak memfasilitasi perkembangan karakter yang baik, maka anak akan mencari
nilai-nilai dari luar dan pembentukan karakternya akan bergantung pada peneladanan di
lingkungan sosial yang lebih luas.
FAKTOR PELACURAN
1. Faktor internal adalah yang datang dari individu wanita itu sendiri, yaitu yang berkenaan
dengan hasrat, rasa frustrasi, kualitas konsep diri, Karakter remaja perempuan yang sering
inging mencoba hal-hal baru dan sebagainya.
2. Faktor eksternal ini bisa berbentuk desakan kondisi ekonomi, pengaruh lingkungan,
kegagalan kehidupan keluarga, kegagalan percintaan, Kenakalan remaja, Adat ketimuran
yang sudah terkikis.
MENCURI
ANALISIS KRIMINALITAS REMAJA
Faktor Penyebab
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya kejahatan/pelanggaran yang dilakukan oleh
anak/ABG, diantaranya adalah faktor keluarga, faktor lingkungan dan faktor ekonomi. Dari
ketiga faktor tersebut, bisa ketiganya sekaligus menjadi faktor penyebab atau hanya salah
satunya saja.
Pertama, faktor keluarga. Faktor ini dapat terjadi karena beberapa hal, seperti
ketidakharmonisan dalam keluarga. Hal ini bisa membentuk anak kearah negatif, karena
keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam mengarahkan perilaku, pergaulan dan
kepatuhan norma si anak. Ketidakharmonisan bisa terjadi karena perceraian orang tua, orang
tua yang super sibuk dengan pekerjaannya, orang tua yang berlaku diskriminatif terhadap
anak, minimnya penghargaan kepada anak dan dan lain-lain. Kesemua hal tersebut membuat
anak merasa sendiri dalam mengatasi masalahnya di sekolah dan lingkungannya, tidak ada
tauladan yang patut dicontoh dirumah, minimnya perhatian, selalu dalam posisi dipersalahkan,
bahkan anak merasa diperlakukan tidak adil dalam keluarga.
Kedua, faktor lingkungan. Setelah keluarga, tempat anak bersosialisasi adalah lingkungan
sekolah dan lingkungan tempat bermainnya. Mau tidak mau, lingkungan merupakan institusi
pendidikan kedua setelah keluarga, sehingga kontrol di sekolah dan siapa teman bermain anak
juga mempengaruhi kecenderungan kenakalan anak yang mengarah pada perbuatan melanggar
hukum. Tidak semua anak dengan keluarga tidak harmonis memiliki kecenderungan
melakukan pelanggaran hukum, karena ada juga kasus dimana anak sebagai pelaku ternyata
memiliki keluarga yang harmonis. Hal ini dikarenakan begitu kuatnya faktor lingkungan
bermainnya yang negatif.
Ketiga, faktor ekonomi. Alasan tuntutan ekonomi merupakan alasan klasik yang sudah
menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kejahatan sejak perkembangan awal ilmu
kriminologi (ilmu yang mempelajari kejahatan). Mulai dari kebutuhan keluarga, sekolah
sampai dengan ingin menambah uang jajan sering menjadi alasan ketika anak melakukan
pelanggaran hukum.
CARA MENANGGULANGI
Orang tua harus memberikan perhatian ekstra terhadap anak, baik itu pendidikannya
maupun teman bermainnya. Pihak sekolah juga harus melakukan pengawasan yang maksimal,
meskipun keberadaan anak disekolah tidak lama, minimal dapat mencegah
berkembangbiaknya ”geng-geng” yang nakal disekolah dan menghindari terjadinya
perkelahian antar siswa dan tawuran antar sekolah. Terakhir, sosial kontrol dari tokoh
masyarakat dan tokoh agama, serta peran pemerintah dan swasta untuk memberikan ruang
bermain bagi anak dilingkungannya, sehingga anak tidak bermain dijalan dan membentuk
komunitas yang negatif.
