You are on page 1of 16

Halaman 122.

Halaman 122

BAB 4

Efek Panas

Perpindahan panas merupakan salah satu dari operasi yang paling sering
digunakan dalam industry kimia. Perhatikan, sebagai contoh, pembuatan
ethylene glycol (salah satu zat anti beku) dengan cara oksidasi ethylene ke
ethylene glycol dan kemudian hidrasi ke glycol. Reaksi oksidasi katalitik
paling efektif ketika dilakukan pada suhu dekat dengan 250 0C. Reaktannya,
ethylene dan udara, dipanaskan ke temperatur tersebut sebelum masuk ke
reactor. Untuk mendesain preheater, harus diketahui berapa panas yang
dipindahkan. Reaksi pembakaran ethylene dengan oksigen di dalam katalis
cenderung menaikkan temperatur. Bagaimanapun, panas dipindahkan dari
reactor, dan temperatur tidak naik terlalu tinggi di atas 250 oC. Temperatur
lebih tinggi dapat menghasilkan CO2, produk yang tidak diinginkan. Desain
dari reactor membutuhkan pengetahuan tentang banyaknya perpindahan
panas, dan ini tergantung pada efek panas yang berhubungan denga reaksi
kimia. Produk ethylene oxide dihidrasi ke glycol dengan absorpsi di dalam
air. Panas berkembang tidak hanya karena perubahan fase dan proses
pelarutan, namun juga karena reaksi hidrasi antara ethylene oxide dan air
yang terlarut. Akhirnya, glycol didapatkan kembali dari air dengan cara
distilasi, sebuah proses penguapan dan pengembunan, yang menghasilkan
terpisahnya larutan ke komponennya.

Pentingnya efek panas ini ditunjukkan dengan proses manufaktur


kimia sederhana. Berlawanan dengan efek panas sensible, yang memiliki
karakteristik perubahan temperature, efek panas dari reaksi kimia,
perubahan fase, dan pembentukan dan pemisahan larutan didapatkan dari
pengukuran eksperimen yang dibuat pada temperatur konstan. Pada bab ini,
kita menggunakan thermodinamika untuk menguji sebagian besar dari efek
panas yang mengikuti operasi fisika dan kimia. Bagaimanapun, efek panas
dari proses pencampuran yang tergantung pada sifat thermodinamika
campuran, dibahas pada bab 12.

4.1 EFEK PANAS SENSIBEL

Perpindahan panas ke sebuah sistem di mana tidak ada perubahan fase,


tidak ada reaksi kimia, dan tidak ada perubahan komposisi yang
menyebabkan temperatur sistem berubah. Tujuan kita di sini untuk
mengembangkan hubungan antara kuantitas dari panas yang dipindahkan
dan perubahan temperatur yang dihasilkan.

Ketika sistem adalah substansi homogeny dari komposisi konstan,


aturan fase menunjukkan bahwa menetapkan hasil dari dua sifat intensif
membentuk keadaan itu. Molar atau spesifik energi dalam dari substansi
dapat dituliskan sebagai fungsi dari dua variabel keadaan yang lain
Halaman 123

spesifik energi dalam dari suatu substansi mungkin dapat


diekspresikan sebagai fungsi dari dua variable keadaan yang
lain. Ini mungkin diseleksi sebagai temperature dan molar atau
spesifik volume :

U =U (T , V )

∂U ∂U
Dimana, dU = ( )V dT + ( ) T dV
∂T ∂V

Sebagai hasil dari Pers.(2.16) ini menjadi :

∂U
dU = CV dT + ( ) T dV
∂V

Istilah akhir mungkin diatur sama dengan nol dalam dua keadaan :

• Untuk beberapa proses volume-konstan, tanpa memperhatikan


substansinya.
• Kapanpun energi dalam tidak tergantung dari volume, tanpa
memperhatikan proses. Ini sebenarnya benar untuk gas-gas ideal dan
fluida-fluida incompressible dan kira-kira benar untuk gas-gas
bertekanan rendah.

