You are on page 1of 6

http://file.upi.edu/Direktori/D%20-%20FPMIPA/JUR.%20PEND.

%20FISIKA/195708071982112%20-
%20WIENDARTUN/9C.SUPERKONDUKTOR.pdf

Bahan konduktor seperti logam tembaga merupakan bahan yang dapat


menghantarkan arus listrik. Meski begitu, pada nyatanya konduktor ini masih
mempunyai hambatan listrik. Adanya hambatan ini menyebabkan hilangnya
energi listrik dalam bentuk panas. Pada bahan superkonduktor, hambatan listrik
benar-benar bernilai nol. Artinya listrik dapat mengalir tanpa hambatan pada
bahan superkonduktor ini. Apabila pada rangkaian tertutup dari superkonduktor
dialirkan arus listrik, maka arus tersebut akan terus mengalir mengintari
rangkaian tanpa batas waktu bahkan setelah sumber listrik dilepaskan dari
rangkaian. Hal ini terjadi karena tidak ada kehilangan energi selama arus
mengalir karena hambatannya benar-benar nol. Para ilmuwan mengatakan
bahwa superkonduktivitas merupakan sebuah fenomena kuantum makroskopik.
Fenomena ini menjadi jembatan penghubung antara dunia mikro dan makro.
“Jembatan” ini memungkinkan kita untuk mempelajari sifat fisika dunia mikro
secara langsung.

Superkonduktor dapat berupa suatu bahan yang terbentuk dari unsur tunggal,
paduan logam ataupun senyawa. Gejala superkonduktivitas hanya teramati
dibawah suhu tertentu yang disebut sebagai suhu kristis (Tc).

Hambatan listrik dari logam konduktor merupakan fungsi dari temperatur. Ketika
suhu diturunkan maka secara bertahap hambatan listrik akan berkurang. Pada
bahan superkonduktor, ketika mencapai suhu tertentu tiba-tiba hambahannya
turun hingga menjadi nol. Suhu dimana gejala superkonduktivitas teramati
disebut suhu kristis (Tc).

Pada beberapa logam gejala superkonduktivitas terjadi karena keberadaan


0,01% elektron yang tidak normal, sementara 99,99% elektron lainnya masih
normal. Walaupun sangat sedikit, namun keberadaan elektron tidak normal ini
mempengaruhi sifat keseluruhan bahan. Logam tidak lagi bersifat konduktor,
namun bersifat superkonduktor setelah kehilangan hambatan listriknya sama
sekali. Bagaimana bisa elektron normal berubah menjadi tidak normal pada
bahan superkonduktor? Saat terjadi dentuman besar (big bang), alam
menciptakan dua tipe partikel elementer, yaitu boson dan fermion. Boson
mempunyai spin utuh sedangkan fermion memiliki spin separuh. Sebagai
konsekuensinya, keduanya mematuhi statistika yang berbeda. Elektron
merupakan fermion dengan spin ½ dan mematuhi statistik Fermi-Dirac. Pada
superkonduktor, dua elektron akan membentuk pasangan yang merupakan
boson karena memiliki spin 0 atau 1. Pasangan elektron ini akan mematuhi
statistik Bose-Einstein yang dapat bergerak di dalam kisi kristal tanpa gesekan.
Inilah yang menyebabkan terjadinya fenomena superkonduktivitas, dimana
elektron dapat bergerak tanpa gesekan dan hambatan.

http://id.wikipedia.org/wiki/Titik_kritis

Titik Kritis, Tc, dari sebuah bahan adalah sebuah titik suhu dimana fase cairan dan uap
tidak bisa dibedakan. Pada saat mendekati temperatur titik kritis, properti gas dan cairan
menjadi sama, fase ini disebut Fluida superkritikal. Diatas titik kritis cairan tidak dapat
terbentuk dengan menambah tekanan, tetapi dengan menambah tekanan yang cukup
bahan padat bisa terbentuk. Tekanan kritis adalah tekanan uap pada titik kritis. Untuk
diagram yang menunjukan properti termodinamika sebuah bahan, titik dimana temperatur
kritis dan tekanan kritis bertemu dinamai Titik kritis dari bahan itu. Molar kritis adalah
volume dari satu mol sebuah bahan pada suhu kritis dan tekanan kritis.

http://iptekdakhlan.blogspot.com/2009/05/superkonduktivitas-suhu-tinggi.html

Superkonduktivitas suhu-tinggi

Superkonduktor suhu-tinggi umumnya adalah hal yang mempertunjukkan


superkonduktivitas pada suhu di atas suhu nitrogen cair, atau −196 °C (77 K), karena ini
merupakan suhu cryogenik yang mudah dicapai. Superkonduktor konvensional
membutuhkan suhu tidak lebih dari beberapa derajat di atas nol mutlak (−273.15 °C atau
−459.67 °F).

