You are on page 1of 81

PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN PENDIDIKAN

PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN PENDIDIKAN


(Perkembangan Manajemen Pendidikan di Indonesia)

A. PENDAHULUAN
Lembaga Pendidikan adalah merupakan suatu wadah lembaga yang menghantarkan seseorang
kedalam alur berfikir yang teratur dan sistematis. Dalam pengertiannya Pendidikan adalah
“usaha sadar dan direncanakan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara”.[1] Dalam pelaksanaannya sebuah lembaga
pendidikan kerap-kali dihadapkan pada problem-problem sistem pembelajaran, mulai dari
penyiapan sarana dan prasarana, materi, tujuan bahkan sampai pada penyiapan proses.
Dalam perkembangannya lembaga pendidikan sebagai sebuah lembaga yang bergerak dibidang
non-profit oriented, memaksa pelaksana pendidikan menggunakan teori-teori yang sebelumnya
sudah berkembang dalam dunia ekonomi. Maka tak heran ketika kita mendengar adanya teori
manajemen pendidikan, yang pada dasarnya itu diambil dari teori-teori manajemen dalam dunia
bisnis. Bukan berarti setelah meminjam teori manajemen ekonomi sebuah lembaga pendidikan
menjadi komersial, tetapi semata-mata hanyalah digunakan sebagai landasan yang sistematis
untuk mengelola sebuah lembaga pendidikan. Sehingga hasilnya pun tidak bisa seperti yang
diharapkan kalau seseorang menerapkan teori manajemen dalam bidang bisnis.
Dari kondisi yang semacam itulah, maka kita sebagai seorang yang nantinya akan mengemban
amanah untuk megembangkan potensi anak didik (manusia) dalam dunia pendidikan sesuai yang
diharapkan dari makna pendidikan itu sendiri, setidaknya memahami bagaimana proses
sebenarnya terntang perkembangan teori manajemen yang dikembangkan dalam dunia
pendidikan. Oleh sebab itu apa yang kami sampaikan dalam tulisan ini adalah mengenai
perkembangan teori manajemen dari masa klasik sampai masa kontemporer yang nantinya akan
kita oleh dalam dunia pendidikan.

B. LANDASAR TEORI
1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mempelajari Perkembangan Teori Manajemen Pendidikan diharapkan mahasiswa dapat
memahami :
a. Apa sebenarnya arti teori, manajemen, dan Administrasi.
b. Mengerti perkembangan teori manajemen mulai dari masa klasik, kuno, dan kontemporer.
c. Bagaimana teori manajemen yang telah dikembangkan dalam dunia pendidikan

2. DESKRIPSI MATERI
Untuk memahami perkembangan teori manajemen pendidikan, kita terlebih dahulu harus
mengenal apa itu teori dan apa itu manajemen serta bagaimana perkembangan teori manajemen.
a. Pengertian Teori
Ada beberapa pengertian teori, antara lain dikemukakan oleh Hoy & Miskel (1987 : 2) “Theory
is a set of interrelated concepts, assumptions, and generalizations that systematically describes
and explains regularities in behavior in educational organizations”. (Teori adalah seperangkat
konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan
perilaku dalam berbagai organisasi pendidikan.)
Sedangkan Drs. Mamduh M. Hanafi, MBA. Menjelaskan bahwa Teori merupakan kumpulan
prinsip-prinsip (principles) yang disusun secara sistematis. Prinsip tersebut berusaha menjelaskan
hubungan-hubungan antara fenomena-fenomena yang ada.[2]
Sebagai contoh, anda mengamati bahwa tanah disekitar gunung berapi merupakan tanah yang
subur. Ada dua fenomena yang barangkali berkaitan : tanah yang subur dan gunung berapi. Anda
melangkah lebih lanjut dan mengambil kesimpulan : gunung berapi yang menyebabkan tanah
menjadi subur, tentu anda tidak mungkin mengambil kesimpulan yang sebaliknya, tanah subur
menyebabkan gunung berapi. Anda satu langkah lebih maju, kemudian orang lain mengamati
bahwa ada tanah yang subur meskipun tidak berada didekat gunung berapi. Dengan “bukti” yang
baru tersebut anda melakukan pengamatan lebih lanjut. Anda sampai pada kesimpulan baru
bahwa, bukan gunung berapi itu sendiri yang membuat tanah subur, melainkan zat yang
dikeluarkan gubung berapi yang anda namakan humus. Anda memperbaiki kesimpulan anda
menjadi “humus bisa membuat tanah menjadi subur”. Anda sudah membuat teori. Selanjutnya,
anda bisa membuat prediksi, kalau tanah diberi humus, tanah tersebut menjadi subur.
Misalkan ada seorang petani yang menginginkan tanahnya menjadi subur, anda mempunyai teori
humus. Maka anda menyarankan tanah petani tersebut diberi humus biar subur. Jika petani
tersebut tidak tahu teori humus, dia akan mencoba-coba cara agar tanah menjadi subur, pertama,
mungkin dengan sesajian, kedua, mungkin dengan membeli traktor. Petani tersebut telah
melakukan coba-coba (trial and error) yang kurang effisien. Dengan demikian teori bisa
meminimalkan coba-coba, dan mengefisienkan kerja kita, dengan asumsi teori tersebut benar.
Selanjutnya Hoy & Miskel (1987 : 2) mengemukakan bahwa komponen teori itu meliputi konsep
dan teori. A concept is a term that has been given an abstract, generalized meaning. Konsep
merupakan istilah yang bersifat abstrak dan bermakna generalisasi. Contoh konsep dalam
administrasi adalah leadership (kepemimpinan), satisfaction (kepuasan) dan informal
organization (organsasi informal). Sedangkan asumsi merupakan pernyataan diterima
kebenarannya tanpa pembuktian. An assumption, accepted without proof, are not necessarily
self-evident. Berikut ini diberikan contoh asumsi dalam adminitrasi pendidikan.
1. Adminitrasi merupakan generalisasi tentang perilaku semua manusia dalam organisasi
2. Administrasi merupakan proses pengarahan dan pengendalian kehidupan dalam organisasi
sosial.

b. Kegunaan (Fungsi) Teori


Menurut Prof. Dr. Soegiyono, M.Ed.[3] dikemukakan bahwa Teori dalam
administrasi/manajemen mempunyai peranan yang sama dengan teori yang ada dalam ilmu
fisika, kimia atau biologi; yaitu berfungsi untuk menjelaskan dan panduan dalam penelitian.
Teori sebagai bagian dari ilmu berfungsi untuk menjelaskan (explanation)
memprediksi/meramalkan (prediction) dan mengendalikan (controll). Sebagai contoh, mengapa
besi kalau kena panas memuai? Kalau besi kena panas 100oC, berapa mm akan memuai? Kalau
besi kena panas memuai bagaimana bentuk sambungan rel kereta api? Pernyataan pertama
dijawab dengan teori yang berfungsi menjelaskan, pertanyaan kedua dijawab dengan teori yang
berfungsi meramalkan, dan pertanyaan ketiga dijawab dengan tori yang berfungsi
kontrol/pengendalian. (jawaban pertanyaan ketiga adalah bentuk sambungan dibuat tidak rapat).
Sedangkan Dalam administrasi/manajemen pendidikan, teori secara spesifik berguna untuk
menentukan cara atau strategi agar pendidikan dapat dikelola secara efektif dan efisien. Dengan
teori, maka akan dapat ditemukan cara yang tepat untuk mengelola sumber daya, cara yang
termudah dalam mengerjakan pekerjaan, dana yang termurah untuk membiyai pekerjaan, waktu
yang tersingkat untuk melaksanakan pekrjaan, alat yang tepat untuk memperingan beban dan
memperpendek jarak dalam melaksanakan pekerjaan.
c. Pengertian Manajemen / Administrasi
Ada kaitan erat antara oraganisasi, administrasi, dan manajemen. Organisasi adalah sekumpulan
orang dengan ikatan tertentu yang merupakan wadah untuk mencapai cita-cita mereka, mula-
mula mereka mengintegrasikan sumber-sumber materi maupun sikap para anggota yang dikenal
sebagai manajemen dan akhirnya barulah mereka melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk
mencapai cita-cita tersebut. Baik manajemen maupun melaksanakan kegiatan itu disebut
administrasi.[4]
Pengertian administrasi dengan pengertian manajemen masih kelihatan tidak terpisah secara
jelas. Ada yang mengatakan administrasi sebagai cara kerja pemerintahan dengan fungsi
merencanakan, mengorganisasi, dan memimpin.[5] Ada pula ahli yang menyebut administrasi
sebagai pengarah yang efektif sementara manajemen dikatakannya sebagai pelaksana yang
efektif.[6]
Sementara itu Mamduh mendefinisikan Manajemen sebagai “sebuah proses merencanakan,
mengorganisir, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi
dengan menggunakan sumberdaya organisasi”.[7]
Definisi tersebut mencakup beberapa kata/pengertian kunci, yaitu :
Ø Proses yang merupakan kegiatan yang direncanakan;
Ø Kegiatan merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan mengendalikan yang sering
disebut sebagai fungsi manajemen;
Ø Tujuan organisasi yang ingin dicapai melalui aktifitas tersebut;
Ø Sumberdaya organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Sedangkan William H Newman (1951) mendefinikan Administrasi dapat dipahami sebagai
pembimbingan, kepemimpinan dan pengawasan usaha-usaha suatu kelompok orang-orang ke
arah pencapaian tujuan bersama.[8] Sementara itu Sondang P. Siagian (1985;2) mengatakan
bahwa administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan daripada keputusan yang telah
diambil dan pelaksanaan itu pada umumnya dilakukan oleh dua orang manusia atau lebih untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.[9]
Dalam dunia pendidikan, manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-
sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan
sebelumnya. Dipilih manajeman sebagai aktivitas agar seorang kepala sekolah bisa berperan
sebagai administrator dalam mengemban misi atasan, sebagai manajer dalam memadukan
sumber-sumber pendidikan dan sebagai supervisor dalam membina guru-guru pada proses
belajar mengajar.[10]

d. Pengertian Teori Manajemen


Setelah dijabarkan tentang pengertian teori dan manajemen, maka selanjutnya bagaimana peran
dan karakteristik dari teori manajemen itu sendiri. Teori manajemen mempunyai peran (role)
atau membantu menjelaskan perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas,
dan kepuasan (satisfaction). Sedang karakteristik dari teori manajemen secara garis besar
menurut Dr. Nanang Fattah,[11] dapat dinyatakan : 1) mengacu pada pengalaman empirik, 2)
adanya keterkaitan antara satu teori dengan teori lain, 3) mengakui kemungkinan adanya
penolakan.
Didalam proses manajemen digambarkan fungsi-fungsi manajemen digambarkan fungsi-fungsi
manajemen secara umum (general) yang ditampilkan ke dalam perangkat organisasi dan mulai
dikenal sebagai teori manajemen klasik. Selanjutnya berkembang teori manajemen neoklasik dan
teori manajemen modern, sebagaimana digambarkan dalam penjabaran berikut ini.

3. PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN


Perkembangan teori manajemen dapat dikelompokkan dalam periode Teori Manajemen Kuno,
Teori Manajemen Klasik (1890-an), The Behavioral School (1910-an), The Quantitative School
(1940-an), Teori Pendekatan Sistem (1950an), Neo-Human Relation (1950-an), Teori
Kontingensi (1970an).[12] Lebih lanjut akan di paparkan sebagai berikut :

(1) Teori Manajemen Kuno;


Sebelum manajemen dijadikan teori secara tersetruuktur, maka pada zaman kuno sudah muncul
teori-teori manajemen sebagaimana dimaksud; yang ini disebut teori manajemen kuno. Sampai
dengan tingkat tertentu, manajemen telah dipraktekkan oleh masyarakat kuno. Sebagai contoh,
bangsa Mesir bisa membuat piramida. Bangunan yang cukup kompleks yang hanya bisa
diselesaikan dengan koordinasi yang baik. Kekaisaran Romawi mengembangkan struktur
organisasi yang jelas, dan sangat membantu komunikasi dan pengendalian.
Meskipun manajemen telah dipraktekkan dan dibicarakan di jaman kuno, tetapi kejadian
semacam itu relatif sporadis, dan tidak ada upaya yang sistematis untuk mempelajari manajemen.
Karena itu manajemen selama beberapa abad kemudian “terlupakan”.
Pada akhir abad 19-an, perkembangan baru membutuhkan studi manajemen yang lebih serius.
Pada waktu industrialisasi berkembang pesat, dan perusahaan-perusahaan berkembang menjadi
perusahaan raksasa.

(2) Teori Manajemen Klasik;


a) Teori Manajemen Klasik
Ø Robert Owen (1771-1858)
Owen berkesimpulan bahwa manajer harus menjadi pembaharu (reformer). Beliau melihat
peranan pekerja sebagai yang cukup penting sebagai aset perusahaan. Pekerja bukan saja
merupakan input, tetapi merupakan sumber daya perusahaan yang signifikan. Ia juga
memperbaiki kondisi pekerjanya, dengan mendirikan perumahan (tempat tinggal) yang lebih
baik. Beliau juga mendirikan toko, yang mana pekerjanya tidak kesusahan dan dapat membeli
kebutuhan dengan harga murah. Ia juga mengurangi jam kerja dari 15 jam menjadi 10,5 jam, dan
menolah pekerja dibawah umur 10 tahun.
Owen berpendapat dengan memperbaiki kondisi kerja atau invertasi pada sumber daya manusia,
perusahaan dapat meningkatkan output dan juga keuntungan. Disamping itu Owen juga
memperkenalkan sistem penilaian terbuka dan dilakukan setiap hari. Dengan cara seperti itu
manajer diharapkan bisa melokalisir masalah yang ada dengan cepat.
Ø Charles Babbage (1792-1871)
Babbage merupakan profesor matematika di Inggris. Dengan metode kuantitatifnya beliau
percaya :
1) Bahwa prinsip-prinsip ilmiah dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi produksi,
produksi naik biaya operasi turun
2) Pembagian Kerja (division of labor); dengan ini kerja/operasi pabriknya bisa dianalisis secara
terpisah. Dengan cara semacam ini pula training bisa dilakukan dengan lebih mudah.
3) Dengan melakukan pekerjaan yang sama secara berulang-ulang, maka pekerja akan semakin
terampil dan berarti semakin efisien.

b) Teori Manajemen Ilmiah


Ø Federick Winslow Taylor (1856-1915)
Federick Taylor disebut sebagai bapak manajemen ilmiah. Taylor memfokuskan perhatiannya
pada studi waktu untuk setiap pekerjaan (time and motion study); dari sini ia mengembangkan
analisis kerja. Taylor kemudian memperkenalkan sistem pembayaran differential (differential
rate).
Manajemen Taylor didasarkan pada langkah atau prinsip sebagai berikut :

1. Mengambangkan Ilmu untuk setiap elemen pekerjaan, untuk menggantikan pikiran yang
didasari tanpa ilmu.

2. Mamilih karyawan secara ilmiah, dan melatih mereka untuk melakukan pekerjaan seperti yang
ditentukan pada langkah I.

3. Mengawasi karyawan secara ilmiah, untuk memastikan mereka mengikuti metode yang telah
ditentukan.

4. Kerjasama antara manajemen dengan pekerja ditingkatkan. Persahabatan antara keduanya juga
ditingkatkan

Ø Frank B. Gilberth (1868-1924) dan Lillian Gilberth (1887-1972)


Keduanya adalah suami istri yang mempunyai minat yangsama terhadap manajemen. Menurut
Frank pergerakan yang dapat dihilangkan akan mengurangi kelelahan. Semangat kerja akan naik
karena bermanfaat secara fisik pada karyawan. Sedang Lilian memberikan kontribusi pada
lapangan psikologi industri dan manajemen personalia. Beliau percaya bahwa tujuan akhir
manajemen ilmiah adalah membantu pekerja mencapai potensi penuhnya sebagai seorang
manusia.
Keduanya mengembangkan rencana promosi tiga tahap, yaitu :
Menyiapkan Promosi
Malatih Calon Pengganti
Melakukan Pekerjaan

Menurut metode tersebut, seorang pekerja akan bekerja seperti biasa, sambil menyiapkan
promosi karir, dan melatih calon penggantinya. Dengan demikian pekerja akan menjadi
pelaksana, pelajar yaitu menyiapkan karir yang lebih tinggi, dan pengajar dalam arti mengajari
dalon pengganti.
Ø Henry L. Gantt (1861-1919)
Gantt melakukan perbaikan metode sistem penggajian Taylor (differential system) karena
menurutnya metode tersebut kurang memotivasi kerja. Sistem Pengawasan (supervisor)
diterapkannya sebagai upaya untuk memacu semangat kerja karyawan. Disamping itu Gantt juga
memperkenalkan sistem penilaian terbuka yang awalnya merupakan ide Owen. Gantt chart
(bagan Gantt) kemudian populer dan gigunakan untuk perencanaan, yaitu mencatat scedul
(jadwal) pekerja tertentu.

c) Teori Manajemen Organisasi


Ø Henry Fayol (1841-1925)
Henry Fayol merupakan industrialis Prancis, ia sering disebut sebagai bapak aliran manajemen
klasik karena upaya “mensistematisir” studi manajerial. Menurut Fayol, praktek manajemen
dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pola yang dapat diidentifikasi dan dianalisis. Dan
selanjutnya analisis tersebut dapat dipelajari oleh manajer lain atau calon manajer.
Fayol adalah orang yang pertama mengelompokkan kegiatan menajerial dalam 4 fungsi
manajemen, yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3) Pengarahan, dan (4)
Pengendalian. Fayol percaya bahwa manajer bukan dilahirkan tetapi diajarkan. Manajemen bisa
dipelajari dan dipraktekkan secara efektif apabila prinsip-prinsip dasarnya dipahami.
Ø Max Weber (1864-1920)
Max Weber adalah seorang ahli sosiologi Jerman yang mengembangkan teori birokrasi.
Menurutnya, suatu organisasi yang terdiri dari ribuan anggota membutuhkan aturan jelas untuk
anggota organisasi tersebut. Organisasi yang ideal adalah birokrasi dimana aktivitas dan tujuan
diturunkan secara rasional dan pembagian kerja disebut dengan jelas. Birokrasi didasarkan pada
aturan yang rasional yang dapat dipakai untuk mendesain struktur organisasi yang jelas.
Konsep birokrasi Weber berlainan dengan pengertian birokrasi populer, dimana orang cnderung
mengartikan kata birokrasi dengan konotasi negatif, yaitu organisasi yang lamban, tidak reponsif
terhadap perubahan.

Ø Mary Parker Follet (1868-1933)


Mary Parker Follet agak berbeda sedikit dengan pendahulunya karena memasukkan elemen
manusia dan struktur organisasi kedalam analisisnya. Elemen tersebut kemudian muncul dalam
teori perilaku dan hubungan manusia. Follet percaya bahwa seseorang akan menjadi manusia
sepenuhnya apabila manusia menjadi anggota suatu kelompok. Konsekuensinya, Follet percaya
bahwa manajemen dan pekerja mempunyai kepentingan yang sama, karena menjadi anggota
organisasi yang sama.
Selanjutnya Follet mengembangkan model perilaku pengendalian organisasi dimana seseorang
dikendalikan oleh tiga hal, yaitu :
a. Pengendalian diri (dari orang tersebut);
b. Pengendalian kelompok (dari kelompok);
c. Pengendalian bersama (dari orang tersebut dan dari kelompok).

Ø Chester I Barnard (1886-1961)


Bernard mengambangkan teori organisasi, menurutnya orang yang datang keorganisasi formal
(seperti perusahaan) karena ingin mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai sendiri. Pada waktu
mereka berusaha mencapai tujuan organisasi, mereka juga akan berusaha mencapai tujuannya
sendiri. Organisasi bisa berjalan dengan efektif apabila keseimbangan tujuan organisasi dengan
tujuan anggotanya dapat terjaga.
Bernard percaya bahwa keseimbangan antara tujuan organisasi dengan individu dapat dijaga
apabila manajer mengerti konsep wilayah penerimaan (zone of acceptance), dimana pekerja akan
menerima instruksi atasannya tanpa mempertanyakan otoritas manajemen.

(3) Mazhab Prilaku (Behavioral Science);


Mazgab prilaku memandang organisasi pada hakikatnya adalah orang. Mazhab prilaku ini
memandang mzhab klasik kurang lengkap karena tidak mampu mewujudkan efisiensi produksi
yang sempurna dan keharmonisan di tempat kerja. Manusia dalam organisasi tidak selalu dapat
dengan mudah diramalkan tingkah lakunya karena sering juga tidak rasional. Karena itu para
manajer perlu dibantu dalam menghadapi manusia, antara lain dengan sosiologi dan psikologi.
Dua pelopor mazhab perilaku adalah : 1) Hugo Munsterberg (1863-1916); dan 2) Elton Mayo
(1880-1949)

(4) Mazhab Kuantitatif (The Quantitative School);


Mazhab kuantitatif terdiri dari Operation Reserach dan Management Science, dimana berkumpul
para sarjana matematika, pisik, dan sarjana eksak lainnya untuk memecahkan masalah-masalah
yang lebih ruwet. Tim sarjana ini terkenal di Inggris sesudah perang Dunia II dengan nama “OR
Team”. Mazhab ini lebih diformilkan menjadi Mazhab Ilmu Manajemen (Management Science
School). Mazhab ini mengembangkan model-model untuk memecahkan masalah-maslah
menejemen yang kompleks. Dengan memenuhi berbagai faktor sebagai variabel yang saling
berkaitan, maka dengan bantuan komputer, model itu dapat memberi pemecahan masalah yang
lebih berdasar rasional kepada para manajer dalam membuat keputusan-keputusannya.
Teknik-teknik ilmu manajemen ini banyak membantu para manajer organisasi yang benar-benar
dalam berbagai kegiatan penting , seperti dalam hal penganggaran modal dan manajemen arus
dana, penjadwalan produksi, strategi pengembangan produksi, perencanaan sumber daya
manusia, penanggulangan logistik dan penjadwalan pesawat terbang.

(5) Pendekatan Sistem (The Systems Approach);


Sistem dapat diartikan sebagai gabungan sub-sub sistem yang saling berkaitan. Organisasi
sebagai suatu sistem akan dipandang secara keseluruhan, terdiri dari bagian-bagian yang
berkaitan (sub-sistem), dan sistem/organisasi tersebut akan berinteraksi dengan lingkungan.
Model pendekatan sistem dapat digambarkan sebagai berikut[13] :
INPUT
PROSES TRANSFORMASI
OUTPUT
INTERAKSI DENGAN LINGKUNGAN
FEED
BACK

Pada proses selanjutnya pendekatan inilah yang selama ini digunakan dalam sistem manajemen
pendidikan di indonesia. Sebelum munculnya sistem pendekatan-pendekatan yang baru.

