You are on page 1of 12

Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya.

Sebagai tempat tinggal


makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan bumi, bahan-bahan material pembentuk bumi,
dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Bentuk permukaan bumi berbeda-beda,
mulai dari daratan, lautan, pegunungan, perbukitan, danau, lembah, dan sebagainya. Bumi sebagai
salah satu planet yang termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini tidak diam seperti apa
yang kita perkirakan selama ini, melainkan bumi melakukan perputaran pada porosnya (rotasi) dan
bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya siang malam dan pasang surut air laut. Oleh karena itu, proses
terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses terbentuknya tata surya kita.
Setelah memahaminya, inilah teori proses pembentukan bumi dari beberapa teori:
1.Theory Big bang

Teori ini adalh yang paling terkenal gan.


Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun yang
lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran yang
dilakukannya tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian
besar berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa itu
meledak dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan nebula-nebula.
Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan
membentuk suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti, kemudian membentuk
sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi
sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat. Kemudian, gumpalan-
gumpalan itu membentuk planet-planet, termasuk planet bumi.
Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap hingga terbentuk
seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan bumi, yaitu:
1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau
perbedaan unsur.
2. Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya diferensiasi. Material besi
yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam, sedangkan yang berat jenisnya lebih ringan akan
bergerak ke permukaan.
3. Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan
kerak bumi.
Perubahan di bumi disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca.
2. Teori Kabut Kant-Laplace

Sejak jaman sebelum Masehi, para ahli telah banyak berfikir dan melakukan analisis terhadap
gejala-gejala alam. Mulai abad ke 18 para ahli telah memikirkan proses terjadinya Bumi.
Ingatkah kamu tentang teori kabut (nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan
Piere de Laplace (1796)? Mereka terkenal dengan Teori Kabut Kant-Laplace. Dalam teori ini
dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula).
Gaya tarik-menarik antar gas ini membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar
semakin cepat. Dalam proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa
terlempar memisah dan memadat (karena pendinginan). Bagian yang terlempar inilah yang
kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya.
3. Teori Planetesimal

Seabad sesudah teori kabut tersebut, muncul teori Planetesimal yang dikemukakan oleh Chamberlin
dan Moulton. Teori ini mengungkapkan bahwa pada mulanya telah terdapat matahari asal. Pada
suatu ketika, matahari asal ini didekati oleh sebuah bintang besar, yang menyebabkan terjadinya
penarikan pada bagian matahari. Akibat tenaga penarikan matahari asal tadi, terjadilah ledakan-
ledakan yang hebat. Gas yang meledak ini keluar dari atmosfer matahari, kemudian mengembun
dan membeku sebagai benda-benda yang padat, dan disebut planetesimal. Planetesimal ini dalam
perkembangannya menjadi planet-planet, dan salah satunya adalah planet Bumi kita.
Pada dasarnya, proses-proses teoritis terjadinya planet-planet dan bumi, dimulai daribenda
berbentuk gas yang bersuhu sangat panas. Kemudian karena proses waktu dan perputaran
(pusingan) cepat, maka terjadi pendinginan yang menyebabkan pemadatan (pada bagian luar).
Adapaun tubuh Bumi bagian dalam masih bersuhu tinggi.
4. Teori Pasang Surut Gas
Teori ini dikemukakan leh jeans dan Jeffreys, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati
matahari dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari,
saat matahari itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut yang kita kenal
di Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan dan jauhnya jarak bulan
ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi). Tetapi, jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar
dengan matahari mendekati matahari, maka akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang
raksasa pada tubuh matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-guung tersebut
akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar yang besar sekali,
menjulur dari massa matahari tadi dan merentang kea rah bintang besar itu.
Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini akan pecah,
lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet. Bintang besar yang menyebabkan
penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga
lambat laun akan hilang pengaruhnya terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu akan
berputar mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan. Proses pendinginan ini berjalan
dengan lambat pada planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus, sedangkan pada planet-planet
kecil seperti Bumi kita, pendinginan berjalan relatif lebih cepat.
Sementara pendinginan berlangsung, planet-planet itu masih mengelilingi matahari pada orbit
berbentuk elips, sehingga besar kemungkinan pada suatu ketika meraka akan mendekati matahari
dalam jarak yang pendek. Akibat kekuatan penarikan matahari, maka akan terjadi pasang surut
pada tubuh-tubuh planet yang baru lahir itu. Matahari akan menarik kolom-kolom materi dari
planet-planet, sehingga lahirlah bulan-bulan (satelit-satelit) yang berputar mengelilingi planet-
planet. peranan yang dipegang matahari dalam membentuk bulan-bulan ini pada prinsipnya sama
dengan peranan bintang besar dalam membentuk planet-planet, seperti telah dibicarakan di atas.
5. Teori Bintang Kembar
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton. Menurut teori ini, galaksi
berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang meledak sehingga banyak material yang
terlempar. Karena bintang yang tidak meledak mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, maka
sebaran pecahan ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang yang tidak meledak. Bintang yang
tidak meledak itu adalah matahari, sedangkan pecahan bintang yang lain adalah planet-planet yang
mengelilinginya