Dalam kasus yang lain, dU = CV dT

T2

dan ∆U = ∫ CV dT (4.1)
T1

Untuk proses-proses volume konstan yang reversible secara mekanik,


Q = ∆U , dan Pers. (2.19)mungkin ditulis kembali :

T2

Q = ∆U = ∫ CV dT
T1

Sama halnya, molar atau enthalpy spesifik mungkin diekspresikan


sebagai fungsi temperature dan tekanan :

H = H (T , P )

∂H ∂H
Dimana dH = ( ) T dT + ( ) T dP
∂T ∂P
Sebagai hasil dari Pers.(2.20) ini menjadi :

∂H
dH = C P dT + ( ) T dP
∂P

Lagi, dua keadaan membolehkan istilah terakhir untuk diatur sama dengan
nol :

• Untuk beberapa proses tekanan konstan, tanpa memperhatikan


substansinya
• Kapanpun enthalpy dari substansi tidak tergantung dari tekanan, tanpa
memperhatikan proses. Ini sebenarnya benar untuk gas-gas ideal dan
kira-kira benar untuk gas bertekanan rendah.

Halaman 124
Pada kasus yang lain; dH = CP dT
T2

Dan ∆H = ∫C
T1
P dT

(4.2)

Dan juga, Q = ∆H untuk proses reversible secara mekanik, tekanan


konstan, proses system tertutup [persamaan 2.23] dan untuk transfer panas
pada perubahan aliran steady state dimana ∆EP dan ∆EK diabaikan dan WS
=0. Sehingga:
T2

Q = ∆H = ∫C
T1
P dT

(4.3)

Secara umum dalam keteknikan aplikasi dari persamaan ini adalah untuk
aliran transfer panas yang steady-state.

Suhu bergantung pada Kapasitas Panas

Hasil dari integral untuk pers. (4.3) memberikan syarat bahwa suhu
tergantung pada kapasitas panas. Hal ini biasanya diberikan pada
persamaan empiris, dan dua bentuk rumus secara umum dapat ditulis:

CP CP
= α + βT + γT2 dan = a + bT + cT-
R R
2

Di mana α,β, dan γ dan a, b, dan c adalah konstanta dari partikel zat.
Dengan pengecualian dari waktu yang lalu, persamaan ini merupakan
bentuk yang sama. Oleh karena itu kami menggabungkan dua rumus
tersebut untuk membuat bentuk yang sederhana:

CP
= A + BT + CT2 + DT-2
R
(4.4)

Dimana C dan D adalah nol, tergantung pada pertimbangan zat. Oleh karena
perbandingan CP/R tidak berdimensi, satuan dari CP diatur oleh pemilihan R.
Seperti ditunjukkan pada chapter 6, untuk gas, hal ini merupakan
kapasitas panas dari gas ideal, dibandingkan dengan kapasitas panas secara
nyata; hal ini digunakan pada penilaian dari banyak propeti termodinamika
seperti entalpi. Alasannya adalah penilaian property termodinamika sering
digunakan dan diselesaikan dengan dua tahap. Pertama, menghitung nilai
untuk anggapan keadaan gas ideal di mana kapasitas panas gas ideal
digunakan. Kedua, mengoreksi nilai keadan gas ideal menjadi nilai gas
nyata. Suatu gas yangsebenarnya menjadi ideal pada limit P→ 0; dan jika ini
dianggap hanya tertinggal keadaan idealnya ketika ditekan ke tekanan
tertentu. Tahap ini akan menghasilkan kondisi gas yang ideal. Gas-gas pada
tahap yang ideal memiliki property yang mencerminkan kondisi dirinya
sebagai gas nyata. Kapasitas panas gas ideal (digambarkan oleh CPig dan CVig)
memiliki perbedaan untuk tiap-tiap gas yang berbeda. Meskipun fungsi suhu
tidak bergantung pada tekanan.

Kapasitas panas gas ideal meningkat secara bertahap dengan adanya


peningkatan suhu hingga batas atas limit, dimana ini tercapai ketika semua
bentuk translasi, rotasi, dan getaran dari pergerakan molekul ditingkatkan
dengan penuh [lihat pers. (16.18)]. Pengaruh suhu pada CPig untuk gas argon,
nitrogen, air, dan karbon dioksida diilustrasikan pada gambar 4.1.
Keterikatan suhu ditunjukkan secara analitis oleh persamaan (4.4), yang
ditulis:
ig
CP
= A + BT + CT2 + DT-2
R
(4.4)

Halaman 125

Nilai parameter diberikan dalam table C.1 appendiks C untuk sejumlah gas
organic dan anorganik yang sering dijumpai. Persamaan yang lebih akurat
dan lebih komplek ditemukan dalam literature.