(6) Pendekatan Hubungan Manusia Baru (Neo-Human Relation);


Pendekatan ini berusaha mengintegrasikan sis positif manusia dan manajemen ilmiah.
Pendekatan ini melihat bahwa manusia merupakan makhluk yang emosional, intuitif, dan kreatif.
Dengan memahami kedudukan manusia tersebut, prinsip manajemen dapat dikembangkan lebih
lanjut. Tokoh yang dapat disebut mewakili aliran ini adalah W. Edwadr Deming, yang
mengembangkan prinsip-prinsip manajemen seperti Fayol yang berfokus pada kualitas kerja dan
hubungan antar karyawan.
Dalam perjalanannya pendekatan ini masih membutuhkan waktu untuk sampai dikatakan sebagai
aliran manajemen baru. Meskipun demikian pendekatan tersebut cukup populer baik
dilingkungan akademis maupun praktis. Ide-ide pendekatan tersebut banyak mempengaruhi
praktek manajemen saat ini

(7) Pendekatan Situasional (The Contingency Approach);


Pendekatan ini menganggap bahwa efektivitas manajemen tergantung pada situasi yang
melatarbelakanginya. Prinsip manajemen yang sukses pada situasi tertentu, belum tentu efektif
apabila digunakan di situasi lainnya. Tugas manajer adalah mencari teknik yang paling baik
untuk mencapai tujuan organisasi, dengan melihat situasi, kondisi, dan waktu yang tertentu.
Pendekatan situasional memberikan “resep praktis” terhadap persoalan manajemen. Tidak
mengherankan jika pendekatan ini dikembangkan manajer, konsultan, atau peneliti yang banyak
berkecimpung dengan dunia nyata. Pendekatan ini menyadarkan manajer bahwa kompleksitas
situasi manajerial, membuat manajer fleksibel atau sensitif dalam memilih teknik-teknik
manajemen yang terbaik berdasarkan situasi yang ada.
Namun pendekatan ini dalam perkembangannya dikritik karena tidak menawarkan sesuatu yang
baru. Pendekatan ini juga belum dapat dikatakan sebagai aliran atau disiplin manajemen baru,
yang mempunyai batas-batas yang jelas.
1970-an
The Contingency ApproachDari perkembangan teori majanemen tersebut di atas dapat dibuat
bagan sebagai berikut :

Classical Management Theories


The Behaviour School
Sebelum 1890-an
The Quantitative School
The System Approach
The Neo-Human Relations
Classical Management Theories
1890-an
1910-an
1940-an
1950-an
1950-an

Sumber : Drs. Amin Widjaja Tunggal, Ak.MBA., halaman 39

C. STUDI KASUS DI INDONESIA


1. Penerapan Manajemen dalam Pengelolaan Pendidikan di Indonesia
Ada dua hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan dunia pendidikan, yakni (1) evaluasi
pendidikan, dan (2) pemikiran untuk memfungsikan pendidikan di Indonesia. Dari dua hal ini
ketika kita tarik kedalam menejemen pendidikan yang berjalan di Indonesia, ada beberapa
fenomena menarik yang sangat menonjol dewasa ini, diantaranya ialah : a) pendidikan kita tidak
mendewasakan anak didik, b) pendidikan kita telah kehilangan objektivitasnya, c) pendidikan
kita tidak menumbuhkan pola berfikir, d) pendidikan kita tidak menghasilkan manusia terdidik,
e) pendidikan kita dirasa membelenggu, f) pendidikan kita belum mampu membangun individu
belajar, g) pendidikan kita dirasa linier-indroktinatif, h) pendidikan kita belum mampu
menghasilkan kemandirian, dan i) pendidikan kita belum mampu memberdayakan dan
membudayakan peserta didik.
Fenomena tersebut di atas, itu semua adalah tentang evaluasi dari pendidikan kita yang ada
sekarang ini. Sedangkan pemikiran untuk memfungsikan pendidikan di Indonesia dirasa selain
merupakan tuntutan kebutuhan di atas, juga dibutuhkan adanya (1) “peace education” pendidikan
yang damai / menyejukkan; (2) pendidikan yang mampu membangun kehidupan demokratik; (3)
pendidikan yang mampu menumbuhkan semangat menjunjung tinggi HAM, dan (4) pendidikan
yang mampu membangun keutuhan pribadi manusia berbudaya.
Dari persoalan tersebut diatas, jelas bahwa dunia pendidikan kita masih jauh dari nilai-nilai yang
ingin dicapai. Apa yang salah dari ini semua? Sebuah pertanyaan yang mungkin akan kita jawab
bersama sebagai manusia yang peduli terhadap dunia pendidikan. Kalau kita cermati lebih jauh,
apa yang telah diperbuat oleh lembaga pendidikan dewasa ini - yang telah dengan susah payah
menerapkan berbagai teori manajemen pendidikan yang cocok untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan – masih jauh dari harapan yang sebenarnya.
Kebijakan mulai dari CBSA (cara belajar siswa aktif) sampai sekarang yang didengung-
dengungkan dengan KBK (kurikulum berbasis kompetensi) adalah berbagai upaya dunia
pendidikan kita untuk mencerdaskan anak didiknya sesuai dengan perkembangan zaman.
Muncul lagi MBS (manajemen berbasis sekolah) adalah sebuah alternatif pemecahan yang
menginginkan pengelolaan pendidikan yang dibebankan kepada sekolah, sehingga apa yang
diinginkan suatu daerah (lembaga pendidikan) terhadap potensi anak didiknya bisa tersalurkan
dengan baik. Ini adalah sedikit tentang bagaimana sebenarnya penerapan pendidikan di
Indonesia, dn masih banyak lagi model-model yang diterapkan.
Kalau kita lihat bagaimana sebuah lembaga pendidikan menerapkan apa yang telah ada dalam
teori manajemen pendidikan, maka mungkin apa yang terjadi di atas minimal dapat terhindarkan.
Lagi-lagi itu semua karena kebijakan pendidikan kita selama ini masih sangat semrawut.
Sehingga hasil yang diharapkan dari komponen-komponen penyelenggara pendidikan antara satu
komponen dengan komponen yang lain masih sangat jauh berbeda bahkan ada yang
bertentangan.

2. Beberapa Masalah Manajemen di Indonesia


Sejak zaman orde lama, orde baru sampai sekarang zaman reformasi, sistem pendidikan Nasional
kita masih belum mempunyai perubahan yang signifikan. Persoalan pendidikan di Indonesia
dewasa ini sangat kompleks. Permasalahan yang besar antara lain menyangkut persoalan mutu
pendidikan, pemerataan pendidikan, dan manajemen pendidikan. Mengenai mutu pendidikan
menurut Paul Suparno adalah masalah mengenai kurikulum, proses pembelajaran, evaluasi, buku
ajar, mutu guru, sarana dan prasarana. Termasuk pemerataan pendidikan adalah masih
banyaknya anak umur sekolah yang tidak dapat menikmati pendidikan formal di sekolah. Sedang
persoalan manajemen pendidikan adalah menyangkut segala macam pengaturan pendidikan
seperti otonomi pendidikan, birokrasi, dan transparansi agar kualitas dam pemerataan pendidikan
dapat terselesaikan.[14]
Inilah persoalan yang besar sebenarnya, karena bagaimanapun juga ketika sebuah intitusi
pendidikan tidak mempunyai sistim manajemen pendidikan yang baik, maka dapat dipastikan
mutu pendidikannya pun bisa jadi tidak baik pula. Sebagaimana yang dirasakan dalam sistem
manajemen pendidikan kita dewasa ini, dengan munculnya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
dimungkinkan akan sedikit menjawab persoalan tersebut.
Di atas juga sudah diterangkan tentang manajemen secara umum yang itu diterapkan dalan
manajemen pendidikan kita. Seperti halnya sistem manajemen yang ditemukan oleh tokoh-tokoh
manajemen, yaitu (POAC) Planning, Organizing, Actuating, dan Controling. Adalah sistem
manajemen yang sangat luar biasa ketika itu dilakasanakan dengan sempurna.
Sistem Manajemen Pendidikan yang terjadi di Indonesia sejak zaman orde baru (yang masih
menggunakan manajemen pendidikan sentralistik) sampai kemudian muncul Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) yang sudah cenderung kepada otomisasi lembaga-lembaga pendidikan
(desentralisasi pendidikan), mempunyai arti yang sangat luas. Disamping mempunyai
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Persoalan inilah yang akan kita bahas selanjutnya.

3. Analisis Permasalahan
Sejak zaman Orde Baru telah banyak yang di capai dalam pembangunan nasional termasuk
bidang pendidikan. Kemajuan ini juga mendapat pengakuan dari seluruh dunia dengan
diberikannya penghargaan Avisiena kepada Presiden Republik Indonesia karena keberhasilan
melaksanakan wajib belajar sekolah dasar. Namun ditengah-tengah kesuksesan yang telah
dicapai tersebut masih banyak permasalahan yang perlu diselesaikan, seperti halnya
pengangguran tenaga-tenaga terdidik hasil dari sistem pendidikan kita. Disatu pihak pendidikan
kita telah melahirkan lulusan pendidikan tinggi dan menengah tetapi dilain pihak menambah
pengangguran.[15] Apalagi melihat perkembangan dunia pendidikan kedepan, tentunya harus
dipersiapkan sedini mungkin, sehingga untuk menyongsong hal tersbut ada berbagai paradigma
baru yang harus dilakukan oleh dunia pendidikan. Menurut Prof, Dr. H. Djohar, MS., ada
beberapa paradigma yang diperkirakn berdampak besar terhadap praksis pendidikan, diantaranya
: 1) paradigma pendidikan demokratis; 2) paradigma pendidikan membebaskan; 3) paradigma
pendidikan desentralistik; 4) paradigma pendidikan deverifikasi; 5) paradigma pendidikan
fleksibel; 6) paradigma pendidikan untuk siswa; 7) paradigma pendidikan konseptual; 8)
paradigma pendidikan construtivisme; dan 9) paradigma pentingnya kecerdasan spiritual.[16]
Disamping memperhatikan paradigma pendidikan tersebut di atas, ada beberapa hal penting lagi
yang perlu diperhatikan dalam sistem pendidikan itu sendiri. Sebagaimana dijelaskan oleh H.A.R
Tilaar, bahwa di dalam sistem pendidikan sekurang-kurangnya berisi faktor-faktor biaya,
pengelola, institusi, dan sistem manajemennya.[17] Sistem manajemen pendidikan kita (era orde
lama dan orde baru) masih terlalu sentralistik (pemerintah pusat), sebagaimana kita tahu bahwa
suatu sistem yang sentralistik dan birokratik, maka ruang-gerak untuk inovasi sangat terbatas.
Demikian pula kreativitas dari para pendidiknya boleh dikatakan menjadi hilang karena segala
sesuatu telah ditentukan menurut garis-garis yang ditentukan. Sehingga apa yang diinginkan
daerah (lembaga pendidikan) tidak tercapai karena sifat yang sentralistik tersebut. Hasilnya
adalah jumlah out-put banyak namun itu menambah pengangguran yang banyak pula.
Pada era reformasi mulai muncul Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) seiring dengan
bergulirnya otonomi daerah (pelimpahan wewenang pemerintah pusat pada pemerintah daerah).
Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam bahasa Inggris disebut ”School Based
Management” merupakan strategi yang jitu untuk mencapai manajemen sekolah yang efektif dan
efisien. Konsep ini pertama kali muncul di Amerika Serikat, latar belakangnya adalah ketika itu
masyarakat mempertanyakan apa yang dapat diberikan sekolah kepada masyarakat dan juga apa
relevansi dan korelasi pendidikan dengan tuntutan maupun kebutuhan masyarakat.[18]
Model MBS ini adalah suatu ide dimana kekuasaan pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan pendidikan diletakkan pada tempat yang paling dekat dengan proses belajar mengajar,
yakni sekolah. Konsep ini didasarkan pada “Self Determination Theory” yang menyatakan
bahwa apabila seseorang atau kelompok memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan
sendiri, maka orang atau kelompok tersebut akan memiliki tanggung jawab yang besar untuk
melaksanakan apa yang telah diputuskan tersebut.[19] Dalam pelaksanaan MBS tersirat adanya
tugas sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan menggunakan strategi yang lebih
memberdayakan semua potensi sekolah secara optimal.
Sisi kelebihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dibandingkan dengan model sentralistik
adalah sekolah memiliki kekuasaan, antara lain : (1) mengambil keputusan berkaitan dengan
pengelolaan kurikulum; (2) keputusan berkaitan dengan rekruitmen dan pengelolaan guru dan
pegawai administrasi; (3) keputusan berkaitan dengan pengelolaan sekolah. Dengan demikian
dapat dilihat sekaligus ditegaskan bahwa model MBS ini pada hakekatnya adalah memberikan
otonomi yang lebih luas kepada sekolah, dengan tujuan akhir meningkatkan mutu hasil
penyelenggaraan pendidikan melalui peningkatan kinerja dan partisipasi semua stakeholdernya.
Demikian pula yang disampaikan Mulyasa bahwa kewenangan yang bertumpu pada sekolah
merupakan inti dari MBS yang dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan
beberapa keuntungan berikut : (1) Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh
langsung kepada peserta didik, orang tua, dan guru; (2) Bertujuan bagaimana memanfaatkan
sumber daya lokal; dan (3) Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran,
hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah.[20]
Disamping itu dalam sebuah sekolah, tanggung jawab pokok untuk pembentukan moral dan
intelektual akhirnya tidak terletak pada salah satu prosedur atau kegiatan baik intra-kurikuler
maupun ekstra-kurikuler; akan tetapi terletak pada pengajarnya. Sekolah merupakan
kebersamaan bersemuka, tempat hubungan personel otentik antara pengajar dan pelajar dapat
berkembang. Tanpa persahabatan ragam itu banyak kekuatan dari pendidikan dan pengajaran
akan menghilang. Hubungan saling percaya dan persahabatan otentik antara pengajar dan pelajar
merupakan syarat mutlak pertumbuhan sejati dari komitmen kepada nilai-nilai. Proses itu semua
akan terwujud ketika berada dalam ruang lingkup manajemen yang baik, dan ini menurut J.
Drost, SJ akan terwujud dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)[21].

D. KESIMPULAN
1. Kesimpulan
a. Manajemen Pendidikan sebenarnya berkembang dan mengadopsi dari teori Manajemen di
bidang ekonomi. Teori Manajemen pada awalnya dikembangkan oleh tokoh-tokoh yang
bergerak dalam bidang bisnis.
b. Perkembangan teori manajemen dapat dikelompokkan dalam periode Teori Manajemen Kuno,
Teori Manajemen Klasik (1890-an), The Behavioral School (1910-an), The Quantitative School
(1940-an), Teori Pendekatan Sistem (1950an), Neo-Human Relation (1950-an), Teori
Kontingensi (1970an).
c. Perkembangan manajemen pendidikan di Indonesia pada orde baru sangat diwarnai dengan
manajemen yang sentralistik, kemudian pada perkembangannya pada era reformasi berkembang
menjadi desentralisasi atau dikenal dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang intinya
sekolah diberi wewenang untuk mengatur semua kegiatan sekolah. Ini seiring dengan pemberian
wewenang pemerintah pusat pada pemerintah daerah (otonomi daerah).
2. Saran
Bahwa untuk memenuhi dan mencapai beberapa hal tersebut di atas, berbagai hal yang perlu
diperhatikan adalah :
a) Keseriusan Pemerintah dalam menangani dunia pendidikan dalam hal ini perhatian pada
lembaga pendidikan, tenaga pengajar dan kebijakan yang memihak pada masyarakat (jangan asal
membuat kebijakan);
b) Memberikan otonomi yang luas kepada lembaga pendidika, dengan tidak meninggalkan mutu
pendidikan;
c) Lembaga pendidika harus serius sehingga kualitas dari output pendidikan dapat diandalkan;
d) Tenaga pengajar harus lebih profesional dalam melaksanakan amanahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Widjaja Tunggal, Drs., Ak.MBA, Manajemen Suatu Pengantar, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta, 1993.
E. Mulyasa, Dr., M.Pd., Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi dan Implementasi),
Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, cet. 3 & 4, 2003.
H. Djohar, Prof, Dr., MS., Pendidikan Strategik (alternatif untuk Pendidikan Masa Depan),
LESFI, Yogyakarta, 2003.
H. Syaiul Sagala, Dr. M.Pd, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung, Alfabeta, 2000.
H.A.R. Tilaar, Prof. Dr., M.Sc.Ed., Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional (dalam
perspektif abad 21), Magelang, Tera Indonesia. 1998.
J. Drost, SJ., Dari KBK (Kurikulum Bertujuan Kompetensi) Sampai MBS (Manajemen Berbasis
Sekolah), Jakarta, PT. Kompas Media Nusantara. 2005.
Luwis R. Benston, Supervision and Management, New York, McGraw Hill Book Company,
1972.
Made Pidarta, Prof. Dr., Manajemen Pendidikan Indonesia, Crt. II, Jakarta, Rineka Cipta, 2004.
Mamduh M. Hanafi, Drs., MBA, Manajemen, Yogyakarta, Unit Penerbitan dan Percetakan
Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 1997.
Nanang Fattah, Dr., Landasan Manajemen Pendidikan Cet-3 (revisi), PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2000.
Soegiyono, Prof. Dr., M.Ed., Makalah Perkembangan Teori Manajemen .
Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, Jakarta, Gunung Agung, 1985.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan
Penjelasannya, Yogyakarta, Media Wacana Press, 2003.
Wajong J, Fungsi Administrasi Negara, Jakarta, Djambatan, 1983.

[1] Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan
Penjelasannya, Yogyakarta, Media Wacana Press, 2003. hlm. 9
[2] Drs. Mamduh M. Hanafi, MBA, Manajemen, Yogyakarta, Unit Penerbitan dan Percetakan
Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 1997. hlm. 30
[3] Prof. Dr. Soegiyono, M.Ed., Makalah Perkembangan Teori Manajemen .
[4] Prof. Dr. Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, Crt. II, Jakarta, Rineka Cipta,
2004, hlm. 1
[5] Wajong J, Fungsi Administrasi Negara, Jakarta, Djambatan, 1983. hlm. 01 & 27.
[6] Luwis R. Benston, Supervision and Management, New York, McGraw Hill Book Company,
1972, hlm. 278-279.
[7] Drs. Mamduh M. Hanafi, MBA, Op_Cit., hlm. 6
[8] Dr. H. Syaiul Sagala, M.Pd, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung, Alfabeta,
2000, hlm. 22
[9] Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, Jakarta, Gunung Agung, 1985.
[10] Prof. Dr. Made Pidarta, Op_Cit., hlm. 04
[11] Dr. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan Cet-3 (revisi), PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 11-12
[12] Drs. Amin Widjaja Tunggal, Ak.MBA, Manajemen Suatu Pengantar, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta, 1993, hlm. 38-39.
[13] Drs. Mamduh M. Hanafi, MBA, Op_Cit., hlm. 46
[14] J. Drost, SJ., Dari KBK (Kurikulum Bertujuan Kompetensi) Sampai MBS (Manajemen
Berbasis Sekolah), Jakarta, PT. Kompas Media Nusantara. 2005. hlm. ix.
[15] Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc.Ed., Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional
(dalam perspektif abad 21), Magelang, Tera Indonesia. 1998. hlm. 75
[16] Prof, Dr. H. Djohar, MS., Pendidikan Strategik (alternatif untuk Pendidikan Masa Depan),
LESFI, Yogyakarta, 2003, hlm. 85-92
[17] Ibid. hlm. 79.
[18] Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd., Op_Cit., hlm. 78.
[19] Ibid., hlm. 79.
[20] Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi dan Implementasi),
Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, cet.

Aktualisasi Teori Motivasi Abraham Maslow Untuk Peningkatan Kinerja

1. PENDAHULUAN

Setelah suatu perusahaan memperoleh tenaga kerja, melatih mereka, dan kemudian memberikan
pengupahan yang layak dan adil, tugas pemimpin perusahaan (manajer) belum selesai. Dalam
kenyataan, tidak selalu seseorang yang telah digaji cukup akan merasa puas dengan
pekerjaannya. Banyak faktor (di samping gaji) yang menyebabkan orang merasa puas atau tidak
puas bekerja pada suatu organisasi. Seorang manajer adalah orang yang bekerja dengan bantuan
orang lain. Ia tidak menjalankan semua pekerjaan sendirian saja, melainkan mengarahkan orang
lain dalam tim untuk melaksanakannya. Jika tugas yang diarahkan tidak dapat dilaksanakan oleh
karyawannya, seorang manajer harus mengetahui sebab-sebabnya. Mungkin karyawan yang
bersangkutan memang tidak kompeten di bidangnya, tetapi mungkin pula ia tidak mempunyai
motivasi untuk bekerja dengan baik.

Dari kenyataan ini, penulis melihat bahwa motivasi merupakan unsur hakiki dalam integrasi
antara pribadi individu (dalam hal ini karyawan perusahaan) dan tujuan organisasi. Dalam
konteks ini, pemberian motivasi merupakan salah satu fungsi dan tugas dari seorang manajer. Ia
harus mampu memotivasi individu-individu yang terlibat untuk dapat memberikan kinerja yang
optimal demi pencapaian tujuan organisasi.

Sebagaimana telah jelas dari judul makalah ini, teori yang dibahas di sini adalah teori motivasi
tentang hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow. Dalam makalah ini, teori Maslow akan
menjadi titik tolak dan landasan pemikiran bagi gagasan tentang penemuan motivasi untuk
peningkatan kinerja individu dalam organisasi. Tidak disangkal bahwa dewasa ini muncul
pelbagai kritik tentang validitas teori ini . Namun sebagai konsep dasar bagi pengenalan struktur
pribadi individu dan pelbagai faktor yang mendorong orang melakukan sesuatu, teori ini masih
bisa bergema keras. Stephen P. Robbins, dalam buku Perilaku Organisasi, menulis bahwa
“meskipun dikritik habis-habisan..., agaknya [teori Maslow] masih merupakan penjelasan yang
paling baik soal motivasi karyawan”. Teori-teori lain yang muncul setelah teori Maslow lebih
merupakan penyempurnaan dan penyesuaian daripada penemuan suatu teori yang betul-betul
baru. Dari telaah filosofis, dengan kelebihan maupun kelemahan teorinya, Maslow telah berhasil
mencetuskan pemikiran yang amat bermanfaat. Kelebihan dari teorinya jelas memberikan
sumbangan besar dalam pengetahuan tentang motivasi dan kepribadian manusia. Dan kelemahan
teorinya serta-merta tetap berguna karena telah memberikan atau memancing feedback bagi
pemikir-pemikir selanjutnya untuk memperbaiki dan menyempurnakannya.

Berhubung tulisan ini merupakan makalah kecil, maka penulis perlu membuat pembatasan tema.
Untuk mencegah perluasan pembahasan yang terlalu jauh, penulis membatasi diri pada
pembahasan teori Maslow tentang motivasi. Teori-teori lain, seperti teori X dan Y dari
McGregor, Motivasi Higiene dari Herzberg, teori ERG dari Alderfer, dan lain-lain, dirujuk dan
dibahas sesekali hanya sebagai pembanding dan pelengkap argumen.

2. TEORI ABRAHAM MASLOW TENTANG MOTIVASI


2.1 Terminologi “Motivasi”
Apa itu “motivasi”? Ditinjau dari etimologinya, “motivasi” berasal dari kata Latin motivus atau
motum yang berarti menggerakkan atau memindahkan. Dari asal-usul kata ini, Lorens Bagus,
dalam Kamus Filsafat, mengartikan motivasi atau motif sebagai dorongan sadar dari suatu
tindakan untuk merumuskan kebutuhan-kebutuhan tertentu manusia. Motivasi memainkan
peranan penting dalam menilai tindakan manusia, karena pada motif-motif itulah terkandung arti
subyektif dari tindakan tertentu bagi orang tertentu.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan motivasi sebagai “usaha-usaha yang dapat
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin
mencapai tujuan yang dikehendaki atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya”.

Menurut Stephen P. Robbins, motivasi adalah “proses yang ikut menentukan intensitas, arah, dan
ketekunan individu dalam usaha mencapai sasaran”. Tiga kata kunci dalam definisi ini adalah
intensitas, arah, dan ketekunan (yang mengandaikan berlangsung lama). Intensitas dimaksudkan
seberapa keras seseorang berusaha. Agar dapat menghasilkan kinerja yang baik, intensitas
(setinggi apa pun) harus mempunyai arah yang menguntungkan organisasi. Dan akhirnya,
intensitas dan arah yang telah dimiliki harus diterapkan secara tekun dan berlangsung lama.
Inilah ukuran sejauh mana orang dapat mempertahankan usahanya. Individu yang termotivasi
akan tetap bertahan dengan pekerjaannya dalam waktu cukup lama untuk mencapai sasaran
mereka. Sebaliknya, seseorang yang tidak termotivasi hanya akan memberikan upaya minimum
dalam hal bekerja. Konsep motivasi kiranya merupakan sebuah konsep penting dalam studi
tentang kinerja individu dalam organisasi. Dengan kata lain, motivasi merupakan salah satu
determinan penting bagi kinerja individual di samping variabel determinan lain misalnya
kemampuan orang yang bersangkutan dan atau pengalaman kerja sebelumnya.

2.2 Sekilas Tentang Abraham Maslow


Abraham Maslow dilahirkan pada tahun 1908 dalam keluarga imigran Rusia-Yahudi di
Brooklyn, New York. Ia seorang yang pemalu, neurotik, dan depresif namun memiliki rasa ingin
tahu yang besar dan kecerdasan otak yang luar biasa. Dengan IQ 195, ia unggul di sekolah.

Ketika beranjak remaja, Maslow mulai mengagumi karya para filsuf seperti Alfred North
Whitehead, Henri Bergson, Thomas Jefferson, Abraham Lincoln, Plato, dan Baruch Spinoza. Di
samping berkutat dalam kegiatan kognitif, ia juga mempunyai banyak pengalaman praktis. Ia
bekerja sebagai pengantar koran dan menghabiskan liburan dengan bekerja pada perusahaan
keluarga.

