You are on page 1of 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perhatian dunia terhadap lingkungan hidup telah diawali sejak konferensi

PBB tentang lingkungan hidup di Stockholm pada bulan Juni 1972. Pemerintah

Indonesia sendiri menaruh perhatian yang sangat besar dalam menangani masalah

lingkungan ini. Dalam bad ke-21 ini sedang terjadi perubahan-perubahan yang

besar terhadap sumber daya alam dan lingkungan hidup yaitu semakin

menipisnya sumber daya alam, berkurangnya luas ekosistem alam dan terjadinya

pemanasan global yang makin meningkat. Soedjiran R. dkk (1985 : 14)

berpendapat bahwa meskipun suatu ekosistem mempunyai daya tekan yang besar

sekali terhadap perubahan, tetapi biasanya batas mekanisme homeostatis

(kemampuan ekosistem untuk menahan berbagai perubahan), dengan mudah

dapat diterobos oleh kegiatan manusia.

Berkenaan dengan sumber daya alam tersebut, kita harus bijaksana dalam

penggunaannya seefisien dan seefektif mungkin. Kita merasa bersyukur diberikan

kekayaan yang melimpah ruah oleh Sang Pencipta, namun penggalian atau

penebangan yang terus menerus tanpa memperhatikan konservasinya akan

merugikan kita sendiri, penggunaan bahan bakar yang berlebihan dapat

mengurangi cadangan yang ada, kurangnya kesadaran akan menumbuhkan

pohon-pohon yang hijau yang berguna untuk menyerap karbondioksida di udara.

1
2

Pemanasan global akibat pencemaran yang terjadi karena adanya pergeseran

jumlah gas-gas di atmosfer antara lain sangat terpengaruh oleh aktivitas

industrialisasi dan transportasi secara umum dalam menghasilkan limbah, atau

hal-hal lainnya yang bertentangan dengan etika lingkungan tentu saja mereka

semua akan menyebabkan pencemaran atau kerusakan lingkungan.

Untuk menanggulangi masalah yang sedang dihadapi maka peran serta

masyarakat merupakan salah satu syarat utama bagi keberhasilan usaha

pengendalian dan pelestarian lingkungan. Pembangunan tidak mungkin

dilakukan tanpa peran serta semua pihak, terutama di negara yang sedang

mambangun seperti Indonesia. Achmad Ganjar dan Anisyah Arief (1997:15)

mengemukakan tentang permasalahan lingkungan yang terjadi di Indonesia

sebagai berikut :

1. Risiko lingkungan yang timbul dari kegiatan, perilaku, sikap dan

kebiasaan masyarakat tradisional.

2. Risiko ‘modern’ yang timbul dari kebiasaan dan cara hidup yang

datang bersama modernisasi.

Berkenaan dengan hal tersebut pasal 9 Undang-undang No.4 Tahun 1982

tentang ketentuan-ketentuan pokok pengolahan lingkungan, menegaskan bahwa

pemerintah berkewajiban menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran

masyarakat akan tanggungjawabnya dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui

pengolahan, bimbingan, dan penelitian lingkungan hidup.


3

Pendidikan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran

masyarakat dilaksanakan baik melalui jalur pendidikan formal mulai dari taman

kanak-kanak/pendidikan dasar sembilan tahun sampai dengan perguruan tinggi,

maupun jalur pendidikan non formal.

Oleh karena itu pemerintah dalam hal ini departemen pendidikan nasional

memasukkan materi lingkungan kepada jenjang pendidikan yang paling dasar

yaitu Sekolah Dasar, dengan banyaknya mata pelajaran yang terintegrasikan

dengan ilmu lingkungan. Achmad Ganjar dan Anisyah Arief dalam buku

pedoman pembinaan pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup di sekolah

SD ( 1997 : 95 ) mengemukakan tentang tujuan pendidikan lingkungan untuk

anak SD sebenarnya adalah agar siswa memiliki pengetahuan, sikap dan tingkah

laku yang rasional dan bertanggungjawab terhadap masalah lingkungan hidup.

Dan strategi yang digunakan di dalam pengintegrasian ilmu lingkungan ke dalam

kurikulum 1994 adalah menggunakan pendekatan integratif (terpadu).

Pendidikan lingkungan hidup sebagai mata kuliah kekhususan program

studi tidak dapat ditinggalkan karena sebagai lulusan IKIP atau FKIP , para guru

harus berkemampuan mengajarkannya secara terintegrasi di Sekolah Dasar. Hal

ini ditegaskan dalam kurikulum PKLH- buku pegangan mahasiswa sebagai calon

guru (1989 :146 ) dalam tujuan kurikulernya diharapkan mahasiswa :

1. Mengetahui latar belakang pengertian dan scope, aproach dan methode,

fungsi dan manfaat serta evaluasi PKLH.

2. Dapat mengajarkan PKLH pada tingkat SD, SLTP. Dan SLTA serta PLS.
4

3. Sadar akan pentingnya PKLH dan menyebarluaskan serta

mengembangkannya.

Mata pelajaran yang mengintegrasikan ilmu lingkungan adalah bahasa

yang diantaranya bahasa Inggris. Kurikulum 1996 pendidikan dasar untuk kelas V

dan VI SD mata pelajaran bahasa Inggris ( 107 –117) memasukkan materi

lingkungan seperti lingkungan sekolah, lingkungan rumah, lingkungan luar

rumah, penyakit, pariwisata, dan makanan yang sehat.

Banyaknya buku-buku sumber atau referensi yang bertuliskan bahasa

Ingris dan juga sebagai alat komunikasi umumnya di berbagai tempat dibelahan

dunia ini, menuntut kita untuk membekali mereka dengan kemampuan

menggunakan bahasa internasional tersebut sejak dini. Terlebih menjelang

diberlakukannya Asian Free Trade Association (AFTA) tahun – tahun mendatang

dan kita sekarang ini sedang berada di abad milenium dengan berbagai teknologi

mutakhir. Diana Larsen et all. (1991 : 1) menyatakan bahwa “ English as a second

language for most of the people of the world has increasingly become the

international language for business and commerce, science and technology, and

international relation and diplomacy.”

“Bahasa Inggris merupakan bahasa kedua yang sudah dipergunakan secara luas

oleh masyarakat dunia bagi kepentingan usaha, perdagangan, ilmu pengetahuan

dan teknologi, hubungan internasional dan diplomasi”.

Jenjang sekolah dasar juga merupakan jenjang yang paling dasar yang

merupakan pondasi bagi jenjang selanjutnya. Dengan diberikannya materi


5

lingkungan melalui pengajaran bahasa Inggris yang tepat dan benar diharapkan

akan membangkitkan motivasi mereka untuk belajar bahasa Inggris dengan

sungguh-sungguh di jenjang selanjutnya sehingga materi lingkungan yang

disampaikan dapat dicerna dengan baik.

Hal ini mengharuskan para guru dibekali dengan ilmu yang sesuai dengan

tujuan yang sudah ditetapkan dalam kurikulum tersebut. Kurikulum 1996 kelas V

dan VI SD mata pelajaran bahasa Inggris menyatakan tujuan yang hendak dicapai

para siswa yaitu agar siswa memiliki keterampilan membaca, menyimak,

berbicara dan menulis sederhana dalam bahasa Inggris dengan penekanan pada

keterampilan berbicara melalui tema yang dipilih berdasarkan kebutuhan

lingkungan, antara lain pariwisata dan perindustrian.

Nasution ( 1977 : 94-95 ) mengemukakan bahwa ketrampilan membaca

merupakan kulminasi atau puncak dari ketiga ketrampilan lainnya. Beberapa

ketrampilan yang diperlukan dalam membaca bahasa Inggris yang harus dimulai

dari yang paling dasar adalah sebagai berikut :

a. Menguasai kosa kata

b. Mengenali pola kalimat pokok

c. Mengenali sistematika penyajian

d. Menangkap pokok pikiran penulis dan pokok bahasan suatu tulisan

e. Membaca apa yang tersirat

f. Menyesuaikan tempo membaca sesuai dengan bahan bacaan

g. Membaca cepat dengan pemahaman mendalam


6

Supaya materi tentang lingkungan yang ditulis dalam bahasa Inggris

dapat dimengerti, tentu saja harus dikuasai terlebih dahulu unsur pembangunnya

yaitu elemen gramatika. Elemen ini mengacu pada kesimpulan-kesimpulan umum

tentang keteraturan dan ketidakteraturan yang ada dalam bahasa, sedang

wawasannya adalah morfologi dan sintaksis.