Kesimpulan Teori Proses Pembentukan Bumi


Ada dua kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan mengenai proses terbentuknya bumi,
yaitu:
1. Bumi berasal dari suatu gumpalan kabut raksasa yang meledak dahsyat, kemudian membentuk
galaksi dan nebula. Setelah itu, nebula membeku membentuk galaksi Bima Sakti, lalu sistem tata
surya.Bumi terbentuk dari bagian kecil ringan yang terlempar ke luar saat gumpalan kabut raksasa
meledak yang mendingin dan memadat sehingga terbentuklah bumi.
2.Tiga tahap proses pembentukan bumi, yaitu mulai dari awal bumi terbentuk, diferensiasi sampai
bumi mulai terbagi ke dalam beberapa zona atau lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam,
mantel luar, dan kerak bumi.
3.
Gagasan Kuno Abad 19: Alam Semesta Kekal
Gagasan yang umum di abad 19 adalah bahwa alam semesta merupakan kumpulan materi
berukuran tak hingga yang telah ada sejak dulu kala dan akan terus ada selamanya. Selain
meletakkan dasar berpijak bagi paham materialis, pandangan ini menolak keberadaan sang Pencipta
dan menyatakan bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir.
Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan yang
mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, dan
mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, sistem berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk
paham Materialisme dialektika Karl Marx.
Para penganut materalisme meyakini model alam semesta tak hingga sebagai dasar berpijak paham
ateis mereka. Misalnya, dalam bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie, filosof materialis
George Politzer mengatakan bahwa "alam semesta bukanlah sesuatu yang diciptakan" dan
menambahkan: "Jika ia diciptakan, ia sudah pasti diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dan dari
ketiadaan".
Ketika Politzer berpendapat bahwa alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan, ia berpijak pada
model alam semesta statis abad 19, dan menganggap dirinya sedang mengemukakan sebuah
pernyataan ilmiah. Namun, sains dan teknologi yang berkembang di abad 20 akhirnya meruntuhkan
gagasan kuno yang dinamakan materialisme ini.
Astronomi Mengatakan: Alam Semesta Diciptakan
Pada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson California, ahli astronomi Amerika, Edwin
Hubble membuat salah satu penemuan terbesar di sepanjang sejarah astronomi. Ketika mengamati
bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia menemukan bahwa mereka memancarkan cahaya
merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini "bergerak menjauhi" kita.
Sebab, menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak
mendekati pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke
warna merah. Selama pengamatan oleh Hubble, cahaya dari bintang-bintang cenderung ke warna
merah. Ini berarti bahwa bintang-bintang ini terus-menerus bergerak menjauhi kita.
Jauh sebelumnya, Hubble telah membuat penemuan penting lain. Bintang dan galaksi bergerak tak
hanya menjauhi kita, tapi juga menjauhi satu sama lain. Satu-satunya yang dapat disimpulkan dari
suatu alam semesta di mana segala sesuatunya bergerak menjauhi satu sama lain adalah bahwa ia
terus-menerus "mengembang".
Agar lebih mudah dipahami, alam semesta dapat diumpamakan sebagai permukaan balon yang
sedang mengembang. Sebagaimana titik-titik di permukaan balon yang bergerak menjauhi satu
sama lain ketika balon membesar, benda-benda di ruang angkasa juga bergerak menjauhi satu sama
lain ketika alam semesta terus mengembang.
Sebenarnya, fakta ini secara teoritis telah ditemukan lebih awal. Albert Einstein, yang diakui
sebagai ilmuwan terbesar abad 20, berdasarkan perhitungan yang ia buat dalam fisika teori, telah
menyimpulkan bahwa alam semesta tidak mungkin statis. Tetapi, ia mendiamkan penemuannya ini,
hanya agar tidak bertentangan dengan model alam semesta statis yang diakui luas waktu itu. Di
kemudian hari, Einstein menyadari tindakannya ini sebagai 'kesalahan terbesar dalam karirnya'.
Apa arti dari mengembangnya alam semesta? Mengembangnya alam semesta berarti bahwa jika
alam semesta dapat bergerak mundur ke masa lampau, maka ia akan terbukti berasal dari satu titik
tunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa 'titik tunggal' ini yang berisi semua materi alam semesta
haruslah memiliki 'volume nol', dan 'kepadatan tak hingga'. Alam semesta telah terbentuk melalui
ledakan titik tunggal bervolume nol ini.
Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan 'Big Bang', dan teorinya
dikenal dengan nama tersebut. Perlu dikemukakan bahwa 'volume nol' merupakan pernyataan
teoritis yang digunakan untuk memudahkan pemahaman. Ilmu pengetahuan dapat mendefinisikan
konsep 'ketiadaan', yang berada di luar batas pemahaman manusia, hanya dengan menyatakannya
sebagai 'titik bervolume nol'. Sebenarnya, 'sebuah titik tak bervolume' berarti 'ketiadaan'.
Demikianlah alam semesta muncul menjadi ada dari ketiadaan. Dengan kata lain, ia telah
diciptakan. Fakta bahwa alam ini diciptakan, yang baru ditemukan fisika modern pada abad 20,
telah dinyatakan dalam Alqur'an 14 abad lampau: "Dia Pencipta langit dan bumi" (QS. Al-An'aam,
6: 101)
Teori Big Bang menunjukkan bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya adalah satu
wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan melalui Big
Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal, dan membentuk alam semesta kini dengan cara
pemisahan satu dari yang lain.
Big Bang, Fakta Menjijikkan Bagi Kaum Materialis
Big Bang merupakan petunjuk nyata bahwa alam semesta telah 'diciptakan dari ketiadaan', dengan
kata lain ia diciptakan oleh Allah. Karena alasan ini, para astronom yang meyakini paham
materialis senantiasa menolak Big Bang dan mempertahankan gagasan alam semesta tak hingga.
Alasan penolakan ini terungkap dalam perkataan Arthur Eddington, salah seorang fisikawan
materialis terkenal yang mengatakan: "Secara filosofis, gagasan tentang permulaan tiba-tiba dari
tatanan Alam yang ada saat ini sungguh menjijikkan bagi saya".
Seorang materialis lain, astronom terkemuka asal Inggris, Sir Fred Hoyle adalah termasuk yang
paling merasa terganggu oleh teori Big Bang. Di pertengahan abad 20, Hoyle mengemukakan suatu
teori yang disebut steady-state yang mirip dengan teori 'alam semesta tetap' di abad 19. Teori
steady-state menyatakan bahwa alam semesta berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa.
Dengan tujuan mempertahankan paham materialis, teori ini sama sekali berseberangan dengan teori
Big Bang, yang mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Mereka yang
mempertahankan teori steady-state telah lama menentang teori Big Bang. Namun, ilmu
pengetahuan justru meruntuhkan pandangan mereka.
Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia mengatakan
bahwa setelah pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang ditinggalkan
oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini haruslah tersebar merata di segenap
penjuru alam semesta. Bukti yang 'seharusnya ada' ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun
1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa
sengaja. Radiasi ini, yang disebut 'radiasi latar kosmis', tidak terlihat memancar dari satu sumber
tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa. Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini
adalah sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson
dianugerahi hadiah Nobel untuk penemuan mereka.
Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer. COBE ke ruang
angkasa untuk melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8 menit bagi COBE
untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah menemukan sisa ledakan raksasa
yang telah terjadi di awal pembentukan alam semesta. Dinyatakan sebagai penemuan astronomi
terbesar sepanjang masa, penemuan ini dengan jelas membuktikan teori Big Bang.
Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa. Dalam
berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta bersesuaian
dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika
alam semesta tak memiliki permulaan dan jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen ini
seharusnya telah habis sama sekali dan berubah menjadi helium.
Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah. Model
Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta.
Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa
cacat:
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan
Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihtatlah berulang-ulang, adakah
kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang. (QS. Al-Mulk, 67:3)

pada akhir 1950an para pembela teori keadaan telah mulai agak mundur ketika para ahli astronomi
memprediksi sumber gelombang radio jauh yang berasal dari quasar yang jaraknya sangat jauh. ini
merupakan bukti adanya dentuman besar (big bang).