Maslow hidup dalam zaman di mana bermunculan banyak aliran psikologi yang baru tumbuh
sebagai disiplin ilmu yang relatif muda. Di Amerika William James mengembangkan
Fungsionalisme, Psikologi Gestalt berkembang di Jerman, Sigmund Freud berjaya di Wina, dan
John B. Watson mempopulerkan Behaviorisme di Amerika. Ketika pada tahun 1954 Maslow
menerbitkan bukunya yang berjudul Motivation and Personality, dua teori yang sangat populer
dan berpengaruh di universitas-universitas Amerika adalah Psikoanalisia Sigmund Freud dan
Behaviorisme John B. Watson.

Dalam ranah psikologi, Psikoanalisa Freud dianggap mazhab (force) pertama. Sedangkan
Behaviorisme disebut mazhab kedua. Agaknya Maslow (kendati pernah mengagumi kedua aliran
tersebut) mempunyai prinsip yang berbeda. Sampel penelitian Freud adalah pasien-pasien
neurotis dan psikotis di kliniknya. Pertanyaan kita adalah: bagaimana kesimpulan dari sampel
orang-orang yang terganggu jiwanya dapat diterapkan pada orang-orang pada umumnya (yang
sehat mental). Maslow mempunyai prinsip bahwa sebelum mengerti penyakit mental, orang
harus terlebih dahulu memahami kesehatan mental. Di kutub lain, kaum Behavioris menghimpun
data dari penelitian atas binatang seperti burung merpati dan tikus putih. Maslow melihat bahwa
kesimpulan mereka bisa jadi berlaku bagi ikan, katak, atau tikus, tetapi tidak untuk bangsa
manusia. Berlawanan secara radikal dengan kedua aliran tersebut, Maslow mencari sampel pada
manusia-manusia yang dalam masyarakat dilihat sebagai “tokoh”. Ia melibatkan penelitiannya
terhadap tujuh tokoh modern dan sembilan tokoh sejarah: Abraham Lincoln dan Thomas
Jefferson (presiden AS), Eleanor Roosevelt (First Lady yang dermawan), Jane Addams (pelopor
pekerja sosial), William James (psikolog), Albert Schweitzer (dokter dan humanis), Aldous
Huxley (penulis), dan Baruch Spinoza (filsuf). Penyelidikan tentang tokoh-tokoh ini (dan yang
lainnya) -kebiasaan, sifat, kepribadian, dan kemampuan mereka- telah mengantar Maslow
sampai pada teori tentang kesehatan mental dan teori tentang motivasi pada manusia. Secara
dialektis, tesis Freud dan antitesis Watson dkk. melahirkan sintesis Abraham Maslow. Oleh
karena itu, Maslow menyebut teorinya sebagai mazhab ketiga.

2.3 Proposisi Maslow atas Teori Motivasi


Sebelum menguraikan teori tentang Hirarki Kebutuhan, Maslow dalam karya masyhurnya,
Motivation and Personality, memaparkan terlebih dahulu sejumlah proposisi yang harus
diperhatikan sebelum seseorang menyusun sebuah teori motivasi yang sehat. Maslow mengakui
sendiri bahwa sejumlah proposisi sangat benar dalam arti dapat diterima oleh banyak kalangan.
Sejumlah proposisi lain barangkali kurang dapat diterima dan dapat diperdebatkan. Hal ini
mencerminkan kelegowoan Maslow untuk tidak begitu saja memutlakkan teorinya. Berhubung
teori ini berkenaan dengan manusia yang dinamis multidimensional, lumrah kiranya bahwa
pandangan tertentu kurang universal. Berikut ini sejumlah proposisi awal untuk memahami jalan
pikiran Maslow.

2.3.1 Individu sebagai Kesatuan Terpadu


Maslow pertama-tama menekankan bahwa individu merupakan kesatuan yang terpadu dan
terorganisasi. Pernyataan ini hampir menjadi aksioma yang diterima oleh semua orang, yang
kemudian sering dilupakan dan diabaikan tatkala seseorang melakukan penelitian. Penting sekali
untuk selalu disadarkan kembali hal ini sebelum seseorang melakukan eksperimen atau
menyusun suatu teori motivasi yang sehat. Maslow memberikan contoh: yang membutuhkan
makanan bukanlah perut John Smith semata-mata, melainkan seluruh individu John Smith
sebagai kesatuan. Dengan kata lain, makanan akan memuaskan rasa lapar John Smith, dan bukan
rasa lapar pada perut John Smith.

2.3.2 Cara dan Tujuan


Bila kita telisik keinginan dalam pengalaman sehari-hari, hal penting untuk disadari adalah
pembedaan antara cara dan tujuan. Kebutuhan-kebutuhan biasanya lebih merupakan cara atau
sarana bagi suatu tujuan dan bukan tujuan itu sendiri. Misalnya kita menginginkan atau
membutuhkan uang agar dapat membeli mobil. Analisis selanjutnya menunjukkan bahwa kita
menginginkan mobil karena para tetangga memilikinya dan kita tidak ingin merasa kurang
daripada mereka. Rupanya ini soal harga diri dan kebutuhan untuk dihormati. Kita dapati bahwa
ada gejala dan ada pula arti di balik gejala, yakni apa yang sesungguhnya menjadi tujuan yang
lebih dasariah pada akhirnya. Intinya kita harus menemukan tujuan terdalam seseorang ketika
menginginkan sesuatu bila tidak ingin terjatuh dalam pemuasan kebutuhan yang tidak tepat
sasaran. Tujuan-tujuan lebih universal daripada cara-cara yang ditempuh untuk mencapainya.
Karena faktor budaya, bisa saja tujuan yang sama, misalnya harga diri, dicapai individu dalam
masyarakat tertentu dengan menjadi prajurit, dan dalam masyarakat yang lain dicapai dengan
menjadi dokter. Karena perbedaan perilaku individu dalam pemuasan kebutuhan tersebut, orang
seringkali membuat pembedaan atas tujuan yang sebetulnya sama. Meskipun beragam budaya,
sebetulnya umat manusia lebih banyak serupa daripada yang terlihat dan disangka banyak orang.

2.3.3 Motivasi Ganda


Seseorang bisa jadi dapat menjelaskan motivasi tertentu yang mendasari perilakunya. Namun
tidak jarang terdapat pula aneka motivasi lain yang barangkali tidak disadari dan dikira oleh
individu itu. Satu gejala sekaligus dapat menggambarkan bermacam-macam keinginan yang
berbeda-beda, bahkan juga kepentingan-kepentingan yang bertentangan satu sama lain. Teori
motivasi yang sehat tidak boleh mengabaikan aspek kehidupan alam bawah sadar. Gejala
psikopatologis kelumpuhan, misalnya, dapat menggambarkan dipenuhinya sekaligus keinginan
akan balas dendam, dikasihani, dan dihormati. Jika gejala ini hanya dilihat sebagai gejala lahiriah
tanpa menelaah kemungkinan keinginan atau motivasi bawah sadar, berarti kita telah semena-
mena meniadakan kemungkinan untuk memahami seluruh perilaku dan keadaan motivasional
seorang individu.

2.3.4 Tata Hubungan Motivasi


Manusia adalah makhluk yang punya keinginan dan jarang mencapai keadaan puas sepenuhnya
kecuali untuk waktu yang singkat. Apabila keinginan yang satu telah terpenuhi, keinginan
lainnya akan timbul menggantikan keinginan sebelumnya. Jika keinginan itu pun terpenuhi,
masih ada keinginan lainnya yang akan menyusul, dan begitu seterusnya. Kenyataan ini
menuntut kita untuk menelaah tata hubungan semua motivasi satu sama lain. Pada saat yang
sama, kita juga harus melepaskan unit-unit motivasi yang tersendiri untuk mencapai pengertian
lebih luas yang dicari.

2.3.5 Tolak Daftar Dorongan Dikotomis


Tidak ada gunanya membuat daftar dorongan-dorongan (stimulus) yang muncul. Dorongan-
dorongan satu sama lain bukanlah hal-hal yang terpilah-pilah. Pendaftaran dorongan secara
dikotomis mengabaikan sifat dinamis dari dorongan-dorongan itu, misalnya bahwa segi-segi
kesadaran dan ketidaksadaran mungkin berbeda-beda, atau bahwa suatu keinginan tertentu
sebenarnya dapat merupakan suatu saluran bagi pengungkapan berbagai keinginan lainnya, dan
sebagainya. Pada kenyataannya, dorongan-dorongan juga tidak mengelompokkan diri secara
aritmetik dan tersendiri dengan ciri-ciri tersendiri. Biasanya terdapat suatu tumpang-tindih,
sehingga hampir tidak mungkin secara jelas dan tajam memisahkan dorongan yang satu dari
yang lain.

2.3.6 Lingkungan
Aspek yang satu ini tidak boleh dilupakan. Setiap teori motivasi dengan sendirinya harus
memperhitungkan fakta pengaruh lingkungan. Motivasi manusia jarang mewujudkan diri dalam
suatu perilaku yang lepas dari situasi dan dengan orang-orang lain. Namun pengakuan akan
pengaruh situasi lingkungan hendaknya tidak berlebihan, karena pusat telaah kita tetaplah
organisme atau struktur watak dari individu. Teori motivasi yang sehat harus mempertimbangkan
situasi, tetapi jangan terjebak ke dalam teori situasi murni. Telaah tentang motivasi jangan
meniadakan atau menyangkal telaah tentang penentu-penentu situasional. Di lain sisi, telaah
motivasi jangan pula melupakan sifat intrinsik organisme demi kepentingan pemahaman dunia di
mana organisme itu hidup.

2.3.7 Kemungkinan Mencapai Hasil


Maslow, sebagaimana juga J. Dewey dan Thorndike, menekankan aspek motivasi yang sering
diabaikan kebanyakan psikolog, yakni kemungkinan. Pada umumnya secara sadar kita
mendambakan apa yang menurut pikiran kita dapat dicapai. Bila penghasilan seseorang
bertambah, ia sadar bahwa dirinya secara aktif mengharapkan untuk memperoleh hal-hal yang
diidamkan beberapa tahun sebelumnya. Bila rata-rata orang mendambakan mobil dan rumah, hal
itu lumrah dan merupakan kemungkinan yang nyata. Mereka tidak mendambakan pesawat jet
atau kapal pesiar karena barang-barang itu ada di luar jangkauan rata-rata kemampuannya.
Mungkin sekali bahwa secara tidak sadar pun ia tidak mendambakannya. Faktor kemungkinan
untuk mencapai hasil ini penting diperhatikan dalam usaha memahami perbedaan motivasi di
antara berbagai kelas dalam masyarakat atau antara individu-individu dari negara atau
kebudayaan yang berbeda-beda.

2.3.8 Pengetahuan Mengenai Motivasi Sehat


Proposisi ini merupakan nilai lebih dari pandangan Maslow dibandingkan dengan kedua mazhab
psikologi sebelumnya. Boleh dikatakan bahwa hal berikut merupakan kritik Maslow atas sampel
penelitian mereka. Menurut Maslow, sebagian besar ahli motivasi mendapatkan data dari para
psikoterapis yang sedang merawat pasien. Pasien-pasien itu merupakan sumber kekeliruan yang
besar karena mereka merupakan contoh yang kurang baik dari suatu populasi. Sebagai asas
sekali pun, kehidupan motivasional para penderita gangguan emosi harus ditolak sebagai contoh
bagi motivasi sehat. Teori motivasi yang sehat sepatutnya merupakan kesimpulan dari penelitian
atas orang-orang yang sehat pula. Oleh karena itu, sampel penelitian Maslow adalah orang-orang
yang ternama dalam sejarah manusia.

2.4 Teori Motivasi Abraham Maslow: Hirarki Kebutuhan


Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menyebut
teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda.
Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi
dari kebutuhan tersebut. Selanjutnya orang akan berusaha memenuhi kebutuhan tingkat
berikutnya. Maslow membagi tingkat kebutuhan manusia menjadi sebagai berikut:

1. Kebutuhan fisiologis: kebutuhan yang dasariah, misalnya rasa lapar, haus, tempat
berteduh, seks, tidur, oksigen, dan kebutuhan jasmani lainnya.
2. Kebutuhan akan rasa aman: mencakup antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap
kerugian fisik dan emosional.
3. Kebutuhan sosial: mencakup kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, kasih sayang,
diterima-baik, dan persahabatan.
4. Kebutuhan akan penghargaan: mencakup faktor penghormatan internal seperti harga diri,
otonomi, dan prestasi; serta faktor eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri: mencakup hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh
kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.

Maslow menyebut teori Hirarki Kebutuhan-nya sendiri sebagai sintesis atau perpaduan teori
yang holistik dinamis. Disebut demikian karena Maslow mendasarkan teorinya dengan
mengikuti tradisi fungsional James dan Dewey, yang dipadu dengan unsur-unsur kepercayaan
Wertheimer, Goldstein, dan psikologi Gestalt, dan dengan dinamisme Freud, Fromm, Horney,
Reich, Jung, dan Adler.

Bagaimana identifikasi atas tiap kebutuhan di atas dan dampaknya terhadap motivasi yang
mempengaruhi kinerja individu dalam organisasi akan dijelaskan dalam berikutnya.

3. IDENTIFIKASI HIRARKI KEBUTUHAN DAN APLIKASI MANAJEMEN


3.1 Kebutuhan Fisiologis
3.1.1 Identifikasi Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk mempertahankan
hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur,
istirahat, dan udara. Seseorang yang mengalami kekurangan makanan, harga diri, dan cinta,
pertama-tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Bagi orang yang berada dalam keadaan
lapar berat dan membahayakan, tak ada minat lain kecuali makanan. Bagi masyarakat sejahtera
jenis-jenis kebutuhan ini umumnya telah terpenuhi. Ketika kebutuhan dasar ini terpuaskan,
dengan segera kebutuhan-kebutuhan lain (yang lebih tinggi tingkatnya) akan muncul dan
mendominasi perilaku manusia.

Tak teragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling kuat dan
mendesak. Ini berarti bahwa pada diri manusia yang sangat merasa kekurangan segala-galanya
dalam kehidupannya, besar sekali kemungkinan bahwa motivasi yang paling besar ialah
kebutuhan fisiologis dan bukan yang lain-lainnya. Dengan kata lain, seorang individu yang
melarat kehidupannya, mungkin sekali akan selalu termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan ini.

3.1.2 Aplikasi Manajemen


Pertama-tama harus selalu diingat bahwa bagi orang yang sangat kelaparan, tidak ada perhatian
lain kecuali makanan. Seorang pemimpin atau manajer jangan berharap terlalu banyak dari
karyawan yang kelaparan. Berbeda dari kebutuhan-kebutuhan tingkat berikutnya, kebutuhan
pokok ini hanya bisa dipenuhi oleh pemicu kekurangannya. Rasa lapar hanya dapat dipuaskan
dengan makanan. Jangan berharap bahwa nasihat dan petuah saleh dapat memuaskannya.
Maslow menggambarkan bahwa bagi manusia yang selalu dan sangat kelaparan atau kehausan,
utopia dapat dirumuskan sebagai suatu tempat yang penuh makanan dan minuman. Ia cenderung
berpikir bahwa seandainya makanannya terjamin sepanjang hidupnya, maka sempurnalah
kebahagiaannya. Orang seperti itu hanya hidup untuk makan saja. Untuk memotivasi kinerja
karyawan seperti ini, tentu saja makanan solusinya. Tunjangan ekstra untuk konsumsi akan lebih
menggerakkan semangat kerja orang seperti ini dibandingkan dengan nasehat tentang integritas
individu dalam organisasi.

Elton Mayo dari Harvard Graduate School of Business Administration pada tahun 1923
melakukan penelitian di sebuah pabrik tekstil di Philadelphia. Ia ingin menemukan penyebab
terjadinya pergantian tenaga kerja yang terlalu sering di salah satu bagian produksi di mana
pekerjaan yang dilakukan lumayan sukar dan monoton. Ia bertolak dari asumsi kelelahan tenaga
kerja dan kebutuhan akan waktu istirahat. Maka ia menjadwalkan serangkaian waktu istirahat.
Para karyawan diminta bekerja sama dalam menetapkan jadwal. Hasil yang diperoleh cukup
fantastis: pergantian karyawan menurun drastis, produktivitas meningkat, dan semangat kerja
menjadi lebih baik. Mayo secara tepat menemukan apa yang dibutuhkan karyawan, yakni waktu
istirahat dan penghargaan diri karena memberikan kesempatan kepada mereka untuk ikut serta
dalam pengambilan keputusan yang biasanya menjadi monopoli pimpinan perusahaan. Dengan
satu panah, Mayo membidik dua burung; dua kebutuhan terpenuhi dalam waktu yang sama.

3.2 Kebutuhan Rasa Aman


3.2.1 Identifikasi Kebutuhan Rasa Aman
Segera setelah kebutuhan dasariah terpuaskan, muncullah apa yang digambarkan Maslow
sebagai kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan. Kebutuhan ini menampilkan diri dalam
kategori kebutuhan akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan
kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya. Kebutuhan
ini dapat kita amati pada seorang anak. Biasanya seorang anak membutuhkan suatu dunia atau
lingkungan yang dapat diramalkan. Seorang anak menyukai konsistensi dan kerutinan sampai
batas-batas tertentu. Jika hal-hal itu tidak ditemukan maka ia akan menjadi cemas dan merasa
tidak aman. Orang yang merasa tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas
serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan.

3.2.2 Aplikasi Manajemen


Dalam konteks perilaku kinerja individu dalam organisasi, kebutuhan akan rasa aman
menampilkan diri dalam perilaku preferensi individu akan dunia kerja yang adem-ayem, aman,
tertib, teramalkan, taat-hukum, teratur, dapat diandalkan, dan di mana tidak terjadi hal-hal yang
tak disangka-sangka, kacau, kalut, atau berbahaya. Untuk dapat memotivasi karyawannya,
seorang manajer harus memahami apa yang menjadi kebutuhan karyawannya. Bila yang mereka
butuhkan adalah rasa aman dalam kerja, kinerja mereka akan termotivasi oleh tawaran
keamanan. Pemahaman akan tingkat kebutuhan ini juga dapat dipakai untuk menjelaskan
mengapa karyawan tertentu tidak suka inovasi baru dan cenderung meneruskan apa yang telah
berjalan. Atau dipakai untuk memahami mengapa orang tertentu lebih berani menempuh resiko,
sedangkan yang lain tidak.

Dalam organisasi, kita seringkali mendapati perilaku individu yang berusaha mencari batas-batas
perilaku yang diperkenankan (permisible behavior). Ia menginginkan kebebasan dalam batas
tertentu daripada kebebasan yang tanpa batas. Seseorang yang tidak memiliki pengetahuan yang
cukup tentang batas-batas perilaku yang diterima bagi dirinya sendiri dapat mempunyai perasaan
terancam. Agaknya ia akan berupaya untuk menemukan batas-batas seperti itu, sekalipun pada
saat-saat tertentu, ia harus berperilaku dengan cara-cara yang tidak dapat diterima. Para manajer
dapat mengakomodasi kebutuhan akan rasa aman dalam organisasi dengan jalan membentuk dan
memaksakan standar-standar perilaku yang jelas. Penting dicatat juga bahwa perasaan manusia
tentang keamanan juga terancam apabila ia merasa tergantung pada pihak lain. Ia merasa bahwa
ia akan kehilangan kepastian bila tanpa sengaja melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki.
Individu yang berada dalam hubungan dependen seperti itu akan merasa bahwa kebutuhan
terbesarnya adalah jaminan dan proteksi. Hampir setiap individu dalam tingkat kebutuhan ini
akan menginginkan ketenteraman, supervisi, dan peluang kerja yang bersinambung.

Dewasa ini marak wacana adanya kemungkinan para karyawan di-PHK karena faktor teknologi
yang berkembang. Dalam situasi ini, manajer dapat memotivasi karyawan dengan jalan
memberikan suatu jaminan kepastian jabatan (job-security-pledge).

3.3 Kebutuhan Sosial


3.3.1 Identifikasi Kebutuhan Sosial
Setelah terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka kebutuhan sosial yang mencakup kebutuhan
akan rasa memiliki-dimiliki, saling percaya, cinta, dan kasih sayang akan menjadi motivator
penting bagi perilaku. Pada tingkat kebutuhan ini, dan belum pernah sebelumnya, orang akan
sangat merasakan tiadanya sahabat, kekasih, isteri, suami, atau anak-anak. Ia haus akan relasi
yang penuh arti dan penuh kasih dengan orang lain pada umumnya. Ia membutuhkan terutama
tempat (peranan) di tengah kelompok atau lingkungannya, dan akan berusaha keras untuk
mencapai dan mempertahankannya. Orang di posisi kebutuhan ini bahkan mungkin telah lupa
bahwa tatkala masih memuaskan kebutuhan akan makanan, ia pernah meremehkan cinta sebagai
hal yang tidak nyata, tidak perlu, dan tidak penting. Sekarang ia akan sangat merasakan perihnya
rasa kesepian itu, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan keadaan yang tak
menentu.

3.3.2 Aplikasi Manajemen


Individu dalam organisasi menginginkan dirinya tergolong pada kelompok tertentu. Ia ingin
berasosiasi dengan rekan lain, diterima, berbagi, dan menerima sikap persahabatan dan afeksi.
Walaupun banyak manajer dewasa ini memahami adanya kebutuhan demikian, kadang mereka
secara keliru menganggapnya sebagai ancaman bagi organisasi mereka sehingga tindakan-
tindakan mereka disesuaikan dengan pandangan demikian. Organisasi atau perusahaan yang
terlalu tajam dan jelas membedakan posisi pimpinan dan bawahan seringkali mengabaikan
kebutuhan karyawan akan rasa memiliki (sense of belonging). Seharusnya karyawan pada level
kebutuhan ini dimotivasi untuk memiliki rasa memiliki atas misi dan visi organisasi dan
menyatukan ambisi personal dengan ambisi organisasi. Antara pengembangan pribadi dan
organisasi mempunyai hubungan resiprok yang hasilnya dirasakan secara timbal balik.
Dalam ranah Perilaku Organisasi, kita kenal apa yang disebut manajemen konflik. Berbeda dari
pandangan tradisional yang melihat konflik secara negatif, terdapat pandangan interaksionis
yang melihat konflik tidak hanya sebagai kekuatan positif dalam kelompok namun juga sangat
diperlukan agar kelompok berkinerja efektif. Konflik bisa baik atau buruk tergantung pada
tipenya. Tanpa bermaksud menolak atau mendukung salah satu pandangan, dapat dikatakan
bahwa potensi konflik dalam organisasi selain mengganggu rasa aman juga dapat menciptakan
alienasi yang mengakibatkan disorientasi. Potensi mobilitas yang berlebihan yang umumnya
dipaksakan oleh industrialisasi mengancam tercabutnya rasa kerasan dalam kelompok kerja,
tantangan untuk adaptasi dalam kelompok baru dan asing, dan akhirnya menimbulkan kebutuhan
akan rasa memiliki dan aneka kebutuhan yang masuk dalam hirarki tahap ini.

3.4 Kebutuhan akan Penghargaan


3.4.1 Identifikasi Kebutuhan akan Penghargaan
Menurut Maslow, semua orang dalam masyarakat (kecuali beberapa kasus yang patologis)
mempunyai kebutuhan atau menginginkan penilaian terhadap dirinya yang mantap, mempunyai
dasar yang kuat, dan biasanya bermutu tinggi, akan rasa hormat diri atau harga diri. Karenanya,
Maslow membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan akan penghargaan secara internal dan
eksternal. Yang pertama (internal) mencakup kebutuhan akan harga diri, kepercayaan diri,
kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan
(kemerdekaan). Yang kedua (eksternal) menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise,
pengakuan, penerimaan, ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama baik.
Orang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri. Dengan demikian ia akan lebih
berpotensi dan produktif. Sebaliknya harga diri yang kurang akan menyebabkan rasa rendah diri,
rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus asa serta perilaku yang neurotik. Kebebasan atau
kemerdekaan pada tingkat kebutuhan ini adalah kebutuhan akan rasa ketidakterikatan oleh hal-
hal yang menghambat perwujudan diri. Kebutuhan ini tidak bisa ditukar dengan sebungkus nasi
goreng atau sejumlah uang karena kebutuhan akan hal-hal itu telah terpuaskan.

