Professional Documents
Culture Documents
Halaman 122
BAB 4
Efek Panas
Perpindahan panas merupakan salah satu dari operasi yang paling sering
digunakan dalam industry kimia. Perhatikan, sebagai contoh, pembuatan
ethylene glycol (salah satu zat anti beku) dengan cara oksidasi ethylene ke
ethylene glycol dan kemudian hidrasi ke glycol. Reaksi oksidasi katalitik
paling efektif ketika dilakukan pada suhu dekat dengan 250 0C. Reaktannya,
ethylene dan udara, dipanaskan ke temperatur tersebut sebelum masuk ke
reactor. Untuk mendesain preheater, harus diketahui berapa panas yang
dipindahkan. Reaksi pembakaran ethylene dengan oksigen di dalam katalis
cenderung menaikkan temperatur. Bagaimanapun, panas dipindahkan dari
reactor, dan temperatur tidak naik terlalu tinggi di atas 250 oC. Temperatur
lebih tinggi dapat menghasilkan CO2, produk yang tidak diinginkan. Desain
dari reactor membutuhkan pengetahuan tentang banyaknya perpindahan
panas, dan ini tergantung pada efek panas yang berhubungan denga reaksi
kimia. Produk ethylene oxide dihidrasi ke glycol dengan absorpsi di dalam
air. Panas berkembang tidak hanya karena perubahan fase dan proses
pelarutan, namun juga karena reaksi hidrasi antara ethylene oxide dan air
yang terlarut. Akhirnya, glycol didapatkan kembali dari air dengan cara
distilasi, sebuah proses penguapan dan pengembunan, yang menghasilkan
terpisahnya larutan ke komponennya.
U =U (T , V )
∂U ∂U
Dimana, dU = ( )V dT + ( ) T dV
∂T ∂V
∂U
dU = CV dT + ( ) T dV
∂V
Istilah akhir mungkin diatur sama dengan nol dalam dua keadaan :
T2
dan ∆U = ∫ CV dT (4.1)
T1
T2
Q = ∆U = ∫ CV dT
T1
H = H (T , P )
∂H ∂H
Dimana dH = ( ) T dT + ( ) T dP
∂T ∂P
Sebagai hasil dari Pers.(2.20) ini menjadi :
∂H
dH = C P dT + ( ) T dP
∂P
Lagi, dua keadaan membolehkan istilah terakhir untuk diatur sama dengan
nol :
Halaman 124
Pada kasus yang lain; dH = CP dT
T2
Dan ∆H = ∫C
T1
P dT
(4.2)
Q = ∆H = ∫C
T1
P dT
(4.3)
Secara umum dalam keteknikan aplikasi dari persamaan ini adalah untuk
aliran transfer panas yang steady-state.
Hasil dari integral untuk pers. (4.3) memberikan syarat bahwa suhu
tergantung pada kapasitas panas. Hal ini biasanya diberikan pada
persamaan empiris, dan dua bentuk rumus secara umum dapat ditulis:
CP CP
= α + βT + γT2 dan = a + bT + cT-
R R
2
Di mana α,β, dan γ dan a, b, dan c adalah konstanta dari partikel zat.
Dengan pengecualian dari waktu yang lalu, persamaan ini merupakan
bentuk yang sama. Oleh karena itu kami menggabungkan dua rumus
tersebut untuk membuat bentuk yang sederhana:
CP
= A + BT + CT2 + DT-2
R
(4.4)
Dimana C dan D adalah nol, tergantung pada pertimbangan zat. Oleh karena
perbandingan CP/R tidak berdimensi, satuan dari CP diatur oleh pemilihan R.