Sebagai hasil dari persamaan (3.18), dua kapasitas panas gas ideal
mempunyai hubungan:

Cvig C ig
= p -1 (4.5)
R R

Cvig
Temperatur dependence dari mengikuti dari temperature dependence
R
C ig ig
dari p
Pengaruh suhu pada Cvig atau C p ditentukan dengan percobaan,
R
paling sering dihitung dengan metode mekanika statistic dari data
spektroskopis dan pengetahuan struktur molecular. Dimana data
eksperimental tidak tersedia, metode estimasi digunakan, sebagaimana
digambarkan oleh Reid, Prausnitz dan Poling.

Meskipun kapasitas panas gas ideal tepat benar untuk gas nyata
hanya pada tekanan nol, penyimpangan gas nyata dari idealnya jarang
ig
berarti pada tekanan di bawah beberapa bar, dan disini Cvig dan C p biasanya
merupakan perkiraan yang bagus untuk kapasitas panas.
Halaman 126

Campuran gas dalam komposisi konstan mungkin dapat diperlakukan


dengan cara yang sama dengan gas yang murni. Definisi gas ideal adalah
gas yang molekulnya tidak mempunyai pengaruh terhadap yang lain. Di
mana artinya bahwa gas dalam campuran tidak tergantung pada yang lain,
sifatnya tidak terpengaruh oleh tekanan dari molekul yang berbeda. Jadi
perhitungan kapasitas panas gas ideal dari campuran gas sebagai
penjumlahan mol fraksi dari kapasitas panas spesies. Di mana menganggap
satu mol campuran gas terdiri dari spesies A, B, dan C serta memisalkan yA,
yB, dan yC sebagai mol fraksi masing-masing spesies. Kapasitas molar panas
dari campuran gas ideal adalah :

C Pigmixture = yA C PigA + yB C PigB + yC C PigC

ig ig ig
di mana C PA , C PB , dan C PC adalah kapasitas panas dari A, B, dan C dalam
bentuk gas ideal.

Sebagaimana gas, kapasitas panas dari solid dan liquid ditentukan


oleh eksperimen. Parameter untuk temperatur tergantung dari CP yang
dituliskan dalam persamaan (4.4) yang diberikan untuk beberapa solid dan
liquid pada tabel C.2 dan C.3 dalam appendiks C. Hubungan kapasitas panas
beberapa solid dan liquid diberikan oleh Perry dan Green serta Daubert et
al.3
Halaman 127

Penaksiran Dari Panas Integral

Perkiraan dari integral ∫ CP dT diselesaikan oleh subtitusi untuk CP, diikuti


oleh integralisasi formal. Untuk suhu terbatas dari T0 dan T hasil yang sesuai
ditunjukan sebagai :

(4.7)

Dimana

Diberikan T0 dan T, Perhitungan Q atau ∆ H adalah benar. Lebih sedikit


benarnya menghitung T, jika diberikan T0 dan Q atau ∆ H. Disini, iterasi pola
bias berguna. Pemfaktoran (τ -1) untuk masing-masing factor pada sebelah
kanan persamaan( 4.7) diberikan :

Karena

Dapat juga ditulis :

Kita mengidentifikasikan jumlah dalam tanda kurung kurawal sebagai


(CP)H/R, dimana (CP)H didefinisikan sebagai kapasitas panas rata-rata :
(4.8)

Persamaan (4.2) dapat ditulis :

(4.9)

Tanda kurung siku-siku melingkungi identifikasi CP sebagai nilai rata-rata;


indeks H mendenotasikan nilai spesifik rata-rata perhitungan entalphy, dan
membedakan rata-raat kapasitas panas ini dari jumlah yang sama yang akan
diperkenalkan pada chapter selanjutnya

Penyelesaian persamaan (4.9) untuk T adalah :

(4.10)

Permulaan nilai untuk T (dan kemudian untuk (τ =T/T0) mengizinkan


perkiraan (CP)H oleh pers. (4.8).Subtitusi dari nilai ini pada pers.(4.10)
memberikan nilai baru untuk T dari perkiraan kembali (CP)H. Iterasi berlanjut
untuk pendekatan pada nilai akhir T

Halaman128

Penggunaan Fungsi Terdefinisi

Perhitungan termodinamika sering membutuhkan evaluasi dari integral


∫(Cp R )dT . Ini memberi kesan bahwa salah satunya mempunyai sisi
penggunaan komputer yang berkelanjutan dengan tujuan untuk
perhitungan. Sisi kanan dari persamaan (4.7) didefinisikan sebagai fungsi,
ICPH(T0,T;A,B,C,D). Persamaan (4.7) kemudian menjadi:
T
Cp