3.4.2 Aplikasi Manajemen


Tidak jarang ditemukan pekerja di level manajerial memutuskan untuk mengundurkan diri dari
pekerjaannya. Ada apa gerangan? Apakah kompensasi gajinya tidak memuaskannya? Ternyata
tidak selamanya uang dapat memotivasi perilaku individu dalam organisasi. Dari semua indikasi
yang terdata, tampaknya organisasi yang menyandarkan peningkatan kinerja karyawan mereka
pada aspek finansial, tidak memperoleh hasil yang diharapkan. Benar bahwa uang adalah salah
satu alat motivasi yang kuat, tetapi penggunaannya harus disesuaikan dengan persepsi nilai
setiap karyawan. Individu tertentu pada saat dan kondisi tertentu barangkali tidak lagi merasakan
uang sebagai penggerak kinerja.

Ketimbang uang, individu pada level ini lebih membutuhkan tantangan yang dapat
mengeksplorasi potensi dan bakat yang dimilikinya. Tidak mengherankan bahwa sejumlah top
manajer tiba-tiba mengundurkan diri ketika merasa tidak ada lagi tantangan dalam perusahaan
tempat mereka bekerja. Keinginan atau hasrat kompetitif untuk menonjol atau melampaui orang
lain boleh dikatakan sebagai sifat universal manusia. Kebutuhan akan penghargaan ini jika
dikelola dengan tepat dapat menimbulkan kinerja organisasi yang luar biasa. Tidak seperti
halnya kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih rendah, kebutuhan akan penghargaan ini jarang
sekali terpenuhi secara sempurna.

Sebagai bagian dari sebuah pendekatan yang lebih konstruktif, manajemen partisipatif dan
program-program umpan balik positif (positive feedback programs) dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan. Pendelegasian otonomi dan tanggung jawab
yang lebih luas kepada karyawan telah terbukti efektif untuk memotivasi kinerja dan performa
yang lebih baik. Keberhasilan eksperimen Mayo seperti telah diuraikan sebelumnya
menunjukkan bahwa penghargaan finansial terbukti tidak selamanya seefektif penghargaan
psikis. Masalahnya, banyak manajer seringkali lupa atau berpikir banyak kali untuk memberikan
pujian dan pengakuan tulus bagi prestasi karyawan, dan sebaliknya tanpa pikir dua kali untuk
melemparkan kritik atas pekerjaan buruk bawahannya.

Pakar kepemimpinan, William Cohen, mengatakan bahwa jangan pernah menyia-nyiakan


kesempatan yang baik untuk memberikan pengakuan kepada prestasi kerja dalam organisasi.
Pengakuan merupakan salah satu motivator manusia yang paling kuat. Psikolog terkenal, B.F.
Skinner menambahkan bahwa untuk mendapat motivasi maksimum, orang harus memuji secepat
mungkin setelah tampak perilaku yang pantas mendapat pujian. Bahkan Napoleon Bonaparte
terkejut menyaksikan kekuatan pengakuan sebagai motivator. Setelah tahu bahwa para
prajuritnya bersedia melakukan apa saja untuk mendapatkan medali yang diberikannya,
Napoleon berseru: “Sungguh menakjubkan apa yang akan dilakukan orang untuk barang sepele
seperti itu.”

3.5 Kebutuhan akan Aktualisasi Diri


3.5.1 Identifikasi Kebutuhan Aktualisasi Diri
Menurut Maslow, setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya. Kebutuhan manusia
untuk bertumbuh, berkembang, dan menggunakan kemampuannya disebut Maslow sebagai
aktualisasi diri. Maslow juga menyebut aktualisasi diri sebagai hasrat untuk makin menjadi diri
sepenuh kemampuan sendiri, menjadi apa menurut kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan akan
aktualisasi diri ini biasanya muncul setelah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan
terpuaskan secara memadai.

Kebutuhan akan aktualisasi diri ini merupakan aspek terpenting dalam teori motivasi Maslow.
Dewasa ini bahkan sejumlah pemikir menjadikan kebutuhan ini sebagai titik tolak prioritas untuk
membina manusia berkepribadian unggul. Belakangan ini muncul gagasan tentang perlunya
jembatan antara kemampuan majanerial secara ekonomis dengan kedalaman spiritual. Manajer
yang diharapkan adalah pemimpin yang handal tanpa melupakan sisi kerohanian. Dalam konteks
ini, piramida kebutuhan Maslow yang berangkat dari titik tolak kebutuhan fisiologis hingga
aktualisasi diri diputarbalikkan. Dengan demikian perilaku organisme yang diharapkan bukanlah
perilaku yang rakus dan terus-menerus mengejar pemuasan kebutuhan, melainkan perilaku yang
lebih suka memahami daripada dipahami, memberi daripada menerima. Dalam makalah ini,
gagasan aktualisasi diri akan mendapat sorotan lebih luas dan dalam sebelum masuk dalam
pembahasan penerapan teori.

3.5.2 Ciri-ciri Pribadi Aktualisasi Diri


Dari hasil penelitian yang merupakan proses analisis panjang, Maslow akhirnya
mengidentifikasikan 19 karakteristik pribadi yang sampai pada tingkat aktualisasi diri.
1. Persepsi yang jelas tentang hidup (realitas), termasuk kemampuan untuk mendeteksi
kepalsuan dan menilai karakter seseorang dengan baik. Berkat persepsi yang tajam,
mereka lebih tegas dan jitu dalam memprediksikan peristiwa yang bakal terjadi. Mereka
lebih mampu melihat dan menembus realitas-realitas yang tersembunyi dalam aneka
peristiwa; lebih peka melihat hikmah dari pelbagai masalah.
2. Pribadi demikian melihat hidup apa adanya dan bukan berdasarkan keinginan mereka.
Mereka lebih obyektif dan tidak emosional. Orang yang teraktualisasi diri tidak akan
membiarkan harapan-harapan dan hasrat-hasrat pribadi menyesatkan pengamatan
mereka. Sebaliknya kebanyakan orang lain mungkin hanya mau mendengarkan apa yang
ingin mereka dengar dari orang lain sekalipun menyangkut hal yang tidak benar dan
jujur.
3. Mempunyai spontanitas yang lebih tinggi. Mereka lebih peka terhadap inner life yang
kaya dan tidak konvensional, serta memiliki kemampuan untuk melihat dunia dari sudut
pandang baru dan menghargai keindahan dalam hal-hal yang biasa. Biasanya mereka
tidak merasa perlu menyembunyikan perasaan atau pikiran mereka, atau bertingkah laku
yang dibuat-buat. Pribadi teraktualisai punya selera yang tinggi terhadap seni, musik, dan
masalah-masalah politik dan filsafat.
4. Keterpusatan-pada-masalah. Mereka amat konsisten dan menaruh perhatian pada
pertanyaan dan tantangan dari luar diri, memiliki misi atau tujuan yang jelas sehingga
menghasilkan integritas, ketidakpicikan, dan tekun introspeksi. Mereka mempunyai
komitmen yang jelas pada tugas yang harus mereka kerjakan dan mampu melupakan diri
sendiri, dalam arti mampu membaktikan diri pada pekerjaan, tugas, atau panggilan yang
mereka anggap penting.
5. Merindukan kesunyian. Selain mencari kesunyian yang menghasilkan ketenteraman
batin, mereka juga dapat menikmatinya.
6. Mereka sangat mandiri dan otonom, namun sekaligus menyukai orang lain. Mereka
punya keinginan yang sehat akan keleluasaan pribadi yang berbeda dari kebebasan
neurotik (yang serba rahasia dan penuh rasa takut). Terkadang mereka terlihat sangat
otonom, karena mereka menggantungkan diri sepenuhnya pada kapasitas sendiri. Inilah
paradoksnya: mereka adalah orang yang paling individualis sekaligus sosial dalam
masyarakat. Bila mereka menaati suatu aturan atau perintah, hal itu didasarkan pada
pemahaman akan manfaat yang dapat dicapai dari pemenuhan aturan yang bersangkutan,
dan bukan karena ikut-ikutan.
7. Ada kalanya mereka mengalami apa yang disebut “pengalaman puncak” (peak
experience); saat-saat ketika mereka merasa berada dalam keadaan terbaik, saat diliputi
perasaan khidmat, kebahagiaan dan kegembiraan yang mendalam atau ekstase. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan mereka untuk berkonsentrasi secara luar biasa. Kadang-
kadang kemampuan ini membuat mereka seolah linglung. Tidak jarang mereka
mengalami flow dalam kegiatan yang mereka lakukan.
8. Rasa kekeluargaan terhadap sesama manusia yang disertai dengan semangat yang tulus
untuk membantu sesama.
9. Pribadi unggul ini lebih rendah hati dan menaruh hormat pada orang lain. Mereka yakin
bahwa dalam banyak hal mereka harus belajar dari orang lain. Hal ini membuat mereka
mampu untuk mendengarkan orang lain dengan penuh kesabaran. Keutamaan (virtue) ini
lahir dari pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri. Sama seperti anak-anak,
mereka mampu mendengarkan orang lain tanpa apriori atau penilaian sebelumnya.
Maslow menyebut keunggulan ini sebagai “Being cognition” atau “B-cognition”;
pengamatan yang pasif dan reseptif.
10. Mereka memiliki etika yang jelas tentang apa yang baik dan apa yang jahat. Namun bagi
mereka, pertentangan antara yang baik dan yang buruk tidaklah menjadi masalah. Secara
konsisten, mereka akan memilih dan lebih menyukai nilai-nilai yang lebih luhur.
11. Selera humor yang baik. Mereka tidak tertarik pada pelbagai lelucon yang melukai atau
menyiratkan inferioritas yang membuat orang lain merasa dilecehkan. Mereka lebih
menyukai humor yang filosofis, kosmik, atau yang nilai humornya terkandung dalam
logika kata-kata. Mereka juga menonjol dalam hal toleransi terhadap kelemahan-
kelemahan alamiah orang lain. Namun mereka sangat anti terhadap ketidakjujuran,
penipuan, kebohongan, kekejaman, dan kemunafikan.
12. Kreatif dalam mengucapkan, melakukan, dan menyelesaikan sesuatu. Sifat ini dikaitkan
dengan fleksibelitas, tidak takut membuat sesuatu yang di kemudian hari ternyata adalah
kesalahan, dan keterbukaan. Seperti seorang anak yang lugu, mereka tidak takut berkreasi
karena cemoohan orang lain. Mereka kreatif dan melihat aneka peristiwa secara segar
tanpa prasangka. Menurut Maslow, hampir setiap anak mampu membuat lagu, sajak,
tarian, lakon, atau permainan secara mendadak, tanpa direncanakan atau didahului oleh
maksud tertentu sebelumnya. Demikian jugalah kira-kira kreativitas orang yang
teraktualisasi diri.
13. Mereka memiliki penghargaan yang sehat atas diri sendiri bertolak dari pengenalan akan
potensi diri mereka sendiri. Mereka bisa menerima pujian dan penghargaan tetapi tidak
sampai tergantung pada penghargaan yang diberikan orang lain. Mereka tidak
mendewakan kemasyhuran dan ketenaran kosong.
14. Ketidaksempurnaan. Mereka tentu juga mempunyai perasaan bersalah, cemas, bersalah,
iri dan lain-lain. Namun perasaan itu tidak seperti yang dialami orang-orang yang
neurotis. Mereka lebih dekat dengan cara pikir positif. Mereka tidak selalu tenang,
kadang-kadang bisa meledakkan amarah pula; bosan dengan obrolan basa-basi , omong-
kosong, dan hiruk-pikuk suasana pesta.
15. Mereka mempunyai “hirarki nilai” yang jelas. Mereka mampu melihat dan membedakan
mana yang lebih penting dan harus diprioritaskan dalam situasi tertentu. Kadar konflik
dirinya rendah. Mereka memiliki lebih banyak energi untuk tujuan-tujuan yang produktif
daripada menghabiskan waktu untuk menyesali diri dan keadaan. Bagi mereka,
pertentangan antara yang baik dan yang buruk tidaklah menjadi masalah. Secara
konsisten, mereka akan memilih dan lebih menyukai nilai-nilai yang lebih luhur, dan
dengan tulus mengikutinya. Bagi orang-orang ini, disiplin diri relatif mudah sebab apa
yang ingin mereka lakukan sejalan dengan apa yang mereka yakini benar. Nilai-nilai
mereka didasarkan pada apa yang nyata bagi mereka, bukan pada apa yang dikatakan
orang lain kepada mereka.
16. Resistensi terhadap inkulturisasi. Mereka mampu melihat hal-hal di luar batasan
kebudayaan dan zaman. Maslow menyebut mereka mempunyai apa yang disebut
“kemerdekaan psikologis”. Hal itu tercermin dari keputusan-keputusan mereka yang
terkadang “melawan arus” pendapat khalayak ramai. Mereka tidak segan menolak
kebudayaan mereka jika memang tidak sejalan dengan akal sehat. Untuk hal-hal kecil
seperti sopan-santun, bahasa, dan pakaian, makanan, dan sebagainya tidak
dipermasalahkan. Tapi bila menyangkut hal-hal yang dirasa melawan prinsip-prinsip
dasar, mereka dapat bersikap bebas mandiri dan bertindak di luar kebiasaan.
17. Mereka cenderung mencari persahabatan dengan orang yang memiliki karakter yang
sama, seperti jujur, tulus hati, baik hati dan berani, namun tidak menghiraukan ciri-ciri
superfisial seperti kelas sosial, agama, latar belakang ras, dan penampilan. Dalam hal ini
mereka tidak merasa terganggu oleh perbedaan-perbedaan. Makin matang
kepribadiannya, mereka makin tidak peduli dengan penampilan ayu, tubuh tegap, badan
montok, dan sebagainya. Sebaliknya mereka amat menjunjung tinggi soal kecocokan,
kebaikan, ketulusan, dan kejujuran.
18. Secara umum dapat dikatakan bahwa orang yang teraktualisasi diri cenderung membina
hidup perkawinan yang kokoh, bahagia, dan berlangsung seumur hidup. Dalam pribadi
yang sehat, perkawinan yang terbina memungkinkan kedua belah pihak saling
meningkatkan kepercayaan dan harga diri, saling memberikan manfaat.
19. Mereka itu sangat filosofis dan sabar dalam menuntut atau menerima perubahan yang
perlu secara tertib. Sementara kebanyakan orang dalam masyarakat cenderung bersikap
sangat praktis atau sangat teoritis, orang yang teraktualisasi diri lebih condong bersikap
praktis sekaligus teoritis tergantung kondisi yang bersangkutan. Mereka berusaha
mencintai dunia apa adanya, dengan tetap membuka mata pada kekurangan yang ada
seraya berupaya memperbaikinya.

3.5.3 Aplikasi Manajemen


Pada tingkat puncak hirarki kebutuhan ini, tidak banyak yang dapat dikatakan tentang bagaimana
cara memotivasi individu pada level ini. Bagi orang-orang yang dikatakan telah mencapai
kematangan psikologis ini, disiplin diri relatif mudah sebab apa yang ingin mereka lakukan
sejalan dengan apa yang mereka yakini benar. Nilai-nilai dan tindakan mereka didasarkan pada
apa yang nyata bagi mereka, bukan pada apa yang dikatakan orang lain kepada mereka. Bila
pada level kebutuhan sebelumnya, individu biasa dimotivasi oleh kekurangan, orang yang
matang ini terutama dimotivasi oleh kebutuhannya untuk mengembangkan serta
mengaktualisasikan kemampuan-kemampuan dan kapasitas-kapasitasnya secara penuh. Bahkan
menurut Maslow, istilah motivasi kurang tepat lagi untuk diterapkan pada kebanyakan orang
yang berada di tahap aktualisasi diri. Mereka itu amat spontan, bersikap wajar, dan apa yang
mereka lakukan adalah sekedar untuk mewujudkan diri; sekedar pemenuhan hidup sebagai
manusia. Seperti kata Luijpen: Being man is having to be man.

3.5.4 Teori-teori Motivasi Komplementer


Dari sudut pandang filosofis, tidak ada teori dalam sejarah yang tak berguna. Gagasan “selemah”
apa pun tetap dapat menjadi titik tolak atau pancingan untuk melahirkan ide yang lebih baik dan
lengkap. Dalam sejarah, pandangan muskil geosentris yang melihat bumi sebagai pusat tata surya
telah memancing teori yang benar: heliosentris dari Copernicus. Tidak mengherankan muncul
sebuah istilah teknis: “pembalikan kopernikan” untuk menyatakan suatu terobosan gagasan yang
menjungkirbalikkan suatu pandangan sebelumnya. Bagian ini tidak dimaksudkan untuk
mengusulkan suatu teori motivasi yang baru. Tetapi apa yang akan diuraikan berikut
menyiratkan bahwa dewasa ini tidak ada satu pun teori motivasional tunggal yang dapat
memecahkan segala pertanyaan tentang motivasi karyawan. Oleh karena itu perpaduan berbagai
teori motivasional dalam bagian ini akan memperlihatkan bagaimana teori-teori tersebut saling
melengkapi (komplementer) dan kapan sebaiknya diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi
organisasi.
Pertanyaan yang paling banyak diajukan sehubungan dengan tema motivasi adalah: “Bagaimana
saya dapat memotivasi karyawan saya?” Untuk menjawab masalah ini, ada empat hal yang harus
digali, yakni:

1. Apa yang secara intrinsik (batiniah) merangsang perilaku individu?


2. Imbalan (reward) apa yang dapat memuaskan kebutuhan individu?
3. Bagaimana menyesuaikan kebutuhan individu dengan imbalan (reward)?
4. Bagaimana caranya agar individu betah dalam organisasi?

Untuk soal pertama, praktisi teori Maslow akan mengatakan tingkat kebutuhan terendah yang
belum terpenuhi yang akan merangsang perilaku karyawan dalam organisasi. David McClelland
mengusulkan tiga motif kebutuhan, yakni: afiliasi (sama dengan kebutuhan sosial Maslow),
kekuasaan (keinginan untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain), dan pencapaian
prestasi (keinginan untuk memenuhi kegiatan yang bernilai). McClelland tidak mengatakan
bahwa ketiga motif itu berada dalam hirarki yang sama dalam diri setiap orang. Ia mengusulkan
bahwa lebih dari satu kebutuhan dapat menjadi dominan pada saat yang sama.

Untuk soal kedua, McClelland telah melakukan banyak riset dan mengusulkan tiga jawaban,
yakni:

1. Bagi individu yang memiliki motif afiliasi tinggi, sebaiknya diberi kesempatan untuk
bertugas dalam kelompok yang dipilih sendiri. Kembangkanlah program kompensasi
lebih berdasarkan kelompok daripada produktivitas individual.
2. Bagi individu dengan motif kekuasaan yang tinggi, sebaiknya diberi wewenang atas
orang lain yang disesuaikan dengan derajat keterampilan yang mereka miliki.
3. Bagi individu dengan motif pencapaian prestasi yang tinggi, hendaknya ditentukan
bersama dengan mereka sasaran dengan tingkat kesulitan yang sedang saja. Berikan
tanggung jawab untuk menyelesaikan sasaran denga cara mereka sendiri dan pastikan
bahwa mereka mendapatkan cukup pengetahuan tentang kemajuan mereka melalui sistem
umpan balik yang baik.

Pakar motivasi lain bernama Frederick Herzberg muncul untuk meneruskan karya Maslow.
Herzberg mengumpulkan data mengenai sikap kerja karyawan di ratusan perusahaan. Dari riset
itu, ia menarik kesimpulan bahwa individu mempunyai dua kategori kebutuhan yang
mempengaruhi kepuasan atau ketidakpuasan dalam pekerjaan. Faktor-faktor yang menyebabkan
kepuasan kerja berbeda dan terpisah dari faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan kerja.
Kategori pertama disebut kebutuhan hygiene. Kebutuhan ini bila tidak terpenuhi akan
menimbulkan ketidakpuasan kerja. Kebutuhan ini diandaikan harus dipelihara untuk mencegah
terjadinya ketidakpuasan kerja. Faktor pemuas kebutuhan ini antara lain uang, status, perlakuan,
dan keamanan. Kebutuhan kedua yang sungguh merupakan motivasi adalah pemuasan yang
berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri. Jika ingin memotivasi orang pada pekerjaannya,
Herzberg menyarankan untuk menekankan pada hal-hal yang berhubungan dengan kerja itu
sendiri atau hasil langsung yang diakibatkannya, misalnya: peluang promosi, pertumbuhan
personal, pengakuan, tanggung jawab, dan prestasi. Pemuasan kategori pertama hanya berguna
untuk mencegah ketidakpuasan kerja dan tidak dapat dipakai untuk menciptakan kepuasan kerja.
Bagi Herzberg, ketiadaan ketidakpuasan belum tentu berarti ada kepuasan.
Untuk soal ketiga, Herzberg masih menawarkan konsep yang disebut pemerkayaan pekerjaan.
Caranya adalah menanyakan kepada karyawan yang telah diperkaya pekerjaannya tentang fungsi
manajemen apa yang kini dikerjakan oleh atasannya, yang ia sendiri ingin dan dapat
mengerjakannya. Kemudian delegasikan fungsi itu kepadanya. Pemerkayaan pekerjaan ini
mencakup sekaligus tambahan pekerjaan dan tanggung jawab yang bukan hanya diserahkan
begitu saja.

Metode lain yang sangat populer dalam menjawab soal ketiga ini adalah yang disebut
Manajemen Berdasarkan Tujuan (Management by Objectives/MBO). Metode ini menawarkan
empat langkah yang harus ditempuh, yakni:

1. Menetapkan sasaran bersama-sama. Di sini manajer meminta setiap karyawan untuk


menentukan sasaran yang ingin ia capai dalam jangka tertentu. Manajer sendiri secara
terpisah juga mengidentifikasi sasaran yang harus dicapai karyawannya. Kemudian kedua
versi sasaran dipertemukan untuk disusun daftar gabungan.
2. Merencanakan tindakan. Manajer dan karyawan berembug untuk merumuskan tindakan
apa yang akan dipakai untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Di sini manajer
tentu dapat berperan lebih untuk merumuskan tindakan-tindakan strategik. Namun cara
penyampaian harus sedemikian rupa sehingga hasil rembukan tetap tampak sebagai hasil
kerja sama. Jika orang merasa dihargai, maka mereka akan mengumpulkan banyak energi
untuk melaksanakan pekerjaaannya.
3. Penerapan. Langkah ini meliputi pelaksanaan dari tindakan yang telah direncanakan
untuk mencapai sasaran yang telah disetujui bersama.
4. Pengkajian. Pada akhir jangka waktu pelaksanaan, adakan pertemuan dengan karyawan
untuk membandingkan sasaran yang direncanakan dengan hasil nyata yang tercapai. Bila
sasaran tercapai, karyawan patut diberi penghargaan yang memadai. Jika tidak tercapai,
penting untuk dicari sebab-sebab masalahnya.

Metode MBO mengandung filosofi manajemen yang berasumsi bahwa ada daya tarik nyata
dalam individu jika mereka menentukan sendiri sasaran kerjanya. Kekuatan utama terletak dalam
sasaran yang disusunya, bukan pada atasan.

Untuk menjawab soal terakhir, kita menuju teori yang disebut teori Penguatan (reinforcement
theory) yang telah berkembang menjadi strategi bernama Modifikasi Perilaku. Teori ini
berseberangan dengan MBO. MBO merupakan pendekatan kognitif yang menekankan bahwa
sasaran individu mengarahkan tindakannya. Sedangkan dalam teori Penguatan, kita mempunyai
pendekatan perilaku (behavioristik), yang melihat penguatanlah yang mengkondisikan perilaku.
Teori ini menawarkan tiga langkah, yakni:

1. Menetapkan sasaran. Ini sama dengan langkah pertama MBO. Teori Penguatan
menggarisbawahi bahwa sasaran haruslah dapat diukur.
2. Memberi umpan balik. Langkah ini harus diambil secara efektif oleh manajer. Teori ini
menekankan bahwa setiap saat yang diinginkan, karyawan sebaiknya tahu bagaimana
kemajuan mereka menuju sasaran, tindakan untuk mengoreksi diri dapat diambil secepat
mungkin.
3. Memberikan imbalan tepat waktu. Imbalan yang dalam praktek terbukti paling penting
tetapi juga paling tidak dimanfaatkan oleh manajer, adalah pengakuan. Sudah sering
terdengar keluhan karyawan bahwa manajer mereka seakan tidak tidak tahu semua hal
baik yang telah dikerjakan mereka. Tetapi begitu ada kesalahan, mereka langsung
mendapat kritik atau celaan. Dalam jangka pendek, celaan mungkin dapat menjadi
motivator sementara. Tetapi biasanya celaan cenderung memiliki sejumlah konsekuensi
disfungsional bagi organisasi dalam jangka panjang. Orang butuh motivasi, bukan celaan.

