You are on page 1of 7

c   


  
   
 c  c
    



c





 
 !
"
#$#%#&!'#!

())"
* )""  
+"")" 
),
!#-#
 
_Y Tujuan Percobaan :

Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar metode pemisahan suatu campuran berdasarkan


perbedaan titik didih.

_Y asar Teori :

Pemisahan suatu campuran dapat dilakukan melalui beberapa metode pemisahan. Metode
pemisahan campuran dilakukan berdasarkan perbedaan sifat fisika seperti pemisahan
berdasarkan kelarutan dan titik didih.

Salah satu metode pemisahan campuran dalam kimia yang penting adalah destilasi.
estilasi adalah suatu cara pemisahan larutan dengan menggunakan panas sebagai
pemisah atau ³separating agent´. Metode pemisahan ini didasarkan pada perbedaan titik
didih diantara senyawa-senyawa yang membentuk campuran tersebut. Jika larutan yang
terdiri dari dua buah komponen yang cukup mudah menguap, misalnya larutan benzene-
toluena, larutan n-heptana dan n-heksan dan larutan yang sejenis dididihkan, maka fase
uap yang terbentuk akan mengandung komponen yang lebih menguap dalam jumlah yang
relative lebih banyak dibandingkan fase cair.
Jadi ada perbedaan komposisi antara fase cair dan fase uap, dan hal ini merupan syarat
utama supaya pemisahan dengan destilasi dapat dilakukan. Kalau komposisi fase uap
sama dengan komposisi fase cair, maka pemisahan dengan jalan destilasi tidak dapat
dilakukan.

Jenis-jenis destilasi yang digunakan :


a)Y estilasi sederhana
Metoda ini digunakan untuk memurnikan cairan-cairan yang tidak terurai pada
titik didihnya dari pengotor-pengotor non-volatile atau memisahkan cairan yang
memiliki perbedaan titik didih paling sedikit antara 70-80 0C
b)Y estilasi terfraksi
Konstituen dari suatu campuran cairan yang berbeda titik didihnya sekitar 30 0C
atau lebih, dapat dipisahkan dengan teknik ini. Susunan peralatannya sama
dengan destilasi sederhana, hanya dilengkapi dengan kolom fraksionasi.
c)Y estilasi vakum
igunakan untuk memurnikan cairan-cairan organic yang terurai pada atau
dibawah titik didih normalnya, atau untuk cairan yang mempunyai titik didih
sangat tinggi dimana sulit untuk dilakukan pada tekanan biasa.
d)Y estilasi uap
igunakan untuk memurnikan senyawa organic yang volatile, tidak bercampur
dengan air, mempunyai tekanan uap yang tinggi pada 100 0C dan mengandung
pengotor-pengotor yang non volatile (tidak atsiri).

Proses pemisahan secara destilasi dengan mudah dapat dilakukan terhadap campuran,
dimana antara komponen yang satu dengan komponen yang lain yang terdapat dalam
campuran :
üY alam keadaan standar, berupa cairan, saling melarutkan menjadi campuran
homogen.
üY Mempunyai sifat penguapan relative (Į) cukup besar.
üY Tidak membentuk cairan azeotrop.

Fraksi Minyak Bumi


Minyak mentah (crude oil) sebagian besar tersusun dari senyawa-senyawa hidrokarbon
jenuh (alkana). Adapun hidrokarbon tak jenuh (alkena, alkuna dan alkadiena) sangat
sedikit dikandung oleh minyak bumi, sebab mudah mengalami adisi menjadi alkana.
Oleh karena minyak bumi berasal dari fosil organisme, maka minyak bumi mengandung
senyawa-senyawa belerang (0-7%), nitrogen (0,01-0,9%), oksigen (0,6-0,4%) dan
senywa logam dalam jumlah yang sangat kecil. Minyak mentah dipisahkan menjadi
sejumlah fraksi-fraksi melalui proses destilasi (penyulingan). Fraksi-fraksi yang
diperoleh dari destilasi minyak bumi adalah campuran hidrokarbon yang mendidih pada
trayek suhu tertentu. Misalnya fraksi minyak tanah (kerosin) tersusun dari campuran
senyawa-senyawa yang mendidih antara 180-250 0C. Proses destilasi dikerjakan dengan
menggunakan kolom atau menara destilasi.

