Professional Documents
Culture Documents
%20FISIKA/195708071982112%20-
%20WIENDARTUN/9C.SUPERKONDUKTOR.pdf
Superkonduktor dapat berupa suatu bahan yang terbentuk dari unsur tunggal,
paduan logam ataupun senyawa. Gejala superkonduktivitas hanya teramati
dibawah suhu tertentu yang disebut sebagai suhu kristis (Tc).
Hambatan listrik dari logam konduktor merupakan fungsi dari temperatur. Ketika
suhu diturunkan maka secara bertahap hambatan listrik akan berkurang. Pada
bahan superkonduktor, ketika mencapai suhu tertentu tiba-tiba hambahannya
turun hingga menjadi nol. Suhu dimana gejala superkonduktivitas teramati
disebut suhu kristis (Tc).
http://id.wikipedia.org/wiki/Titik_kritis
Titik Kritis, Tc, dari sebuah bahan adalah sebuah titik suhu dimana fase cairan dan uap
tidak bisa dibedakan. Pada saat mendekati temperatur titik kritis, properti gas dan cairan
menjadi sama, fase ini disebut Fluida superkritikal. Diatas titik kritis cairan tidak dapat
terbentuk dengan menambah tekanan, tetapi dengan menambah tekanan yang cukup
bahan padat bisa terbentuk. Tekanan kritis adalah tekanan uap pada titik kritis. Untuk
diagram yang menunjukan properti termodinamika sebuah bahan, titik dimana temperatur
kritis dan tekanan kritis bertemu dinamai Titik kritis dari bahan itu. Molar kritis adalah
volume dari satu mol sebuah bahan pada suhu kritis dan tekanan kritis.
http://iptekdakhlan.blogspot.com/2009/05/superkonduktivitas-suhu-tinggi.html
Superkonduktivitas suhu-tinggi
Sejarah
Superkonduktor "suhu tinggi" menarik magnet (dengan nitrogen cair yang direbus
di bawah) yang emnunjukkan efek Meissner,salah satu sifat superkonduktivitas.
Riset sekarang
Salah satu masalah tak terselesaikan dalam fisika modern adalah pertanyaan
bagaimana superkonduktivitas dapat terjadi dalam material tersebut, yaitu, mekanika apa
yang menyebabkan elektron dalam kristal tersebut dapat membentuk pasangan.
Meskipun riset yang giat telah dilakukan dan banyak menghasilkan petunjuk,
namun jawabannya masih membingungkan ilmuwan. Salah satu alasannya adalah
material yang dipertanyakan sangat rumit, kristal banyak-lapisan (contohnya, BSCCO),
membuat pemodelan teoritis sulit. Namun dengan penemuan baru dan penting dalam
bidang ini, banyak peneliti optimis bahwa pemahaman lengkap terhadap proses ini dapat
terjadi dalam satu dekade mendatang.
Bahan superkonduktor ini pertama kali diteliti oleh seorang fisikawan Universitas Leiden
yang bernama Heike Kamerlingh Onnes pada tahun 1911. Tahun sebelumnya, tepatnya
pada tanggal 10 Juli 1908, fisikawan asal Belanda ini melakukan eksperimen pengukuran
resistansi air raksa murni yang didinginkan dengan helium cair pada suhu 4 K (Kelvin)
atau -269 C (Celcius). Dari experiment tersebut, Onnes mengambil kesimpulan bahwa
hambatan suatu logam akan turun (bahkan hilang sama sekali) ketika mendinginkan
logam tersebut dibawah suhu ruang (suhu yang sangat dingin) atau setidaknya lebih
rendah dari suhu kritis (critical temperature, Tc) logam tersebut.
http://www.forumsains.com/fisika/superkonduktor/?wap2
Suhu kritis yang dimiliki tiap material untuk mencapai sifat superkonduktifitas-nya
berbeda-beda. Lalu apa yang terjadi bila bahan dapat didinginkan hingga mencapai suhu
nol mutlak? Salah satu ilmuwan, William Kelvin sendiri memperkirakan bahwa ketika
dicapai suhu nol mutlak (0 K) maka elektron akan berhenti mengalir (arus statis).
Namun ada satu masalah disini, ketika efisiensi bisa dicapai setinggi-tingginya oleh
bahan superkonduktor ini hingga bisa mencapai 100%. Namun perlu diingat bahwa untuk
mencapai sifat superkonduktifitas ini diperlukan energi untuk pendinginan yang tidak
kalah besarnya. Oleh sebab itulah, sejak penemuan Onnes ini dipublikasikan, hingga kini
para ilmuwan masih berupaya mencari material superkonduktor yang bisa beroperasi
pada suhu ruang (sehingga tidak diperlukan lagi pendingin).
Yang menarik adalah ketika ditemukan material keramik yang ternyata dapat diubah
menjadi bahan superkonduktor. Bahan keramik yang seyogyanya dikenal sebagai isolator
karena tidak bisa menghantarkan listrik sama sekali pada suhu ruang, ternyata pada tahun
1986-1987 berhasil didobrak oleh Alex Miller dan George Bednorz, peneliti di
Laboratorium Riset IBM di Rischlikon, Switzerland. Mereka membuat suatu keramik
yang terdiri dari unsur Lanthanum, Barium Tembaga dan oksigen yang berhasil
menciptakan material bersifat superkonduktor pada suhu tinggi, dengan menggunakan
nitrogen cair sebagai pendinginnya.