Agar mencapai tujuan pengajaran bahasa dengan baik, para guru harus

dibekali dengan teori-teori yang berhubungan dengan tugasnya sebagai pengajar,

begitu pula guru bahasa harus mengetahui seluk beluk kompetensi bahasa yaitu

kompetensi gramatika dan kompetensi wacana atau bacaan, sehingga materi yang

disampaikan dapat dimengerti dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Bahasa disini hanyalah sarana untuk mendapatkan pengetahuan tentang

lingkungan. Kita sering mendengar bahwa siswa mengalami kesulitan dalam

memahami tulisan dalam bahasa Inggris. Mengapa demikian, yaitu karena

kelemahan mendasar dalam penguasaan dan penggunaan bahasa. Alam pikiran

mereka belum sampai pada apa yang ada dalam teks. Untuk mengatasinya mereka

harus dibiasakan menggunakan bahasa yang baik dan menurut logika.

Hipotesa Sapir-Whorf menganggap bahwa peranan bahasa dalam

menentukan pembentukan pikiran bersifat mutlak menentukan karena

pembentukan konsep-konsep tidak sama di semua kultur.

Jujun S.S. (1999 : 37-59) mengemukakan dengan bahasa maka manusia

dapat mengembangkan pengetahuan yang didapat. Pengetahuan yang dimaksud

pengetahuan yang berhubungan dengan lingkungan.


7

Sesungguhnya masalah lingkungan hidup dengan pemahaman, sikap dan

perilaku sangat subjektif sifatnya, karena masing-masing siswa mempunyai

tingkat pengetahuan yang berbeda-beda. Oleh karena itu persepsinya akan

berbeda pula sesuai dengan kesadaran dan kepribadian masing-masing. Namun

demikian landasan berpijaknya sama yang dapat dijabarkan dari tujuan usaha

pemahaman lingkungan.

Negara kita memerlukan manusia-manusia yang sadar akan

lingkungannya yaitu manusia yang sudah memahamai dan menerapkan sikap dan

perilaku yang peduli akan lingkungan dan menerapkan prinsip-prinsip ekologi

dan etika lingkungan.

Adapun kewajiban para guru untuk menginformasikannya melalui media

pendidikan di sekolah, hal-hal yang berhubungan dengan pemeliharaan,

pelestarian lingkungan, sumber daya alam kita, yang sekarang ini mendapat

perhatian yang serius dari semua pihak. Siswa merupakan bagian dari lingkungan,

sehingga sudah seharusnya mendukung program ini dengan memelihara

kebersihan lingkungan baik di sekolah, rumah atau masyarakat luas.

Pengaplikasiannya bisa berupa memelihara tanaman-tanaman, menanam bunga,

membuang sampah pada tempatnya, membersihkan halaman yang kotor, tidak

merokok, dan lain sebagainya.

Dengan mengacu pada pembahasan di atas mudah-mudahan dapat

menuntun siswa untuk ikut serta dalam memelihara kebersihan lingkungan.


8

W.A. Gerungan berpendapat bahwa sikap bukan dibawa sejak orang

dilahirkan, melainkan dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang

itu, dalam hubungannya dengan objeknya. Hal yang dapat mengubah sikap adalah

pengetahuan yang banyak didapat di sekolah. Pengetahuan saja belum menjadi

penggerak, seperti halnya pada sikap. Pengetahuan mengenai suatu objek baru

menjadi sikap terhadap objek tersebut apabila pengetahuan itu disertai kesiapan

untuk bertindak, yang selanjutnya disertai dengan adanya Niat maka terbentuklah

perilaku tertentu.

Dr Ahman Sya dalam perkuliahan ilmu filsafat (2000) mengemukakan

bahwa jalur manusia pada umumnya dimulai dari pengetahuan – sikap – dan

akhirnya perilaku.

Sehubungan dengan permasalahan diatas, untuk menanggapinya perlu

diadakan penelitian secara langsung dan seksama mengenai “Perilaku

pemeliharaan kebersihan lingkungan siswa sekolah dasar ( studi korelatif antara

pengetahuan siswa kelas V dan VI SD Bethel Tasikmalaya tentang Lingkungan

Hidup melalui pelajaran bahasa Inggris dengan sikap dan perilakunya dalam

pemeliharaan kebersihan lingkungan ).

B. Perumusan Masalah Penelitian

Dari latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah hubungan antara pengetahuan lingkungan melalui pelajaran

bahasa Inggris dengan perilaku siswa terhadap pemeliharaan kebersihan


9

lingkungan di kelas V dan VI SD Bethel Tasikmalaya tahun pelajaran

2001/2002 ?

2. Bagaimanakah hubungan sikap dengan perilaku siswa terhadap

pemeliharaan kebersihan lingkungan di kelas V dan VI SD Bethel

Tasikmalaya tahun pelajaran 2001/2002 ?

3. Apakah keduanya mempunyai hubungan dengan perilaku siswa

terhadap pemeliharaan kebersihan lingkungan di kelas V dan VI SD Bethel

Tasikmalaya tahun pelajaran 2001/2002 ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejauhmana sikap siswa kelas V dan VI SD Bethel

Tasikmalaya terhadap kebersihan lingkungan.

2. Untuk mengetahui sejauh mana perilaku siswa kelas V dan VI SD

Bethel terhadap pemeliharaan kebersihan lingkungan.

3. Untuk mengetahui sampai sejauh mana pengaruh pengetahuan

lingkungan dan sikap siswa kelas V dan VI SD Bethel Tasikmalaya terhadap

kebersihan lingkungan.
10

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk hal-hal sebagai berikut :

1. Menunjang program pemerintah dalam upaya pemeliharaan

kebersihan lingkungan di sekolah.

2. Membantu sekolah untuk menjaga lingkungan sekitarnya tetap bersih

nan indah bagi kelancaran proses belajar mengajar di sekolah.

3. Pemantapan para guru khususnya guru bahasa Inggris dengan

menggunakan pendekatan komunikatif dan metode eklektik dalam

mengajarkan pengetahuan lingkungan.

4. Diterapkan, dikembangkan dan dimanfaatkan di tempat lainnya seperti

di rumah, atupun di masyarakat luas pada umumnya, sehingga dapat terhindar

dari kerusakan ataupun pencemaran lingkungan.

5. Meningkatkan pengetahuan siswa tentang lingkungan melalui media

bahasa Inggris terhadap perilaku dalam pengelolaan kebersihan lingkungan.

E. Studi Literatur

1. Hakekat Pengetahuan Lingkungan

Pada mulanya manusia hidupnya sangat primitif , tempat tinggalnya

berpindah-pindah, segala keperluan hidupnya menggunakan api, batu, tanpa

pakaian lengkap, kakinya sebagaai kendaraan untuk bepergian kemana-mana.

Dengan pengetahuan yang dimiliki melalui pengalaman hidupnya, manusia

akhirnya dapat memperbaiki kehidupannya. Pengetahuan dimulai dari rasa


11

ingin tahu, seperti : rasa ingin tahu apa kegunaan api atupun batu yang lebih

komplek lagi, bagaimana mempunyai rumah yang tetap, bagaimana membuat

kendaraan seperti gerobak dengan roda supaya perjalanan tidak akan terlalu

panjang dan melelahkan, dan lain sebagainya. Sampai akhirnya di abad

milenium ini manusia dapat membangun gedung-gedung yang menjulang

tinggi, pesawat udara untuk pergi ke berbagai tempat yang jauh dengan waktu

singkat, membuat berbagai jenis busana untuk keindahan, kehangatan atau

untuk fungsi lainnya. Singkatnya disertai akalnya, maka manusia dapat

mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya.

Manusia adalah satu-satunya makhluk ciptaan Allah yang dikaruniai

akal pikiran, dan kewajibannya yaitu mengembangkan pengetahuan tersebut.

Firman Allah dalam kitab Amsal pasal 1 ayat 5 mengatakan “ Baiklah orang

bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian

memperoleh bahan pertimbangan.”

