Professional Documents
Culture Documents
1
Bahkan beberapa ahli berpendapat, bahwa dengan pola konsumsi
seperti sekarang, maka dalam waktu 50 tahun cadangan minyak
bumi dunia akan habis. Keadaan ini bisa diamati dengan
kecenderungan meningkatnya harga minyak di pasar dalam negeri,
serta ketidak stabilan harga tersebut di pasar internasional, karena
beberapa negara maju sebagai konsumen minyak terbesar mulai
melepaskan diri dari ketergantungannya kepada minyak bumi
sekaligus berusaha mengendalikan harga, agar tidak meningkat.
Sebagai contoh; pada tahun 1970 negara Jerman mengkonsumsi
minyak bumi sekitar 75% dari total konsumsi energinya, namun pada
tahun 1990 konsumsi tersebut menurun hingga tinggal 50% (Pinske,
1993).
2
pengotoran yang merugikan lingkungan sekitar dapat dihindari,
minimal dikurangi. Setiap bentuk produksi energi dan pemakaian
energi secara prinsip dapat menimbulkan bahaya bagi manusia,
karena pencemaran udara, air dan tanah, akibat pembakaran energi
fosil, seperti batubara, minyak dan gas di industri, pusat pembangkit
maupun kendaraan bermotor. Limbah produksi energi listrik
konvensional, dari sumber daya energi fosil, sebagian besar memberi
kontribusi terhadap polusi udara, khususnya berpengaruh terhadap
kondisi klima.
yang lalu 85% dari produksi energi listrik di Indonesia (sekitar 43.200
GWh) dihasilkan oleh energi fosil, berarti terjadi pembebasan 42 juta
ton CO2, 41,5 ribu ton SO2 serta 30 ribu ton NOx. Kita tahu bahwa CO2
merupakan salah satu penyebab terjadinya efek rumah kaca, SO2
mengganggu proses fotosintesis pada pohon, karena merusak zat
hijau daunnya, serta menjadi penyebab terjadinya hujan asam
bersama-sama dengan NOx. Sedangkan NOx sendiri secara umum
dapat menumbuhkan sel-sel beracun dalam tubuh mahluk hidup,
serta meningkatkan derajat keasaman tanah dan air jika bereaksi
dengan SO2.
3
C. Kendala pengembangan Energi terbarukan di Indonesia
1. harga jual energi fosil, misal; minyak bumi, solar dan batubara, di
Indonesia masih sangat rendah. Sebagai perbandingan, harga
solar/minyak disel di Indonesia Rp. 4.600,-/liter sementara di
Amterdam mencapai Rp.17.565,-/liter, atau sekitar epat kali lebih
tinggi.
2. rekayasa dan teknologi pembuatan sebagian besar komponen
utamanya belum dapat dilaksanakan di Indonesia, jadi masih harus
mengimport dari luar negeri.
3. biaya investasi pembangunan yang tinggi menimbulkan masalah
finansial pada penyediaan modal awal.
4. belum tersedianya data potensi sumber daya yang lengkap,
karena masih terbatasnya studi dan penelitian yang dilkakukan.
5. secara ekonomis belum dapat bersaing dengan pemakaian energi
fosil.
4
6. kontinuitas penyediaan energi listrik rendah, karena sumber daya
energinya sangat bergantung pada kondisi alam yang
perubahannya tidak tentu.
5
2. menekan biaya investasi dengan menjajagi kemungkinan
produksi massal sistem pembangkitannya, dan mengupayakan
agar sebagian komponennya dapat diproduksi di dalam negeri,
sehingga tidak semua komponen harus diimport dari luar negeri.
Penurunan biaya investasi ini akan berdampak langsung terhadap
biaya produksi.
3. memasyarakatkan pemanfaatan energi terbarukan sekaligus
mengadakan analisis dan evaluasi lebih mendalam tentang
kelayakan operasi sistem di lapangan dengan pembangunan
beberapa proyek percontohan .
4. meningkatkan promosi yang berkaitan dengan pemanfaatan
energi dan upaya pelestarian lingkungan.