Jika manajer mengharapkan karyawan untuk tidak suka bekerja untuknya dan dengan demikian
menghindari semua tanggung jawab, maka pola kepemimpinan yang sangat memaksa dan
mengendalikan yang kemungkinan diterapkan oleh manajer, akan menciptakan ramalan
pemenuhan-diri, di mana pekerja akan termotivasi melakukan pekerjaan seminim mungkin.
Sebaliknya, jika manajer mengharapkan karyawan mereka untuk mencari tanggung jawab dan
mampu mengarahkan-diri ke sasaran yang mengandung imbalan, itu pun dapat menciptakan
ramalan pemenuhan-diri. Inilah dugaan yang terkandung dalam Teori X dan Teori Y dari
McGregor. Perangkat pengharapan terakhir, Teori Y, pada mulanya dikembangkan dari teori
Hirarki Kebutuhan Maslow, dan sangat mendasari gagasan perkayaan pekerjaan dan MBO. Dari
uraian di atas, tampak benang merah antara teori yang satu dengan yang lain. Semua teori
motivasional ini saling melengkapi dan dapat dipergunakan sesuai dengan keperluan, situasi, dan
kondisi organisasi yang bersangkutan.

4. KESIMPULAN: PRO DAN KONTRA TEORI ABRAHAM MASLOW


Dari sekian banyak teori motivasional yang ada, mungkin teori Hirarki Kebutuhan Maslow yang
paling luas dikenal. Teori ini mewariskan pesan bagi kita bahwa begitu orang melewati tingkat
kebutuhan tertentu, ia tidak lagi terdorong oleh motivasi tingkat di bawahnya. Hal ini
memberikan pengertian agar seorang manajer atau pemimpin atau motivator dalam organisasi
hendaknya mengenal apa yang dibutuhkan oleh bawahannya. Kebutuhan seorang buruh produksi
harian dengan karyawan staff manajerial tentu berbeda. Untuk memberikan motivasi yang dapat
meningkatkan performa kepada keduanya, seorang motivator harus memberikan treatment yang
berbeda sesuai dengan kebutuhan mereka. Bilamana seorang karyawan mempunyai gaji dan
keamanan kerja yang dapat memenuhi kebutuhan fisiologis dan rasa amannya, maka hal itu tidak
lagi akan memberikan motivasi. Sama halnya kita tidak akan meresahkan kebutuhan bernapas,
kecuali kita mempunyai masalah dalam organ pernapasan kita.

Hirarki Kebutuhan Maslow penting bagi kita karena membantu menjelaskan mengapa gaji
tinggi, keuntungan yang baik, dan keamanan kerja tidak selamanya dapat memotivasi kinerja.
Dengan menelaah apa yang menjadi kebutuhan karyawan dan memberikan pemuasan yang tepat
sasaran, seorang motivator benar-benar telah mengelola motivasi. Mengelola motivasi berarti
mengajak orang untuk melakukan sesuatu yang kita inginkan untuk dilaksanakan, kapan dan
bagaimana itu dilakukan, karena orang ingin melakukannya.

Hendaknya hirarki kebutuhan Maslow tidak dilihat secara kaku dan mutlak. Batas-batas antara
tingkatan yang satu dengan yang lain tidak terlampau jelas dan lebih menunjukkan saling
tumpang tindih. Tidak bisa dipastikan dengan kaku bahwa kebutuhan rasa aman hanya akan
muncul setelah kebutuhan akan makanan terpuaskan sepenuhnya. Kebanyakan orang dalam
masyarakat kita telah mampu memuaskan sebagian besar kebutuhan dasariah mereka kendati
belum dalam arti sepenuh-penuhnya. Yang mau ditekankan adalah bahwa begitu suatu tingkat
kebutuhan terpuaskan, maka kebutuhan tersebut tidak lagi akan memiliki pengaruh yang berarti
pada motivasi.

Sebagaimana lumrahnya perkembangan suatu teori, tesis Maslow juga mengundang sejumlah
antitesis. Itulah dinamika dan dialektika ilmu pengetahuan. Sejumlah kalangan melihat bahwa
teori Maslow, kendati tampak sah bagi banyak orang, namun masih harus dibuktikan secara
empiris. Dalam kenyataannya, sulit sekali untuk memisahkan dan mengukur kebutuhan itu.
Urutan hirarki spesifik tidak sama bagi semua orang. Juga tidak ada penjelasan kapan suatu
kebutuhan sudah cukup terpenuhi. Dan mungkin ada beberapa kebutuhan yang dominan dalam
diri seseorang pada saat yang sama.

Manusia memang makhluk yang dinamis dan multidimensional. Semua teori ilmu pengetahuan
tentang manusia mesti berhadapan dengan kenyataan itu. Dari kenyataan ini, orang melihat
bahwa teori Maslow semestinya didukung lagi dengan bukti-bukti empiris yang lebih banyak.
Hingga saat ini belum cukup bukti yang jelas yang menunjukkan bahwa kebutuhan-kebutuhan
manusia dapat dikategorikan ke dalam lima kelompok yang berbeda atau berada pada suatu
hirarki. Sejumlah ahli menjadi ragu karena hasil penelitian-penelitian memberikan hasil yang
berbeda; beberapa penelitian mendukung, sedangkan yang lainnya menolak. Wahba dan
Bridwell (1976) menyimpulkan suatu paradoks untuk teori Maslow: bahwa teori ini diterima
luas, tapi tidak banyak didukung oleh bukti riset.

Patut disayangkan bahwa bagian terbesar dari hasil-hasil riset tersebut dicapai dari studi-studi
yang tidak menguji teori Maslow secara tepat. Evaluasi di atas menunjukkan sejumlah
keterbatasan yang lumrah pada suatu teori ilmiah. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa
teori Maslow telah meletakkan batu pertama untuk penelitian struktur individu terutama
menyangkut apa yang lebih mendorong perilaku tertentu dalam organisasi. Sumbangan Maslow
tidak sedikit untuk perkembangan psikologi organisasi. Bila ditinjau lebih khusus, evaluasi atau
riset yang menghasilkan kesimpulan yang tidak mendukung teori bisa saja berangkat dari
pemahaman yang tidak komprehensif atas teori dan jalan pikiran Maslow. Tidak jarang terjadi,
dalam banyak kasus penelitian, teori yang baik gagal dibuktikan karena metode dan aplikasi riset
yang buruk. Tidak adanya keberhasilan sering disebabkan oleh salah pengertian teori, atau
penerapan buruk konsep motivasi yang baik.

Dalam buku Motivation and Personality, Maslow berkali-kali mengingatkan agar jangan sesekali
memutlakkan kelima tingkat kebutuhan atau membedakannya secara tajam dan kaku. Kiranya
Maslow sepenuhnya menyadari sejak awal bahwa berbicara tentang struktur kepribadian
manusia yang dinamis tidak segampang membalikkan telapak tangan.

Untuk memahami, menerima, dan menerapkan teori yang hingga kini masih menggema ini, kita
harus memahami sejumlah kualifikasi lanjutan agar konsep kita menjadi lebih komprehensif.

Pertama, mengingat teori Maslow merupakan suatu teori umum tentang kebutuhan manusia,
maka ketika diterapkan kepada manusia tertentu (dengan budaya tertentu) tentu terdapat
kekecualian-kekecualian dalam pengurutan umum hirarki yang ada. Ada orang tertentu yang
tidak pernah berkembang melampaui tingkatan pertama atau kedua, sedangkan ada pula orang
lain yang demikian terpukau oleh kebutuhan tingkat tinggi sehingga kebutuhan-kebutuhan yang
lebih rendah tidak menarik bagi mereka.

Kedua, rantai kausatif tidak selalu berlangsung dari stimulus-kebutuhan-perilaku. Sekalipun


Maslow dalam tesisnya menyatakan bahwa apabila seseorang tidak dapat memenuhi dua macam
kebutuhannya, maka ia lebih menginginkan pemenuhan kebutuhan yang lebih mendasar.
Nyatanya, mungkin tindakan-tindakannya tidak sesuai dengan keinginannya karena ideal,
standar sosial, norma, dan tugas-tugas dapat mempengaruhi dirinya.

Ketiga, suatu tindakan jarang sekali dimotivasi oleh sebuah kebutuhan tunggal. Setiap tindakan
cenderung disebabkan oleh berbagai macam kebutuhan. Di lain sisi, dua kebutuhan yang sama
tidak selalu akan menyebabkan timbulnya reaksi yang sama pada setiap individu. Umumnya
dapat kita lihat bahwa individu-individu dapat mengembangkan tujuan-tujuan substitut ketika
pencapaian langsung terhadap suatu kebutuhan terhalangi.

Keempat, perlu disadari bahwa banyak di antara tujuan yang diupayakan oleh manusia
merupakan tujuan-tujuan jauh dan berjangka panjang yang hanya dapat dicapai melalui suatu seri
langkah dan sarana. Bila dalam jangka pendek seseorang tidak menampakkan minat pada tujuan
tertentu belum tentu bahwa ia tidak membutuhkannya. Menyadari hal ini, lagi-lagi ditegaskan
betapa besar misteri yang meliputi kepribadian manusia. Kata pemeo, dalamnya lautan bisa
diduga, dalamnya hati manusia sungguh tak dinyana. Barangkali misteri manusia in jugalah yang
membatasi semua teori tentang manusia.

Seorang ilmuwan bernama Craig Pinder memberikan jalan tengah atas dua kubu pendapat yang
pro-kontra sebagai berikut:
“Teori Maslow tetap sangat populer di kalangan para manajer dan mereka yang mempelajari
perilaku organisasi kendati tidak banyak studi yang secara resmi dapat mengkonfirmasi atau
menolaknya.... Ada kemungkinan bahwa dinamika yang terimplikasi pada teori Maslow tentang
kebutuhan bersifat terlalu kompleks untuk diterapkan dan dikonfirmasi oleh riset ilmiah. Jika
demikian halnya, maka kita tidak pernah mungkin mendeterminasi berapa valid teori tersebut
-atau secara tepat- aspek mana sajakah dari teori tersebut bersifat valid, dan aspek mana yang
tidak valid.”

Sekalipun tidak banyak riset yang secara jelas mendukung teori ini, kita tetap dapat menarik
pelajaran berharga bagi para manajer. Khususnya dapat dikatakan bahwa suatu kebutuhan yang
terpenuhi mungkin akan kehilangan potensi atau daya motivasionalnya. Oleh karena itu, sebagai
implikasi atas teori ini, para manajer dianjurkan untuk memotivasi para karyawan mereka
dengan jalan merancang program-program atau praktek-praktek yang ditujukan ke arah
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang muncul atau kebutuhan-kebutuhan yang belum
terpenuhi.

MANAJEMEN
SUATU PENGANTAR
DESKRIPSI
Modul ini akan menjelaskan secara ringkas dan memberikan gambaran umum tentang
manajemen beserta asasnya. Sehingga dengan demikian pembaca diharapkan memahami berbagi
konsep yang ada dalam manajemen dan bagaimana implementasinya.

TUJUAN
Memberikan pemahaman tentang berbagai konsep dan teori manajemen, memahami lingkungan
manajemen dan menerapkan dalam upaya pengambilan keputusan yang strategik.

BUKU YANG DIANJURKAN


• M. Manullang, DASAR-DASAR MANAJEMEN, Edisi ketiga, Erlangga, Jakarta, 1983.
• T. Hani Handoko, MANAJEMEN, Edisi kedua, BPFE, Yogyakarta, 1986.

MATERI
1. Pengertian Manajemen
2. Teori – Teori Pemikiran Manajemen
2.a. Teori Manajemen Ilmiah / Klasik
2.b. Teori Organisasi Klasik
2.c. Teori Hubungan Antar Manusia
2.d. Teori Behavioral Science
2.e. Teori Aliran Kuantitatif
3. Tujuan dan Forecasting
3.a. Pengertian Tujuan
3.b. Penetapan Tujuan
3.c. Pengertian dan Fungsi Forecasting
4. Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen
4.a. Pengertian Pengambilan Keputusan
4.b. Fase Pengambilan Keputusan
4.c. Teknik Pengambilan Keputusan
4.d. Proses Pengambilan Keputusan
5. Fungsi – Fungsi Manajemen
5.a. Pengertian
6. Pengorganisasian
6.a. Pengertian
6.b. Unsur-unsur Organisasi
6.c. Asas atau Prinsip Organisasi
6.d. Tujuan dan Manfaat
7. Penyusunan Pegawai
7.a. Perencanaan Pengadaan
7.b. Sumber Pegawai
7.c. Penarikan dan Seleksi
7.d. Penempatan
8. Kepemimpinan (Leadership)
8.a. Pengertian dan Unsur-unsurnya
8.b. Fungsi dan Tugas
8.c. Level dan Keterampilan Yang Perlu Dimiliki
8.d. Gaya Kepemimpinan
8.e. Persyaratan Ideal Bagi Pimpinan
9. Teori Motivasi, Prestasi dan Kepuasan Kerja
9.a. Pengertian Motivasi
9.b. Teori – Teori Motivasi
10. Pengendalian atau Pengawasan
10.a. Pengertian dan Konsep
10.b. Aspek Perencanaan
10.c. aspek Pelaksanaan
10.d. Tujuan dan Mekanisme Pengendalian
10.e. Jenis Pengendalian
10.f. Langkah – Langkah Pengendalian

Modul ini ditulis mengacu pada buku MANAJEMEN ; SUATU DASAR DAN PENGANTAR,
karangan Drs. Muslich, dosen tetap Fakultas Ekonomi Univeristas Islam Indonesia Yogyakarta.

Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari kata “to manage” yang berarti mengatur, mengurus atau mengelola.
Banyak definisi yang telah diberikan oleh para ahli terhadap istilah manajemen ini. Namun dari
sekian banyak definisi tersebut ada satu yang kiranya dapat dijadikan pegangan dalam
memahami manajemen tersebut, yaitu : Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari
rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakandan
pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menetukan dan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.
Sedangkan pengertian menurut ahli-ahli yang lain adalah sebagai berikut :
1. Menurut Horold Koontz dan Cyril O’donnel :
Manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.
2. Menurut R. Terry :
Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta
mencapai
sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya
lainnya.
3. Menurut James A.F. Stoner :
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunakan sumberdaya
organisasi
lainnya agar mencapai tujuan organisasi tang telah ditetapkan.
4. Menurut Lawrence A. Appley :
Manajemen adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain.
5. Menurut Drs. Oey Liang Lee :
Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan
pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Teori – Teori Pemikiran Manajemen


A. Teori Manajemen Ilmiah / Klasik
Variabel yang diperhatikan dalam manajemen ilmiah :
1. Pentingnya peran manajer
2. Pemanfaatan dan pengangkatan tenaga kerja
3. Tanggung jawab kesejahteraan karyawan
4. Iklim kondusif
Manajemen ilmiah memperhatikan prinsip-prinsip pembagian kerja.
A.1. Robert Owen (1771 – 1858)
Menekankan tentang peranan sumberdaya manusia sebagai kunci keberhasilan perusahaan.
Dilatar-belakangi oleh kondisi dan persyaratan kerja yang tidak memadai, dimana kondisi kerja
sebelumnya dan kehidupan pekerja pada masa itu sangat buruk.
A.2. Charles Babbage (1792 – 1871)
Menganjurkan untuk mengadakan pembagian tenaga kerja dalam kaitannya dengan pembagian
pekerjaan. Sehingga setiap ekerja dapat dididik dalam suatu keterampilan khusus. Setiap
pekerja hanya dituntut tanggungjawab khusus sesuai dengan spesialisasinya.
A.3. Frederick W. Taylor :
Merupakan titik tolak penerapan manajemen secara ilmiah hasil penelitian tentang studi waktu
kerja (time & motion studies). Dengan penekanan waktu penyelesaian pekerjaan dapat
dikorelasikan dengan upah yang diterima. Metode ini disebut sistem upah differensial.
A.4. Hennry L. Gantt (1861 – 1919) :
Gagasannya mempunyai kesamaan dengan gagasan Taylor, yaitu :
1. Kerjasama saling menguntungkan antara manajer dan karyawan.
2. Mengenal metode seleksi yang tepat.
3. Sistem bonus dan instruksi.
Akan tetapi Hennry menolak sistem upah differensial. Karena hanya berdampak kecil terhadap
motivasi kerja.
A.5. Frank B dan Lillian M. Gilbreth (1868 – 1924 dan 1878 – 1972) :
Berdasarkan pada gagasan hasil penelitian tentang hubungan gerakan dan kelelahan dalam
pekerjaan. Menurut Frank, antara gerakan dan kelelahan saling berkaitan. Setiap gerakan
yang dihilangkan juga menimbulkan kelelahan. Menurut Lillian, dalam pengaturan untuk
mencapai gerakan yang efektif dapat mengurangi kelelahan.
A.6. Herrrington Emerson (1853 – 1931) :
Berpendapat bahwa penyakit yang mengganggu sistem manajemen dalam industri adalah
adanya pemborosan dan inefisinesi. Oleh karena itu ia menganjurkan :
1. Tujuan jelas
2. Kegiatan logis
3. Staf memadai
4. Disiplin kerja
5. Balas jasa yang adil
6. Laporan terpecaya
7. Urutan instruksi
8. Standar kegiatan
9. Kondisi standar
10. Operasi standar
11. Instruksi standar
12. Balas jasa insentif
B. Teori Organisasi Klasik
B.1. Fayol (1841 – 1925) :
Teori organisasi klasik mengklasifikasikan tugas manajemen yang terdiri atas :
1. Technical ; kegiatan memproduksi produk dan mengoranisirnya.
2. Commercial ; kegiatan membeli bahan dan menjual produk.
3. Financial ; kegiatan pembelanjaan.
4. Security ; kegiatan menjaga keamanan.
5. Accountancy ; kegiatan akuntansi
6. Managerial ; melaksanakan fungsi manajemen yang terdiri atas :
– Planning ; kegiatan perencanaan
– Organizing ; kegiatan mengorganiisasikaan
– Coordinating ; kegiatan pengkoorrdinasiian
– Commanding ; kegiatan pengarahann
– Controlling ; kegiatan penngawasaan
Selain hal tersebut diatas, asas-asa umum manajemen menurut Fayol adalah :
– Pembagian kerja
– Asas wewenang dan tanggungjawab
– Disiplin
– Kesatuan perintah
– Kesatuan arah
– Asas kepentingan umum
>
– Pemberian janji yang wajar
– Pemusatan wewenang
– Rantai berkala
– Asas keteraturan
– Asas keadilan
– Kestabilan masa jabatan
– Inisiatif
– Asas kesatuan
B.2. James D. Mooney :
Menurut James, kaidah yang diperlukan dalam menetapkan organisasi manajemen adalah :
a. Koordinasi
b. Prinsip skala
c. Prinsip fungsional
d. Prinsip staf

C. Teori Hubungan Antar Manusia (1930 – 1950)


Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan psikologis terhadap bawahan, yaitu dengan
mengetahui perilaku individu bawahan sebagai suatu kelompok hubungan manusiawi untuk
menunjang tingkat produktifitas kerja.
Sehingga ada suatu rekomendasi bagi para manajer bahwa organisasi itu adalah suatu sistem
sosial dan harus memperhatikan kebutuhan sosial dan psikologis karyawan agar produktifitasnya
bisa lebih tinggi.
D. Teori Behavioral Science :
D.1. Abraham maslow
Mengembangkan adanya hirarki kebutuhan dalam penjelasannya tentang perilaku manusia dan
dinamika proses motivasi.
D.2. Douglas Mc Gregor
Dengan teori X dan teori Y.
D.3. Frederich Herzberg
Menguraikan teori motivasi higienis atau teori dua faktor.
D.4. Robert Blake dan Jane Mouton
Membahas lima gaya kepemimpinan dengan kondisi manajerial.
D.5. Rensis Likert
Menidentifikasikan dan melakukan penelitian secara intensif mengenai empat sistem
manajemen.
D.6. Fred Fiedler
Menyarankan pendekatan contingency pada studi kepemimpinan.
D.7. Chris Argyris
Memandang organisasi sebagai sistem sosial atau sistem antar hubungan budaya.
D.8. Edgar Schein
Meneliti dinamika kelompok dalam organisasi.
Teori behavioral science ditandai dengan pandangan baru mengenai perilaku orang per orang,
perilaku kelompok sosial dan perilaku organisasi.

E. Teori Aliran Kuantitatif


Memfokuskan keputusan manajemen didasarkan atas perhitungan yang dapat
dipertanggungjawabkan keilmiahannya.
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ilmu manajemen yang biasa dimulai dengan langkah
sebagai berikut :
1. Merumuskan masalah
2. Menyusun model aritmatik
3. Mendapatkan penyelesaikan dari model
4. Mengkaji model dan hasil model
5. Menetapkan pengawasan atas hasil
6. Mengadkan implementasi
Alat bantu yang sering digunakan dalam metode ini adalah motede statistik dan komputerisasi
untuk melihat kemungkinan dan peluang sebaai informasi yang dibutuhkan pihak manajemen.

Tujuan dan Forecasting

A. Pengertian Tujuan
Istilah lainnya adalah sasaran, goal, mission atau target.
Istilah tersebut biasanya diartikan sebagai sesuatu yang dapat dicapai dan diharapkan. Tujuan
merupakan hasil akhir dari apa yang diinginkan untuk dicapai. Sehingga tujuan akan
memberikan
arah kemana kegiatan harus dilakukan.
B. Penetapan Tujuan
Tujuan adalah fase pertama dalam perencanaan. Tujuan manajemen hendaknya dirumuskan
secara
jelas dan pasti. Ini akan memudahkan dalam meproyeksikan dan mencapainya. Biasanya tujuan
ditetapkan oleh manajemen. Sehingga biasa dikenal dengan tujuan manajemen. Kemudian secara
hirarki diturunkan kepada manajemen tingkat bawah. Metode ini disebut dengan Tricle Up
Theory.
Pada kondisi yang berbeda, tujuan dapat ditetapkan antara manajemen dan staf, sehingga
melibatkan semua unsur perusahaan/organisasi.

C. Pengertian dan Fungsi Forecasting


Forecasting adalah meramal atau memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa datang berdasar
variabel atau kemungkinan yang ada. Potensi dan kelemahan perusahaan diperhatikan dengan
seksama. Forecasting dilakukan sebelum perencanaan dibuat. Hasil dari forecasting ini menjadi
dasar dalam pembuatan rencana dan diproyeksikan untuk menjadi bahan penjabaran rencana.

Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen

A. Pengertian Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan.
Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif.
Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat
keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusn alternatif
yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik.
Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli,
diantaranya adalah :
A.1. G. R. Terry :
Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan
kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin.
B.2. Claude S. Goerge, Jr :
Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa
suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan
diantara sejumlah alternatif.
C.3. Horold dan Cyril O’Donnell :
Mereka mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif
mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat
dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk
atau reputasi yang telah dibuat.
C.4. P. Siagian :
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah,
pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan.

B. Fase Pengambilan Keputusan


1. Aktivitas intelegensia
Proses kreatif untuk menemukan kondisi yang mengharuskan keputusan dipilih atau tidak.
2. Aktifitas desain
Kegiatan yang mengemukakan konsep berdasar aktifitas intelegensia untuk mencapai tujuan.
Aktifitas desain meliputi :
– menemukan cara-cara/metode
– mengembangkan metode
– menganalisa tindakan yang dilakukan
3. Aktifitas pemilihan
Memilih satu dari sekian banyak alternatif dalam pengambilan keputusan yang ada. Pemilihan
ini
berdasar atas kriteria yang telah ditetapkan.
Dari tiga aktifutas tersebut diatas, dapat disimpulkan tahap pengambilan keputusan adalah :
a. Mengidentifikasi masalah utama
b. Menyusun alternatif
c. Menganalisis alternatif
d. Mengambil keputusan yang terbaik

C. Teknik Pengambilan Keputusan


1. Operational Research/Riset Operasi
Penggunaan metode saintifik dalam analisa dan pemecahan persoalan.
2. Linier Programming
Riset dengan rumus matematis.
3. Gaming War Game
Teori penentuan strategi.
4. Probability
Teori kemungkinan yang diterapkan pada kalkulasi rasional atas hal-hal tidak normal.