Jujun S.S. ( 1999 : 53 ) mengemukakan bahwa pengetahuan yang

diperoleh bisa melalui akal pikiran yang disebut ilmu pengetahuan, bisa juga

melalui wahyu, intuisi ataupun pancaindera ( pemerolehan pengetahuan bukan

berdasarkan rasionalisme dan empirisme). Manusia mampu mengembangkan

pengetahuan disebabkan oleh dua hal utama yakni :

a. Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan

informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.


12

b. Manusia mampu berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir

tertentu.

Definisi pengetahuan menurut kamus Longman Dictionary of

Contemporary English by Paul Procter et all adalah sebagai berikut :

“Knowledge concerning to cause someone to know or to become known to

(by) someone.” Yang berarti pengetahuan menyebabkan seseorang

mengetahui atau orang lain tahu karena ada yang memberi tahu.

Pengetahuan menurut John Locke dalam Jujun S.S. ( 1999 : 103 )

merupakan hasil dari kegiatan keilmuan (pikiran) yang mengkombinasikan

sensasi-sensasi pokok. Pikiran manusia pada saat lahir dianggap selembar

kertas lilin licin dimana data yang ditangkap panca indera tergambar disitu.

Dari kombinasi dan perbandingan berbagai pengalaman maka ide yang rumit

dapat dihasilkan.

Dalam perkuliahan ilmu filsafat Dr. Ahman Sya ( 2000 )

mengemukakan ciri-ciri ilmu pengetahuan sebagai berikut : rasional,

sistematis dan empiris.

Selanjutnya Bloom ( 1979 ) mengklasifikasikan pengetahuan

(knowledge) ke dalam :

a. pengetahuan tentang hal-hal yang bersifat khusus (knowledge of

specifics).

b. pengetahuan tentang cara dan penggunaan alat untuk menangani

masalah-masalah khusus.
13

c. Pengetahuan yang bersifat universal.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa tidak ada manusia yang

hidup menyendiri, ia senantiasa bersama manusia-manusia lainnya saling

berinteraksi di lingkungannya dia berada, sehingga ada ilmu yang

mempelajari hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang

disebut Ekologi (R.E. Soeriaatmadja 1989 : 1).

Pengetahuan lingkungan ini mendapat perhatian dari berbagai pihak

karena hubungan antara berbagai organisme hidup di dalam lingkungan pada

hakikatnya merupakan kebutuhan primer, yang kadang-kadang terjadi secara

sadar atau kurang sadar.

R. M. Gatot P.S. (1996 : 12) mendefinisikan tentang lingkungan

sebagai berikut : “ Lingkungan adalah hal-hal atau segala sesuatu yang berada

di sekeliling manusia sebagai pribadi atau dalam proses pergaulan hidup.”

Menurut Danusaputro dalam Gatot ( 1980 : 67-101 ) manusia di dalam

hidupnya harus melindungi, mengamankan alam (lingkungan) agar dapat

terselenggara secara teratur dan pasti, serta dapat diikuti dan ditaati oleh

semua pihak.

Dalam pelaksanaan pembangunan ini, masyarakat mengalami

pertumbuhan dinamis sehingga sifat dan tantangan dalam pembangunan juga

tumbuh dan berkembang. Undang-undang lingkungan hidup pasal 1 butir 13

menyebutkan pengertian pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya

sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara


14

bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan

mutu hidup. Adalah tugas kita semua baik orang tua, masyarakat lainnya

terlebih para guru di sekolah untuk menyadarkan mereka ( para siswa ) untuk

turut berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan. Dengan dibekalinya

pengetahuan tentang lingkungan ini, para siswa yang merupakan bagian

masyarakat akan dapat menentukan sikap yang baik dalam pengelolaan

lingkungan ini baik biotik maupun abiotik. Sehingga mungkin berpengaruh

juga terhadap perilaku yang baik pula seperti bagaimana mengelola

kebersihan lingkungaan. Mereka juga dapat mencarikan pemecahan masalah

yang timbul dalam lingkungan mereka. Dalam hal ini dapat diduga bahwa

pengetahuan seseorang berhubungan dengan sikapnya dalam pemeliharaan

kebersihan lingkungan yang merupakan bagian dalam pengelolaan

lingkungan.

2. Hakekat Pengajaran Bahasa Inggris

Penggunaan bahasa di rumah tangga dan di luar kelas berpengaruh

atas usaha pendidikan, terlebih penggunaan bahasa dalam pengajaran tentu

memainkan peranan yang amat penting bagi perkembangan intelektual siswa.

Tujuan pendidikan menurut H.M. Said ( 1989 : 104 ) adalah perbuatan

yang hendak dilakukan pendidik pada pendidiknya agar tercapai hasil terakhir

dari segala perbuatannya seperti suatu kondisi atau sifat dari masyarakatnya.

Dr. Maman A. dalam perkuliahan landasan pembelajaran ( 2000 )

mengemukakan bahwa dalam belajar terjadi dua hal yaitu :

a. transfer atau penyampaian materi


15

b. transformasi yaitu perubahan permanent yang diulang-ulang

Dalam belajar, untuk menyampaikan materi dipergunakanlah bahasa.

Chaedar Alwasilah (142) mengemukakan bahwa kita menggunakan bahasa

bukan hanya untuk mengkomunikasikan, tetapi juga mengorganisir

pengalaman. Kosa kata yang diucapakan mencerminkan dunia kita. Dengan

kata-katalah mengklasifikasikan kejadian dan menyimpannya dalam pikiran

untuk kemudian diingat kembali. Inilah salah satu peran bahasa dalam proses

perkembangan kognitif siswa.

Menurut UNESCO, lebih kurang 71% dari seluruh penulisan ilmiah

dilakukan dalam bahasa Perancis, Jerman dan Inggris, dengan bahasa Inggris

menduduki 62 % dari output.

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, dimana bahasa

asing menduduki peringkat ke-3 setelah bahasa daerah dan bahasa Indonesia,

maka pengajaran dan penguasaan bahasa Inggris menjadi sangat penting.

Fungsi dari pengajaran Bahasa Inggris sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional adalah sebagai berikut :

1. untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. untuk kepentingan komunikasi antar bangsa dalam rangka menjalin

persahabatan dan perdamaian dunia.

Chaedar Alwasilah ( 146 ) mengemukakan beberapa ketrampilan yang

diharapkan dari pengajaran Bahasa Inggris adalah sebagai berikut :


16

1. Membaca buku-buku dalam Bahasa Inggris yang masih banyak

dipergunakan di sekolah-sekolah.

2. Mengikuti dan memahami pelajaran-pelajaran yang diberikan dalam

bahasa asing dan oleh pengajar-pengajar tamu.

3. Menulis catatan-catatan di dalam kelas yang mempergunakan bahasa

asing.

4. Memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada bangsa asing.

5. Serta berkomunikasi dengan guru dan pelajar asing.

Jujun S.S. ( 1999 : 171 ) mengatakan bahwa bahasa merupakan sarana

berpikir ilmiah, selain matematika dan statistika. Sarana untuk mencapai

pengetahuan dalam hal ini pengetahuan lingkungan.

Namun banyak para pelajar kurang memahami tulisan-tulisan yang

berbahasa Inggris. Hal ini dikarenakan pengajaran yang tidak tepat sasaran.

Penelitian membuktikan banyaknya siswa yang belajar bahasa Inggris

bertahun-tahun dari SMP sampai perguruan tinggi tidak mendapatkan apa-

apa tentang bahasa tersebut. Hal yang perlu disadari adalah dasar mereka

kurang kuat, pengajaran yang tidak menarik, atau yang salah. Karena itulah

sejak dari dasar mereka harus diberikan pelajaran Bahasa Inggris dengan

pengajaran bahasa yang tepat, benar dan menarik bagi usia dini sehingga pada

tingkatan yang lebih tinggi lagi mereka siap dan mampu mengembangkannya.

Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa kesuksesan belajar bahasa

banyak bergantung pada motivasi, sikap dan minat para siswa. Guru yang
17

ingin berlatih dalam pengajaran bahasa harus dapat merencanakan suatu

pelajaran yang mendorong mereka kearah tersebut. Penelitian yang dilakukan

oleh peneliti sendiri tahun 1988 menunjukkan adanya keterkaitan antara

permainan bahasa dan pemerolehan bahasa. Permainan bahasa merupakan

salah satu jawaban untuk meningkatkan motivasi, sikap dan minat. Peter

Goodchild di Internet ( 1997 ) mengemukakan keberhasilan belajar hampir

kebanyakan berada pada siswa itu sendiri ( 70% motivation, 20% method,

10% teacher )

3. Hakekat Sikap Siswa Terhadap Perilaku Dalam Kebersihan Lingkungan

Attitude (sikap) dapat merupakan sikap pandangan, tetapi berbeda

dengan pengetahuan yang dimiliki orang. Seseorang bersikap sesuatu karena

ada masukan pengetahuan tertentu. Pengetahuan mengenai suatu objek baru

menjadi sikap terhadap objek tersebut apabila pengetahuan itu disertai oleh

kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek itu.