Bensin
Bensin merupakan bahan bakar transportasi yang masih memegang perana penting
sampai saat ini. Bensin mengandung lebih dari 500 jenis hidrokarbon yang mempunyai
rantai C5-C10. Kadarnya bervariasi tergantung komposisi minyak mentah dan kualitas
yang diinginkan. Kualitas bensin dinyatakan oleh bilangan oktan. Bilangan oktan (octane
number) merupakan ukuran dari kemampuan bahan bakar untuk mengatasi ketukan
sewaktu terbakar dalam mesin. Bilangan oktan suatu bensin dapat ditentukan melalui uji
pembakran sampel bensin untuk memperoleh karakteristik pembakarannya. Fraksi bensin
dari menara destilasi umumnya mempunyai bilangan oktan sekitar 70. Untuk menaikkan
bilangan oktan, ada beberapa cara yang dapat dilakukan :
üY Mengubah hidrokarbon rantai lurus dalam frkasi bensin menjadi hidrokarbon
rantai bercabang melalui proses reforming. Contohnya mengubah n-oktana
menjadi isooktana.Y
üY Menambahkan hidrokarbon alisiklik/aromatic ke dalam campuran akhir fraksi
bensin.Y
üY Menambahkan aditif anti ketukan ke dalam bensin untuk memperlambat
pembakaran bensin. ulu digunakan senyawa timbale (Pb). Oleh karena Pb
bersifat racun, maka penggunaannya sudah dilarang dan diganti dengan senyawa
organic sperti etanol, dan MTBE (Methyl Tertiary Butyl Ether)Y
Y
Petroleum Eter
Petroleum Eter (disebut juga nafta) merupakan salah satu senyawaan hidrokarbon dalam
rantai wilayah C5-C7, semuanya ringan, bersifat mudah menguap (volatile) dan berwarna
jernih (bening). Senyawaan ini (P.E) digunakan sebagai pelarut, cairanpencuci kering
(dry clean), dan produk cepat kering lainnya. Petroleum Eter dan produk hidrokarbon
lainnya (dari C6H14 sampai C12H26) biasanya dicampur bersama dan digunakan untuk
bensin. Petroleum Eter mempunyai titik didih berkisar antara 30-90 0C. Aromanya serupa
dengan senyawaan eter. Petroleum Eter bersifat da[at larut (soluble) dalam aseton, etil
asetat, benzene, kloroform, etil eter, tetapi tidak larut dalam air.

Batu didih
Bayu didih adalah benda yang kecil, bentuknya tidak rata, dan berpori yang biasanya
digunakan atau dimasukkan ke dalam cairan yang sedang dipanaskan. Biasanya, batu
didh terbuat dari bahan silica, kalsium karbonat, porselen maupun karbon.
Fungsi pemakaina batu didih ada 2, yaitu :
üY Untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogeny pada seluruh bagian
larutan.
üY Untuk menghindari titik lewat didih.
Pori-pori dalam batu didih akan membantu penangkapan udara pada larutan dan
melepaskannya ke permukaan larutan (ini akan menyebabkan timbulnya gelembung-
gelembung kecil pada batu didih). Tanpa batu didih, maka larutan yang dipanaskan akan
menjadi µsuperheated¶ atau terlalu panas pada bagian tertentu, lalu tiba-tiba akan
mengeluarkan uap panas yang bisa menimbulkan letupan/ledakan(bumping).
Batu didih tidak boleh dimsukkan pada saat larutan mencapai titik didihnya. Jika batu
didih dimasukkan pada larutan yang sudah hampir mendidih, maka akan terbentuk uap
panas dalam jumlah yang besar secara tiba-tiba. Hal ini bisa menyebabkan ledakan atau
pun kebakaran. Jadi batu didih harus dimasukkan ke dalam cairan sebelum cairan itu
mulai dipanaskan. Jika batu didih akan dimasukkan ditengah-tengah pemanasan
(mungkin karena lupa), maka suhu cairan harus diturunkan terlebih dahulu. Sebaiknya
batu didih tidak digunakan secara berulang-ulang karena pori-pori dalam batu didih ini
bisa tersumbat zat-zat pengotor dalam cairan.

_Y Alat dan Bahan.