To
R
dT = ICPH (To , T ; A, B, C , D )

Fungsi tersebut dinamakan ICPH, dan nilai-nilai dalam tanda kurung adalah
variabel T0 dan T, diikuti oleh parameter A, B, C, dan D. Ketika nilai-nilai ini
ditandai dengan nilai-nilai numerik, angka-angka tersebut menunjukkan nilai
untuk integral. Oleh karena itu, untuk evaluasi dari Q pada Contoh Soal 4.2:

Q = 8,314 × ICPH (533 ,15 ,873 ,15 ;1,702 ,9,081 E −3,−2,164 E −6,0,0) =19 .778 J

Mewakili program komputer untuk evaluasi dari integral tersebut diberikan


pada Appendiks D. Untuk fleksibilitas tambahan program tersebut juga
mengevaluasi nilai tak berdimensi (Cp)H/R seperti diberikan pada persamaan
(4.8). Sisi kanan dari persamaan ini adalah fungsi yang lain,
MCPH(T0,T;A,B,C,D). Dengan definisi ini, Persamaan (4.8) menjadi:

(Cp)H
= MCPH(T0,T;A,B,C,D)
R

Halaman 129

Harga spesifik dari fungsi ini adalah :

MCPH (533.15,873.15 ; 1.702,9.081 E-3,-2.164E-6,0.0) =6.9965

Menunjukkan (Cp)H / R untuk metana dalam perhitungan dari contoh 4.2


dengan pers.(4.9),

∆ H = (8.314) (6.9965) (873.15 -533.15) = 19,778 J

4.2 PANAS LATENT DARI ZAT MURNI

Ketika sebuah zat murni dicairkan dari keadaan padat atau diuapkan dari
cairan pada tekanan konstan, tidak ada perubahan dalam temperatur yang
terjadi; bagaimanapun, proses tersebut membutuhkan transfer dari sejumlah
(terbatas) panas kedalam zat.

Halaman 130

Efek panas ini disebut panas latent dari peleburan dan panas latent dari
penguapan. Sama halnya dengan, perpindahan panas mengiringi perubahan
substansi dari fase solid ke fase lain sebagai contoh penyerapan panas
dimana perubahan kristal sulfur rhombic ke struktur monoclinic pada
keadaan 95 C dan 1 bar adalah 360 J untuk setiap gram atom.

Keistimewaan karakteristik dari semua proses ini adalah dua fase yang
saling berdampingan. Menurut hukum fase, sistem dua fase terdiri dari
spesies tunggal yang tidak bervariasi dan properti intensifnya didapatkan
dari spesifikasi satu properti tunggal saja. Maka panas latent yang mengikuti
perubahan fase adalah hanya fungsi temperatur, dan itu dihubungkan pada
properti sistem yang lain oleh persamaan thermodinamik:

d P sat
∆H = T ∆V (4.11)
dT

Dimana untuk spesies murni pada temperatur T,


∆H = panas latent
∆V = perubahan volume yang mengikuti perubahan fase
Psat = Tekanan uap
Penurunan persamaan diatas berasal dari persamaan Clapeyron, yang
diberikan pada Chapter 6.
Ketika persamaan (4.11) ini digunakan pada proses penguapan cairan
murni, d Psat /dT adalah slope dari kurva tekanan uap lawan temperatur, ∆V
adalah perbedaan molar volum dari saturated vapor dan saturated liquid,
dan ∆H adalah panas latent dari proses penguapan. Maka nilai dari ∆H dapat
dikalkulasi dari tekanan uap dan data volumetrik.
Panas latent dapat diukur melalui kalorimeter. Nilai percobaan tersedia
pada beberapa suhu tertentu untuk beberapa substansi. Korelasi panas
latent beberapa campuran sebagai temperatur diberikan oleh Daubert et al.
Meskipun, data tidak selalu tersedia pada temperatur, dan pada banyak
kasus, data yang diperlukan untuk penggunaan persamaan 4.11 juga tidak
diketahui. Pada kasus ini metode pendekatan digunakan untuk
mengestimasi efek panas yang mengikuti perubahan fase. Karena panas
penguapan sejauh ini adalah sangat penting dari segi praktis, panas
penguapan menjadi sangat diperhatikan. Satu prosedur yang digunakan
sebagai metode sumbangan kelompok, dikenal sebagai UNIVAP. Metode
alternatif menyediakan 2 tujuan:
• Prediksi panas penguapan pada titik didih normal,yaitu pada tekanan
standar 1 atmosfer atau 101,325 Pa
• Estimasi panas penguapan pada beberapa temperatur dari nilai yang
diketahui pada sebuah temperatur tunggal