Sebagi contoh dengan diberikannya pengetahuan lingkungan kepada para

siswa, maka mereka akan memiliki dan memahami hal-hal yang berkenaan

dengan lingkungan tersebut. Bahwa kebersihan di rumah bermanfaat bagi

kesehatan manusia, menanam bunga-bunga dalam pot-pot di sekolah serta

membuang sampah pada tempatnya akan membuat lingkungan yang

mendukung keberhasilan belajar. Namun merokok, menginjak-nginjak

rumput halaman akan merusak keindahan lingkungan. Apabila mereka


18

memahaminya, namun tetap melakukan hal-hal yang bertentangan dengan

etika lingkungan, maka pengetahuan itu belum menjadi sikap.

Sikap mungkin sekali dinyatakan oleh kebiasaan tingkah laku tertentu.

Misalnya kebiasaan menyekat kaki pada kesed sebelum masuk rumah, dapat

menyatakan adanya attitude mengenai kebersihan di lingkungan rumah.

Namun kebiasaan bertingkah laku tertentu belum bisa disamakan dengan

sikap. Misalnya orang atau siswa yang mendapat giliran tugas disekolahnya

tiap hari senin untuk menyapu lantai kelas, membersihkan kotoran-kotoran

yang ada di halaman kelas ataupun menghapus tulisan di papan tulis belumlah

dikatakan memiliki sikap ke arah itu, mungkin mereka hanya melakukannya

sebagai kewajiban rutinitas belaka.

Dr.W.A. Gerungan memberikan 5 ciri-ciri dari apa yang dinamakan

Attitude atau sikap sebagai berikut :

1. Attitude bukan dibawa sejak ia dilahirkan, melainkan dibentuk

sepanjang perkembangan orang tersebut.

2. Attitude itu dapat berubah-ubah.

3. Attitude itu tidak berdiri sendiri melainkan mengandung relasi tertentu

terhadap suatu objek.

4. Objek Attitude dapat merupakan satu hal tertentu, dapat pula

kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Attitude mempunyai segi motivasi dan perasaan.


19

David O Sears dkk. ( 1999 ) mengemukakan ada tiga aspek atau unsur

dalam sikap, sebagai berikut :

a. Unsur Kognitif

Merupakan aspek penggerak karena pengetahuan atau informasi yang

diterima menentukan perasaan atau kemauan bertindak, yang terdiri atas

keyakinan individu itu sendiri terhadap suatu objek. Unsur ini mempunyai

jalinan yang erat dengan unsur kecenderungan bertindak.

b. Unsur Afektif

Memberikan arah terhadap perasaan siswa terhadap suatu objek. Juga

merupakan evaluasi emosional individu tentang suatu objek, misal suka

atau tidak suka, puas atau tidak puas terhadap suatu objek.

c. Unsur Konatif

Unsur ini berkenaan dengan kesediaan individu untuk bertindak terhadap

suatu objek yang berasosiasi dengan sikap tersebut. Individu yang

memiliki sikap positif terhadap suatu objek, maka ia cenderung untuk

bertindak mendorong objek tersebut demikian pula sebaliknya.

Ketiga unsur tersebut berjalan selaras dan konsisten. Jika salah satu

menyimpang maka menyebabkan mekanisme perubahan sikap, sehingga

konsisten tersebut tercapai kembali.

Hal ini sejalan dengan program Pendidikan Kependudukan dan

Lingkungan Hidup di IKIP dan FKIP sebagai lembaga yang mencetak para
20

guru ( 1989 : 147 ) yang memasukkan ketiga ranah tersebut dalam kegiatan

pendidikan yakni :

a. ranah kognitif ( pengetahuan )

b. ranah afektif ( perasaan dan sikap )

c. ranah psikomotorik ( keterampilan dan perbuatan )

Penyatuan ketiga ranah tersebut dalam belajar mengajar, dapat dicapai

melalui kegiatan-kegiatan yang menerapkan keterampilan proses.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut W.A.

Gerungan ( 1977:157 ) adalah sebagai berikut :

a. faktor intern, yaitu faktor dalam diri individu, seperti persepsi, ciri-ciri

kepribadian dan selektifitas.

b. Faktor ekstern, yaitu faktor yang diperolehnya karena interaksi sosial,

misalnya pengetahuan lingkungan yang diperoleh dari sekolah.

Dr. Maman A. ( 1988 : 25 ) dalam penelaahan Ilmu Geografinya

mengatakan bahwa universe dari ilmu tersebut dapat dibagi dalam tiga buah

kawasan (realm) yaitu :

1. Hakekat dari lingkungan.

2. Apa yang kita fikirkan dan rasakan tentang lingkungan ( sikap

terhadap kebersihan lingkungan ).

3. Bagaimana kita berperilaku di dalam lingkungan serta mengubah

lingkungan tersebut.
21

Ketiga kawasan tersebut berhubungan satu sama lain dan tidak ada

satu kawasan yang dapat dimengerti secara terpisah dari yang lainnya.

Yang dimadsud dengan sikap siswa terhadap kebersihan lingkungan

dalam penelitian ini adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan siswa

terhadap lingkungan sekitar sekolah baik biotik maupun abiotik. Sehingga

terciptalah lingkungan yang asli, bersih, indah ( Asri – motto kota

Tasikmalaya ). Dengan demikian para siswa turut berpartisipasi dalam usaha

pembangunan nasional yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan

melalui pengetahuan yang diperoleh di sekolah. Berkenaan dengan hal

tersebut, pasal 9 Undang-undang no. 4 tahun 1982 tentang ketentuan-

ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup, menegaskan : “ Pemerintah

berkewajiban menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran masyarakat

akan tanggungjawabnya dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui

penyuluhan, bimbingan, pendidikan, dan penelitian lingkungan hidup.”

4. Hakekat Perilaku Siswa Terhadap Kebersihan Lingkungan

Sampai tingkatan tertentu sikap mempengaruhi atau mengendalikan

perilaku, tetapi faktor-faktor lain juga ikut menentukannya. Sebagai misal bila

siswa berperilaku tertentu dan diberi ganjaran maka kemungkinan besar ia

akan mengulangi perilaku tersebut di masa mendatang, namun sebaliknya bila

diberi hukuman, kecil kemungkinan ia akan mengulanginya. Dalam kaitannya

dengan kebersihan lingkungan sekolah, guru dapat mengatakan ‘bagus’ pada

siswa yang membuang sampah ke tempat pembuangan sampah namun


22

menghukum bagi mereka yang tidak menyiram buang air kecilnya di toilet.

Hal-hal demikian tentu saja dapat diikuti oleh siswa lainnya sehingga

mengulangi perilaku mana yang pantas bagi kebersihan lingkungan di

sekolah. Demikian halnya yang terjadi di rumah, orang tua yang bijak kalau

melihat kerajinan anak yang selalu menyapu lantai dengan bersih, misalnya

diajak makan bersama di restoran atau dengan mengatakan ‘ kau anak yang

baik ‘. Perkataan ini memberikan penguatan bagi anak untuk berperilaku sehat

di lingkungan sekitarnya. Selain penguatan, juga imitasi merupakan

mekanisme lain yang membentuk perilaku anak.

David O Sears dkk. ( 103 ) mengemukakan bahwa dalam situasi

tertentu yang terkendali, dimana tidak ada satupun diantara pertimbangan-

pertimbangan yang relevan, konformitas (menampilkan tindakan karena orang

lain) tetap akan muncul dalam tingkat yang tinggi – sekitar 35% dalam

eksperimen penilaian.

Orang menampilkan konformitas karena beberapa alasan sebagai

berikut :

a. Mereka menggunakan informasi yang diperoleh dari orang lain.

b. Mereka mempercayai orang lain.

c. Mereka takut menjadi orang yang menyimpang.