5. memberi prioritas pembangunan pada daerah yang meliki
potensi sangat tinggi, baik teknis maupun sosio-ekonomisnya.
6. memberikan subsidi silang guna meringankan beban finansial
pada tahap pembangunan. Subsidi yang diberikan, dikembalikan
oleh konsumen berupa rekening yang harus dibayarkan pada
setiap periode waktu tertentu. Dana yang terkumpul dari rekening
tersebut digunakan untuk mensubsidi pembangunan sistem
pembangkit energi listrik di wilayah lain.
6
bagian tak terpisahkan dari kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari
seiring dengan pesatnya peningkatan pembangunan di bidang
teknologi, industri dan informasi. Namun pelaksanaan penyediaan
energi listrik yang dilakukan oleh PT.PLN (Persero), selaku lembaga
resmi yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengelola masalah
kelistrikan di Indonesia, sampai saat ini masih belum dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat akan energi listrik secara
keseluruhan. Kondisi geografis negara Indonesia yang terdiri atas
ribuan pulau dan kepulauan, tersebar dan tidak meratanya pusat-
pusat beban listrik, rendahnya tingkat permintaan listrik di beberapa
wilayah, tingginya biaya marginal pembangunan sistem suplai energi
listrik (Ramani,K.V,1992), serta terbatasnya kemampuan finansial,
merupakan faktor-faktor penghambat penyediaan energi listrik dalam
skala nasional.
7
sebagainya (Djojonegoro,1992). Tak bisa dipungkiri bahwa
kecenderungan untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi
sumber-sumber daya energi terbarukan dewasa ini telah meningkat
dengan pesat, khususnya di negara-negara sudah berkembang, yang
telah menguasai rekayasa dan teknologinya, serta mempunyai
dukungan finansial yang kuat. Oleh sebab itu, merupakan hal yang
menarik untuk disimak lebih lanjut, bagaimana peluang dan kendala
pemanfaatan sumber-sumber daya energi terbarukan ini di negara-
negara sedang berkembang, khususnya di Indonesia.
8
Kebutuhan energi listrik tersebut diharapkan dapat dipenuhi oleh
pusat-pusat pembangkit listrik, baik yang dibangun oleh pemerintah
maupun non-pemerintah. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1990
kebutuhan energi listrik sebesar 51.919 GWh telah dipenuhi oleh
seluruh pusat pembangkit listrik yang ada dengan kapasitas daya
terpasang sekitar 22.000 MW. Sehingga pada tahun 2010 dari
kebutuhan energi listrik, yang diramalkan mencapai 258.747 GWh per
tahun, diharapkan dapat dipenuhi oleh sistem suplai energi listrik
dengan kapasitas total sebesar 68.760 MW, yang komposisi sumber
daya energinya seperti diperlihatkan dalam tabel-2
Tabel-2
Prakiraan Penyedian Energi Listri di Indonesia
Sumber 1990 2000 2010
Energi MW % MW % MW %
Batubara 1.930 8.8 10.750 28.4 28.050 35.3
Gas 3.530 16.0 7.080 18.7 14.760 21.5
Minyak 2.210 10.0 1.950 5.2 320 0.5
Solar 11.020 50.1 9.410 24.8 4.060 5.9
Panas Bumi 170 0.8 500 1.3 430 0.6
Air 2.850 13.0 7.720 20.4 10.310 15.0
Biomass 270 1.2 290 0.8 460 0.7
Lain-lain 20 0.1 160 0.4 370 0.5
(Surya Angin)
Total 22.000 100.0 37.860 100.0 68.760 100.0
9
makin berkurangnya cadangan minyak bumi serta batubara, yang
pada saat ini masih merupakan primadona banan bakar bagi
pembangkit listrik di Indonesia.
Daftar Pustaka
10
• Jarass, 1980, Strom aus Wind-Integration einer regenerativen
EnergieQuelle, Springer-Verlag, Berlin. Pinske,J.D., 1993, Elektrische
Energieerzeugung, 2.vollst. ueberarb. Aufl., BG.Teubner, Stuttgart
• Ramani,K.V., 1992, Rural electnEcation and rural development, Rural
electrification guide book for Asia & Pacific, Bangkok.