Halaman 131

Halaman 132
4.3 PANAS STANDART DARI REAKSI

Efek panas yang telah dibicarakan sejauh ini adalah mengenai proses fisik.
Reaksi kimia diikuti dengan panas yang ditransfer atau perubahan
temperatur selama reaksi, dilain kasus oleh keduanya. Efek ini merupakan
hasil dari perbedaan di molecular structure dan dari energi produk dan
reaktan.contohnya, reaktan di reaksi pembakaran menunjukkan energi yang
lebih besar di jumlahnya daripada produknya dan energi ini harus
dipindahkan ke lingkungan sebagai panas atau memproduksi produk di
temperatur tinggi.

Masing-masing dari reaksi kimia yang dapat dimungkinkan dapat dikeluarkan


di berbagai cara dan masing-masing reaksi yang dikeluarkan dengan cara
tertentu, diikuti efek panas tertentu. Tabulasi dari efek panas yang
dimungkinkan untuk semua reaksi yang dimungkinkan adalah tidak
mungkin. Maka dari itu kita menghitungefek panas dari reaksi yang
dikeluarkan dari data untuk reaksi yang dikeluarkan dalam cara standart. Hal
ini membuat data yang dibutuhkan menjadi minimum.
Panas yang berhubungan dengan reaksi kimia yang spesifik tergantung
dengan temperatur dari reaktan dan produk. Dasar yang konsisten(standar)
untuk perlakuan dari reaksi efek panas mempunyai hasil saat produk dan
reaktan dari reaksi mempunyai temperatur yang sama.

Menurut metode flow calorimeter untuk pengukuran panas pembakaran dari


bahan bakar gas. Bahan bakar ini bercampur dengan udara temperatur
tertentu dan cairan ini mengalir melalui ruang pembakaran saat reaksi
berlangsung. Produk pembakaran memasuki section berlapis air dimana
produk pembakarandidinginkan ke temperatur dari reaktan . sejak tidak ada
kerja yang diproduksi dari proses, dan calorimeter dibangun sehingga
perubahan di energi potensial dan energi kinetik diabaikan, keseluruhan
kesetimbangan energi, persamaan (2.32) menjadi:

Q = ∆H

Maka panas yang diabsorbed dari air identik dengan perubahan entalpi yang
diakibatkan dari reaksi pembakaran, dan praktek universal untuk mendesain
perubahan entalpi dari reaksi H sebagai panas dari reaksi.

Untuk tujuan tabulais data dengan memperhatikan reaksi,

aA + bB → lL + mM

Panas standart dari reaksi didefinisikan sebagai perubahan entalpi saat a


moles dari A dan b mole dari Bda dalam keadaan standart temperatur T
bereaksi membentuk l moles L dan m moles M dalam keadaan standart
temperatur yang sama.

Halaman 133

Keadaan Standar adalah keadaan suatu spesies pada


temperatur T dan pada Tekanan,komposisi dan kondisi fisik
tertentu seperti misalnya gas,liquid atau solid.

Tekanan pada Keadaan standar dari 1 standar atmosphere (101,325


Pa) telah digunakan selama bertahun tahun, dan data tabulasi yang lebih tua
diperuntukan untuk tekanan ini. Standar pada amasa sekarang adalah 1 bar
(105 Pa),tetapi untuk tujuan dari chapter ini,perbedaannya merupakan
konsekuensi yang dapat diabaikan. Dengan memperhatikan komposisi
sebagai hal yang utama,keadaan standar yang digunakan pada chapter ini
merupakan keadaan dari spesis murni. Untuk gas,keadaan fisik adalah
keadaan gas ideal dan untuk liquid dan solid,keadaan sebenarnya saat
tekanan pada keadaan standar dan pada temperatur dalam sistem.
Kesimpulannya,Keadaan standar yang digunakan pada chapter ini adalah :