tahapan terjadinya dentuman besar :


1. segera setelah terjadi dentuman besar, alam semesta mengembang dengan cepat hingga menjadi
kira-kira 2000 kali matahari.
2. sebelum berusia satu detik, semua partikel hadir dalam keseimbangan. satu detik setelah
dentuman, alam semesta membentuk partikel-partikel dasar yaitu elektron, proton, neutron dan
neutrino pada suhu 10 milyar kelvin.
3. kira-kira 500 ribu tahun telah terjadi ledakan, lambat laun alam semesta menjadi dingin hingga
mencapai suhu 3000 K. partikel-partikel dasar membentuk benih kehidupan alam semesta.
4. gas hidrogen dan helium membentuk kelompok-kelompok gas rapat yang tak teratur. dalam
kelompok-kelompok tersebut mulai terbentuk protogalaksi.
5. antara satu dan dua miliar tahun setelah terjadinya dentuman besar, protogalaksi melahirkan
bintang-bintang yang lambat laun berkembang menjadi raksasa merah dan supernova yang
merupakan bahan baku kelahiran bintang-bintang baru dalam galaksi.
6. satu diantara miliaran galaksi yang terbentuk adalah galaksi bimasakti yang didalamnya adalah
tata surya kita dengan matahari sebagai bintang yang terdekat dengan bumi.

Lebih lanjut tentang: Teori Big Bang

Gagasan Kuno Abad 19: Alam Semesta Kekal

Gagasan yang umum di abad 19 adalah bahwa alam semesta


merupakan kumpulan materi berukuran tak hingga yang telah ada sejak dulu kala dan akan terus
ada selamanya. Selain meletakkan dasar berpijak bagi paham materialis, pandangan ini menolak
keberadaan sang Pencipta dan menyatakan bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir.

Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan yang
mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, dan
mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, sistem berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk
paham Materialisme dialektika Karl Marx.

Para penganut materalisme meyakini model alam semesta tak hingga sebagai dasar berpijak paham
ateis mereka. Misalnya, dalam bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie, filosof materialis
George Politzer mengatakan bahwa “alam semesta bukanlah sesuatu yang diciptakan” dan
menambahkan: “Jika ia diciptakan, ia sudah pasti diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dan dari
ketiadaan”.

Ketika Politzer berpendapat bahwa alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan, ia berpijak pada
model alam semesta statis abad 19, dan menganggap dirinya sedang mengemukakan sebuah
pernyataan ilmiah. Namun, sains dan teknologi yang berkembang di abad 20 akhirnya meruntuhkan
gagasan kuno yang dinamakan materialisme ini.

Astronomi Mengatakan: Alam Semesta Diciptakan


Pada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson California, ahli astronomi Amerika, Edwin
Hubble membuat salah satu penemuan terbesar di sepanjang sejarah astronomi. Ketika mengamati
bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia menemukan bahwa mereka memancarkan cahaya
merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini “bergerak menjauhi” kita.
Sebab, menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak
mendekati pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke
warna merah. Selama pengamatan oleh Hubble, cahaya dari bintang-bintang cenderung ke warna
merah. Ini berarti bahwa bintang-bintang ini terus-menerus bergerak menjauhi kita.

Jauh sebelumnya, Hubble telah membuat penemuan penting lain. Bintang dan galaksi bergerak tak
hanya menjauhi kita, tapi juga menjauhi satu sama lain. Satu-satunya yang dapat disimpulkan dari
suatu alam semesta di mana segala sesuatunya bergerak menjauhi satu sama lain adalah bahwa ia
terus-menerus “mengembang”.

Agar lebih mudah dipahami, alam semesta dapat diumpamakan sebagai permukaan balon yang
sedang mengembang. Sebagaimana titik-titik di permukaan balon yang bergerak menjauhi satu
sama lain ketika balon membesar, benda-benda di ruang angkasa juga bergerak menjauhi satu sama
lain ketika alam semesta terus mengembang.