• Soetendro,H.,Soedirman,S.,Sudja,N., 1992, Rural Electnfication in
Indonesia, Rural Electrification Guide book for Asia & the Pacific,
Bangkok.
• Schleswag (Hrsg.), 1993, Additive Energien-intelligent genutzt,
Flensburg, Germany.
• Wibawa,U., 1996, Effahrung mit dem Betneb Kleinwindhybrid Eanlage
in Ciparanti-Ciamis, ARTES-lnstitu, Flensburg
• Zuhal,1995, Policy & Development Programs on Rural ElectriScation
for next 10 years, Ditjen.Listrik & Pengembangan Energi, Departemen
Pertambangan dan Energi, Jakarta.
11
mencapai 50% biaya total pembangkitan listrik. Sisanya adalah biaya
operasi dan pemeliharaan, 20% untuk pembangkit listrik berbahan
bakar fosil dan 50% untuk pembangkit listrik tenaga nuklir. Dari hal
tersebut di atas dapat terlihat tingkat ketergantungan pembangkit
terhadap harga bahan bakar di pasaran.
Data yang diambil pada tahun 1981 sampai tahun 1994 di USA pada
Gambar 1 menunjukkan bahwa biaya pembangkitan untuk nuklir
paling rendah dibanding batubara, gas alam atau minyak bumi pada
tahun 1981, kecuali terhadap tenaga air. Pada saat itu biaya
pembangkitan oleh nuklir sebesar 0.02 dolar setiap kilowatt jam dan
0.03 dolar/kWh, 0.05 dolar/kWh, 0.09 dolar/kWh masing masing untuk
batubara, gas alam dan minyak bumi.
12
jatuh disebabkab karena biaya tambahan yang makin meningkat
untuk peningkatan pembinaan sumber daya manusia dan biaya
operasi yang berhubungan dengan kecelakaan pembangkit Three
Mile Island pada tahun 1979. Tetapi perbedaan biaya pembangkitan
dua kompetitor ini cukup kecil, yaitu 0.0192 dolar/kWh untuk
batubara dan 0.02 dolar/kWh untuk nuklir pada tahun 1994. Dan
biaya pembangkitan untuk nuklir dan batubara masih jauh lebih kecil
dibandingkan dengan gas alam dan minyak bumi, masing masing
sebesar 0.029 dolar/kWh dan 0.032 dolar/kWh. Dengan menerapkan
perencanaan dan teknik manajemen baru secara terpadu dan
menyeluruh, biaya pembangkitan nuklir masih dapat dikurangi.
C. Gas "Greenhouse"
13
Pada tahun 1990 di Rio de Janeiro, USA dan negara negara lain
menyatakan perang terhadap musuh musuh kasat mata yaitu gas gas
"greenhouse". Menurut hasil studi yang berjudul "Impact of
Nuclear Energy on U.S. Electric Utility Fuel Use and
Atmospheric Emissions: 1973 1995" menyebutkan bahwa energi
nuklir adalah faktor tunggal yang paling penting di dalam
pengurangan emisi karbon sebesar 1.9 milyar metrik ton CO2"> untuk
sektor kelistrikan di USA. Tanpa nuklir, bahan bakar fosil sudah
digunakan untuk memproduksi listrik bagi pertumbuhan ekonomi USA
dan kebutuhan yang meningkat karena pertambahan penduduk.
Dengan peningkatan kebutuhan listrik rata rata 40% sejak tahun
1973 dan penggunaan bahan bakar fosil, 3.2 milyar ton batubara,
3.37 trilyun meter kubik gas alam dan 2.2 milyar barrel minyak bumi,
dengan unjuk kerja nuklir pada tahun 1987 1989 sebagai dasar
pertimbangan, maka emisi gas karbon atau CO2 dapat dikurangi
sampai 37 juta ton per tahun dari tahun 1990 sampai tahun 1995.
Emisi CO2 secara nasional telah menurun 25% karena penggunaan
pembangkit nuklir dibandingkan jika bahan bakar fosil digunakan.