Miftah Thoha ( 1998 : 30 ) mengatakan bahwa perilaku adalah suatu

fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Ini berarti bahwa
23

seseorang individu dengan lingkungannya menentukan perilaku keduanya

secara langsung.

Ismai Arianto dkk. ( 1989 : 18 ) mengemukakan tentang hubungan

manusia dengan alam lingkungannya ditinjau dari sejarah hidup manusia

sebagai berikut :

a. Manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan fisik.

b. Manusia mempengaruhi lingkungan fisik.

c. Manusia dan lingkungan fisik saling mempengaruhi.

d. Kebudayaan menjadi faktor perantara hubungan manusia dengan

lingkungannya.

e. Hubungan manusia dengan lingkungan fisik sangat kompleks.

Supriyadi ( 1997 : 74 ) membagi lingkungan menjadi tiga bagian

utama antara lain :

1. lingkungan fisik

2. lingkungan interaksional

3. lingkungan sosial

Mohammad Surya ( 1992 : 81 ) menyatakan bahwa faktor lingkungan

dalam arti yang luas mempengaruhi proses belajar yang efisien.

Di lain pihak Handoko ( 1994 ) mengemukakan bahwa terjadinya

perilaku disebabkan oleh adanya dorongan dan kebutuhan yang dirasakan,

sehingga hal ini menimbulkan motif untuk melakukan sesuatu perbuatan

dalam mencapai suatu tujuan.


24

Secara cermat perilaku yang diharapkan dari para siswa adalah

perilaku yang didasarkan pada motif yang dimilikinya yang menaruh hasrat

akan kepentingan dan harapan orang lain, dan tidak merugikan orang lain,

tetapi juga tidak merugikan diri sendiri.

Pemahaman akan konsep-konsep tentang lingkungan hidup yang tak

disertai tindakan dalam menjaga kebersihan lingkungan belumlah sempurna.

Dr.Maman A. ( 1988 : 20 ) mengemukakan bahwa suatu proses dapat

didefinisikan sebagai tindakan yang berturut-turut dan teratur dan secara terus

menerus, yang terdapat atau berjalan dengan cara tertentu dan menuju pada

penyelesaian beberapa hasil, merupakan tindakan yang terus menerus atau

bersambung.

Achmad Ganjar dan Anisyah Arief ( 1997 : 40 ) mengemukakan

tentang jalur formal pengubahan perilaku seseorang, seperti diagram berikut

ini :

Penalaran Pengejawantahan Niat


TAHU → PAHAM → NILAI → NORMA → SIKAP → PERILAKU
Penghayatan Pemantapan

Perilaku terhadap kebersihan lingkungan merupakan bagian dalam

usaha pelestarian, pemanfaatan, pengembangan, pengawasan dan

pengendalian lingkungan hidup. Perilaku ini adalah kemampuan untuk

bertindak, bekerja, beraktifitas, dan berusaha dalam memenuhi kebutuhan

dengan memperhatikan unsur-unsur lingkungan hidup sebaik-baiknya


25

sehingga masyarakat luas dapat merasakan manfaat dari kebersihan

lingkungan.

Hal ini sejalan dengan pengertian PKLH menurut Warnadi dkk. ( 82 )

yang mengatakan bahwa pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup

adalah suatu pendidikan yang membina siswa agar memiliki pengertian,

kesadaran, sikap, dan perilaku yang rasional serta bertanggungjawab tentang

pengaruh timbal balik antara penduduk dengan lingkungannya dalam berbagai

aspek kehidupan manusia.

5. Hubungan Antara Pengetahuan Lingkungan Melalui Pengajaran Bahasa

Inggris Dan Sikap Dengan Perilaku Terhadap Kebersihan Lingkungan

Pengetahuan formal yang didapat para siswa kebanyakan berada di

sekolah. Tujuan pendidikannya adalah perbuatan yang hendak dilakukan

pendidik pada pendidiknya agar tercapai hasil terakhir dari segala

perbuatannya seperti suatu kondisi atau sifat dari masyarakatnya.

H.M. Said ( 1989 : 163 ) mengemukakan fungsi sekolah dalam

masyarakat adalah sebagai berikut :

a. mengadakan stabilisasi dalam masyarakat

b. pemberian arah bagi perkembangan masyarakat

c. penyampaian pengetahuan yang banyak sekali dan yang tak dapat

dikuasai lagi oleh orang tua, karena masyarakat telah berkembang menjadi

komplek dan perkembangan Iptek yang cepat sekali.

d. Kualifikasi
26

Sekolah mempersiapkan siswa-siswanya dengan sekumpulan

kecakapan dan ketrampilan yang memberinya akan peningkatan status sosial.

Pengetahuan lingkungan adalah pengetahuan yang berhubungan

dengan hal-hal atau segala sesuatu yang berada di sekeliling manusia sebagai

pribadi atau di dalam proses pergaulan hidupnya, baik lingkungan fisik,

biologis maupun sosial.

Agar lingkungan tersebut dapat mempertahankan hidupnya secara

serasi, maka manusia melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan

tersebut.

Tugas pendidik dalam hubungannya dengan perilaku siswa terhadap

lingkungan adalah :

a. Mengembangkan ranah kognitif, yaitu hal-hal yang berhubungan

dengan pengembangan otak dan penalaran (pengetahuan) terhadap

lingkungan dan sumber daya alam.

b. Mengembangkan ranah afektif, yaitu hal-hal yang berhubungan

dengan perasaan dan sikap.

c. Mengembangkan ranah psikomotorik, yaitu yang berhubungan dengan

pengembangan melalui observasi. Dalam hal ini sejenis peristiwa, tingkah

laku, dan fenomena lain dengan pengamatan langsung.

Stanley M.H. dan Thomas C.H. dalam Jujun S.S. ( 1999 : 99-105 )

menyatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dengan menggunakan

metode rasionalisme, empirisme, dan keilmuan.


27

Dengan akal pikirannya maka manusia dapat mengembangkan

pengetahuan yang ada dibenaknya. Selain akal pikiran yang memampukan

manusia berpikir menurut suatu alur kerangka perpikir tertentu, adalah bahasa

yang memampukan dalam pengembangan pengetahuannya. Bahasa bisa

berbentuk lisan, bisa pula tulisan. Bentuk tulisan untuk mempersiapkan

sesuatu yang langgeng dari bahasa lisan.

Pengetahuan kebahasaan ini berpengaruh terhadap pemerolehan

pengetahuan lainnya seperti pengetahuan lingkungan, karena bahasa

merupakan alat untuk berpikir ilmiah.

Clark ( 1972 : 5 ) menjelaskan kemahiran berbahasa adalah

kemampuan pembelajar untuk menggunakan bahasa untuk tujuan-tujuan

kehidupan nyata. Elemen- elemen yang harus dikuasai siswa dalam

pemahamn kebahasaan ini adalah elemen gramatika dan bacaan.

Furqanul A. dan Chaedar A ( 2000 : 26 ) menyatakan bahwa

kompetensi gramatika adalah pengetahuan yang mendasari kemampuan kita

menghasilkan dan memahami kalimat-kalimat dalam suatu bahasa. Dan tujuan

membaca adalah untuk dapat menyerap informasi dan makna dari tata bahasa.

Informasi-informasi yang dimaksud berkenaan dengan masalah lingkungan.

Hal ini sesuai dengan kurikulum bahasa 1994 yang memasukkan

masalah lingkungan ke dalam pengajaran bahasa khususnya bahasa Inggris.

Pengembangan bahasa meliputi keterampilan membaca, menyimak, berbicara


28

dan menulis. Membaca merupakan kulminasi ( puncak ) dari ketiga

keterampilan lainnya.

Disampaikannya informasi dengan benar, tentu sedikit banyaknya

akan berpengaruh terhadap pemahaman yang diterima oleh siswa. Terlebih

tuntutan yang ada dalam informasi tersebut untuk dilakukan.

David O. Sears dkk ( 1994 : 189 ) mengemukakan salah satu hambatan

untuk mengadakan perubahan sikap dalam dunia nyata adalah kurangnya

pemunculan informasi bahkan media dapat menimbulkan perubahan sikap

secara besar-besaran. Sikap ini yang cenderung orang berperilaku sesuai

informasi yang dibaca mereka.

Pengetahuan kebahasaan mereka mungkin berpengaruh terhadap

perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan tempat mereka

bersosialisasi.