Suhu kritis tertinggi dari bahan superkonduktor sampai saat ini adalah 138 K yang
ditemukan pada tahun 1993 dengan rumus kimia Hg0.8Tl0.2Ba2Ca2Cu3O8.33
http://kampoeng-bugis.blogspot.com/2010/12/teori-superkonduktivitas-dan.html
NOBEL Fisika tahun 2003 diberikan kepada tiga orang, yakni Alexei Abrikosov dan
Vitaly Ginzburg yang mengembangkan teori superkonduktivitas dan Anthony Leggett
yang telah menjelaskan fenomena superfluiditas. Salah satu aplikasi superkonduktor
adalah untuk teknik pencitra gema magnet (MRI), yang juga dianugerahi hadiah Nobel
Kedokteran 2003.
Pada waktu itu telah diketahui bahwa hambatan suatu logam akan turun ketika
didinginkan di bawah suhu ruang, akan tetapi belum ada yang dapat mengetahui berapa
batas bawah hambatan yang dicapai ketika temperatur logam mendekati 0 K atau nol
mutlak.
Beberapa ahli ilmuwan pada waktu itu, seperti William Kelvin, memperkirakan bahwa
elektron yang mengalir dalam konduktor akan berhenti ketika suhu mencapai nol mutlak.
Ilmuwan yang lain termasuk Onnes memperkirakan bahwa hambatan akan menghilang
pada keadaan tersebut.
Untuk mengetahui yang sebenarnya terjadi, Onnes kemudian mengalirkan arus pada
kawat merkuri yang sangat murni dan kemudian mengukur hambatannya sambil
menurunkan suhunya. Pada suhu 4,2 K, Onnes terkejut ketika mendapatkan bahwa
hambatannya tiba-tiba menjadi hilang. Onnes dianugerahi Nobel Fisika 1913 untuk
karyanya.
Tipe superkonduktor
Teori pertama yang mencoba menjelaskan gejala superkonduktivitas adalah teori BCS
(Bardeen, Cooper, dan Schrieffer). Mereka bertiga dianugerahi Nobel Fisika tahun 1972.
Ketiga ilmuwan ini menjelaskan gejala superkonduktivitas dengan pasangan elektron
(yang sering disebut pasangan Cooper).
Pasangan elektron bergerak sepanjang terowongan penarik yang dibentuk ion-ion logam
yang bermuatan positif. Akibat dari adanya pembentukan pasangan dan tarikan ini arus
listrik akan bergerak dengan merata dan superkonduktivitas akan terjadi. Superkonduktor
yang berkelakuan seperti ini disebut superkonduktor jenis pertama yang secara fisik
ditandai dengan efek Meissner, yakni gejala penolakan medan magnet luar (asalkan kuat
medannya tidak terlalu tinggi) oleh superkonduktor. Bila kuat medannya melebihi batas
kritis, gejala superkonduktivitasnya akan menghilang.
Lebih lanjut ia pun dengan secara mendetail dapat memprediksikan jumlah pusaran yang
tumbuh seiring meningkatnya medan magnet. Teori ini merupakan terobosan dan masih
digunakan dalam pengembangan dan analisis superkonduktor dan magnet.
Teori Abrisokov didasarkan atas teori yang diformulasikan oleh Ginzburg dan Landau,
yang bertujuan untuk mendeskripsikan superkonduktivitas dan kuat medan magnet kritis.
Pengetahuan tentang superkonduktor telah membuat berbagai revolusi dalam kehidupan,
aplikasi yang populer antara lain dalam MRI (Nobel Kedokteran 2003) dan maglev
(kereta super cepat).
Helium di alam ada sebagai dua isotop 4He dan 3He. Bila 4He didinginkan sampai kira-
kira 4 K, gas helium akan berubah menjadi cairan. Kemudian bila didinginkan lebih
lanjut di bawah 2,172 K, helium dapat merambat naik dengan bebas dalam kapiler tanpa
hambatan.
Fenomena unik lain dari superfluiditas helium adalah konduktivitas termalnya yang
tinggi. Gejala yang ditemukan oleh Pyotr Kapitsa di tahun 1930-an ini dengan segera
mendapat penjelasan teori yang dikemukakan oleh Landau. Landau dianugerahi Nobel
Fisika tahun 1962, sementara Kapitsa baru dianugerahi Nobel Fisika pada tahun 1978.
Superfluiditas pada 3He baru ditemukan pada tahun 1970 oleh David Lee, Douglas
Osheroff, dan Robert Richardson (pemenang Nobel Fisika 1996). Gejala superfluiditas
pada 3He terjadi pada suhu seribu kali lebih rendah daripada suhu superfluiditas 4He.
Anthony Leggett-lah yang pada tahun 1970-an menjelaskan teori superfluiditas 3He.
Teori yang diformulasikan ini ternyata bermanfaat untuk menjelaskan gejala-gejala
dalam fisika partikel dan kosmologi.