You are on page 1of 9

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan Rutin
Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering
ditemukan leukopenia,dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau
leukositosis. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai
infeksi sekunder. Selain itu pula dapat ditemukan anemia ringan dan
trombositopenia.Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat
terjadi aneosinofilia maupun limfopenia. Laju endap darah pada
demam tifoid dapat meningkat. SGOT dan SGPT seringkali
meningkat,akan tetapi akan kembali menjadi normal setelah
sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan penanganan
khusus.Pemeriksaan lain yang rutin dilakukan adalah uji widal dan
kultur organisme. Sampai sekarang,kultur organisme masih menjadi
standar baku dalam oenegakan diagnostik. Selain uji widal,terdapat
beberapa metode pemerksaan serologi lain yang dapat dilakukan
dengan cepat dna mudah serta memilik sensitivitas dan spesifisitas
lebih baik dari antara uji TUBEX,typhidot dan dipstik.
• Uji Widal
• Uji widal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman S. Typhi. Pada uji widal terjadi suatu
reaksi aglutinasi antara antigen kuman S. Typhi dengan antibodi yang disebut aglutinin. Antigen
yanng digunakan pada uji widal adalah suspensi Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita
tersangka demam tifoid yaitu :
• Aglutinin O (Dri tubuh kuman)
• Aglutinin H (flagela kuman)
• Aglutinin Vi (simpai kuman)
• Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis demam
tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan terinfeksi demam ini.
• Pembentukan aglutinin mulai terjadi pada akhir minggu pertama demama,kemudia meningkat
secara cepat dan mencapai puncak pada minggu ke 4,dan tetap tingi selama beberapa ,minggu.
Pada fase akut mula-mula timbul aglutinin O yang diikuti dengan aglutinin H. Pada setelah 4-6
bulan,sedangjan aglutinin H menetap lebih lama antara 9-12 bulan. Oleh karena itu,uji widal bukan
untuk menentukan kesembuhan penyakit
• Uji Widal
• Uji widal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman S. Typhi. Pada uji widal terjadi suatu
reaksi aglutinasi antara antigen kuman S. Typhi dengan antibodi yang disebut aglutinin. Antigen
yanng digunakan pada uji widal adalah suspensi Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita
tersangka demam tifoid yaitu :
• Aglutinin O (Dari tubuh kuman)
• Aglutinin H (flagela kuman)
• Aglutinin Vi (simpai kuman)
• Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis demam
tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan terinfeksi demam ini.
• Pembentukan aglutinin mulai terjadi pada akhir minggu pertama demama,kemudia meningkat
secara cepat dan mencapai puncak pada minggu ke 4,dan tetap tingi selama beberapa ,minggu.
Pada fase akut mula-mula timbul aglutinin O yang diikuti dengan aglutinin H. Pada setelah 4-6
bulan,sedangjan aglutinin H menetap lebih lama antara 9-12 bulan. Oleh karena itu,uji widal bukan
untuk menentukan kesembuhan penyakit
• Uji TUBEX
• Uji TUBEX merupakan uji semi kuantitatif kolorimetrik yang cepat dan mudah
dikerjakan. Ui ini mendeteksi antibodi anti S.typhi O9 pada serum pasien,dengan
menghambat ikatan antara IgM anti-O9 yang terkonjugasi pada partikel latex yang
berwarna dengan lipoposakarida S.typhi yang terkonjugasi pada magnetik latex.
Hasil positif uji tubex ini menunjukan terdapat infeksi Salmonella serogroup D
walau tidak secara spesifik menunjuk pada Styphi. Infeksi oleh S.paratyphi akan
memberikan hasil negatif.
• Secara imunologi antigen O9 bersifat imunodominan sehingga dapat merangsang
respons imun secara independen terhadap timus dan merangsang mitosis sel B
tanpa bantuan dari sel T. Karena sifatsifat tersebut,respon terhadap amtigen O9
berlangsung cepat sehingga deteksi terhadap antigen O9 dapat dilakukan lebih
dini,yaitu pada hari ke 4-5 untuk infeksi primee dan hari 2-3 untuk infeksi
sekunder. Perlu diketahui bahwa uji Tubex hanya dapat mendeteksi IgM dan tidak
dapat mendeteksi IgG sehingga tidak dapat digunakan untuk modalitas
mendeteksi infeksi lampau.