D. Proses Pengambilan Keputusan


Menurut G. R. Terry :
1. Merumuskan problem yang dihadapi
2. Menganalisa problem tersebut
3. Menetapkan sejumlah alternatif
4. Mengevaluasi alternatif
5. Memilih alternatif keputusan yang akan dilaksanakan
Menurut Peter Drucher :
a. Menetapkan masalah
b. Manganalisa masalah
c. Mengembangkan alternatif
d. Mengambil keputusan yang tepat
e. Mengambil keputusan menjadi tindakan efektif

Fungsi – Fungsi Manajemen

A. Pengertian
Fungsi manajemen dapat diartikan sebagai kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh seorang
manajer dalam kegiatan manajerialnya. Sehingga kegiatan manajerial yang dilakukan oleh
manajer tersebut dapat dikatakan sebagai kegiatan proses manajemen. Proses tersebut bermula
dari pembuatan perencanaan sampai pada pengadaan pengawasan terhadap pelaksanaan
rencana tersebut. Pengawasan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektif atau tidaknya
pelaksanaan rencanan sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Secara menyeluruh, fungsi manajemen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan/Planning :
Yaitu suatu usaha atau upaya untuk merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan ini biasanya dituangkan dalam bentuk
konsep atau suatu program kerja.
2. Pengorganisasian/Organizing :
Kegiatan yang meliputi penetapan struktur, tugas dan kewajiban, fungsi pekerjaan dan
hubungan antar fungsi.
3. Penyusunan Staf/Staffing :
Termasuk didalamnya adalah perekrutan karyawan, pemanfaatan, pelatihan, pendidikan dan
pengembangan sumberdaya karyawan tersebut dengan efektif.
4. Pengarahan/Directing :
Yaitu fungsi memberikan perintah atau arahan. Selain itu juga termasuk kegiatan kepemimpinan,
bimbingan, motivasi dan pengarahan agar karyawan dapat bekerja dengan lebih efektif.
5. Pengkoordinasian/Coordinating :
Yaitu fungsi mengkoordinir seluruh pekerjaan dalam satu totalitas organisasi pekerjaan.
Pengorganisasian mengandung hal-hal sebagai berikut :
a. Sinkronisasi kegiatan
b. keterpduan kegiatan
c. menyelaraskan kegiatan
d. meruntutkan kegiatan
e. Mencegah overlaping dan kekosongan kegiatan
6. Pengawasan/Controling :
Fungsi yang memberikan penilaian, koreksi dan evaluasi atas semua kegiatan. Secara terus-
menerus melakukan monitoring atas pekerjaan yang sedang dilakukan. Fungsi ini bertujuan
untuk menyesuaikan rencana yang telah dicapai dengan pelaksanaan kegiatan. Hasil dari
evaluasi pengawasan ini dijadikan sebagai bahan rekomendasi untuk kegiatan berikutnya.

Pengorganisasian

A. Pengertian
Menurut James D. Mooney, organisasi adalah bentuk perserikatan manusia untuk mencapai
suatu
tujuan bersama. Sedangkan menurut Chester I. Barnard, organisasi adalah sebagai suatu sistem
aktifitas kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dari dua pendapat tersebut diatas
dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah suatu wadah tempat kumpulan orang yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan tertentu. Secara tegas organisasi ditandai oleh :
1. Adanya kelompok atau kumpulan orang yang saling terikat.
2. Adanya hubungan yang harmonis dalam kerjasama.
3. Hubungan kerjasama atas dasar penetapan hak, kewajiban dan tanggungjawan tertentu.
Dalam membentuk sistem mekanisme pengorganisasian ada beberapa tahap yang perlu untuk
diperhatikan, yaitu :
a. Merinci pekerjaan yang harus dilaksanakan.
b. Membagi beban kerja.
c. Mensinkronisasi pekerjaan
d. Menentukan mekanisme pekerjaan.
Dari beberapa penjelasan pada pengertian tersebut diatas dapat ambil kesimpulan bahwa
pengorganisasian disusun dengan tujuan agar pekerjaan yang dikehendaki dapat tercapai dan
dibagi-bagi diantara anggota organisasi dengan rentang tugas, wewenang dan tanggung jawab
yang jelas sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

B. Unsur – Unsur Organisasi


Ada sekitar 4 unsur yang dimiliki oleh suatu organisasi. Unsur tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sebagai wadah atau tempat bekerja sama.
Dapat diartikan sebagai tempat atau kerangka mekanisme pendelegasian kekuasan dan
tanggung jawab.
2. Sebagai proses kerja sama antara dua orang atau lebih.
Pembagain tugas agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar.
3. Adanya tugas atau kedudukan yang jelas
Adanya pengaturan dan pembagian wewenang, tugas dan tanggung jawab.
4. mempunyai tujuan tertentu.
Tujuan yang telah ditetapkan menjadi suatu acuan dalam tugas untuk mencapainya.

C. Asas atau Prinsip Organisasi


1. Perumusan dan Penentuan Tujuan
Organisasi dibuat berdasar atas tujuan yang hendak dicapai.
2. Pembagian Kerja
Susunan organisasi dijabarkan dengan aspek pembagian kerja.
3. Pendelegasian Wewenang
Susunan dan struktur organisasi diatur sesuai alur pendelegasian wewenang. sehingga
ketegasan pertanggungjawaban jelas.
4. Koordinasi
Susunan organisasi diutamakan pada yang paling mungkin dan paling mudah
pengkoordinasiannya.
5. Efisinesi Pengawasan
Ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pengawasan yang efisien.
6. Pengawasan Umum
Agar pengawasan secara menyeluruh dapat mudah dilaksanakan.

D. Tujuan dan Manfaat Organisasi


Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan agar suatu proses pekerjaan yang dikehendaki dapat
mencapai tujuan yang telah diatur, disusun, ditetapkan.
Semnetara itu, manfaat yang dapat diperoleh dari pengorganisasian ini adalah agar pelaksanaan
tugas dilakukan dengan lebih baik dan teratur, koordinasi pelaksanaan pekerjaan dapat lebih
baik,
pengawasan pelaksanan pekerjaan dapat efektif dan efisien dan tujuan yang telah ditetapkan
dapat tercapai.

Penyusunan Pegawai
A. Perencanaan Pegawai
1. Perencanaan pengadaan pegawai yang intinya untuk meneliti dan memperoleh pegawai.
a. Tahap analisa beban kerja (work load analysis)
b. Tahap analisa tenaga kerja (work force analysis)
2. Melakukan analisa jabatan, untuk menentukan :
a. Sifat dan keadaan pekerjaan
b. Sifat dan kecakapan pemangku jabatan
Umumnya analisa jabatan disebut sebagai suatu upaya membuat uraian pekerjaan hingga dapat
diperoleh keterangan untuk menilai jabatan. Hasil dari analisa jabatan ini adalah :
a. Deskripsi jabatan : yaitu pernyataan yang meliputi tugas, wewenang, tanggung jawab dan
hubungan lini ke atas atau ke bawah.
b. Spesifikasi jabatan : yaitu pernyataan yang menunjukkan kualitas dan persyaratan minimal
bagi pegawai yang diterima.

B. Sumber Pegawai
Pegawai dapat diperoleh dari dalam atau pun dari luar perusahaan itu sendiri. Untuk dari luar
dapat diperoleh melalui kantor penempatan kerja, lembaga pendidikan, serikat buruh, iklan,
atau dari teman-teman dekat pegawai yang mempunyai keahlian.
Sedang yang berasal dari dalam perusahaan, misalnya, promosi pegawai.

C. Penarikan dan Seleksi


Umumnya penarikan dan seleksi pegawai baru dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Pemasukan lamaran
2. Penerimaan lamaran
3. Pengisian formulir lamaran
4. Tes
5. Wawancara
6. Pemeriksaan CV
7. Pemeriksaan kesehatan
8. Penempatan.

D. Penempatan
Setelah calon pegawai dinyatakan lolos dari beberapa tes seleksi, dan positif diterima, maka
langkah selanjutnya adalah mengadakan penempatan calon pegawai tersebut sesuai dengan
posisinya. Dalam penempatan ini ada beberapa hal yang bisa dilakukan, diantaranya :
1. Pengenalan dan Orientasi
Tujuannya untuk mengenalkan pegawai baru tersebut dengan lingkungan kerjanya.
2. Latihan dan Pengembangan
Dilakukan agar pegawai baru atau pun yang telah ada tetap bisa produktif dan aktif
serta selalu bisa menyesuaikan keahliannya dengan perkembangan teknologi atau kondisi
lingkungan kerja.
Latihan dan Pengembangan dapat dilakukan dengan cara :
a. On the job training
Yaitu pelatihan yang dilakukan di dalam perusahaan itu sendiri.
b. Off the jog training
Pelatihan yang dilakukan diluar perusahaan dengan bantuan pihak lain.
Maksud dan Tujuan Latihan :
– Meningkatkan efektifitas kerja
– Efisiensi kerja
– Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pegawai
– Meningkatkan disiplin
– Mengurangi kesalahan
– Mempercepat perkembangan pegawai
– Mengurangi turn over

Kepemimpinan (Leadership)

A. Pengertian dan Unsur – Unsurnya


Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja
sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai
kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota organisasi untuk melakukan tugas
manajemen
agar tujuan organisasi tercapai.
Menurut George Terry, Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar
mau
bekerja dengan suka rela untuk mencapai tujuan kelompok.
Menurut Cyriel O’Donnell, kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta
dalam
mencapai tujuan umum.
Dari dua pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan terdiri atas :
1. Mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu.
2. Memperoleh konsensus atau suatu pekerjaan.
3. Untuk mencapai tujuan manajer.
4. Untuk memperoleh manfaat bersama.
Sehingga jika dilihat pada konteks kepemimpinan hal yang saling terkait adalah adanya unsur
kader penggerak, adanya peserta yang digerakkan, adanya komunikasi, adanya tujuan
organisasi dan adanya manfaat yang tidak hanya dinikmati oleh sebagian anggota.

B. Fungsi dan Tugas


Seorang pemimpin secara umum berfungsi sebagai berikut :
1. Mengambil keputusan
2. Mengembangkan informasi
3. Memelihara dan mengembangkan loyalitas anggota
4. Memberi dorongan dan semangat pada anggota
5. Bertanggungjawab atas semua aktivitas kegiatan
6. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan
7. Memberikan penghargaan pada anggota yang berprestasi
Sedangkan tugas kepemimpinan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Yang berkaitan dengan kerja :
– Mengambil inisiatif
– Mengatur langkah dan arah
– Memberikan informasi
– Memberikan dukungan
– Memberi pemikiran
– Mengambil suatu kesimpulan
b. yang berkaitan dengan kekompakan anggota :
– Mendorong, bersahabat, bersikap menerima
– Mengungkapkan perasaan
– Bersikap mendamaikan
– Berkemampuan mengubah dan menyesuaikan pendapat
– Memperlancar pelaksanaan tugas
– Memberikan aturan main

C. Level dan Keterampilan Yang Perlu Dimiliki


Kepemimpinan dibagi menjadi sebagai berikut :
1. Level Top Leader/Top Management
Pimpinan puncak, misalnya, direktur utama. Melakukan tugas yang bersifat konseptual.
Misalnya, melakukan perencanaan yang akan dilakukan seluruh anggota.
2. Level Middle Leader/Middle Management
Golongan menengah, misalnya, staf produksi, manajer keuangan. Melakukan tugas konseptual
sebagai penjabaran dari top management, juga melakukan pekerjaan tersebut. Penguasaan
teknis relatif penting.
3. Lower Leader/Lower Management
Golongan bawah, misalnya, supervisor, mandor dan pelaksana teknis. Harus menguasai teknis
walaupun secara konseptual tidak begitu penting.

D. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan secara umum dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Orientasi pekerjaan (task oriented)
2. Orientasi kekompakan (human oriented)
Dari dua gaya kepemimpinan tersebut berkembang gaya kepemimpinan yang lain seperti :
– Gaya kekompakan tinggi, kerja rendah
– Gaya kerja tinggi, kekompakan rendah
– Gaya kerja tinggi, kekompakan tinggi
– Gaya kerja rendah, kekompakan rendah

E. Persyaratan Ideal Bagi Pimpinan


Menurut George R. Terry, pemimpin harus memiliki ciri sebagai berikut :
1. Mental dan fisik yang energik
2. Emosi yang stabil
3.Pengetahuan human relation yang baik
4. Motivasi personal yang baik
5. Cakap berkomunikasi
6. Cakap untuk mengajar, mendidik dan mengembangkan bawahan
7. Ahli dalam bidang sosial
8. Berpengetahuan luas dalam hal teknikal dan manajerial
Menurut Horold Koontz dan Cyrel O’Donnel, ciri-ciri pemimpin yang baik adalah :
a. Tingkat kecerdasan yang tinggi
b. Perhatian terhadap keseluruhan kepentingan
c. Cakap berbicara
d. Matang dalam emosi dan pikiran
e. Motivasi yang kuat
f. Penghayatan terhadap kerja sama

Teori Motivasi, Prestasi dan Kepuasan Kerja

A. Pengertian Motivasi
Motivasi secara umum sering diartikan sebagai sesuatu yang ada pada diri seseorang yang dapat
mendorong, mengaktifkan, menggerakkan dan mengarahkan perilaku seseorang. Dengan kata
lain
motivasi itu ada dalam diri seseorang dalam wujud niat, harapan, keinginan dan tujuan yang
ingin dicapai.
Motivasi ada dalam diri manusia terdorong oleh karena adanya :
1. Keinginan untuk hidup
2. Keinginan untuk memiliki sesuatu
3. Keinginan akan kekuasaan
4. Keinginan akan adanya pengakuan
Sehingga secara singkat, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan atau keinginan yang dapat
dicapai dengan perilaku tertentu dalam suatu usahanya.

B. Teori – Teori Motivasi


Ada tiga motivasi utama yang sering diajukan, yaitu :
1. Model Tradisional
sering disebut model klasik, dicetuskan oleh Frederick Winslow Taylor. Model ini menyatakan
bahwa motivasi pada seseorang hanya dipandang dari sudut pemenuhan kebutuhan fisik
atau biologis saja. Khususnya untuk pekerja hanya dapat dimotivasi dengan imbalan uang.
2. Model Human Relation
Diartikan sebagai model hubungan manusiawi dengan penekanan pada kontak sosial merupakan
kebutuhan bagi manusia yang bekerja dalam suatu organisasi. Model ini dicetuskan oleh
Elton Mayo sebagai akibat kejenuhan karyawan dalam melakukan pekerjaan yang sama secara
berulang. Elton Mayo menekankan pada pentingnya pengakuan atau penghargaan terhadap
kebutuhan sosial pekerja.
3. Model Sumberdaya Manusia
Dengan penekanan pada motivasi tidak hanya oleh masalah pemenuhan kebutuhan biologis saja
akan tetapi juga kebutuhan mendapatkan kepuasan.

Pengendalian atau Pengawasan

A. Pengertian dan Konsep


Sebagai terjemahan dari controlling dalam manajemen, merupakan fungsi yang penting. Alasan
melakukan pengawasan adalah :
1. Kemungkinan adanya pelanggaran dalam pelaksanaan perencanaan.
2. Kemungkinan terjadinya kesalahfahaman pihak perencana dan pelaksana.
3. Kemungkinan kurangnya penjabaran pekerjaan.
4. Kemungkinan bawahan kurang menguasai pekerjaan.
Jadi pengawasan dapat diartikan sebagai usaha melakukan pengamatan, pemantauan,
penyelidikan
dan evaluasi keseluruhan kegiatan agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Secara konseptual, pengawasan adalah suatu kehidupan interaktif antara hasil pekerjaan dengan
perencanaan yang telah disusun.

B. Aspek Perencanaan
Dipakai sebagai suatu standar atau tolok ukur. Perencanaan yang masih bersifat umum harus
dijabarkan dalam standar-standar yang dapat diukur, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

C. Aspek Pelaksanaan
Dijadikan sebagai obyek yang dinilai, dianalisa dan dievaluasi kemudian dibandingkan dengan
standar kegiatan. Jika ada perbedaan, maka kegiatan harus dievaluasi sampai sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan, akan tetapi jika tidak ada perbedaan maka kegiatan dapat
dilanjutkan ke tahap berikutnya.

D. Tujuan dan Mekanisme Pengendalian/Pengawasan


Tujuan utama dari pengawasan adalah untuk mencegah adanya penyimpangan atau setidaknya
memperkecil kesalahan yang mungkin akan terjadi. Sehingga tujuan yang telah ditetapkan
dapat tercapai dengan baik.
Mekanisme pengawasan secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Penetapan standar kegiatan
2. Menyusun umpan balik (feedback)
3. Pembandingan kegiatan dengan standar
4. Mengukur penyimpangan
5. Melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan

E. Jenis Pengendalian
Pengendalian dapat dibedakan berdasar beberapa aspek, yaitu :
1. Aspek waktu
2. aspek obyek
3. Aspek subyek
Sehingga jika dilihat dari aspek tersebut diatas, pengendalian dapat dibedakan menjadi :
a. Atas dasar aspek waktu :
— Pengendalian preventif ; pengendalian yang dilakukan pada saat proses pekerjaan sedang
berjalan.
— Pengendalian Represif ; pengendalian yang dilakukan setelah pekerjaan selesai.
b. Atas dasar aspek obyek :
— Pengendalian Administratif ; yang dilakukan dibidang administrasi
— Pengendalian Operatif ; dilakukan dibidang opersional
c. Atas dasae aspek subyek :
— Pengendalian Interen ; pengendalian yang ditujuan pada pelaku fungsi-fungsi manajemen
— Pengendalian eksteren ; ditujukan pada pelaku diluar fungsi-fungsi manajemen
F. Langkah – Langkah Pengendalian
Secara umum, pengendalian dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1. Penetapan standar dan metode pengukuran kinerja
2. Mengukur kegiatan
3. Membandingkan hasil pengendalian dengan hasil kegiatan
4. Melakukan tindakan korektif terhadap penyimpangan yang terjadi

oleh rahmat hidayat

Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Perintis Sosialis


1. Konsep-konsep ekonomi dari kaum perintis ditemukan terutama dalam ajaran-ajaran agama, kaidah-
kaidah hukum, etika atau aturan-aturan moral. Misalnya dalam kitab Hammurabi dari Babilonia tahun
1700 SM, masyarakat Yunani telah menjelaskan tentang rincian petunjuk-petunjuk tentang cara-cara
berekonomi.
2. Plato hidup pada abad keempat sebelum Masehi mencerminkan pola pikir tradisi kaum ningrat. Ia
memandang rendah terhadap para pekerja kasar dan mereka yang mengejar kekayaan. Plato menyadari
bahwa produksi merupakan basis suatu negara dan penganekaragaman (diversivikasi) pekerjaan dalam
masyarakat merupakan keharusan, karena tidak seorang pun yang dapat memenuhi sendiri berbagai
kebutuhannya. Inilah awal dasar pemikiran Prinsip Spesialisasi kemudian dikembangkan oleh Adam
Smith.
3. Aristoteles merupakan tokoh pemikir ulung yang sangat tajam, dan menjadi dasar analisis ilmuwan
modern sebab analisisnya berpangkal dari data. Konsep pemikiran ekonominya didasarkan pada konsep
pengelolaan rumah tangga yang baik, melalui tukar-menukar. Aristoteleslah yang membedakan dua
macam nilai barang, yaitu nilai guna dan nilai tukar. Ia menolak kehadiran uang dan pinjam-meminjam
uang dengan bunga, uang hanya sebagai alat tukar-menukar saja, jika menumpuk kekayaan dengan
jalan minta/mengambil riba, maka uang menjadi mandul atau tidak produktif.
4. Xenophon seorang prajurit, sejarawan dan murid Socrates yang mengarang buku Oikonomikus
(pengelolaan rumah tangga). Inti pemikiran Xenophon adalah pertanian dipandang sebagai dasar
kesejahteraan ekonomi, pelayaran dan perniagaan yang dianjurkan untuk dikembangkan oleh negara,
modal patungan dalam usaha, spesialisasi dan pembagian kerja, konsep perbudakan dan sektor
pertambangan menjadi milik bersama.
5. Thomas Aquinas (1225-1274), seorang filosof dan tokoh pemikir ekonomi pada abad pertengahan,
mengemukakan tentang konsep keadilan yang dibagi dua menjadi keadilan distributife dan keadilan
konvensasi, dengan menegakkan hukum Tuhan maka dalam jual-beli harus dilakukan dengan harga yang
adil (just-price) sedang bunga uang adalah riba. Tetapi masalah riba, upah yang adil dan harga yang layak
ini merupakan masalah yang terus-menerus diperdebatkan dalam ilmu ekonomi.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Merkantilis


1. Merkantilis merupakan model kebijakan ekonomi dengan campur tangan pemerintah yang dominan,
proteksionisme serta politik kolonial, ditujukan dengan neraca perdagangan luar negeri yang
menguntungkan .
2. Pemikiran-pemikiran ekonomi lahir pada kaum merkantilis disebabkan adanya pembagian kerja yang
timbul di dalam masyarakat, pembagian kerja secara teknis dan pembagian kerja teritorial, yang
selanjutnya akan mendorong perdagangan internasional.
3. Pemikiran ekonomi kaum merkantilis merupakan suatu kebijakan yang sangat melindungi industri,
dalam negeri, tetapi menganjurkan persaingan, sementara itu terjadi pembatasan-pembatasan yang
terkontrol dalam kegiatan perdagangan luar negeri, kebijakan kependudukan yang mendorong keluarga
dengan banyak anak, kegiatan industri di dalam negeri dengan tingkat upah yang rendah. Proteksi
industri yang menganjurkan persaingan dalam negeri, dan tingkat upah yang rendah mendorong ekspor.
4. Teori kuantitas uang didasarkan pada jumlah uang yang beredar mempengaruhi tingkat bunga dan
tingkat harga barang. Ke luar masuknya logam-logam mulia mempengaruhi tingkat harga di dalam
negeri serta jumlah uang yang beredar, dan kecepatan uang beredar.
5. Kebijakan ekonomi lebih bersifat makro, hal ini berhubungan dengan tujuan proteksi industri di dalam
negeri, dan menjaga rencana perdagangan yang menguntungkan, hal ini dilakukan dalam usaha
meningkatkan peranannya dalam perdagangan internasional dan perluasan-perluasan kolonialisme.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Pisiokrat


1. Mazhab Pisiokrat tumbuh sebagai kritik terhadap pemikiran ekonomi Merkantilis, tokoh pemikir yang
paling terkenal pada mazhab ini adalah Francois Quesnay. Sumbangan pemikiran yang terbesar dalam
perkembangan ilmu ekonomi adalah hukum-hukum alamiah, dan menjelaskan arus lingkaran ekonomi.
2. Inti pemikiran utama dalam mazhab Pisiokrat adalah dituangkan dalam tabel ekonomi yang terdiri
dari classe productive dari kaum petani, classe des froprietaires dari kaum pemilik tanah, classe sterile
atau classe stipendile yang meliputi kaum pedagang dan industriawan dan classe passieve adalah kaum
pekerja.
3. Pemikiran ekonomi kaum Pisiokrat yang menonjol dalam perkembangan ilmu ekonomi selain
lingkaran arus ekonomi dalam tabel ekonomi yaitu tentang teori nilai dan harga yang terbagi menjadi
tiga yaitu harga dasar barang-barang, harga penjualan dan harga yang harus dibayar konsumen. Teori
uang yang dikemukakannya adalah sebagai tabir uang (money is veil) dan perlunya pengenaan pajak
untuk kepentingan ekonomi.
4. Sumbangan pemikiran ahli Pisiokrat lain yaitu Jaques Turgot mempunyai dua sumbangan utama
terhadap pemikiran ekonomi yakni teori uang sebagai tabir, dan teori fruktifikasi. Teori uang sebagai
tabir yang mempersulit pengamatan fenomena ekonomi. Namun demikian pemikiran ini merupakan
gagasan ke arah menemukan dasar satuan perhitungan yang ia, tetapi dikemukakan atas transaksi
barter dengan nilai alat tukar dapat berubah-ubah karena jumlahnya.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Klasik


1. Filsafat kaum klasik mengenai masyarakat, prinsipil tidak berbeda dengan filsafat mazhab pisiokrat,
kaum klasik mendasarkan diri pada tindakan-tindakan rasional, dan bertolak dari suatu metode alamiah.
Kaum klasik juga memandang ilmu ekonomi dalam arti luas, dengan perkataan lain secara normatif.
2. Politik ekonomi kaum klasik merupakan politik ekonomi laissez faire. Politik ini menunjukkan diri
dalam tindakan-tindakan yang dilakukan oleh mazhab klasik, dan dengan keseimbangan yang bersifat
otomatis, di mana masyarakat senantiasa secara otomatis akan mencapai keseimbangan pada tingkat
full employment.
3. Asas pengaturan kehidupam perekonomian didasarkan pada mekanisme pasar. Teori harga
merupakan bagian sentral dari mazhab klasik, dan mengajarkan bahwa proses produksi dan pembagian
pendapatan ditentukan oleh mekanisme pasar. Dan dengan melalui mekanisme permintaan dan
penawaran itu akan menuju kepada suatu keseimbangan (equilibrium). Jadi dalam susunan kehidupan
ekonomi yang didasarkan atas milik perseorangan, inisiatif dan perusahaan orang-perorangan.
4. Ruang lingkup pemikiran ekonomi klasik meliputi kemerdekaan alamiah, pemikiran pesimistik dan
individu serta negara. Landasan kepentingan pribadi dan kemerdekaan alamiah, mengritik pemikiran
ekonomi sebelumnya, dan kebebasan individulah yang menjadi inti pengembangan kekayaan bangsa,
dengan demikian politik ekonomi klasik pada prinsip laissez faire.