SEKS BEBAS
ANALISIS SEKS BEBAS
Remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya
berbeda-beda tergantung faktor sosial dan budaya. Cirinya adalah alat reproduksi mulai
berfungsi, libido mulai muncul, intelegensi mencapai puncak perkembangannya, emosi sangat
labil, kesetiakawanan yang kuat terhadap teman sebaya dan belum menikah. Kondisi yang
belum menikah menyebabkan remaja secara sosial budaya termasuk agama dianggap belum
berhak atas informasi dan edukasi apalagi pelayanan medis untuk kesehatan reproduksi
(Sarlito, 1998).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Seks Bebas
Dengan terus berkembangnya teknologi, maka informasi yang salah tentang seksual
mudah sekali didapatkan oleh para remaja, sehingga media massa dan segala hal yang bersifat
pornografis akan menguasai pikiran remaja yang kurang kuat dalam menahan pikiran
emosinya, karena mereka belum boleh melakukan hubungan seks yang sebenarnya yang
disebabkan adanya norma-norma, adat, hukum dan juga agama.
Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan seksual pranikah,
survei MCR-PKBI Jabar membagi dalam 8 faktor :
1. Sulit mengendalikan dorongan seksual menduduki peringkat
tertinggi, yakni 63,68%.
2. faktor kurang taat menjalankan agama (55,79%),
3. rangsangan seksual (52,63%),
4. sering nonton blue film (49,47%),
5. dan tak ada bimbingan orangtua (9,47%).
6. pengaruh tren (24,74%),
7. tekanan dari lingkungan (18,42%),
8. masalah ekonomi (12,11).
Cara Mencegah Seks Bebas
Dari beberapa methode yang dilakukan juga telah membuktikan bahwa Pendidikan
seksual adalah cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk
menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian
pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan
seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian
materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai
bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan
bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak ( dalam
Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga, 1991). Dalam hal ini pendidikan seksual
idealnya diberikan pertama kali oleh orangtua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan
anak adalah orangtuanya sendiri.
TAWURAN
ANALISIS TAWURAN
“Tawuran” dalam kamus bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi
banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga apabila
kita menarik garis besarnya yaitu perkelahian antar banyak orang yang tugas pelakunya adalah
manusia yang sedang belajar. Ironis memang orang yang sedang belajar melakukan
perkelahian, namun itu kenyataan yang terjadi.
Penyebab Pelajar Suka Tawuran
1. Faktor internal
Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi
lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan,
budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama makin
beragam dan banyak.
2. Faktor keluarga.
Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada anaknya) jelas
berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian
dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau melakukan kekerasan yang sama.
3. Faktor sekolah.
Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya
menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya.
Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya
suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya
fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar
sekolah bersama teman-temannya.
4. Faktor lingkungan.
Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa
dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan
kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula
sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa
negara) yang penuh kekerasan.
eberapa hal yang dapat digunakan sebagai salah satu cara meminimalisasi tawuran
pelajar;
1. Banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri dan melakukan koreksi
terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan tidak menuntun
2. Memberikan kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan
sehat
3. Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja
zaman sekarang serta kaitannya dengan perkembangan bakat dan potensi remaja
PELAJAR MEROKOK
ANALISIS PELAJAR MEROKOK
Saat ini, generasi muda sebagai penerus masa depan pembangunan daerah, mulai terlihat
mengalamai keracunan waktu yang diakibatkan dari mengkonsumsi sebuah pergaulan dari
luar. Akibatnya, banyak sikap dan prilaku pergaulan anak remaja khususnya anak sekolah
mulai mengarah pada menjerumuskan diri pada hal-hal yang menuju merugikan diri sendiri.
Budaya ‘Kumpul’ bareng anak sekolah terlihat dari pergumpulan anak sekolah dibeberapa
tempat yang terlihat sedang merokok dengan memakai seragam sekolah disaat hari sekolah.
Jika kebiasaan yang kurang bagus tersebut tidak ditegaskan nama sekolah pasti akan terkena
imbasnya. Lebih lanjut ia mengungkapkan, banyak Kebiasaan yang kurang bagus yang terlihat
pada anak sekolah saat ini, bukan hanya merokok saja tapi bolos saat jam sekolah masih
berlangsung juga menjadi salah satu kebisaan anak sekolah saat ini.