Dalam berperilaku terhadap lingkungan, Woodworth dalam W.A.

Gerungan ( 1988 : 55 ) mengemukakan pendapatnya bahwa pada dasarnya ada

empat jenis hubungan antara individu dan lingkungannya sebagai berikut :

a. Individu dapat bertentangan dengan lingkungannya.

b. Individu dapat menggunakan lingkungannya.

c. Individu dapat berpartisipasi dengan lingkungannya.

d. Individu dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.

Jadi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk

memperoleh suatu perubahan perilakau yang baru secara keseluruhan sebagai


29

hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan

lingkungannya. Tujuan pendidikan lingkungan menurut Achmad Ganjar

(1997 : 17) adalah untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian tentang

lingkungan serta permasalahannya, dan dengan pengetahuan, keterampilan,

sikap, motivasi dan komitmen untuk bekerja secara individual dan kolektif,

terhadap pemecahan permasalahan dan mempertahankan kelestarian fungsi-

fungsi lingkungan.

Karena perilaku siswa terhadap lingkungan dipengaruhi oleh

sejauhmana informasi tentang lingkungan tersebut, maka perilaku mereka

sangat positif manakala model mentransfer ilmu pengetahuan terintegrasi baik

dalam kelas maupun di luar kelas.

Siswa hendaknya diberi konsep-konsep yang berkaitan dengan

ekologi, populasi, tata guna lahan, sumber daya alam, kesehatan lingkungan,

dan hal lainnya yang berhubungan dengan lingkungan. Hampir kebanyakan

mata pelajaran mengintegrasikan ilmu lingkungan ini seperti IPS, IPA,

PENJAS, AGAMA dan BAHASA sendiri.

Dalam pengajaran bahasa khususnya bahasa Inggris, guru bahasa

harus dibekali kemampuan akan pengetahuan lingkungan sehingga dalam

menyampaikan mata pelajaran bahasanya, ia juga dapat menyampaikan

pengetahuan lingkungan.

Ismail Arianto ( 1989 : 146 ) mengemukakan tentang tujuan kurikuler

calon guru adalah sbb :


30

a. Mengetahui latar belakang pengertian dan scope, aproach dan

methode, fungsi dan manfaat serta evaluasi PKLH.

b. Dapat mengajarkan PKLH pada tingkat SD, SLTP, dan SLTA serta

PLS.

c. Sadar akan pentingnya PKLH dan menyebarluaskan serta

mengembangkannya.

Penguasaan ilmu pengetahuan tentang lingkungan dan pengetahuan

bahasa dilakukan dalam suatu kegiatan belajar mengajar, sedangkan

penguasaan berkelanjutan harus dilakukan secara kontinyu pada setiap

kegiatan belajar mengajar.

Pemberian tes merupakan alat untuk mengevaluasi sampai sejauh

mana pencapaian pengetahuan mereka. Menetapkan batas minimum

keberhasilan siswa terhadap lingkungan selalu berkaitan dengan upaya

pengembangan perilakunya, baik melalui pengamatan langsung, wawancara

maupun angket yang disediakan oleh guru. Dan sikap mereka diujicobakan

dengan menggunakan Skala Likert.

Berikut bagan hubungan antara variabel-variabel yang bertalian

dengan penelitian ini :


Pengetahuan
lingkungan
X1

Perilaku terhadap
P. B. Inggris Y kebersihan lingkungan

X2
Sikap
31

F. Hipotesis

Berdasarkan masalah yang diteliti atau dianalisa, maka kesimpulan

sementara terhadap penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan positif antara pengetahuan lingkungan dengan

perilaku siswa terhadap pemeliharaan kebersihan di kelas V dan VI SD Bethel

Tasikmalaya.

2. Terdapat hubungan positif antara sikap siswa dengan perilaku siswa

terhadap pengelolaan kebersihan lingkungan di kelas V dan VI SD Bethel

Tasikmalaya.

3. Terdapat hubungan positif antara pengetahuan lingkungan dan sikap

siswa dengan perilaku siswa terhadap pemeliharaan kebersihan lingkungan di

kelas V dan VI SD Bethel Tasikmalaya.

4. Terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan berbahasa Inggris

dan pengetahuan lingkung.


32

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat Dan Penelitian

Penelitian tentang perilaku pemeliharaan kebersihan lingkungan siswa

sekolah dasar (Studi Korelatif antara pengetahuan siswa kelas kelas V dan VI SD

Bethel Tasikmalaya tentang lingkungan hidup melalui pelajaran bahasa Inggris

dengan sikap dan perilakunya dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan)

dilakukan di sekolah Dasar Bethel Tasikmalaya. Sebagai subyek penelitian adalah

para isswa kelas V dan VI SD Bethel Tasikmalaya tahun ajaran 2001/2002.

Waktu yang diperlukan untuk penelitian dimulai dari

pengamatan,observasi,penyusunan proposal,pengambilan data,analisis data

sampai penyusunan lampiran adalah sekitar tiga bulan ( cawu 1-cawu 2 ).

Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah metode diskriptif, yaitu suatu prosedur atau

cara memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan obyek yang


33

diselidiki sebagaimana adanya,berdasarkan fakta-fakta yang aktual pada saat

sekarang. Dan sebagai alat pengumpul datanya dipergunakan observasi, ,

Intervieu, Kuesioner (angket) skala likert dan test. Sehingga metode ini tergolong

jenis metode survei.

Data primer diperoleh dari siswa dan siswi kelas V dan VI SD Bethel

Tasikmalaya kelas V sebanyak 22 0rang dan kelas VI sebanyak 18 orang. Data

sekunder diperoleh dari literatur kepustakaan pribadi,SD Bethel,Unsil,toko buku

atau instansi terkait lainnya.

Variabel-Variabel Dalam Penelitian

Penelitian studi korelatif antara pengetahuan siswa kelas kelas V dan

VI SD Bethel Tasikmalaya tentang lingkungan hidup melalui pelajaran bahasa

Inggris dengan sikap dan perilakunya dalam pemeliharaan kebersihan

lingkungan mempunyai 3 macam variabel yaitu:

X1 = Pengetahuan Lingkungan

X2 = Sikap

Y = Perilaku terhadap pemeliharaan kebersihan

Gambar : Hubungan antara variabel bebas dengan terikat.

Pengetahuan
lingkungan
X1

Perilaku terhadap
P. B. Inggris Y kebersihan lingkungan

X2
Sikap
34

Maka metode penelitian ini disebut juga metode penelitian

korelasional. Dalam hal ini, koefisien korelasi atau regresi yang diperoleh

menunjukan tentang derajat hubungan kausal antara peubah-peubah yang

diteliti. Penelitian ini tidak melakukan manipulasi terhadap perubahan

bahasanya.

Teknik Pengumpulan data yang digunakan menurut Lexy J. Moleong

(1999 : 189 – 214) terdiri dari :

1. Sumber dan jenis data

a. Kata-kata dan tindakan

b. Sumber tertulis

c. Foto

d. Data statistik

2. Peranan manusia sebagai instrumen penelitian dan pengamatan

berperan serta.

3. Pengamatan dan pencatatan data.

4. Pelaksanaan wawancara.

5. Pencatatan lapangan.

6. Penggunaan dokumen

Data penelitian ini menggunakan instrumen yang berbentuk questioner

atau angket test pemahaman pengetahuan lingkungan dan test sikap dengan

menggunakan skala Likert.


35

Selain menggunakan Tes pengetahuan, alat evaluasi lainnya adalah

angket, yang berisi daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh para siswa,

untuk memperoleh keterangan secara umum, sehingga perilaku mereka dapat

terdeteksi

Contohnya :

Apa yang kamu lakukan agar tanaman dalam pot tidak mati ?

a. Membiarkannya

b. Menyiramnya setiap pagi

c. Memindahkan ke pot lain

Rencana Analisis Data

Data yang diperoleh diubah sehingga menjadi data tabulasi dengan

menggunakan statistik. Beberapa teknik dalam menganalisis data tabulasi

menurut Furqon (2000) adalah sebagai berikut :

a. Regresi, memasalahkan

bentuk hubungan antara dua atau lebih variabel, apakah linier atau non linier.