Sebenarnya, fakta ini secara teoritis telah ditemukan lebih awal. Albert Einstein, yang diakui
sebagai ilmuwan terbesar abad 20, berdasarkan perhitungan yang ia buat dalam fisika teori, telah
menyimpulkan bahwa alam semesta tidak mungkin statis. Tetapi, ia mendiamkan penemuannya ini,
hanya agar tidak bertentangan dengan model alam semesta statis yang diakui luas waktu itu. Di
kemudian hari, Einstein menyadari tindakannya ini sebagai ‘kesalahan terbesar dalam karirnya’.

Apa arti dari mengembangnya alam semesta? Mengembangnya alam semesta berarti bahwa jika
alam semesta dapat bergerak mundur ke masa lampau, maka ia akan terbukti berasal dari satu titik
tunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa ‘titik tunggal’ ini yang berisi semua materi alam semesta
haruslah memiliki ‘volume nol’, dan ‘kepadatan tak hingga’. Alam semesta telah terbentuk melalui
ledakan titik tunggal bervolume nol ini.

Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan ‘Big Bang’, dan teorinya
dikenal dengan nama tersebut. Perlu dikemukakan bahwa ‘volume nol’ merupakan pernyataan
teoritis yang digunakan untuk memudahkan pemahaman. Ilmu pengetahuan dapat mendefinisikan
konsep ‘ketiadaan’, yang berada di luar batas pemahaman manusia, hanya dengan menyatakannya
sebagai ‘titik bervolume nol’. Sebenarnya, ‘sebuah titik tak bervolume’ berarti ‘ketiadaan’.
Demikianlah alam semesta muncul menjadi ada dari ketiadaan. Dengan kata lain, ia telah
diciptakan. Fakta bahwa alam ini diciptakan, yang baru ditemukan fisika modern pada abad 20,
telah dinyatakan dalam Alqur’an 14 abad lampau: “Dia Pencipta langit dan bumi” (QS. Al-An’aam,
6: 101)

Teori Big Bang menunjukkan bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya adalah satu
wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan melalui Big
Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal, dan membentuk alam semesta kini dengan cara
pemisahan satu dari yang lain.

Big Bang, Fakta Menjijikkan Bagi Kaum Materialis


Big Bang merupakan petunjuk nyata bahwa alam semesta telah ‘diciptakan dari ketiadaan’, dengan
kata lain ia diciptakan oleh Allah. Karena alasan ini, para astronom yang meyakini paham
materialis senantiasa menolak Big Bang dan mempertahankan gagasan alam semesta tak hingga.
Alasan penolakan ini terungkap dalam perkataan Arthur Eddington, salah seorang fisikawan
materialis terkenal yang mengatakan: “Secara filosofis, gagasan tentang permulaan tiba-tiba dari
tatanan Alam yang ada saat ini sungguh menjijikkan bagi saya”.

Seorang materialis lain, astronom terkemuka asal Inggris, Sir Fred Hoyle adalah termasuk yang
paling merasa terganggu oleh teori Big Bang.

Di pertengahan abad 20, Hoyle mengemukakan suatu teori yang disebut steady-state yang mirip
dengan teori ‘alam semesta tetap’ di abad 19. Teori steady-state menyatakan bahwa alam semesta
berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa. Dengan tujuan mempertahankan paham materialis,
teori ini sama sekali berseberangan dengan teori Big Bang, yang mengatakan bahwa alam semesta
memiliki permulaan. Mereka yang mempertahankan teori steady-state telah lama menentang teori
Big Bang. Namun, ilmu pengetahuan justru meruntuhkan pandangan mereka.

Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia mengatakan
bahwa setelah pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang ditinggalkan
oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini haruslah tersebar merata di segenap
penjuru alam semesta. Bukti yang ‘seharusnya ada’ ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun
1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa
sengaja. Radiasi ini, yang disebut ‘radiasi latar kosmis’, tidak terlihat memancar dari satu sumber
tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa. Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini
adalah sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson
dianugerahi hadiah Nobel untuk penemuan mereka.

Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer. COBE ke ruang
angkasa untuk melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8 menit bagi COBE
untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah menemukan sisa ledakan raksasa
yang telah terjadi di awal pembentukan alam semesta. Dinyatakan sebagai penemuan astronomi
terbesar sepanjang masa, penemuan ini dengan jelas membuktikan teori Big Bang.

Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa. Dalam
berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta bersesuaian
dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika
alam semesta tak memiliki permulaan dan jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen ini
seharusnya telah habis sama sekali dan berubah menjadi helium.

Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah. Model
Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta.
Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa
cacat:

Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihtatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang. (QS. Al-Mulk, 67:3)

Segala bukti meyakinkan sebagaimana dipaparkan dalam bagian 1 artikel ini telah menyebabkan
teori Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai
ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan
oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat dari ketiadaan.

Dennis Sciama, yang selama bertahun-tahun bersama Fred Hoyle mempertahankan teori steady-
state, yang berlawanan dengan fakta penciptaan alam semesta, menjelaskan posisi akhir yang telah
mereka capai setelah semua bukti bagi teori Big Bang terungkap. Sciama menyatakan bahwa ia
mempertahankan teori steady-state bukan karena ia menanggapnya benar, melainkan karena ia
berharap bahwa inilah yang benar. Sciama selanjutnya mengatakan bahwa ketika bukti mulai
bertambah, ia harus mengakui bahwa permainan telah usai dan teori steady-state harus ditolak. [1]
Prof. George Abel dari universitas California juga menerima kemenangan akhir Big Bang dan
menyatakan bahwa bukti yang kini ada menunjukkan bahwa alam semesta bermula milyaran tahun
silam melalui peristiwa Big Bang. Ia mengakui bahwa ia tak memiliki pilihan kecuali menerima
teori Big Bang.

Dengan kemenangan Big Bang, mitos ‘materi kekal’ yang menjadi dasar berpijak paham materialis
terhempaskan ke dalam tumpukan sampah sejarah. Lalu keberadaan apakah sebelum Big Bang; dan
kekuatan apa yang memunculkan alam semesta sehingga menjadi ‘ada’ dengan ledakan raksasa ini
saat alam tersebut ‘tidak ada’? Meminjam istilah Arthur Eddington, pertanyaan ini jelas mengarah
pada fakta yang ‘secara filosofis menjijikkan’ bagi kaum materialis, yakni keberadaan sang
Pencipta.

Filosof ateis terkenal Antony Flew berkata tentang hal ini: “Sayangnya, pengakuan adalah baik bagi
jiwa. Karenanya, saya akan memulai dengan pengakuan bahwa kaum Ateis Stratonisian terpaksa
dipermalukan oleh kesepakatan kosmologi zaman ini. Sebab, tampaknya para ahli kosmologi
tengah memberikan bukti ilmiah bahwa alam semesta memiliki permulaan.” [2]

Banyak ilmuwan yang tidak secara buta menempatkan dirinya sebagai ateis telah mengakui peran
Pencipta yang Mahaperkasa dalam penciptaan alam semesta. Pencipta ini haruslah Dzat yang telah
menciptakan materi dan waktu, namun tidak terikat oleh keduanya.

Ahli astrofisika terkenal Hugh Ross mengatakan: “Jika permulaan waktu terjadi bersamaan dengan
permulaan alam semesta, sebagaimana pernyataan teorema ruang, maka penyebab terbentuknya
alam semesta pastilah sesuatu yang bekerja pada dimensi waktu yang sama sekali tak tergantung
dan lebih dulu ada dari dimensi waktu alam semesta. Kesimpulan ini memberitahu kita bahwa
Tuhan bukanlah alam semesta itu sendiri, Tuhan tidak pula berada di dalam alam semesta.” [3]

Begitulah, materi dan waktu diciptakan oleh sang Pencipta yang tidak terikat oleh keduanya.
Pencipta ini adalah Allah, Dialah Penguasa langit dan bumi.

Sebenarnya, Big Bang telah menimbulkan masalah yang lebih besar bagi kaum materialis daripada
pengakuan Filosof ateis, Antony Flew. Sebab, Big Bang tak hanya membuktikan bahwa alam
semesta diciptakan dari ketiadaan, tetapi ia juga diciptakan secara sangat terencana, sistematis dan
teratur. Big Bang terjadi melalui ledakan suatu titik yang berisi semua materi dan energi alam
semesta serta penyebarannya ke segenap penjuru ruang angkasa dengan kecepatan yang sangat
tinggi.

Dari materi dan energi ini, munculah suatu keseimbangan luar biasa yang melingkupi berbagai
galaksi, bintang, matahari, bulan, dan benda angkasa lainnya. Hukum alam pun terbentuk yang
kemudian disebut ‘hukum fisika’, yang seragam di seluruh penjuru alam semesta, dan tidak
berubah.