• Gas : Substansi murni saat keadaan gas ideal pada 1


bar.
• Liquid dan solid : Liquid dan solid murni pada 1 bar.
Nilai properti pada keadaan standar ditandai dengan simbol derajat.
Sebagai symbol derajat. Sebagai contoh, Cp0 merupakan kapasitas panas
pada keadaan standar . Sejak keadaan standar untuk gas adalah keadaan
standar pada gas ideal,Cp0 untuk gas identik dengan Cpig , dan data dari
Tabel C.1 disertakan keadaan standar untuk gas. Semua kondisi untuk
keadaan standar telah ditetapkan kecuali temperatur,dimana selalu
digunakan temperatur pada sistem. Properti keadaan standar hanya
merupakan funsgsi dari suhu. Keadaan standar yang telah dipilih untuk gas
hanyalah sebuah hipotesis,pada tekanan 1 bar gas yang sebenarnya tidaklah
ideal. Meskipun begitu,properti jarang menerima banyak dari keadaan
ideal,dan fakta yang paling mendukung enthalpi untuk keadaan gas nyata
pada 1 bar dan keadaan gas ideal hanya memiliki sedikit perbedaan.

Ketika panas reaksi telah diberikan untuk suatu reaksi, panas reaksi
disertakan untuk koefisien stoikiometri begitu ditulis. Jika setiap koefisien
stoikiometri digandakan,panas reaksi juga ikut digandakan. Sebagai
contoh,Reaksi Sintesis Ammonia dapat ditulis :

½N2 + 3
/2H2 ------ NH3 ΔH0298 = -46,110 J

atau N2 + 3H2 ------ 2NH3 ΔH0298 = -92,220 J

Simbol ΔH0298 menunjukan bahwa panas reaksi itu standar untuk temperatut
298.15 K (250C).

4.4 Standar Panas Pembentukan

Tabulasi data pada panas reaksi standar untuk semua bilangan yang sangat
besar pada reaksi yang mungkin merupakan keadaan yang nyata.
Untungnya,panas standar untuk setiap reaksi dapat dihitung jika panas
pembentukan standar dari komponen yang ambil bagian dalam reaksi
diketahui. Sebuah reaksi pembentukan didefinisikan sebagai reaksi yang
membentuk suatu komponen dari konstituen elemen komponen itu sendiri.
Sebagai contoh, reaksi C + ½O2→CH3OH merupakan reaksi pembentukan
untuk metanol. Reaksi H2O + SO3→H2SO4 bukan merupakan reaksi
pembentukan,karena terbentuknya sam sulfat bukan dari elemen tetapi dari
komponen lain. Reaksi pembentukan dipahami sebagai reaksi untuk
menghasilkan pembentukan 1 mol dari komponen;panas pembentukan
didasarkan pada 1 mol komponen yang terbentuk.

Halaman 134

Panas dari suatu reaksi pada semua temperature dapat dihitung dari
data kapasitas panas ketika nilai dari satu temperature telah diketahui;
pengolahan dari suatu data dapat dturunkan ke kompilasi dari panas
standard dari suatu formasi pada temperatur tunggal. Pilihan yang lazim
untuk temperature ini adalah 298.15 K atau 25 oC. Panas standard dari
suatu formasi pembentukan pada temperature ini ditunjukkan oleh ∆Hf 298.
Symbol derajat mengindikasikan nilai standard, subscript f menunjukkan
bahwa ini merupakan panas suatu formasi, dan 298 adalah temperature
absolute dalam kelvins. Tabel dari nilai tersebut untuk substans umum
dapat ditemukan dalam standard hand book, tetapi kompilasi ada dalam
reference work yang khusus. Sebuah data nilai abridged diberikan pada tabel
C.4 dari app. C.

Ketika persamaan kimia dikombinasikan dengan penambahan, panas


standard dari reaksi dapat mungkin juga ditambahkan untuk memberikan
panas standard dari hasil. Ini reaksi mungkin karena enthalpy merupakan
sebuah properties dan perubahan didalamnya merupakan garis bebas. Pada
keadaan khusus persamaan formasi dan panas standard dari suatu formasi
mungkin selalu dikombinasikan untuk menghasilkan persamaan yang
diinginkan(bukan persamaan formasi sendiri) dan ditemani panas standard
dari suatu persamaan reaksi yang ditulis untuk tujuan ini selalu
memasukkan indikasi dari bentuk fisik dari masing masing reaktan dan
produk. Contohnya huruf g,l, atau s ditempatkan dalam tanda kurung setelah
rumus reaksi untuk menunjukkan apakah itu gas, cairan atau solid. Ini
mungin terlihat tidak begitu penting sejak jenis kimia murni pada
temperature khusus dan 1 bar biasanya dapat exist hanya dalam satu
bentuk fisik. Bagaimanapun juga,bentuk samar sering diasumsikan sebaik
baiknya.