Sejarah

Superkonduktor "suhu tinggi" menarik magnet (dengan nitrogen cair yang direbus
di bawah) yang emnunjukkan efek Meissner,salah satu sifat superkonduktivitas.

Istilah superkonduktor suhu-tinggi pertama kali digunakan untuk menunjuk ke


material keramik cuprate-perovskite yang ditemukan oleh Johannes Georg Bednorz dan
Karl Alex Müller pada 1986,[1] yang membuat mereka memenangkan Penghargaan
Nobel dalam Fisika di tahun berikutnya. Penemuan superkonduktor suhu-tinggi mereka
LaBaCuO, dengan suhu transisi 35 K, menyebabkan banyak kekaguman karena
sebelumnya superkonduktivitas pada suhu 'tinggi' tersebut dianggap banyak orang tidak
mungkin terjadi.

Jenis superkonduktor suhu-tinggi

Material paling terkenal adalah Tc-tinggi yang disebut cuprate, seperti


La1.85Ba0.15CuO4, YBCO (Yttrium-Barium-Copper-Oxide) dan bahan sejenis.
Seluruh superkonduktor Tc-tinggi disebut superkonduktor tipe-II. Superkonduktor
tipe-II mengijinkan medan magnet untuk menembus bagian dalamnya dalam satuan flux
quanta, menghasilkan 'lubang' (atau tabung) wilayah metalik normal dalam kumpulan
superkonduksi. Sifat ini membuat superkonduktor Tc-tinggi mampu bertahan di medan
magnet yang jauh lebih tinggi.

Riset sekarang

Contoh kecil superkonduktor suhu tinggi BSCCO-2223. 2 jalur di belakang


terpisah 1 mm.

Salah satu masalah tak terselesaikan dalam fisika modern adalah pertanyaan
bagaimana superkonduktivitas dapat terjadi dalam material tersebut, yaitu, mekanika apa
yang menyebabkan elektron dalam kristal tersebut dapat membentuk pasangan.

Meskipun riset yang giat telah dilakukan dan banyak menghasilkan petunjuk,
namun jawabannya masih membingungkan ilmuwan. Salah satu alasannya adalah
material yang dipertanyakan sangat rumit, kristal banyak-lapisan (contohnya, BSCCO),
membuat pemodelan teoritis sulit. Namun dengan penemuan baru dan penting dalam
bidang ini, banyak peneliti optimis bahwa pemahaman lengkap terhadap proses ini dapat
terjadi dalam satu dekade mendatang.

Bahan superkonduktor ini pertama kali diteliti oleh seorang fisikawan Universitas Leiden
yang bernama Heike Kamerlingh Onnes pada tahun 1911. Tahun sebelumnya, tepatnya
pada tanggal 10 Juli 1908, fisikawan asal Belanda ini melakukan eksperimen pengukuran
resistansi air raksa murni yang didinginkan dengan helium cair pada suhu 4 K (Kelvin)
atau -269 C (Celcius). Dari experiment tersebut, Onnes mengambil kesimpulan bahwa
hambatan suatu logam akan turun (bahkan hilang sama sekali) ketika mendinginkan
logam tersebut dibawah suhu ruang (suhu yang sangat dingin) atau setidaknya lebih
rendah dari suhu kritis (critical temperature, Tc) logam tersebut.

http://www.forumsains.com/fisika/superkonduktor/?wap2
Suhu kritis yang dimiliki tiap material untuk mencapai sifat superkonduktifitas-nya
berbeda-beda. Lalu apa yang terjadi bila bahan dapat didinginkan hingga mencapai suhu
nol mutlak? Salah satu ilmuwan, William Kelvin sendiri memperkirakan bahwa ketika
dicapai suhu nol mutlak (0 K) maka elektron akan berhenti mengalir (arus statis).