Hukum fisika yang muncul bersamaan dengan Big Bang tak berubah sama sekali selama lebih dari
15 milyar tahun. Selain itu, hukum ini didasarkan atas perhitungan yang sangat teliti sehingga
penyimpangan satu milimeter saja dari angka yang ada sekarang akan berakibat pada kehancuran
seluruh bangunan dan tatanan alam semesta. Semua ini menunjukkan bahwa suatu tatanan
sempurna muncul setelah Big Bang.

Namun, ledakan tidak mungkin memunculkan tatanan sempurna. Semua ledakan yang diketahui
cenderung berbahaya, menghancurkan, dan merusak apa yang ada. Jika kita diberitahu tentang
kemunculan tatanan sangat sempurna setelah suatu ledakan, kita dapat menyimpulkan bahwa ada
campur tangan ‘cerdas’ di balik ledakan ini, dan segala serpihan yang berhamburan akibat ledakan
ini telah digerakkan secara sangat terkendali.

Sir Fred Hoyle, yang akhirnya harus menerima teori Big Bang setelah bertahun-tahun
menentangnya, mengungkapkan hal ini dengan jelas: “Teori Big Bang menyatakan bahwa alam
semesta berawal dari satu ledakan tunggal. Tapi, sebagaimana diketahui, ledakan hanya
menghancurkan materi berkeping-keping, sementara Big Bang secara misterius telah menghasilkan
dampak yang berlawanan – yakni materi yang saling bergabung dan membentuk galaksi-galaksi.”
[4]

Tidak ada keraguan, jika suatu tatanan sempurna muncul melalui sebuah ledakan, maka harus
diakui bahwa terdapat campur tangan Pencipta yang berperan di setiap saat dalam ledakan ini.

Hal lain dari tatanan luar biasa yang terbentuk di alam menyusul peristiwa Big Bang ini adalah
penciptaan ‘alam semesta yang dapat dihuni’. Persyaratan bagi pembentukan suatu planet layak
huni sungguh sangat banyak dan kompleks, sehingga mustahil untuk beranggapan bahwa
pembentukan ini bersifat kebetulan. Setelah melakukan perhitungan tentang kecepatan
mengembangnya alam semesta, Paul Davis, profesor fisika teori terkemuka, berkata bahwa
kecepatan ini memiliki ketelitian yang sungguh tak terbayangkan. Davies berkata: “Perhitungan jeli
menempatkan kecepatan pengembangan ini sangat dekat pada angka kritis yang dengannya alam
semesta akan terlepas dari gravitasinya dan mengembang selamanya. Sedikit lebih lambat dan alam
ini akan runtuh, sedikit lebih cepat dan keseluruhan materi alam semesta sudah berhamburan sejak
dulu. Jelasnya, big bang bukanlah sekedar ledakan zaman dulu, tapi ledakan yang terencana dengan
sangat cermat.” [5]

Fisikawan terkenal, Prof. Stephen Hawking mengatakan dalam bukunya A Brief History of Time,
bahwa alam semesta dibangun berdasarkan perhitungan dan keseimbangan yang lebih akurat dari
yang dapat kita bayangkan. Dengan merujuk pada kecepatan mengembangnya alam semesta,
Hawking berkata: “Jika kecepatan pengembangan ini dalam satu detik setelah Big Bang berkurang
meski hanya sebesar angka satu per-seratus ribu juta juta, alam semesta ini akan telah runtuh
sebelum pernah mencapai ukurannya yang sekarang.” [6]

Paul Davies juga menjelaskan akibat tak terhindarkan dari keseimbangan dan perhitungan yang luar
biasa akuratnya ini: “Adalah sulit menghindarkan kesan bahwa tatanan alam semesta sekarang,
yang terlihat begitu sensitif terhadap perubahan angka sekecil apapun, telah direncanakan dengan
sangat teliti. Kemunculan serentak angka-angka yang tampak ajaib ini, yang digunakan alam
sebagai konstanta-konstanta dasarnya, pastilah menjadi bukti paling meyakinkan bagi keberadaan
desain alam semesta.” [7]