Seperti ditunjukkan pada chapter 6, untuk gas, hal ini merupakan
kapasitas panas dari gas ideal, dibandingkan dengan kapasitas panas secara
nyata; hal ini digunakan pada penilaian dari banyak propeti termodinamika
seperti entalpi. Alasannya adalah penilaian property termodinamika sering
digunakan dan diselesaikan dengan dua tahap. Pertama, menghitung nilai
untuk anggapan keadaan gas ideal di mana kapasitas panas gas ideal
digunakan. Kedua, mengoreksi nilai keadan gas ideal menjadi nilai gas
nyata. Suatu gas yangsebenarnya menjadi ideal pada limit P→ 0; dan jika ini
dianggap hanya tertinggal keadaan idealnya ketika ditekan ke tekanan
tertentu. Tahap ini akan menghasilkan kondisi gas yang ideal. Gas-gas pada
tahap yang ideal memiliki property yang mencerminkan kondisi dirinya
sebagai gas nyata. Kapasitas panas gas ideal (digambarkan oleh CPig dan CVig)
memiliki perbedaan untuk tiap-tiap gas yang berbeda. Meskipun fungsi suhu
tidak bergantung pada tekanan.
Halaman 125
Nilai parameter diberikan dalam table C.1 appendiks C untuk sejumlah gas
organic dan anorganik yang sering dijumpai. Persamaan yang lebih akurat
dan lebih komplek ditemukan dalam literature.
Sebagai hasil dari persamaan (3.18), dua kapasitas panas gas ideal
mempunyai hubungan:
Cvig C ig
= p -1 (4.5)
R R
Cvig
Temperatur dependence dari mengikuti dari temperature dependence
R
C ig ig
dari p
Pengaruh suhu pada Cvig atau C p ditentukan dengan percobaan,
R
paling sering dihitung dengan metode mekanika statistic dari data
spektroskopis dan pengetahuan struktur molecular. Dimana data
eksperimental tidak tersedia, metode estimasi digunakan, sebagaimana
digambarkan oleh Reid, Prausnitz dan Poling.
Meskipun kapasitas panas gas ideal tepat benar untuk gas nyata
hanya pada tekanan nol, penyimpangan gas nyata dari idealnya jarang
ig
berarti pada tekanan di bawah beberapa bar, dan disini Cvig dan C p biasanya
merupakan perkiraan yang bagus untuk kapasitas panas.
Halaman 126
ig ig ig
di mana C PA , C PB , dan C PC adalah kapasitas panas dari A, B, dan C dalam
bentuk gas ideal.
(4.7)
Dimana
Karena
(4.9)
(4.10)
Halaman128
Fungsi tersebut dinamakan ICPH, dan nilai-nilai dalam tanda kurung adalah
variabel T0 dan T, diikuti oleh parameter A, B, C, dan D. Ketika nilai-nilai ini
ditandai dengan nilai-nilai numerik, angka-angka tersebut menunjukkan nilai
untuk integral. Oleh karena itu, untuk evaluasi dari Q pada Contoh Soal 4.2:
Q = 8,314 × ICPH (533 ,15 ,873 ,15 ;1,702 ,9,081 E −3,−2,164 E −6,0,0) =19 .778 J
(Cp)H
= MCPH(T0,T;A,B,C,D)
R
Halaman 129
Ketika sebuah zat murni dicairkan dari keadaan padat atau diuapkan dari
cairan pada tekanan konstan, tidak ada perubahan dalam temperatur yang
terjadi; bagaimanapun, proses tersebut membutuhkan transfer dari sejumlah
(terbatas) panas kedalam zat.
Halaman 130
Efek panas ini disebut panas latent dari peleburan dan panas latent dari
penguapan. Sama halnya dengan, perpindahan panas mengiringi perubahan
substansi dari fase solid ke fase lain sebagai contoh penyerapan panas
dimana perubahan kristal sulfur rhombic ke struktur monoclinic pada
keadaan 95 C dan 1 bar adalah 360 J untuk setiap gram atom.