Namun ada satu masalah disini, ketika efisiensi bisa dicapai setinggi-tingginya oleh
bahan superkonduktor ini hingga bisa mencapai 100%. Namun perlu diingat bahwa untuk
mencapai sifat superkonduktifitas ini diperlukan energi untuk pendinginan yang tidak
kalah besarnya. Oleh sebab itulah, sejak penemuan Onnes ini dipublikasikan, hingga kini
para ilmuwan masih berupaya mencari material superkonduktor yang bisa beroperasi
pada suhu ruang (sehingga tidak diperlukan lagi pendingin).

Berikut beberapa bahan yang telah berhasil dibuat menjadi superkonduktor.


Bahan Tc (K) Ditemukan tahun
Raksa Hg (α ) 4,2 1911
Timbal Pb 7,2 1913
Niobium nitrida 16,0 1960-an
Niobium-3-timah 8,1 1960-an
Al0,8Ge0,2Nb3 20,7 1960-an
Niobium germanium 23,2 1973
Lanthanum barium
Tembaga oksida 28 1985
Yttrium barium tembaga
oksida (1-2-3 atau YBCO) 93 1987
Thalium barium kalsium
Tembaga oksida 125 -

Yang menarik adalah ketika ditemukan material keramik yang ternyata dapat diubah
menjadi bahan superkonduktor. Bahan keramik yang seyogyanya dikenal sebagai isolator
karena tidak bisa menghantarkan listrik sama sekali pada suhu ruang, ternyata pada tahun
1986-1987 berhasil didobrak oleh Alex Miller dan George Bednorz, peneliti di
Laboratorium Riset IBM di Rischlikon, Switzerland. Mereka membuat suatu keramik
yang terdiri dari unsur Lanthanum, Barium Tembaga dan oksigen yang berhasil
menciptakan material bersifat superkonduktor pada suhu tinggi, dengan menggunakan
nitrogen cair sebagai pendinginnya.

Suhu kritis tertinggi dari bahan superkonduktor sampai saat ini adalah 138 K yang
ditemukan pada tahun 1993 dengan rumus kimia Hg0.8Tl0.2Ba2Ca2Cu3O8.33

http://kampoeng-bugis.blogspot.com/2010/12/teori-superkonduktivitas-dan.html

NOBEL Fisika tahun 2003 diberikan kepada tiga orang, yakni Alexei Abrikosov dan
Vitaly Ginzburg yang mengembangkan teori superkonduktivitas dan Anthony Leggett
yang telah menjelaskan fenomena superfluiditas. Salah satu aplikasi superkonduktor
adalah untuk teknik pencitra gema magnet (MRI), yang juga dianugerahi hadiah Nobel
Kedokteran 2003.

SUPERKONDUKTOR adalah suatu material yang tidak memiliki hambatan di bawah


suatu nilai suhu tertentu. Suatu superkonduktor dapat saja berupa suatu konduktor,
semikonduktor, ataupun suatu insulator pada keadaan ruang. Suhu di mana terjadi
perubahan sifat konduktivitas menjadi superkonduktor disebut dengan temperatur kritis
(Tc).

Superkonduktor pertama kali ditemukan oleh fisikawan Belanda, Heike Kamerlingh


Onnes, dari Universitas Leiden tahun 1911. Pada tanggal 10 Juli 1908, Onnes berhasil
mencairkan helium dengan cara mendinginkan hingga 4 K atau -269°C. Kemudian pada
tahun 1911, Onnes mulai mempelajari sifat-sifat listrik dari logam pada suhu yang sangat
dingin.

Pada waktu itu telah diketahui bahwa hambatan suatu logam akan turun ketika
didinginkan di bawah suhu ruang, akan tetapi belum ada yang dapat mengetahui berapa
batas bawah hambatan yang dicapai ketika temperatur logam mendekati 0 K atau nol
mutlak.

Beberapa ahli ilmuwan pada waktu itu, seperti William Kelvin, memperkirakan bahwa
elektron yang mengalir dalam konduktor akan berhenti ketika suhu mencapai nol mutlak.
Ilmuwan yang lain termasuk Onnes memperkirakan bahwa hambatan akan menghilang
pada keadaan tersebut.