Berkenaan dengan kenyataan yang sama ini, profesor astronomi Amerika, George Greenstein
menulis dalam bukunya The Symbiotic Universe: “Ketika kita mengkaji semua bukti yang ada,
pemikiran yang senantiasa muncul adalah bahwa kekuatan supernatural pasti terlibat.” [8]

Singkatnya, saat meneliti sistem mengagumkan di alam semesta, akan kita pahami bahwa
keberadaan dan cara kerjanya bersandar pada keseimbangan yang sangat sensitif dan tatanan yang
terlalu kompleks untuk dijelaskan oleh peristiwa kebetulan. Sebagaimana dimaklumi, tidaklah
mungkin keseimbangan dan tatanan luar biasa ini terbentuk dengan sendirinya dan secara kebetulan
melalui suatu ledakan besar. Pembentukan tatanan semacam ini menyusul ledakan seperti Big Bang
adalah satu bukti nyata adanya penciptaan supernatural.

Rancangan dan tatanan tanpa tara di alam semesta ini tentulah membuktikan keberadaan Pencipta,
beserta Ilmu, Keagungan dan Hikmah-Nya yang tak terbatas, Yang telah menciptakan materi dari
ketiadaan dan Yang berkuasa mengaturnya tanpa henti. Sang Pencipta ini adalah Allah, Tuhan
seluruh sekalian alam.

Referensi :
1. Stephen Hawking, Evreni Kucaklayan Karinca, Alkim Publishing, 1993, hlm. 62-63
2. Henry Margenau and Roy Abraham Varghese, eds., Cosmos, Bios, Theos, La Salle, IL: Open
Court Publishing, 1992, hlm. 241
3. Hugh Ross, Ph.D., The Creator and the Cosmos, Navpress, 1995, hlm. 76
4. W.R. Bird, The Origin of Species Revisited, Nashville: Thomas Nelson, 1991; aslinya
diterbitkan oleh Philosophical Library pada 1987, hlm. 462
5. Paul Davies, Superforce: The Search for a Grand Unified Theory of Nature, 1984, hlm. 184
6. Stephen Hawking, A Brief History Of Time, Bantam Press, London: 1988, hlm. 121-125
7. Paul Davies. God and the New Physics. New York: Simon & Schuster, 1983, hlm. 189
8. George Greenstein, The Symbiotic Universe, hlm. 27

Kejadian 1:1 Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.


Kejadian 1:2 Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh
Allah melayang-layang di atas permukaan air.
Kejadian 1:3 Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi.
Kejadian 1:4 Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.
Kejadian 1:5 Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah
pagi, itulah hari pertama.
Kejadian 1:6 Berfirmanlah Allah: "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air
dari air."
Kejadian 1:7 Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah
cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian.
Kejadian 1:8 Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari
kedua.
Kejadian 1:9 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada
satu tempat, sehingga kelihatan yang kering." Dan jadilah demikian.
Kejadian 1:10 Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
Kejadian 1:11 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-
tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji,
supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Dan jadilah demikian.
Kejadian 1:12 Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang
berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa
semuanya itu baik.
Kejadian 1:13 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.
Kejadian 1:14 Berfirmanlah Allah: "Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk
memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan
masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun,
Kejadian 1:15 dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi."
Dan jadilah demikian.
Kejadian 1:16 Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih
besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga
bintang-bintang.
Kejadian 1:17 Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi,
Kejadian 1:18 dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
Kejadian 1:19 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.
Kejadian 1:20 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan
hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala."
Kejadian 1:21 Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis
makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
Kejadian 1:22 Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: "Berkembangbiaklah dan
bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi
bertambah banyak."
Kejadian 1:23 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima.
Kejadian 1:24 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang
hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar." Dan jadilah demikian.
Kejadian 1:25 Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis
binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
Kejadian 1:26 Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa
Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan
atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
Kejadian 1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah
diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
Kejadian 1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah
dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
Kejadian 1:29 Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-
tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah
akan menjadi makananmu.
Kejadian 1:30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang
merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi
makanannya." Dan jadilah demikian.
Kejadian 1:31 Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah
petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.

dst...........................

Teori BIG BANG di dalam Qur'an

Q 21:30
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

Ket.
artinya dulu segala sesuatu adalah 1 materi kemudian terjadi pemisahan, dan terbentuklah bumi ...
jadi bumi itu terlahir dari sebuah peristiwa ledakan/fusi bukan langsung ada. sbgmana teory kaum
materialist

You might also like