Mengingat reaksi CO2(g) + H2 (g) ---------- CO(g) + H2O(g) pada 25oC.


Reaksi perubahan air – gas ini biasanya ditemui dalam industry kimia,
terlebih dahulu mengambil tempat hanya pada temperature di atas 25o C.
Bagaimanapun juga, data yang digunakan pada 25o , dan langkah awal
dalam bberbagai perhitungan dari pengaruh panas menyangkut dengan
reaksi ini untuk mengevaluasi reaksi panas standard dari 25o C.
Berhubungan dengan reaksi pembentukan dan panas pembentukan mereka
dari tabel C4 adalah :

CO2 (g) : C(s) + O2(g) ∆Hof298 = -393,5091 J

H2 (g) : karena hydrogen merupakan sebuah element ∆Hof298 = 0

CO(g) : C(s) 1/2O2----------CO ∆H of298= - 110,525


J

H2O(g) : H2 (g) + ½ O2(g) ---------- H2O (g) ∆Hof298 =


-241,8181 J

Karena reaksi sebenarnya mewakili seluruh bentuk gas pada temperature


tinggi, convenience mengindikasikan bahwa bentuk standard untuk semua
produk dan reaktan pada 25 oC dapat diambil sebagai bentuk ideal gas pada
1 bar, meskipun air tidak bisa exist sebagai gas pada kondisi tersebut.

Menuliskna reaksi pembentukan sehingga jumlah yield mereka ,


reaksi yang diinginkan, memerlukan reaksi pembentukan untuk CO2 dap[at
dituliskan sebaliknya; panas dari reakis kemudian berkebalikan tanda
menuju ke panas pembentukan.
Halaman 135

CO2(g)  C(s) + O2(g) ΔHo298 = 393,509 J

C(s) + ½ O2(g)  CO(g) ΔHo298 = -110,525 J

H2(g) + ½ O2(g)  H2O(g) ΔHo298 = -241,818 J

CO2(g) + H2(g)  CO(g) + H2O(g) ΔHo298 = 41,166 J

Maksud dari hasil ini adalah entalpi dari 1 mol CO2 ditambah 1 mol H2O lebih
besar daripada entalpi dari 1 mol CO2 ditambah 1 mol H2 yang 41,616 Jketika
setiap produk dan reaktan merupakan gas murni pada suhu 25oC dan dalam
keadaan gas ideal pada 1 bar.

Pada contoh ini, panas pembentukan standard dari H2O tersedia untuk
keadaan hipotetis standardnya sebagai gas pada suhu 25oC. Sebagai fakta,
hasil untuk kedua keadaan diberikan pada tabel C.4 karena keduanya sering
digunakan. Hal ini benar untuk banyak ikatan yang secara normal berbentuk
cairan pada suhu 25oC dan keadaan tekanan standard. Banyak kasus yang
timbul, bagaimanapun, yang mana hasil diberikan hanya untuk keadaan
standard sebagai cairan adau sebagai ideal gas ketika apa yang dibutuhkan
adalah hasil yang lain. Perkirakan bahwa ini adalah kasus untuk contoh
terdahulu dan hanya panas pembentukan standard dari H2O cair yang
diketahui. Sekarang kita harus memasukkan persamaan untuk perubahan
fisik yang mengubah air dari keadaan standard sebagai liquid menuju
keadaan standard sebagai gas. Perubahan entalpi untuk proses fisik adalah
perbedaan antara panas pembentukan air dalam dua keadaan standard :

-241,818 – (-285,830) = 44,012 J

Hal ini merupakan perkiraan panas penguapan laten dari air pada suhu 25oC.
Urutan langkah sekarang adalah:

CO2(g)  C(s) + O2(g) ΔHo298 = 393,509 J

C(s) + ½ O2(g)  CO(g) ΔHo298 = -110,525 J

H2(g) + ½ O2(g)  H2O(l) ΔHo298 = -285,830 J

H2O(l)  H2O(g) ΔHo298 = 44,012 J

CO2(g) + H2(g)  CO(g) + H2O(g) ΔHo298 = 41,166 J

Hasil ini merupakan persetujuan dari hasil asli


Halaman 136

Halaman 137
Halaman 138

Untuk reaksi standard, produk dan reaktan selalu beada di kondisi


tekanan standard 1 bar. Oleh karena itu, entalpi kondisi standard hanya
mrupakan fungsi dari temperatur, dan oleh persamaan (2.21):
dH iO = C PiO dT

dimana subscript i menunjukkan sebuah produk atau reaktan tertentu.