Pemikiran Ekonomi Kaum Klasik Adam Smith (1723-1790)


1. Adam Smith adalah seorang pemikir besar dan ilmuwan kelahiran Kirkaldy Skotlandia tahun 1723,
guru besar dalam ilmu falsafah di Universitas Edinburgh, perhatiannya bidang logika dan etika, yang
kemudian semakin diarahkan kepada masalah-masalah ekonomi. Ia sering bertukar pikiran dengan
Quesnay dan Turgot dan Voltaire.
2. Adam Smith adalah pakar utama dan pelopor dalam mazhab Klasik. Karya besar yang disebut di atas
lazim dianggap sebagai buku standar yang pertama di bidang pemikiran ekonomi gagasannya adalah
sistem ekonomi yang mengoperasionalkan dasar-dasar ekonomi persaingan bebas yang diatur oleh
invisible hand, pemerintah bertugas melindungi rakyat, menegakkan keadilan dan menyiapkan sarana
dan prasarana kelembagaan umum.
3. Teori nilai yang digunakan Adam Smith adalah teori biaya produksi, walaupun semula menggunakan
teori nilai tenaga kerja. Barang mempunyai nilai guna dan nilai tukar. Ongkos produksi menentukan
harga relatif barang, sehingga tercipta dua macam harga, yakni harga alamiah dan harga pasar dalam
jangka panjang harga pasar akan cenderung menyamai harga alamiah, dan dengan teori tersebut timbul
konsep paradoks tentang nilai.
4. Sumber kekayaan bangsa adalah lahan, tenaga kerja, keterampilan dan modal. Dengan demikian,
timbul persoalan pembagian pendapatan yakni upah untuk pekerja, laba bagi pemilik modal dan sewa
untuk tuan tanah. Tingkat sewa tanah akan meningkat, sedangkan tingkat upah menurun, dengan
asumsi berlaku dana upah, dan lahan lama-kelamaan menjadi kurang subur, sedangkan persaingan
tingkat laba menurun yang akhirnya mencapai kegiatan ekonomi yang stationer. Smith berpendapat
bahwa pembagian kerja sangat berguna dalam usaha meningkatkan produktivitas. Pembagian kerja
akan mengembangkan spesialisasi. Pertambahan penduduk berarti meningkatkan tenaga kerja, dalam
hal ini meningkatkan permintaan dan perluasan pasar.

Pemikiran Ekonomi Kaum Klasik JB. Say, Malthus, dan David Ricardo
1. Jean Batiste Say adalah seorang pakar ekonomi kelahiran Perancis yang berasal dari keluarga
saudagar dan menjadi pendukung pemikiran Adam Smith. Say memperbaiki sistem Adam Smith dengan
cara yang lebih sistematis serta logis. Karya Say yaitu theorie des debouchees (teori tentang pasar dan
pemasaran) dan dikenal sebagai Hukum Say (Say’s Law) yaitu supply creats its oven demand tiap
penawaran akan menciptakan permintaanya sendiri. Menurut Say dalam perekonomian bebas atau
liberal tidak akan terjadi “produksi berlebihan” (over production) yang sifatnya menyeluruh, begitu juga
pengangguran total tidak akan terjadi. Yang mungkin terjadi menurut Say ialah kelebihan produksi yang
sifatnya sektoral dan juga pengangguran yang sifatnya terbatas (pengangguran friksi).
2. Thomas Robert Malthus dilahirkan tahun 1766 di Inggris, sepuluh tahun sebelum Adam Smith
menerbitkan The Wealth of Nations dan meninggal tahun 1834. Malthus adalah seorang ilmuwan di
bidang teologi yang kemudian memusatkan perhatiannya kepada masalah-masalah ekonomi dalam
perkembangan masyarakat. Malthus adalah alumnus dari University of Cambridge, Inggris, tempat ia
menyelesaikan pelajaran dalam ilmu matematika dan ilmu sejarah klasik. Malthus diangkat menjadi
Profesor of History and Political Economy di East India College. Bagian yang paling penting dalam pola
dasar pemikiran Malthus dan kerangka analisisnya ialah menyangkut teori tentang sewa tanah dan teori
tentang penduduk dengan bukunya yang berjudul An Essay on the Principle of Population. Teori Malthus
pada dasarnya sederhana saja. Kelahiran yang tidak terkontrol menyebabkan penduduk bertambah
menurut deret ukur padahal persediaan bahan makanan bertambah secara deret hitung.
3. Ricardo adalah seorang Pemikir yang paling menonjol di antara segenap pakar Mazhab Klasik. Ia
sangat terkenal karena kecermatan berpikir, metode pendekatannya hampir seluruhnya deduktif. David
Ricardo telah mengembangkan pemikiran-pemikiran Adam Smith secara lebih terjabar dan juga lebih
sistematis. Dan pendekatannya teoretis deduktif, pemikirannya didasarkan atas hipotesis yang dijadikan
kerangka acuannya untuk mengkaji berbagai permasalahan menurut pendekatan logika. Teori yang
dikembangkan oleh Ricardo menyangkut empat kelompok permasalahan yaitu: teori tentang distribusi
pendapatan sebagai pembagian hasil dari seluruh produksi dan disajikan sebagai teori upah, teori sewa
tanah, teori bunga dan laba, teori tentang nilai dan harga, teori perdagangan internasional dan, teori
tentang akumulasi dan perkembangan ekonomi.

PEMIKIRAN EKONOMI MAZHAB SOSIALIS


Sejarah Pemikiran dari Mazhab Sosialis dan Kritik terhadap Pemikiran Ekonomi Klasik
1. Kritik yang dikemukakan oleh mazhab sosialis berhubungan dengan doktrin laissez faire dengan
pengendalian tangan tak kentara (invisible hand) dan intervensi pemerintah. Pemikiran yang dibahas
adalah tentang teori nilai, pembagian kerja, teori kependudukan, dan the law of deminishing return, dan
kritiknya karena asumsi bahwa negaralah yang berhak untuk mengatur kekayaan bangsa.
2. Para pengritik mazhab klasik terutama dari Lauderdale, Sismonde, Carey, List dan Bastiat. Lauderdale
mengajukan kritik bahwa nilai barang ditentukan oleh kelangkaan dan permintaan, sedangkan Muller
dan List melihat bahwa nilai barang ditentukan juga tidak hanya oleh modal fisik, tetapi juga oleh modal
spiritual dan modal mental. Demikian juga Carey melihat tentang teori nilai dari segi teori biaya
reproduksi, sedangkan Bastiat bahwa faktor-faktor yang menentukan nilai barang adalah besarnya
tenaga kerja yang dikorbankan pada pembuatan barang, menurut beliau hal-hal yang menjadi karunia
alam tidak mempunyai nilai, kecuali telah diolah manusia.
3. Sismonde mengajukan keberatan terhadap teori kependudukan Malthus, dan tidak mungkin dapat
dikendalikan dengan cara-cara yang dikemukakan Malthus, sebab sangat tergantung pada kemauan
manusia dan kesempatan kerja, dan kawin yang selalu dikaitkan dengan kemampuan ekonomi. Mesin
mempunyai fungsi untuk menggantikan tenaga kerja manusia, aspek mesin tidak selalu mempunyai
keuntungan dalam meningkatkan kekayaan bangsa. Carey berpendapat pertambahan modal lebih cepat
dari pertambahan penduduk.
4. Sismonde berpendapat bahwa pembagian kerja skala produksi menjadi semakin besar dan tidak
dapat dikendalikan sehingga terjadi kelebihan produksi. Muller berpendapat bahwa pembagian kerja
telah membawa pekerjaan ke dalam perbudakan dan tenaga kerja menjadi mesin. Pemikiran List bukan
pembagian kerja yang paling penting tetapi mengetahui dan menggunakan kekuatan-kekuatan produktif
dalam usaha meningkatkan kekayaan bangsa.
5. Pemikiran John Stuart Mill banyak dipengaruhi oleh Jeremy Bentam yang beraliran falsafah utilitarian,
bebannya sangat berat dalam mempelajari falsafah, politik dan ilmu sosial, yang menjadikan mental
breakdown. Kritik terhadap ekonomi klasik terutama pada Smith, Malthus dan Ricardo, dipelajari oleh
Mill. Sementara itu pemikiran ekonomi sosialis mulai berkembang, dasar sistem ekonomi klasik adalah
laissez faire, hipotesis kependudukan Malthus, hukum lahan yang semakin berkurang, teori dana upah
mendapat tantangan. Dalam era inilah pemikiran Mill dituangkan dalam bukunya yang berjudul Principle
of Political Economy, dengan pemikiran yang eklektiknya.
6. Sumbangan yang paling besar Mill adalah metode ilmu ekonomi yang bersifat deduktif dan bersama
dengan metode induktif. Karena hipotesisnya belum didukung dengan data empirik, di samping itu
pembahasannya tentang teori nilai tidak melihat dari biaya produksi, tetapi telah menggunakan sisi
permintaan melalui teori elastisitas. Mill menjelaskan bahwa hukum yang mengatur produksi lain
dengan hukum distribusi pendapatan, juga memperkenalkan human capital investment yaitu
keterampilan, kerajinan dan moral tenaga kerja dalam meningkatkan produktivitas.
Ekonomi Mazhab Sosialis Utopia
1. Dari pandangan pemikiran yang revolusioner Karl Marx dan Enggel pemikiran ini biasa disebut kaum
sosialis ilmiah dan ada yang tetap mempertahankan dengan cara-cara yang bersifat ideal dan terlepas
dari kekuasaan politik disebut sosialis utopis dengan dipelopori oleh Thomas More, Francis Bacon,
Thomas Campanella, Oliver Cromwell, Gerard Winstanley, James Harrington..
2. Perkataan Utopis berasal dari judul buku Thomas More dalam tahun 1516 Tentang Keadaan Negara
yang Sempurna dan Pulau Baru yang Utopis. Francis Bacon dalam bukunya Nova Atlantis (1623), dan
Thomas Campanella (1623) dalam bukunya Negara Matahari (Civitas Solis).
3. Saint Simon (1760-1825), dari Perancis bukunya The New Christianity dan Charles Fourier (1772-1837)
bercita-cita menciptakan tata dunia baru yang lebih baik bukan dengan kotbah tetapi dengan model
percontohan. Louis Blanc mengusahakan agar didirikan ateliers sociesux yakni pabrik-pabrik yang
dihimpun negara. Pierre Joseph Proudhom (1809-1865 ) Beliau yakin akan asas persamaan dan lama
sekali tidak setuju dengan hak milik pribadi terhadap perusahaan.

Ekonomi Mazhab Sosialis Ilmiah


1. Karl Marx dilahirkan di Treves Jerman dan seorang keturunan Yahudi. Ia seorang ilmuwan dan pemikir
besar bidang filosof serta Pemimpin Sosialisme Modern. Ia belajar di Universitas Bonn kemudian di
Universitas Berlin di Jerman dan memperoleh sarjana bidang Filsafat. Dalam masa studinya ia banyak
dipengaruhi oleh Friedrich Hegel seorang Filosof Besar Jerman bidang falsafah murni.
2. Friedrich Engels, berasal dari kalangan usahawan besar di Jerman, keluarganya memiliki sejumlah
perusahaan industri tekstil di Jerman maupun di Inggris. Sejak usia muda Engels menaruh minat
terhadap ilmu falsafah dan ilmu pengetahuan masyarakat. Nalurinya tergugah oleh apa yang diamatinya
dan disaksikannya sendiri mengenai kehidupan masyarakat dalam lingkungan kawasan industri di
Jerman dan di Inggris. Engels bertemu dengan Marx tahun 1840 di Paris, sewaktu Marx hidup dalam
pembuangan.
3. Teori tentang perkembangan ekonomi menurut Marx sebenarnya dapat dibagi menjadi tiga bagian,
pertama pemikirannya tentang proses akumulasi dan konsentrasi, kedua teori tentang proses
kesengsaraan/pemiskinan yang meluas (die verelendung atau increasing misery), ketiga teori tentang
tingkat laba yang cenderung menurun.
4. Menurut teori konsentrasi perusahaan-perusahaan makin lama makin besar, sedangkan jumlahnya
makin sedikit. Perusahaan-perusahaan besar bersaing dengan perusahan kecil maka perusahaan kecil
akan kalah dalam persaingan dan kemudian perusahaan kecil lenyap. Timbullah perusahaan-perusahaan
raksasa. Para pengusaha kecil dan golongan menengah menjadi orang miskin.
5. Sedangkan teori akumulasi menyatakan bahwa para pengusaha raksasa semakin lama semakin kaya
dan menumpuk kekayaan yang terkonsentrasi pada beberapa orang, dan para pengusaha kecil akhirnya
jatuh miskin dan pengusaha kecil yang berdiri sendiri menjadi proletariat. Sejauhmana proses akumulasi
yang dimaksud di atas bisa berjalan tergantung dari a) tingkat nilai surplus, b) tingkat produktivitas
tenaga kerja, dan c) perimbangan bagian nilai surplus untuk konsumsi terhadap bagian yang disalurkan
sebagai tambahan modal.

PEMIKIRAN EKONOMI NEOKLASIK

Perintis Dari Analisis Marjinal


1. Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori maupun dalam
metodologinya. Teori nilai tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga kerja atau biaya produksi tetapi telah
beralih pada kepuasan marjinal (marginal utility). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru
dalam teori ekonomi.
2. Salah satu pendiri mazhab neoklasik yaitu Gossen, dia telah memberikan sumbangan dalam pemikiran
ekonomi yang kemudian disebut sebagai Hukum Gossen I dan II. Hukum Gossen I menjelaskan
hubungan kuantitas barang yang dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang diperoleh, sedangkan Hukum
Gossen II, bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya untuk berbagai jenis barang yang
diperlukannya. Selain Gossen, Jevons dan Menger juga mengembangkan teori nilai dari kepuasan
marjinal. Jevons berpendapat bahwa perilaku individulah yang berperan dalam menentukan nilai
barang. Dan perbedaan preferences yang menimbulkan perbedaan harga. Sedangkan Menger
menjelaskan teori nilai dari orde berbagai jenis barang, menurut dia nilai suatu barang ditentukan oleh
tingkat kepuasan terendah yang dapat dipenuhinya. Dengan teori orde barang ini maka tercakup
sekaligus teori distribusi.
3. Pemikiran yang sangat mengagumkan yang disusun oleh Walras tentang teori keseimbangan umum
melalui empat sistem persamaan yang serempak. Dalam sistem itu terjadi keterkaitan antara berbagai
aktivitas ekonomi seperti teori produksi, konsumsi dan distribusi. Asumsi yang digunakan Walras adalah
persaingan sempurna, jumlah modal, tenaga kerja, dan lahan terbatas, sedangkan teknologi produksi
dan selera konsumen tetap. Jika terjadi perubahan pada salah satu asumsi ini maka terjadi perubahan
yang berkaitan dengan seluruh aktivitas ekonomi

Teori Priduktivitas Marjinal


1. Dasar pemikiran mazhab neoklasik pada generasi kedua lebih akurasi dan tajam karena bila
dibandingkan dengan pemikiran ekonomi pada kelompok generasi pertama neoklasik. Hal ini dapat
terjadi karena pemikiran generasi kedua menjabarkan lebih lanjut perilaku variabel-variabel ekonomi
yang sudah dibahas sebelumnya. Lingkupan telah berkembang dari produksi, konsumsi, dan distribusi
yang lebih umum beralih pada penjelasan yang lebih tajam.
2. Pertentangan pemikiran antara para ahli neoklasik seperti J.B. Clark dapat menjadi sumber inspirasi
dari perkembangan ilmu ekonomi dalam menjelaskan teori distribusi fungsional, ditafsirkan oleh J.B
Clark mempunyai nilai etik, yang secara langsung membantah teori eksploitasi. Dengan teori
produktivitas marjinal upah tenaga kerja, laba serta lahan dan bunga ditetapkan dengan objektif dan
adil. Tetapi masalahnya, apakah setiap pekerja mendapat upah sama dengan PPMt nya?
3. Penggunaan pendekatan matematis dalam analisis ekonomi terutama dalam fungsi produksi semakin
teknis, dan dengan penggunaan asumsi-asumsi yang dialaminya juga bertambah seperti dalam kondisi
skala tetap, meningkat atau menurun. Hal ini dikaitkan pula dengan bentuk kurva ongkos rata-rata, oleh
Wicksell. Hal ini merupakan sumbangan besar dalam pembahasan ongkos perusahaan dan industri. Pada
saat kurva ongkos rata-rata menurun, sebenarnya pada fungsi produksi terjadi proses increasing returns,
dan pada saat kurva ongkos naik, pada kurva produksi terjadi keadaan decreasing returns. Selanjutnya,
pada saat ongkos rata-rata sampai pada titik minimum, pada fungsi produksi berlaku asumsi constant
return to scale.
4. Pemikiran lain yang menjadi sumber kontroversi seperti pandangan Bohm Bawerk telah menimbulkan
kontroversi pula tentang hubungan antara modal dan bunga. Kontroversi ini pun timbul dari pandangan
J.B. Clark. Clark mempunyai pendapat bahwa barang-barang sekarang mempunyai nilai lebih tinggi
daripada masa depan, karena itu timbullah bunga. Tetapi, bunga juga dipengaruhi oleh produktivitas
melalui keunggulan teknik. Bohm Bawerk memberikan adanya premium atau agio, karena kebutuhan
sekarang lebih tinggi daripada masa datang. Tetapi, Fisher melihat dari arus pendapatan masa depan
perlu dinilai sekarang, yang dipengaruhi oleh kekuatan subjektif dan objektif. Fisher menjelaskan pula
terjadinya bunga melalui permintaan dan penawaran terhadap tabungan dan investasi. Fisher memberi
sumbangan pula pada tingkat bunga. Tingkat bunga merupakan marginal rate of return over cost.

Pemikiran Marshall Sebagai Bapak Ekonomi Neoklasik


1. Sumbangan yang paling terkenal dari pemikiran Marshall dalam teori nilai merupakan sitetis antara
pemikiran pemula dari marjinalis dan pemikiran Klasik. Menurutnya, bekerjanya kedua kekuatan, yakni
permintaan dan penawaran, ibarat bekerjanya dua mata gunting. Dengan demikian, analisis ongkos
produksi merupakan pendukung sisi penawaran dan teori kepuasan marjinal sebagai inti pembahasan
permintaan. Untuk memudahkan pembahasan keseimbangan parsial, maka digunakannya asumsi
ceteris paribus, sedangkan untuk memperhitungkan unsur waktu ke dalam analisisnya, maka pasar
diklasifikasikan ke dalam jangka sangat pendek, jangka pendek, dan jangka panjang. Dalam membahas
kepuasan marjinal terselip asumsi lain, yakni kepuasan marjinal uang yang tetap.
2. Pemikiran Alfred Marshall mahir dalam menggunakan peralatan matematika ke dalam analisis
ekonomi. Dia memahami, bahwa untuk memudahkan pembaca, maka catatan-catatan matematikanya
diletakkan pada bagian catatan kaki dan pada lampiran bukunya. Pembahasannya tentang kepuasan
marjinal telah mulai sebelum 1870, sebelum buku Jevons terbit, tetapi karena orangnya sangat teliti dan
modes, dia tidak mau cepat-cepat menerbitkan bukunya.
3. Dalam pembahasan sisi permintaan, Marshall telah menghitung koefisien barang yang diminta akibat
terjadinya perubahan harga secara relatif. Nilai koefisien ini dapat sama dengan satu, lebih besar dan
lebih kecil dari satu. Tetapi, ada dua masalah yang belum mendapat penyelesaian dalam hal sisi
permintaan, yakni aspek barang-barang pengganti dan efek pendapatan. Robert Giffen telah dapat
membantu penyelesaian kaitan konsumsi dan pendapatan dengan permintaannya terhadap barang-
barang, sehingga ditemukan Giffen Paradox. Peranan substitusi kemudian diselesaikan oleh Slurtky.
4. Marshall menemukan surplus konsumen. Pengertian ini dikaitkan pula dengan welfare economics.
Bahwa konsumen keseluruhan mengeluarkan uang belanja lebih kecil daripada kemampuannya
membeli. Jika itu terjadi maka terjadi surplus konsumen. Selama pajak yang dikenakan pada konsumen
lebih kecil daripada surplusnya itu, maka kesejahteraannya tidak menurun. Tetapi, pajak juga dapat
digunakan untuk subsidi, terutama bagi industri-industri yang struktur ongkosnya telah meningkat.
Marshall menjelaskan pula mengapa kurva ongkos total rata-rata menurun dan meningkat. Hal ini
berkaitan dengan faktor internal dan eksternal perusahaan atau industri.
5. Mekanisme permintaan dan penawaran dapat mendatangkan ketidakstabilan, karena setiap usaha
yang dilakukan untuk kembali ke posisi seimbang ternyata membuat tingkat harga dan jumlah barang
menjauhi titik keseimbangan. Keadaan tidak stabil itu terjadi jika kurva penawaran berjalan dari kiri-atas
ke kanan-bawah. Jika variabel kuantitas independen, terjadi kestabilan, tetapi jika berubah harga
menjadi independen, maka keadaan menjadi tidak stabil.
Tindakan Kolektif dan Surplus Yang Tidak Produktif
1. Mitchell seorang ilmuwan sejati yang tidak terpengaruh oleh pemikiran lain ia mempunyai pandangan
sendiri. Oleh karena itu tidak semua pandangan Veblen disetujuinya, bahkan di samping pemikiran
ekonomi ortodoks, pandangan Veblen mendapat kritik. Mitchell berkeberatan terhadap asumsi-asumsi,
logika yang abstrak ekonomi ortodoks, karena itu dia tidak pernah menggunakannya sebagai teori dalam
penelitian. Dia lebih menekankan penelitian empirik dan menjelaskan data dengan deskriptif.
Pendekatan sejarah, dengan mempelajari sebab-sebab yang menjadi kumulatif secara evolusioner
digunakannya dalam analisis siklus bisnis. Fluktuasi kegiatan ekonomi dapat diamati dari keputusan-
keputusan pengusaha, reaksi-reaksi pengusaha terhadap perubahan laba. Siklus-bisnis terdiri beberapa
tahap, yakni resesi, depresi, pemulihan dan masa-masa makmur (boom).
2. John R. Commons seorang pelopor ajaran ekonomi kelembagaan di UniversitasWisconsin. Commons
mencoba untuk melakukan perubahan sosial, penyempurnaan struktur dan fungsi pendidikan di
kampusnya, dan banyak memberikan sumbangan dalam ekonomi perburuhan. Pandangannya terhadap
ekonomi ortodoks adalah penolakannya pada lingkungan ekonomi yang sempit, statik, dan mencoba
memasukkan segi-segi kejiwaan, sejarah, hukum, sosial dan politik dalam pembahasannya. Teori harga
dalam ekonomi ortodoks hanya berlaku dalam kondisi-kondisi khusus. Dalam pasar ekonomi ortodoks
terjadi pertukaran, tetapi bukan hubungan pertukaran. Dia membagi tiga macam transaksi dalam pasar,
yakni transaksi pengalihan hak milik kekayaan, transaksi kepemimpinan, dan transaksi distribusi. Dalam
transaksi tersebut, melibatkan aspek-aspek kebiasaan, adat, hukum dan kejiwaan.
3. Pandangan pemikiran J.A. Hobson tentang kritiknya terhadap ekonomi ortodok, yaitu ada tiga
kelemahan teori ekonomi ortodoks yang ditemukannya, yakni tidak dapat menyelesaikan masalah full
employment yang dijanjikan teori ekonomi ortodoks, distribusi pendapatan yang senjang, dan pasar
bukanlah ukuran terbaik untuk menentukan ongkos sosial. Adanya ekonomi normatif dan positif tidak
disetujuinya, oleh karena keduanya mengandung unsur etika, hipotesis tentang timbulnya imperialisme,
karena terjadi under consumption dan over saving di dalam negeri, maka diperlukan penanaman modal
ke daerah-daerah baru. Pengeluaran pemerintah dan pajak dapat mendorong ekonomi ke arah full
employment, dan meningkatkan pendapatan pekerja dan peningkatan produktivitas. Pembayaran
terhadap faktor-faktor produksi dapat ditentukan atas kebutuhan cukup untuk meningkatkan
produktivitas dan dengan memberikan kelebihan yang tidak produktif. Dengan semakin meratanya
pembagian pendapatan akan mendorong peningkatan produktivitas, meningkatnya konsumsi, dan akan
terhindarlah ekonomi dari resesi.
Mazhab Institusionalisme
1. Inti pemikiran Veblen dapat dinyatakan dalam beberapa kenyataan ekonomi yang terlihat dalam
perilaku individu dan masyarakat tidak hanya disebabkan oleh motivasi ekonomi tetapi juga karena
motivasi lain (seperti motivasi sosial dan kejiwaan), maka Veblen tidak puas terhadap gambaran teoretis
tentang perilaku individu dan masyarakat dalam pemikiran ekonomi ortodoks. Dengan demikian, ilmu
ekonomi menurut Veblen jauh lebih luas daripada yang ditemukan dalam pandangan ahli-ahli ekonomi
ortodoks.
2. Revolusi perkembangan pemikiran yang dikemukakan Veblen yaitu dengan memperluas lingkup
pengkajian ilmu ekonomi, membawa akibat perluasan dan perubahan dalam metodologi, andaian-
andaian, dan perilaku variabel-variabel ekonomi. Veblen melihat pengkajian ilmu ekonomi dari berbagai
aspek ilmu sosial sehingga diperlukan interdisiplin. Oleh karena itu pula Veblen mendapat tuduhan
bukan sebagai seorang pemikir ekonomi, tetapi sebagai seorang sociologist.
3. Pandangan pemikiran Veblen yang utama bahwa teori-teori ekonomi ortodoks, seperti teori
konsumsi, perilaku bisnis, andaian-andaian laba maksimal, persaingan sempurna ditolaknya. Persaingan
sempurna hampir tidak terjadi, yang banyak terjadi adalah monopoli, bukan persaingan harga, tetapi
harga ditetapkan lebih tinggi. Konflik-konflik yang terjadi bukan lagi antara tenaga kerja dan pemilik
modal, tetapi antara bisnismen dengan para teknisi. Karena dunia bisnis telah dikuasai oleh mesin, maka
peranan teknisilah yang menentukan proses produksi.
4. Selanjutnya pandangan Veblen pada tahap awal sukar dipahami oleh ahli-ahli ekonomi, karena dia
menggunakan istilah-istilah yang datang dari disiplin lain. Namun demikian, pandangan-pandangannya
telah mendorong berkembangnya aliran ekonomi kelembagaan Amerika Serikat. Murid-muridnya
melanjutkan dan melakukan pengembangan terhadap pemikiran- pemikirannya.