Keistimewaan karakteristik dari semua proses ini adalah dua fase yang
saling berdampingan. Menurut hukum fase, sistem dua fase terdiri dari
spesies tunggal yang tidak bervariasi dan properti intensifnya didapatkan
dari spesifikasi satu properti tunggal saja. Maka panas latent yang mengikuti
perubahan fase adalah hanya fungsi temperatur, dan itu dihubungkan pada
properti sistem yang lain oleh persamaan thermodinamik:
d P sat
∆H = T ∆V (4.11)
dT
Halaman 131
Halaman 132
4.3 PANAS STANDART DARI REAKSI
Efek panas yang telah dibicarakan sejauh ini adalah mengenai proses fisik.
Reaksi kimia diikuti dengan panas yang ditransfer atau perubahan
temperatur selama reaksi, dilain kasus oleh keduanya. Efek ini merupakan
hasil dari perbedaan di molecular structure dan dari energi produk dan
reaktan.contohnya, reaktan di reaksi pembakaran menunjukkan energi yang
lebih besar di jumlahnya daripada produknya dan energi ini harus
dipindahkan ke lingkungan sebagai panas atau memproduksi produk di
temperatur tinggi.
Q = ∆H
Maka panas yang diabsorbed dari air identik dengan perubahan entalpi yang
diakibatkan dari reaksi pembakaran, dan praktek universal untuk mendesain
perubahan entalpi dari reaksi H sebagai panas dari reaksi.
aA + bB → lL + mM
Halaman 133
Ketika panas reaksi telah diberikan untuk suatu reaksi, panas reaksi
disertakan untuk koefisien stoikiometri begitu ditulis. Jika setiap koefisien
stoikiometri digandakan,panas reaksi juga ikut digandakan. Sebagai
contoh,Reaksi Sintesis Ammonia dapat ditulis :
½N2 + 3
/2H2 ------ NH3 ΔH0298 = -46,110 J
Simbol ΔH0298 menunjukan bahwa panas reaksi itu standar untuk temperatut
298.15 K (250C).
Tabulasi data pada panas reaksi standar untuk semua bilangan yang sangat
besar pada reaksi yang mungkin merupakan keadaan yang nyata.
Untungnya,panas standar untuk setiap reaksi dapat dihitung jika panas
pembentukan standar dari komponen yang ambil bagian dalam reaksi
diketahui. Sebuah reaksi pembentukan didefinisikan sebagai reaksi yang
membentuk suatu komponen dari konstituen elemen komponen itu sendiri.
Sebagai contoh, reaksi C + ½O2→CH3OH merupakan reaksi pembentukan
untuk metanol. Reaksi H2O + SO3→H2SO4 bukan merupakan reaksi
pembentukan,karena terbentuknya sam sulfat bukan dari elemen tetapi dari
komponen lain. Reaksi pembentukan dipahami sebagai reaksi untuk
menghasilkan pembentukan 1 mol dari komponen;panas pembentukan
didasarkan pada 1 mol komponen yang terbentuk.
Halaman 134
Panas dari suatu reaksi pada semua temperature dapat dihitung dari
data kapasitas panas ketika nilai dari satu temperature telah diketahui;
pengolahan dari suatu data dapat dturunkan ke kompilasi dari panas
standard dari suatu formasi pada temperatur tunggal. Pilihan yang lazim
untuk temperature ini adalah 298.15 K atau 25 oC. Panas standard dari
suatu formasi pembentukan pada temperature ini ditunjukkan oleh ∆Hf 298.
Symbol derajat mengindikasikan nilai standard, subscript f menunjukkan
bahwa ini merupakan panas suatu formasi, dan 298 adalah temperature
absolute dalam kelvins. Tabel dari nilai tersebut untuk substans umum
dapat ditemukan dalam standard hand book, tetapi kompilasi ada dalam
reference work yang khusus. Sebuah data nilai abridged diberikan pada tabel
C.4 dari app. C.