Ada pun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah : bensin, es batu, batu
didih. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah : seperangkat alat destilasi, erlenmeyer,
labu ukur, corong, pipet tetes, gelas kimia, dan termometer.

_Y Prosedur Kerja
Ke dalam labu destilasi alas bulat dimasukkan bensin sebanyak 250 ml dan beberapa
butir batu didih, kemudian bagian atas labu ditutup menggunakan penyumbat karet yang
telah dipasangi thermometer. Setelah semua alat destilasi dirangkai, campuran
dipanaskan dan destilat yang dihasilkan ditampung . icatat temperature ketika destilat
mulai dihasilkan dan diukur volume destilat yang diperoleh.

_Y Hasil Pengamatan
|O PERLAKUA| HASIL PE| AMATA|
estilasi I
1. Bensin dipanaskan kemudian uapnya Terbentuk gelembung-gelembung pada
dikondensasikan. bensin kemudian pada suhu 350C awal
terbentuknya hasil destilasi.
2. Bensin terus dipanaskan pada kisaran _Y Hasil destilat terus terbentuk
suhu anatara 40-83 0C berupa P.E yang berwarna bening
_Y Ëolume P.E = 114 ml
_Y Sisa destilasi berwarna kuning
muda
_Y Ket: asal bensin : SPBU
estilasi II
1. Bensin dipanaskan kemudian uapnya Terbentuk gelembung-gelembung pada
dikondensasikan bensin kemudian pada suhu 39 0C awal
terbentuknya hasil destilasi.
2. Bensin terus dipanaskan pada isaran _Y Hasil destilasi terus terbentuk
sushu antara 40-92 0C berupa P.E yang berwarna bening.
_Y Ëolume P.E = 150 ml
_Y Sisa destilasi berwarna orange
kekuningan
_Y Ket.; asal bensin : eceran
estilasi III
1. Bensin dipanaskan kemudian uapnya Terbentuk gelembung-gelembung pada
dikondensasikan bensin kemudian pada suhu 38 0C adalah
awal terbentuknya hasil destilasi
2. Bensin terus dipanaskan pada kisaran _Y Hasil destilasi terus terbentuk
suhu antara 40-91 0C berupa P.E yang berwarna bening
_Y Ëolume P.E = 138 ml
_Y Sisa destilasi berwarna kuning
muda
_Y Ket.:asal bensin : SPBU

_Y Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan destilasi Petroleun Eter (P.E) dari bensin. Praktikan
menyedian 2 sampel bensin yang dibeli dari tempat yang berbeda. Salah satu bensin
dibeli dari SPBU dan sampel bensin lainnya dibeli dari pedagang eceran. Tujuannya
adalah untuk membandingkan destilat P.E yang diperoleh dari masing-masing sampel.

Awal percobaan ini dilakukan dengan merangkai alat destilasi. Ke dalam labu destilasi
500 ml dimasukkan 250 ml bensin dan beberapa butir batu didih. Tujuan penambahan
batu didih ini adalah agar panas yang dihasilkan dari penangas dapat menyebar secara
merata ke seluruh bagian bensin dan untuk menghindari titik lewat didih. Jadi secara
tidak langsung, batu didih berperan sebagai katalisator karena hanya berfungsi untuk
mempercepat reaksi pemanasan, tapi tak bereaksi terhadap bensin (tak berpengaruh
terhadap hasil destilat). Kemudian bagian atas labu ditutup dengan karet penyumbat yang
telah dipasangi thermometer. Labu tersebut harus disumbat dengan benar agar uap yang
dihasilkan saat bensin dipanaskan tidak keluar dari rangkaian alat destilasi. Oleh karena
itu, praktikan menyelubungi penyumbat karet dengan aluminium foil untuk menjaga agar
uap tidak keluar. Kemudian fungsi dari thermometer adalah untuk mengontrol suhu
pemanasan bensin. Kontrol suhu ini menjadi sangat penting, mengingat prinsip dasar dari
destilasi adalah pada perbedaan titik didih.
Sebelumnya telah diketahui titik didih dari P.E yang akan didestilasi adalah sekitar 30-90
0
C, sehingga suhu dijaga tak melebihi titik didih P.E agar nantinya senyawa yang
menguap hanya P.E.
Uap yang dihasilkan dari pemanasan bensin akan masuk ke dalam pipa kondensor. Pipa
kondensor memegang peranan yang cukup penting pada proses penghasilan destilat.
Fungsi kondensor adalah untuk mengkondensasikan uap P.E yang dihasilkan menjadi cair
kembali. Agar uap dapat berubah menjadi cair (mengembun) maka suhu kondensor harus
dijaga agar tetap dingin. Oleh karena itu, pada bak penampung sirkulasi ait untuk
kondensor ditambahkan es batu.