Untuk mengetahui yang sebenarnya terjadi, Onnes kemudian mengalirkan arus pada
kawat merkuri yang sangat murni dan kemudian mengukur hambatannya sambil
menurunkan suhunya. Pada suhu 4,2 K, Onnes terkejut ketika mendapatkan bahwa
hambatannya tiba-tiba menjadi hilang. Onnes dianugerahi Nobel Fisika 1913 untuk
karyanya.

Tipe superkonduktor

Teori pertama yang mencoba menjelaskan gejala superkonduktivitas adalah teori BCS
(Bardeen, Cooper, dan Schrieffer). Mereka bertiga dianugerahi Nobel Fisika tahun 1972.
Ketiga ilmuwan ini menjelaskan gejala superkonduktivitas dengan pasangan elektron
(yang sering disebut pasangan Cooper).

Pasangan elektron bergerak sepanjang terowongan penarik yang dibentuk ion-ion logam
yang bermuatan positif. Akibat dari adanya pembentukan pasangan dan tarikan ini arus
listrik akan bergerak dengan merata dan superkonduktivitas akan terjadi. Superkonduktor
yang berkelakuan seperti ini disebut superkonduktor jenis pertama yang secara fisik
ditandai dengan efek Meissner, yakni gejala penolakan medan magnet luar (asalkan kuat
medannya tidak terlalu tinggi) oleh superkonduktor. Bila kuat medannya melebihi batas
kritis, gejala superkonduktivitasnya akan menghilang.

Selain superkonduktror jenis I, ada bahan superkonduktor yang tidak memperlihatkan


efek Meissner. Superkonduktor seperti ini disebut superkonduktor jenis II. Perilaku fisik
kedua superkonduktor dalam medan magnet diperlihatkan pada gambar 1.

Percobaan menunjukkan bahwa sifat superkonduktor jenis II tidak dapat dijelaskan


dengan teori BCS. Abrisokov berhasil memformulasikan teori baru untuk menjelaskan
superkonduktor jenis II ini. Ia mendasarkan teorinya pada kerapatan pasangan elektron
yang dinyatakan dalam parameter keteraturan fungsi gelombang. Abrisokov dapat
menunjukkan bahwa parameter tersebut dapat mendeskripsikan pusaran (vortices) dan
bagaimana medan magnet dapat memenetrasi bahan sepanjang terowongan dalam
pusaran-pusaran ini.

Lebih lanjut ia pun dengan secara mendetail dapat memprediksikan jumlah pusaran yang
tumbuh seiring meningkatnya medan magnet. Teori ini merupakan terobosan dan masih
digunakan dalam pengembangan dan analisis superkonduktor dan magnet.

Teori Abrisokov didasarkan atas teori yang diformulasikan oleh Ginzburg dan Landau,
yang bertujuan untuk mendeskripsikan superkonduktivitas dan kuat medan magnet kritis.
Pengetahuan tentang superkonduktor telah membuat berbagai revolusi dalam kehidupan,
aplikasi yang populer antara lain dalam MRI (Nobel Kedokteran 2003) dan maglev
(kereta super cepat).

Cairan bebas hambatan

Helium di alam ada sebagai dua isotop 4He dan 3He. Bila 4He didinginkan sampai kira-
kira 4 K, gas helium akan berubah menjadi cairan. Kemudian bila didinginkan lebih
lanjut di bawah 2,172 K, helium dapat merambat naik dengan bebas dalam kapiler tanpa
hambatan.

Fenomena unik lain dari superfluiditas helium adalah konduktivitas termalnya yang
tinggi. Gejala yang ditemukan oleh Pyotr Kapitsa di tahun 1930-an ini dengan segera
mendapat penjelasan teori yang dikemukakan oleh Landau. Landau dianugerahi Nobel
Fisika tahun 1962, sementara Kapitsa baru dianugerahi Nobel Fisika pada tahun 1978.

Superfluiditas pada 3He baru ditemukan pada tahun 1970 oleh David Lee, Douglas
Osheroff, dan Robert Richardson (pemenang Nobel Fisika 1996). Gejala superfluiditas
pada 3He terjadi pada suhu seribu kali lebih rendah daripada suhu superfluiditas 4He.

Anthony Leggett-lah yang pada tahun 1970-an menjelaskan teori superfluiditas 3He.
Teori yang diformulasikan ini ternyata bermanfaat untuk menjelaskan gejala-gejala
dalam fisika partikel dan kosmologi.

You might also like