Maksud dari hasil ini adalah entalpi dari 1 mol CO2 ditambah 1 mol H2O lebih
besar daripada entalpi dari 1 mol CO2 ditambah 1 mol H2 yang 41,616 Jketika
setiap produk dan reaktan merupakan gas murni pada suhu 25oC dan dalam
keadaan gas ideal pada 1 bar.
Pada contoh ini, panas pembentukan standard dari H2O tersedia untuk
keadaan hipotetis standardnya sebagai gas pada suhu 25oC. Sebagai fakta,
hasil untuk kedua keadaan diberikan pada tabel C.4 karena keduanya sering
digunakan. Hal ini benar untuk banyak ikatan yang secara normal berbentuk
cairan pada suhu 25oC dan keadaan tekanan standard. Banyak kasus yang
timbul, bagaimanapun, yang mana hasil diberikan hanya untuk keadaan
standard sebagai cairan adau sebagai ideal gas ketika apa yang dibutuhkan
adalah hasil yang lain. Perkirakan bahwa ini adalah kasus untuk contoh
terdahulu dan hanya panas pembentukan standard dari H2O cair yang
diketahui. Sekarang kita harus memasukkan persamaan untuk perubahan
fisik yang mengubah air dari keadaan standard sebagai liquid menuju
keadaan standard sebagai gas. Perubahan entalpi untuk proses fisik adalah
perbedaan antara panas pembentukan air dalam dua keadaan standard :
Hal ini merupakan perkiraan panas penguapan laten dari air pada suhu 25oC.
Urutan langkah sekarang adalah:
Halaman 137
Halaman 138
∑v dH
i
i i
O
= ∑vi C PiO dT
i
∑ d ( v H ) = d ∑v H
i
i i
O
i
i i
O
= ∑vi C PiO dT
i
Sebutan dari ∑v H i i i
O
adalah panas reaksi standard, yang didefinisikan
oleh pers.(4.14) sebagai ∆H O . Perubahan kapasitas perubahan panas reaksi
didefinisikan sama seperti:
∆C PO ≡ ∑vi C PiO (4.16)
i
∆C PO ∆D τ − 1
T
∆B 2 2 ∆C 3 3
(
∫To R dT = ( ∆A)TO (τ − 1) + 2 TO τ − 1 + 3 TO τ − 1 + TO τ (4.19) ) ( )
( ∆C )O
P H
= ∆A +
∆B
TO (τ + 1) +
∆C 2 2 ∆D
TO τ + τ + 1 + 2 ( ) (4.20)
R 2 3 τTO
persamaan (4.18) kemudian menjadi:
∆H O = ∆H 0O + ( ∆C PO ) H ( T − TO ) (4.21)
Halaman 139
Sisi kanan dari Persamaan 4.19 memberikan fungsi untuk evaluasi integral
yang sebenarnya merupakan bentuk yang sama seperti pada persaman 4.7.
Salah satunya berasal dari penggantian sederhana Cp dengan Δ C°p dan dari
A dsb oleh Δ A dsb. Program komputer yang sama untuk itu mempermudah
untuk penilaian tiap integral. Perbedaannya hanya terdapat pada nama
T
∆C p
fungsi: ∫ dT = IDCPH (T 0, T ; DA , DB , DC , DD
T0
R
∆C p
R; sehingga H
= MDCPH (T 0, T ; DA , DB , DC , DD )
R
Halaman 140
Halaman 147
Pada contoh-contoh yang telah lalu dari reaksi di mana terjadi pada sekitar 1
bar, secara implisit kita telah mengasumsikan bahwa efek dari reaksi adalah
sama baik untuk campuran gas maupun gas murni, sebuah prosedur yang
dapat diterima untuk tekanan rendah. Untuk reaksi dengan tekanan tinggi,
ini mungkin bukan kasus yang terjadi, dan ini mungkin membutuhkan untuk
menghitung efek tekanan dan pencampuran pada panas reaksi.
Bagaimanapun juga, efek ini biasanya kecil.