Bila dikalikan dengan vi dan semua produk dan reaktan dijumlahkan
diperoleh:

∑v dH
i
i i
O
= ∑vi C PiO dT
i

Karena vi sebuah konstanta, maka dapat diletakkan di dalam


persamaan diferensial:

∑ d ( v H ) = d ∑v H
i
i i
O

i
i i
O
= ∑vi C PiO dT
i

Sebutan dari ∑v H i i i
O
adalah panas reaksi standard, yang didefinisikan
oleh pers.(4.14) sebagai ∆H O . Perubahan kapasitas perubahan panas reaksi
didefinisikan sama seperti:
∆C PO ≡ ∑vi C PiO (4.16)
i

Sebagai hasil dari definisi tersebut, persamaan sebelumnya menjadi:


d∆H O = ∆C PO dT (4.17)
Ini adalah persamaan fundamental yang berhubungan dengan panas
reaksi terhadap temperatur. Diberikan integrasi:
T
∆C PO
∆H O = ∆H 0O + R ∫ dT (4.18)
To
R

dimana ∆H O dan ∆H 0O merupakan panas reaksi pada temperature T


dan temperature referensi T0. Jika temperatur bergantung pada kapasitas
panas dari setiap produk dan reaktan yang diberikan oleh persamaan (4.4),
kemudian integral diberikan secara analog oleh pers.(4.7)( τ = T / TO ):

∆C PO ∆D  τ − 1 
T
∆B 2 2 ∆C 3 3
(
∫To R dT = ( ∆A)TO (τ − 1) + 2 TO τ − 1 + 3 TO τ − 1 + TO  τ  (4.19) ) ( )

dimana menurut definisi, ∆A ≡ ∑vi Ai


i

dengan definisi analog untuk ΔB, ΔC, dan ΔD.


Sebuah hasil formulasi alternatif ketika sebuah perubahan kapasitas
panas reaksi rata-rata didefinisikan dalan analogi dengan pers (4.8):

( ∆C )O
P H
= ∆A +
∆B
TO (τ + 1) +
∆C 2 2 ∆D
TO τ + τ + 1 + 2 ( ) (4.20)
R 2 3 τTO
persamaan (4.18) kemudian menjadi:

∆H O = ∆H 0O + ( ∆C PO ) H ( T − TO ) (4.21)
Halaman 139

Sisi kanan dari Persamaan 4.19 memberikan fungsi untuk evaluasi integral
yang sebenarnya merupakan bentuk yang sama seperti pada persaman 4.7.
Salah satunya berasal dari penggantian sederhana Cp dengan Δ C°p dan dari
A dsb oleh Δ A dsb. Program komputer yang sama untuk itu mempermudah
untuk penilaian tiap integral. Perbedaannya hanya terdapat pada nama

T
∆C p
fungsi: ∫ dT = IDCPH (T 0, T ; DA , DB , DC , DD
T0
R

di mana “D” menyatakan “Δ”.

Sebagaimana fungsi MCPH ditegaskan untuk menggambarkan (Cp)H / R


, maka fungsi MDCPH secara analogi ditegaskan untuk menyatakan (ΔC°p)H /

∆C p
R; sehingga H
= MDCPH (T 0, T ; DA , DB , DC , DD )
R

Halaman 140

Halaman 147

Pada contoh-contoh yang telah lalu dari reaksi di mana terjadi pada sekitar 1
bar, secara implisit kita telah mengasumsikan bahwa efek dari reaksi adalah
sama baik untuk campuran gas maupun gas murni, sebuah prosedur yang
dapat diterima untuk tekanan rendah. Untuk reaksi dengan tekanan tinggi,
ini mungkin bukan kasus yang terjadi, dan ini mungkin membutuhkan untuk
menghitung efek tekanan dan pencampuran pada panas reaksi.
Bagaimanapun juga, efek ini biasanya kecil.

You might also like