Uji linier data untuk mengetahui distribusi dari variabel bebas (X1, X2)

terhadap variabel terikat (Y)

Rumus Regresi Linier sederhana, yaitu:

Y = a + bx

B = n - ∑ XY – ∑ X . ∑ Y
n - ∑X – ( ∑X )2
36

a = ∑ Y/n-b . ∑ X/n

b. Selanjutnya Data yang

diperoleh akan dilakukan uji normalitas data.

Uji normalitas data menggunakan rumus Chi kuadrat, yaitu :

X2 = ∑ ( fo – fh )2
fh

c. Dan teknik analisis data

yang digunakan untuk mengukur derajat keeratan hubungan diukur dengan

nilai ‘r’ = koefisien korelasi

∑ XY

R =

∑ X2 . ∑Y2

r2 / k
t hitung =
(1 – r2 ) / n – k - 1

d. Selanjutnya untuk

melihat nilai ‘r’ bermakna atau tidak diuji dengan:

Tr =r n-2
1 – r2

e. Untuk melihat berapa

besar sumbangan variabel bebas terhadap terikat diukur dengan koefisien

determinasi ‘r2’ ( r x r )
37

Validity dan Reliability


Hadari Nawawi (1995: 178 –190) mengemukakan bahwa untuk ketepatan

dan kemantapan instrumen penelitian digunakan Validity dan Reliability. Validity

ini disebut juga validitas kurikulum (Curriculer Validity) Karena diukur dari

kesesuaiannya dengan sejumlah bahan yang secara keseluruhan merupakan

sebuah kurikulum, yang telah diberikan kepada sekelompok individu yang akan

menjawab item-item di dalam instrument penelitian, sehingga memungkinkan

data / informasi terkumpul secara lengkap dan menyeluruh.

Keajegan (Reliabilitas menuntut kemantapan, keandalan /stabilitas hasil

pengamatan dengan instrument (pengukuran), seandainya orang yang diamati

dalam keadaan tak berubah. Cara yang ditempuh yaitu dengan melalui ukuran

sekali (one shot) yaitu pengukuran hanya dilakukan sekali melalui contoh-contoh

butir dipetik dari para meter dan membandingkan butir yang satu dengan yang

lain.

Penilaian terhadap pengetahuan lingkungan dilaksanakan dengan

memberikan soal yang disesuaikan dengan bahasa dan istilah yang mereka kenal

sehari-hari di sekolah/di rumah dengan medianya bahasa Inggris. Untuk jawaban

benar mendapat nilai 1dan jawaban salah mendapat nilai 0. Soal sebanyak 20

yang relevan dengan tujuan penelitian, setelah diadakan uji coba soal terhadap 5

orang , baik dari kelas V maupun kelas VI berdasarkan apa yang tertera dalam

GBPP.
38

Penilaian terhadap instrument lainnya berdasarkan konsep pengukuran sikap dan

perilaku berdasarkan buku pedoman PKLH – Pegangan Pengajar (1989 : 83 – 87)

yang terdiri dari 3 komponen, yaitu : kognisi, afeksi dan konasi dijadikan dasar

dalam menyusun butir-butir test dalam kuesioner. Lalu dibuatlah soal sebanyak

10 untuk mengukur sampai sejauh mana sikap mereka dalam mengaplikasikan

materi pengetahuan lingkungan. Kemudian disusun skala sikap dengan 5 pilihan,

yaitu: SS, S, N, TS, STS. Nilai yang diberikan jika jawaban mendukung

pernyataan positif dengan nilai SS = 5, S = 4, N=3, TS=2 dan STS=1. Jika

sebaliknya maka SS=1, S=2, N=3, ST=4, STS=5.

Contoh :

Berilah tanda X pada kolom yang cocok dengan pendapat saudara:

Pendapat
Pernyataan Saudara
SS S N TS STS
1. Pemeliharaan kebersihan lingkungan
penting untuk setiap kelas.

2. Penyediaan tong-tong sampah harus ada


di setiap kelas.

Cara menskor skala sikap dari Likert.

Menurut Saudara Sko


Pernyataan
r
SS S N TS STS
1. Positif X 4
39

2. Negatif X 5
3. Negatif X 4
4. Positif X 5
5. Negatif X 4
6. Positif X 3
7. Positif X 5
8. Negatif X 4
9. Positif X 2
10. Negatif X 1
Jumlah 37

Skor tertinggi 50 dan terendah 10. Bila siswa hanya mencapai skor 30 berarti ia

belum memiliki sikap yang diharapkan, bila kurang dari 30 berarti ia berlawanan

dari harapan.

Pengukuran perilaku menggunakan angket sebanyak 20 daftar pertanyaan.

Jadwal Kegiatan Penelitian

Waktu (Bulan ke)


No. Kegiatan
1 2 3 4
1. Pemilihan Lokasi dan Penjajagan Awal 4
2. Pembuatan/Penyusunan Rancangan Penelitian 4 4
3. Pembuatan Instrumen Penelitian 4
4. Mengurus Perijinan Penelitian 4
5. Percobaan Instrumen dan Revisinya 4 4
6. Melakukan Penelitian (Pengumpulan dan Pencatatan Data) 4 4 4
7. Pengolahan Data Penelitian 4
8. Penulisan Thesis 4
40

BAB III

RENCANA PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA

G. Triangulasi

Alternatif cara yang dapat digunakan dalam melakukan pemeriksaan

terhadap data yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Mencari realibilitas angket, dilakukan pemeriksaan data yang sudah

terkumpul dengan wawancara terhadap responden.

2. Melakukan pengamatan di lapangan terhadap para siswa yang sedang

diteliti dengan menggunakan wawancara.

3. Mencari reliabilitas pedoman wawancara dilakukan dengan

pengamatan di lapangan.

H. Audit Trail

Agar seluruh proses penelitian seperti perencanaan, cara dan proses

pengumpulan data, proses analisis, dan tahap penulisan laporan , dilaksanakan

dengan tepat maka digunakan tolak ukur tertentu dengan maksud untuk :

1. Menyamakan ukuran bagi pengumpulan data agar tidak banyak faktor

subjektivitasnya.

2. Menjaga kestabilan data dalam waktu yang berbeda.


41

3. Mempermudah peneliti dalam mengolah data supaya orang lain dapat

menggunakannya.

C. Batasan Komponen Penelitian

Model Tabel Spesifikasi yang digunakan dalam Perancangan


Penelitian

Questioner (Angket) Test


Komponen
Obyek Penilaian
Pengetahuan Sikap Perilaku

Aspek 6 1 4
Ekologi
Agama 4 2 6
Sosbud 4 1 4
Kemanusiaan 4 5 4
Seni 2 1 2
Jumlah 20 10 20
Persentase 40% 20 % 40 %

I. DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, Maman, (1988), Geografi Perilaku, Depdikbud, Jakarta.

Alwasilah, A. Chaedar, (1999), Pengantar Sosiologi Bahasa, Penerbit Angkasa,


Bandung.
42

Alwasilah, Chaedar, (1983), Linguistik Suatu Pengantar, Penerbit Angkasa,


Bandung.

Anwar, Khaidir, (1990), Fungsi dan peranan Bahasa – Sebuah Pengantar, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.

Azies, Furqanul dan Chaedar Alwasilah, (2000), Pengajaran Bahasa Komunikatif,


Penerbit PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.

Camp, W.G., T.B., Daugherty and Carla Kirts, (1991), Managing Our Natural
Resources, Delmar Publishers Inc., USA.

Chiras, D.D., (1991), Environmental Science, Action for a Sustainable Future,


Third Edition, The Benyamin/Cummings Publishing Company, Inc.,
Redwood city, California.

Faridha, Ridha, (2001), Hubungan antara Pengetahuan tentang Lingkungan


Hidup dan Sikap Pembuat Tahu terhadap Pengelolaaan Kebersihan
Lingkungan di Sentra Industri Tahu kelurahan Sindangrasa Kecamatan
Ciamis, Tesis, Program Pasca Sarjana Unsil, Tasikmalaya ( Unpublished ).

Furqon, (1997), Statistika Terapan untuk Penelitian, Penerbit CV Alfabeta,


Bandung.

Ganjar, Achmad dan Anisyah Arief, (1997), Pedoman Pembinaan Pendidikan


Kependudukan dan Lingkungan Hidup di Sekolah, Depdikbud, Depdiknas,
Jakarta.

Gerungan, W.A., (1977), Psikologi Sosial, Eresco, Bandung.