• Pemeriksaan ini dengan 3 komponen
• Tabung bentuk V untuk meningkatkan sensitivitas
• Reagen A yang mengandung partikel magnetik yang diselubungi antigen S.typhi
• Reagen B yang mengandung partikel lateks biru yang diselubungi antibodi monoklonal spesifik
untuk antigen O9.
• Konsep pemeriksaan ini dapat diterangkan sebagai berikut:
• Jika serum tidak mengandung antibodi terhadap O9nregen B akan bereaksi dengan reagen A.
Ketika diletakkan pada daerah mengandug medan magnet,komponen reagen yang dikandung
reagen A akan tertarik pada magnet rak,dengan membawa serta pewarna yang dikandung reagen
B.akibatnya,terlihat warna merah pada tabung yang sesungguhnya merupakan gambaran serum
yang lisis. Sebaliknya,bila serum mengandung antibodi terhadap 09,antibodi pasien akan berikatan
dengan reagen A menyebabkan reagen B tidak tertarik pada magnet rak dan memberikan warna
biru pada larutan.
• Uji Typhidot
• Uji ini untuk mendeteksi IgM dan IgG yang terdapat pada protein membran luar S.typhi. hasil
positif pada uji ini setelah 2-3hari setelah infeksi dan dapat mengidentifikasi secara spesifik
antibodi IgG dan IgM terhdapa antigen S.typhi seberat 50kD yang terdapat pada strip nitroselulosa.
• Sensitivitas uni ini sebesar 98% spesifisistasnya 76,6% dan efisiensinya 84% yang dilakukan oleh
Gopalakhkrisnan (2002) pada 144 kasus demam tifoid. Yang dilakukan Olsen dkk sensitivitas dan
spesifisitas hampir sama dengan uji tubex79% dan 89% dengan 78% dan 89%.
• Uji IgM dipstick
• Uji ini mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap S.typhi
pada spesimen serum atau whole blood. Uji ini memakai
strip yang mengandung antigen lipoposakarida S.typhoid
dan anti IgM. Reagen deteksi yang mengandung anti bodi
anti IgM yang dilekati dengan lateks pewarna cairan
membasahi strip sebelum diinkubasi dengan reagen seru m
pasien,Tabung uji. Komponen perlengkapan ini stabil
disimpan selama 2 tahun pada suhu 4-250C ditempat kering
tanpa paparan sinar matahari. Setelah inkubasi strip dibilas
dengan air mengalir dan dikeringkan. Secara semi
kuantitatif diberi penilaian terhadap garis uji dengan
membandingkannya dengan reference strip. Garis kontrol
harus terwarna dengan baik.
• Kultur darah
• Hasil positif memastikan demam tifoid namun
hasil negatif dapat disebabkan oleh:
• Telah terdapat terapi antibiotik
• Volume darah yang kurang
• Riwayat vaksinasi,vaksinasi dimasa lampau
menimbulkan antibodi dalam darah
• Saat ambil darah setelah minggu pertama,saat
aglutinnin meningkat.
•  
• PENATALAKSANAAN
• Istirahat dan perawatan: untuk mencegah komplikasi dan mempercepat
penyembuhan\
• Diet dan terapi penunjang: mengambalikan rasa nyaman dan kesehatan
• Istirahat dan perawatan:mencegah komplikasi
• Pemberian antimikroba:menghentikan penyebaran kuman. Obat
antimikroba yang sering digunakan adalah:
• Kloramfenikol
• Kotrimoksazol
• Ampisilin dan amoksilin
• Sefalosprin generasi ketiga
• Golongan fluorokuinol
• Azitromisin
•  
• Ilmu penyakit dalam jilid 3 halaman2798-2801

You might also like