Pembangkit nuklir telah membantu mencegah pengeluaran 146 juta
metrik ton emisi karbon pada tahun 1995. Dari hasil ini diharapkan
tercapai program nasional pengurangan emisi karbon sampai 108 juta
metrik ton per tahun, sehingga akan diperoleh stabilitas emisi gas
"greenhouse" sebesar level tahun 1990 pada tahun 2000.
14
2.5 juta ton NOx, dimana nilai ini melebihi dari target yang ditentukan
sebesar 2 juta ton NOx oleh Clean Air Act Amendments of 1990
tersebut di atas.
D. Biaya Pembangkitan
15
Dimana Perancis memimpin dengan memenuhi kebutuhan energi
listrik dalam negerinya sebanyak 75% dari kebutuhannya
menggunakan energi nuklir. Menyusul negara negara lain seperti
Belgia, Swedia, dst. Terlihat pula negara indutri baru seperti Korea
Selatan menggunakan energi nuklir sebesar 36% dari kebutuhan
listrik nasional.
E. Kesimpulan
16
pengetatan aturan yang berhubungan dengan emisi karbon ke
lingkungan. Penggunaan energi nuklir diproyeksikan mencapai 20%
dari penggunaan total energi dunia sampai tahun 2015. Pertumbuhan
penggunaan energi nuklir berkembang pesat di negara Perancis dan
Jepang. Sementara itu, negara-negara di Asia sedang memulai untuk
menggunakan nuklir sebagai pendukung program energi nasional.
Daftar Pustaka
17
IV. Energi Listrik Tenaga Ombak
18
Model yang dikembnagkan di Parang Racuk Technopark untuk
menjawab tantangan itu, kita membuka ilmuan dari berbagai bidang
di Indonesia memanfaatkan kawasan sesuai minatnya, ini yang
pertama di Indonesia, kata Kepala BPPT Said D Jenie kepada Jurnal
Nasional di Yogyakarta, Jumat (22/6)
19
A. Energi Persilangan
Di luar itu, dapat juga menjadi wisata teknologi energi dan riset dari
akademisi dan lembaga litbang lainnya. Itu menjadi sumber energi
bersih yang potensial di masa depan, kata Erzi.
20
Bagi masyarakat Gunung Kidul, hadirnya taman teknologi yang
memanfaatkan tanah Sultan (Sultan Ground) tentu saja menjadikan
keuntungan tersendiri. Jika selama ini hanya mengandalkan wisata
pantai, ke depan pengembangan teknologi itu jelas akan memancing
hadirnya rekayasa baru yang dapat memanfaatkan potnsi alam di
kawasan pesisir pantai.
Guning Kidul itu sudah dikenal dengan kondisi alam yang kering, tepi
memiliki sumber daya alan di pesisir pantai yang belum
dikembangkan. Hadirnya teknologi untuk energi tebarukan
membantu pengembangan di kawasan pantai, kata Bupati
Gunungkidul Suharto, SH.
Kita punya potensi alam saja, itu pun dnegan kondisi yang cukup
berat bagi upaya mengundang investor. Jika ada teknologi yang
masuk jelas membantu kebutuhan energi wrga, kata Suharto.
21
Berkaitan dengan hal tersebut pada 22 Juni 2007 bertempat di Parang
Racuk Jogjakarta telah diresmikan Technopark Parang racuk melalui
Uji Operasional PLTO (Pembangkit Listrik Tenaga Ombak) pada Konsi
Air Pasang oleh Kepala BPPT Said D Jenie.
Pada kondisi ini akan dapat dicapai putaran turbin antara 3000-700
rpm. Posisi prototipe II OWC (Oscillating Wave Column) masih belum
mencapai minimal yang diisyaraatkan, karena kesulitan pelaksanaan
operasional alat mekanis. Posisi ideal akan dicapai melalui
pembangunan prototipe III yang berupa sistem OWC apung.
22
diterapkan di Indonesia sesuai kegunaannya: mekanikal ataupun
kelistrikan.
23