Ketika bensin dipanaskan dalam labu destilasi, tak beberapa lama kemudian terbentuk
gelembung-gelembung udara pada permukaan bensin. Hal ini menandakan bahwa proses
pemanasan telah menyebar dengan merata ke seluruh bagian bensin 9pengaruh dari batu
didih). Uap yang dihasilkan masuk ke dalam kondensor dan kemudian terjadi proses
kondensasi dengan terbentuknya larutan bening yang keluar dari pipa kondensor menuju
ke penampung. Hasil destilasi ini terbentuk pada seputaran suhu 35-39 0C. ini sesai
dengan data titik didih P.E yang telah diketahui sehingga diasumsikan bahwa destilat ini
merupakan P.E (P.E juga berwarna bening, serta memiliki aroma yang khas). Bensin terus
dipanaskan pada suhu mencapai 90 0C (bila suhu telah naik maka penangas diatur
suhunya menjadi rendah lagi). ari hasil pemansan itu terbentuksemakin banyak destilat
yang berwarna bening.
ari proses destilasi I, dihasilkan 114 ml destilat dari 250 ml bensin (asal bensin dari
SPBU) dan warna residu kuning muda. ari data ini dihitung presentasi P.E dalam
bensin:
 
'    

' '
 
ari proses destilasi II, dihasilkan 150 ml destilat dari 250 ml bensin (asal bensin:
eceran) dan warna residu orange kekuningan.
 
'    

' '
 
ari proses destilasi III, dihasilkan 138 ml destilat dari 250 ml bensin (asal bensin SPBU)
dan warna residu kuning muda.
 
'    

' '
 
ari hasil perhitungan itu, dapat diketahui bahwa P.E menyusun sebagian besar
komponen dasar dalam campuran bensin (rata-rata persentasi P.E yang diperoleh =
53,6%). |amun hal yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana bisa destilat P.E yang
diperoleh dari bensin eceran lebih banyak dari bensin SPBU. Hal yang menjadi dasar
pemikiran/asumsi adalah kadar P.E dari bensin yang dibeli eceran seharusnya lebih
rendah disbanding bensin yang dibeli langsung dari SPBU, karena bensin eceran telah
mengalami proses oksidasi dengan udara dan diasumsikan P.E telah berkurang oleh
peristiwa penguapan (P.E bersifat mudah menguap pada suhu kamar).
Hal ini dapat terjadi oleh 2 hal, yaitu :
1.Y Pada destilasi P.E dari bensin asal SPBU, belum semua P.E terpisah dari bensin,
tapi proses pemanasan telah dihentikan, akibatnya masih banyak P.E yang
terkandung dalam bensin tersebut.
2.Y Pada destilasi P.E dari bensin eceran, kelengahan pengontrolan suhu
menyebabkan fraksi-fraksi lain dalam bensin, seperti etanol, ikut menguap
bersama dengan P.E, sehingga destilat yang dihasilkan bukan lagi P.E murni.

_Y Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa prinsip dasar
metode pemisahan secara destilasi adalah perbedaan titik didih di antara senyawa-
senyawa penyusun suatu campuran.

_Y aftar Pustaka

Baunsele, Since . S,Si.,Odi Th.E. S,Si, 2010,  Y Y Y


 Y Y
Laboratorium Kimia Fakultas Sains dan Teknik-Undana,Kupang.

Fessenden, Ralph.J., Fessenden,Joan.S.,1986, Y


  Edisi Ketiga, Alih bahasa:
A.H Pudjaatmaka,Ph.,Penerbit : Erlangga, Jakarta.

Http://www.blogpribadi.com/2009/08/destilasi.html/

Http://abynoel.wordpress.com/2008/08/08/modul_kimia/

Http://www.wikipedia.org/fraksi_bensin/

You might also like