Hidayat, Zainal Arifin dan Tatang SM., (1980), Permainan-Simulasi-Main Peran


dalam Pengajaran Bahasa, Depdikbud, Jakarta.

Imran, Indyah, (1983), Pengajaran Membaca Bahasa Inggris, Depdikbud, Jakarta.


Larsen, Diane et all., (1991), An Introduction to Second Language Acquisition
Research, Longman, London and New York.
Maleong, L.J., (1999), Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT

Remaja Rosdakarya, Bandung.

Mutakin, Awan, (2001), Pengukuran dan Dampak Pertumbuhan Penduduk,


Program Pasca Sarjana (S-2) PKLH, Universitas Siliwangi, Tasikmalaya.
43

Nawawi, Hadari dan H. Martini, (1995), Instrumen Penelitian Bidang Sosial,


Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Nunan, David, Research Method in Language Learning, (1992), Cambride


University Press, USA.

R. Soedjiran dkk., (1985), Pengantar Ekologi, Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta
bekerjasama dengan BKKBN, Jakarta.

Said, H.M., (1989), Ilmu Pendidikan, Penerbit Alumni, Bandung.


Sears, David O., Freedman J.L., dan Peplau L.A., (1999), Psikologi

Sosial : Terjemahan oleh Ardyanto M. dan Soekrisno S., Judul asli : Social

Psychology, Erlangga, Jakarta.

Soemartono, R.M. Gatot P., (1996), Hukum Lingkungan Indonesia, Penerbit Sinar
Grafika, Jakarta.

Soeriaatmadja, R.E., (1997), Ilmu Lingkungan, Penerbit ITB, Bandung.

Sulaeman, Paulus, (1988), Relationship between Language Games and Language


Achievement in Writing as Applied to the First Year Student of SMAN 2
Tasikmalaya, Skripsi ( Unpublished ).
Sumantri, Jujun S., (1999), Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer,

Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Tarjuki, (2000), Hubungan antara Pengetahuan Lingkungan dan Prestasi Belajar


dengan Partisipasi siswa dalam Pemeliharaan Lingkungan Sekolah, Tesis,
Program Pasca Sarjana Unsil, Tasikmalaya ( Unpublished )

Warnadi, Sunarto dan Muchlidawati, (1997), Pedoman Pelaksanaan Pendidikan


Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Depdikbud, Dirjen Dikdasmen,
Bagian Proyek PKLH, Jakarta.
Yusuf, Maftuchah dkk., (1989), Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
di IKIP dan FKIP sebagai Pegangan Pengajar, Depdikbud, Dirjen
Pendidikan Tinggi, Dikdasmen, Jakarta.

----------------, Holy Bible-Authorized King James Version, Eyre and Spottishwoode,


London.
44

---------------, (1996), Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Dasar, Garis Besar


Program Pengajaran (GBPP) kelas V dan VI SD Mata Pelajaran Bahasa
Inggris, Depdikbud, Provinsi Jawa Barat..

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga kepada Tuhan Yang

Maha Esa, karena berkat bimbingan dan tuntunanNYA akhirnya selesai juga

penulisan usulan penelitian atau ‘Research Proposal’ ini dalam waktu yang sudah

ditetapkan oleh para pembimbing peneliti.

Proposal penelitian ini berupa kerangka atau outline dalam penyusunan Thesis

sebagai rencana kerja atau pedoman pelaksanaan penelitian tentang Perilaku

Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan Siswa Sekolah Dasar ( Studi Korelatif antara

Pengetahuan Siswa Kelas V dan VI SD Bethel Tasikmalaya tentang Lingkungan

Hidup melalui Pelajaran Bahasa Inggris dengan Sikap dan Perilakunya dalam

Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan ).

Pada kesempatan yang berbahagia ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada :

3. Prof. Dr. H. Maman Abdurachman selaku Direktur Program Pasca Sarjana (S-2)

program studi pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup (PKLH)

Universitas Siliwangi Tasikmalaya yang sekaligus selaku pembimbing ke-1

penulis.
45

4. Dr. Sc. Ahman Sya, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing ke-2 penulis yang telah

berjerih payah dalam membimbing, mengarahkan dalam penyelesaian usulan

penelitian ini.

Juga para dosen pasca sarjana program PKLH yang banyak memberi masukan ilmu

pengetahuan baik didalam perkuliahan maupun diluar perkuliahan yang banyak

berhubungan dengan usulan penelitian ini.

Semoga jerih payah selama ini yang diberikan Beliau-beliau terhadap penulis sejak

pertama masuk perkuliahan ataupun sebelum perkuliahan dimulai, dengan

memberikan semangat, dorongan dan harapan untuk mampu menyelesaikan studi

Magister Pendidikan di Unsil sampai pada selesainya usulan penelitian ini, mendapat

balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis juga menghaturkan terima kasih kepada Bapak Muryanto selaku

kepala tata usaha program pasca sarjana PKLH yang banyak mendukung dan

membantu penulis bagi penyelesaian studi di Unsil khususnya Reseach Proposal ini.

Juga rekan-rekan seangkatan dengan penulis yang banyak memberikan masukan

berupa pendapat, usulan dan saran-saran dalam rangka pengajuan proposal ini.

Penulis ucapkan terima kasih.

Tak lupa juga ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala SD

Bethel. Staff guru-guru, Staff sekretariat Bethel yang telah memberikan kesempatan

kepada peneliti untuk melakukan penelitian , pengetikan memakai komputer ataupun

membaca buku-buku sumber bagi terselesaikannya usulan penelitian ini.

Terakhir ucapan syukur penulis kepada istri tersayang dan kedua anak tercinta

yang rela direbut waktunya bagi penyeleseian usulan penelitian ini. God bless them.
46

Semoga Tuhan memberkati jerih payah mereka selama ini. AMIEN.

Tasikmalaya, Nopember 2001

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
47

BAB I PENDAHULUAN
J. Latar Belakang Masalah
..............................................................................................
..............................................................................................
1
K. Perumusan Masalah Penelitian
..............................................................................................
..............................................................................................
8
L. Tujuan Penelitian
..............................................................................................
..............................................................................................
9
M. Kegunaan Penelitian
..............................................................................................
..............................................................................................
10
N. Studi Literatur
..............................................................................................
..............................................................................................
10
6......................................................................................
Hakekat Pengetahuan Lingkungan
........................................................................................
........................................................................................
10
7......................................................................................
Hakekat Pengajaran Bahasa Inggris
........................................................................................
........................................................................................
14
48

8......................................................................................
Hakekat Sikap Siswa Terhadap Perilaku Dalam
Kebersihan Lingkungan
........................................................................................
........................................................................................
17
9......................................................................................
Hakekat Perilaku Siswa Terhadap Kebersihan
Lingkungan
........................................................................................
........................................................................................
21
10....................................................................................
Hubungan Antara Pengetahuan Lingkungan Melalui
Pengajaran Bahasa Inggris Dan Sikap Dengan
Perilaku Terhadap Kebersihan Lingkungan
........................................................................................

........................................................................................
25
O. Hipotesis
..............................................................................................
..............................................................................................
31
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Penelitian ........................................................ 32
B. Metode Penelitian ............................................................... 32
C. Variabel-Variabel Dalam Penelitian ................................... 33
D. Teknik Pengumpulan data .................................................. 34
E. Rencana Analisis Data ........................................................ 35
F. Jadwal Kegiatan Penelitian.................................................. 38
49

BAB III RENCANA PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA


Triangulasi ............................................... 39
Audit Trail ................................................ 39
D. Batasan Komponen Penelitian ................................ 40

DAFTAR PUSTAKA ..................................................... 41

PERILAKU PEMELIHARAAN KEBERSIHAN


LINGKUNGAN SISWA SEKOLAH DASAR
(STUDI KORELATIF ANTARA PENGETAHUAN
SISWA KELAS V & VI SD BETHEL TASIKMALAYA
TENTANG LINGKUNGAN HIDUP MELALUI PELAJARAN BAHASA INGGRIS

DENGAN SIKAP DAN PERILAKUNYA DALAM PEMELIHARAAN

KEBERSIHAN LINGKUNGAN

Usulan Penelitian
( Thesis )
50

Oleh :
PAULUS SULAEMAN
NIM : 000201018

NIRM : 4112810100018

PROGRAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN


KEPENDUDUKAN
DAN LINGKUNGAN HIDUP (PKLH)
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2001

You might also like