Intonasi, Drama Asia dan Kapitalisme Amerika


1. Pemikiran yang paling menonjol dari Schumpeter tentang pembahasan ekonomi jangka panjang
terlihat dalam analisisnya baik mengenai terjadinya inovasi komoditi baru, maupun dalam menjelaskan
terjadinya siklus-bisnis. Keseimbangan ekonomi yang statik dan stasioner itu mengalami gangguan
dengan adanya inovasi, namun gangguan itu berusaha mencari keseimbangan baru. Inovasi akan
terhenti kalau kapten industri (wiraswasta) telah terlihat dengan persoalan-persoalan rutin. Walaupun
Schumpeter menggunakan andaian-andaian ekonomi ortodoks, tetapi dia memasukkan aspek dinamik
dengan mengkaji terjadinya fluktuasi bisnis, di mana terjadi resesi, depresi, recovery, dan boom. Invensi
dan inovasi merupakan kreativitas yang bersifat destruktif. Penemuan hari ini dapat dihancurkan oleh
penemuan esok, tetapi ekonomi tetap tumbuh.
2. Pemikiran Gunnar Myrdal seorang ekonomi Swedia yang terbesar dewasa ini tertarik dengan
pengkajian sosiologi. Dia mempelajari sebab-sebab terjadinya kemiskinan di negeri-negeri maju dan
yang sedang berkembang. Dalam mengatasi persoalan-persoalan itu tidak dapat hanya dengan teori-
teori ekonomi ortodoks, oleh karena teori itu terlalu sempit. Perencanaan ekonomi di negeri-negeri
yang sedang berkembang akan mengarahkan pembangunan yang jelas, dan perencanaan itu meliputi
segala aspek, yakni ekonomi, pendidikan, kesehatan, kependudukan, dan semua sektor. Alat analisisnya
seperti yang dilakukan oleh Mitchell, yakni sebab-musabab yang bersifat kumulatif. Jadi, kekuatan-
kekuatan politik, ekonomi, sosial dan kejiwaan dapat berhimpun menjadi sebab kejadian yang
merugikan atau yang menguntungkan pembangunan.
3. John Keyneth Galbraith menjelaskan perkembangan ekonomi kapitalis di AS, yang tidak sesuai dengan
ramalan-ramalan yang bersifat manipulatif dari teori ekonomi ortodoks. Andaian-andaian ekonomi
ortodoks menurut Galbraith ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya. Tidak ada lagi persaingan
sempurna, pasar telah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan ini menentukan selera
konsumen. Kekuasaan konsumen telah tidak berarti sehingga timbul dependent-effect pemilik modal
telah terpisah dengan para manajer yang profesional, dan para manajer ini telah menjadi
technostructure masyarakat. Konsumsi masyarakat telah menjadi tinggi, tetapi sebaliknya terjadi
pencemaran lingkungan, dan kualitas barang-barang swasta tidak dapat diimbangi oleh barang-barang
dan jasa publik. Kekuatan-kekuatan perusahaan besar dikontrol oleh kekuatan pengimbang seperti
kekuatan buruh, pemerintah, dan lembaga-lembaga konsumen. Namun demikian, untuk menjamin
kelanjutan kekuasaan perusahaan- perusahaan ini, mereka meminta pemerintah untuk
menstabilkannya.

KONSEP DASAR MANAJEMEN

A. BATASAN MANAJEMEN
Istilah manajemen (manejement) telah diartikan oleh berbagai pihak dengan perspektif yang berbeda,
misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketatalaksanaan, kepemimpinan, pemimpin,
ketatapengurusan, administrasi dan sebagainya. Masing-masing pihak dalam memberikan istilah
diwarnai oleh latar belakang pekerjaan mereka.

Contoh Makalah KONSEP DASAR MANAJEMEN | Contoh Makalah


http://www.contohmakalah.co.cc/2010/10/konsep-dasar-manajemen.html#ixzz1Ie9ThjYR
Makalah, Skripsi, Karya Ilmiyah, Artikel, Bisnis Online
Under Creative Commons License: Attribution Share Alike

Sebagai bahan perbandingan, pendapat para ahli mengenai batasan manajemen yang amat berbeda.
1. John D. Millett membatasi manajemen.
Adalah suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang yang diorganisasikan dalam
kelompok formal untuk mencapai tujuan (Siswanto, 1987: 4).
Millet lebih menekankan bahwa manajemen sebagai suatu proses, yaitu suatu rangkaian aktivitas yang
satu sama lain saling berurutan.
a) Proses pengarahan (process of directing), yaitu suatu rangkaian kegiatan untuk memberikan petunjuk
atau instruksi dari seorang atasa kepada bawahan atau kepada orang yang diorganisasikan dalam
kelompok formal dan untuk pencapaian tujuan.
b) Proses pemberian fasilitas kerja (process of facilitating the work), yaitu rangkaian kegiatan untuk
memberikan sarana dan prasarana serta jsa yang memudahkan pelaksanaan pekerjaan dari seorang atas
kepada bawahan atau kepada orang yang terorganisasi dalam kelompok formal untuk pencapaian suatu
tujuan.
2. James A.F Stoner dan Charles Wankel (1986: 4) memberikan batasan manajemen sebagai berikut:
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya
anggota organisasi dan penggunaan seluruh sumber daya organisasi lainnya demi tercapainya tujuan
organisasi. Menurut Stoner dan Wankel bahwa proses adalah cara sistematis untuk menjalankan suatu
pekerjaan. Dalam batasan manajemen diatas prosesnya meliputi:
1. Perencanaan, yaitu menetapkan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan.
2. Pengorganisasian, yaitu mengkoordinasikan sumber daya manusia serta sumber daya lainnya yang
dibutuhkan.
3. Kepemimpinan, yaitu mengupayakan agar bawahan bekerja sebaik mungkin.
4. Pengendalian, yaitu memastikan apakah tujuan tercapai atau tidak dan jika tidak tercapai dilakukan
tindakan perbaikan.
3. Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard (1980: 3), memberikan batasan manajemen sebagai suatu
usaha yang dilakukan dengan dan bersama individu atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
Untuk kepentingan pembahasan lebih lanjut dalam buku ini, manajemen diberi batasan sebagai berikut:
Manajemen adalah seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian dan
pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.
Defenisi manajemen diatas mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Elemen sifat
a. Manajemen sebagai suatu seni
Yaitu sebagai suatu keahlian, kemahiran, kemampuan dan keterampilan dalam aplikasi ilmu
pengetahuan untuk mencapai tujuan.
b. Manajemen sebagai suatu ilmu
Yaitu akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasikan dan diorganisasikan untuk mencapai
kebenaran umum (general purpose).


2. Elemen fungsi
a. Perencanaan
Yaitu suatu proses dan rangkaian kegiatan untuk menetapkan tujuan terlebih dahulu pada suatu jangka
waktu/periode tertentu serta tahapan/langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan
tersebut.
b. Pengorganisasian
Yaitu suatu proses dan rangkaian kegiatan dalam pembagian kerja yang direncanakan untuk diselesaikan
oleh anggota kelompok pekerjaan.
c. Pengarahan
Yaitu suatu rangkaian kegiatan untuk memberikan petunjuk atau instruksi dari seorang atasan kepada
bawahan atau kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk pencapaian tujuan
bersama.
d. Pemotivasian
Yaitu suatu proses dan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang atasan dalam memberikan
inspirasi, semangat dan kegairahan kerja serta dorongan kepada bawahan untuk dapat melakukan suatu
kegiatan yang semestinya.
e. Pengendalian
Yaitu suatu proses dan rangkaian kegiatan untuk mengusahakan agar suatu pekerjaan dapat
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan tahapan yang harus dilalui.

3. Elemen sasaran
a. Orang (manusia)
Yaitu mereka yang telah memenuhi syarat tertentu dan telah menjadi unsur integral dari organisasi atau
badan tempat ia bekerja sama untuk mencapai tujuan.

b. Mekanisme kerja
Yaitu tata cara dan tahapan yang harus dilalui orang yang mengadakan kegiatan bersama untuk
mencapai tujuan.

4. Elemen tujuan
Yaitu hasil akhir yang ingin dicapai atas suatu pelaksanaan kegiatan. Dalam arti luas, tujuan mengandung
hal seperti objective, purpose, mission, deadline, standard, target dan quota. Tujuan merupakan
rangkaian dalam proses perencanaan dan juga merupakan elemen penting dalam proses pengendalian.

B. FILSAFAT MANAJEMEN
Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas philein dan sophia. Philien artinya
cinta dan sophia berarti kebijakan. Filsafat berarti cinta kebijakan. Cinta hasrat, kemauan atau keinginan
yang besar atai yang berkobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijakan artinya kebenaran sejati atau
kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat, kemauan atau keinginan yang sungguh-sungguh
akan kebenaran sejati.
Jadi pengertian, filsafat secara umum sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji hakikat segala sesuatu
untuk memperoleh kebenaran.
Moekijat mengemukakan bahwa filsafat adalah suatu sistem pemikiran yang menjelaskan gejala
tertentu dan memberikan serangkaian prinsip untuk memecahkan permasalahan yang berhubungan
dengan pencapaian suatu tujuan tertentu (Moekijat, 1980: 318). Singkatnya suatu filsafat adalah suatu
cara hidup. Filsafat memiliki:
1. Tujuan tertentu
2. Beberapa nilai yang berhubungan dengan pencapaian tujuan
3. Keyakinan pada pihak para penganut bahwa nilai dan tujuan akhir bernilai untuk dikejar
Filsafat adalah petunjuk utama yang menggarisbawahi semua tindakan dari seorang manajer.
Filsafat manajemen adalah bagian yang terpenting dari pengetahuan dan kepercayaan yang
memberikan dasar yang luas untuk menetapkan pemecahan permasalahan manajerial.
Dalam filsafat manajemen, terkandung dasar pandangan hidup yang mencerminkan keberadaan,
identitas dan implikasinya guna mewujudkan efisiensi dan efektivitas dalam pekerjaan manajemen.
Menurut Davis dan Filley dalam Ukas (1978) terdapat faktor-faktor dasar dalam filsafat manajemen yang
diperlukan dan memiliki hubungan saling ketergantungan satu sama lain dalam mencapai tujuan.
Faktor-faktor dasar tersebut meliputi hal-hal berikut:
1. Kepentingan umum
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam penyelenggaraan suatu organisasi harus terlihat adanya cerminan
deskripsi berbagai kepentingan, baik kepentingan pemilik, manajer, para bawahan maupun kepentingan
masyarakat lingkungannya.
2. Tujuan usaha
Tujuan usaha adalah perwujudan aktivitas yang spesifik dari organisasi, baik organisasi yang bertujuan
mencari laba maupun organisasi yang tidak bertujuan mencari laba.
3. Pimpinan pelaksana
Pimpinan pelaksana adalah individu yang diberi kepercayaan untuk memimpin suatu usaha dengan
menggunakan otoritas yang telah diberikan kepadanya.
4. Kebijakan
Kebijakan adalah pernyataan atau ketentuan umum yang menuntun atau menyalurkan pemikiran
menjadi pengambilan keputusan oleh bawahan, serta memberikan arah ke mana organisasi tersebut
akan dikemudikan.
5. Fungsi
Fungsi adalah aktivitas yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai. Setiap organisasi
sebagaimana halnya individu pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai.
6. Faktor dasar
Faktor dasar meliputi faktor-faktor produksi asli atau turunan, baik berupa alam, tenaga, modal serta
pendukungnya yang merupakan elemen yang harus ada dalam penyelenggaraan organisasi.
7. Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah saluran yang menunjukkan hubungan kerja antara manajer dan bawahan
dalam melaksanakan pekerjaan yang disertai dengan otoritas dan tanggung jawab serta kesanggupan
untuk tanggung gugat/mempertanggungjawabkan (accountability).
8. Prosedur
Prosedur adalah tahapan tindakan yang harus ditempuh untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu.
9. Moral kerja
Moral kerja adalah kondisi mental dari individu atau kelompok yang menentukan sikap bawahan dalam
menerima pekerjaan dan mengoperasikannya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan akhir.

C. TUJUAN DAN SENI MANAJEMEN


Manajemen adalah ilmu dan seni untuk melakukan tindakan guna mencapai tujuan. Manajemen sebagai
suatu ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang disismatisasikan atau kesatuan pengetahuan yang
terorganisasi. Manajemen sebagai suatu ilmu dapat pula dilihat sebagai suatu pendekatan (approach)
terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada
prinsipnya dapat diamati oleh indra manusia.
Manajemen sebagai ilmu, titik beratnya terletak pada metode keilmuan. Batasan lain tentang ilmu yang
menekankan oleh Goode dan hatt (1952: 7) bahwa ilmu merupakan suatu cara menganalisis yang
mengizinkan para ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk kausalitas.
Berdasarkan batasan yang telah dikemukakan, terdapat pada pengertian ilmu itu yang bersifat rasional,
empiris, umum dan akumulatif.
1. Bersifat rasional
Rasional adalah suatu sifat aktivitas berpikir yang ditundukkan pada logika formal dalam mengikuti
urutan berpikir silogisme.
2. Bersifat empiris
Dikatakan bersifat empiris karena kesimpulan yang diambil harus dapat ditundukkan pada pemeriksaan
atau pada verifikasi indra manusia.
3. Bersifat umum
Bersifat umum artinya kebenaran yang dihasilkan sebagai ilmu tersebut dapat diverifikasi oleh peninjau
ilmiah.
4. Bersifat akumulatif
Bersifat akumulatif adalah apa yang dipelajari merupakan kelanjutan dari ilmu yang telah dikembangkan
sebelumnya.
Manajemen merupakan suatu ilmu karena memiliki karakteristik pokok seperti halnya karakteristik
pokok ilmu yang telah dideskripsikan diatas.
Manajemen sebagai suatu seni bukan diartikan seni dalam arti formal yang biasa dihubungkan dengan
seni musik, sastra, tari, drama, patung, lukis dan sebagainya.
Yang dimaksudkan seni disini adalah seni dalam pengertian yang lebih luas dan umum, yaitu merupakan
keahlian, kemahiran, kemampuan serta keterampilan dalam menerapkan prinsip, metode dan tekhnik
dalam menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam (human dan natural resources)
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.
Dalam bahasa Belanda, keahlian, kemampuan, kemahiran dan keterampilan yang diperoleh menurut
saluran biasa, yaitu menurut sistem pelajaran atau sistematik tertentu, disebut kunde (ilmu). Jika
keahlian, kemahiran, kemampuan dan keterampilan tidak dapat lagi ditelusuri berdasarkan saluran ilmu
dan sistematik biasa maka disebut kuast (seni).
Manajemen dapat dikuasai oleh ilmu dengan lapisan seni yang baik atau sebaliknya manajemen dapat
dikuasai oleh seni dengan lapisan ilmu yang baik. Dalam setiap aktivitas diperlukan ilmu dan seni.
D. PENTINGNYA TUJUAN DALAM MANAJEMEN
Tujuan adalah sesuatu yang ingin direalisasikan oleh seseorang; tujuan merupakan objek atas suatu
tindakan.
Edwin A. Locke (1968: 157) berpendapat bahwa Frederick W. Taylor menggunakan tujuan yang
ditentukan sebagai salah satu tekhnik utamanya dar manajemen ilmiah (scientific management).
Locke juga mendeskripsikan secara hati-hati mengenai sifat dari proses mental atas penetapan tujuan.
Sifat yang secara spesifik dijelaskannua adalah spesifikasi tujuan (goal spesificity), kesukaran tujuan (goal
difficulty) dan intensitas tujuan (goal intensity). Spesifikasi tujuan adalah kejelasan dan ketelitian
deskripsi kuantitatif dari tujuan. Sukarnya tujuan adalah tingkat keahlian atau tingkat prestasi yang
dicari. Intensitas tujuan menyinggung proses penetapan tujuan atau proses penentuan cara
mencapainya.
Tujuan manajemen adalah sesuatu yang ingin direalisasikan, yang menggambarkan cakupan tertentu
dan menyarankan pengarahan kepada usaha seorang manajer. Berdasarkan pengertian diatas, diambil
empat elemen pokok yaitu:
1. Sesuatu yang ingin direalisasikan (goal)
2. Cakupan (scope)
3. Ketepatan (definitness)
4. Pengarahan (direction)
Secara empiris luasnya sesuatu yang ingin direalisasikan termasuk dalam pengertian tujuan manajemen.
Tujuan manajemen juga mengandung arti ketetapan (definitnes). Pengarahan (direction) ditunjukkan
oleh tujuan. Hal itu karena tujuan pada umumnya menunjukkan hasil yang harus direalisasikan dan
memisahkan hasilnya dari berbagai hal yang ingin direalisasikan yang mungkin ada.
Pada umumnya, tujuan dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Tujuan organisasi secara makro
2. Tujuan manajer pada seluruh hierarki organisasi
3. Tujuan individu
Tujuan organisasi secara makro sangat berhubungan dengan nilai (values) yang dibentuk dari aktivitas
yang dilakukan oleh organisasi untuk kepentingan pihak intern dan pihak ekstern (sosio). Tujuan yang
berhubungan dengan manajer pada seluruh hierarki organisasi merupakan pengertian yang lazim
diantara berbagai jenis tujuan. Tujuan ini lebih banyak berhubungan dengan hierarki kuantitas dan
kualitas yang harus direalisasikan. Tujuan individu lebih banyak berhubungan dengan kepuasan
ekonomis, psikologis dan sosial.

E. MANAJEMEN, MANAJER DAN KEPEMIMPINAN


Manajer adalah seorang yang bertindak sebagai perencana, pengorganisasian, pengarah, pemotivasi
serta pengendali orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.
Kepemimpinan adalah sikap dan perilaku untuk mempengaruhi para bawahan agar mereka mampu
bekerja sama sehingga dapat bekerja secara efisien dan efektif.
Menurut cakupan kegiatannya, manajer dapat dibedakan menjadi empat kelompok berikut:
1. Dewan direksi,
2. Presiden organisasi,
3. Departemen atau kepala divisi,
4. Manajer hierarki pertama

F. KETERAMPILAN DAN PERAN MANAJER


Peter F. Drucker (1976) berpendapat bawah prestasi seorang manajer dapat diukur berdasarkan dua
konsep, yaitu efisiensi (efficiency) dan efektivitas (effectivity). Efisiensi berarti menjalankan pekerjaan
dengan benar, sedangkan efektivitas berarti menjalankan pekerjaan yang benar.
Efektivitas adalah kemampuan untuk memilih sasaran yang tepat.
Henry Mintzberg yang selanjutnya dikutip oleh Stoner dan Wankel (1986: 16 – 17) mengemukakan
bahwa terdapat kesamaan yang kuat dalam perilaku manajer pada semua hierarki organisasi. Menurut
Mintzberg disebut “sekelompok perilaku yang terorganisasi (organized sets of behaviors)”.
1. Peran antarpribadi manajer (the manager’s interpersonal roles)
2. Peran informasional manajer (the manager’s informational roles)
3. Peran pengambil keputusan manajer (the manager’s decisional roles)

G. PROSES MANAJEMEN
Proses adalah suatu cara sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan. Proses manajemen adalah
suatu rangkaian aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang manajer dalam suatu organisasi. Rangkaian
aktivitas dimaksudkan adalah merupakan fungsi seorang manajer.
Fungsi manajer ke dalam organisasi dapat dilihat dari dua sudut berikut:
1. Fungsi manajer dari sudut proses, yaitu perencanaa, pengorganisasin, pengarahan, pemotivasian dan
pengendalian.
2. Fungsional manajer dari sudut spesialisasi kerja, yaitu keuangan, ketenagakerjaan, pemasaran,
pembelian, produksi dan sejenisnya.

1. Fungsi manajer dari sudut proses


Pendistribusian fungsi yang dimaksud meliputi perencanaan, pengorganisasin, pengarahan,
pemotivasian dan pengendalian.

2. Fungsi manajer dari sudut spesialisasi kerja


a. Fungsi keuangan
b. Fungsi ketenagakerjaan
c. Fungsi pemasaran
d. Fungsi pembelian
e. Fungsi produksi


3. Fungsi manajer ke luar organisasi
Fungsi manajer ke luar organisasi, antara lain berupa:
1. Penyampaian informasi ekonomis kepada pihak yang berkepentingan dengan organisasi.
2. Penyampaian informasi umum kepada pihak luar.
3. Kerja sama dengan pihak lain.

BAB 2
PERKEMBANGAN KONSEP MANAJEMEN

A. MAZHAB KLASIK
Terdapat tiga mazhab (aliran) manajemen yang mengikuti perkembangannya. Pertama mazhab klasik
yang terbagi menjadi dua cabang, yaitu manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik, kedua mazhab
perilaku dan ketiga mazhab ilmu manajemen.
1. Manajemen ilmiah cabang mazhab klasik pertama
a. Robert Owen
Robert Owen hidup pada tahun 1771 – 1858. Penilaian bawahan dilakukan secara terbuka setiap hari
sehingga bukan hanya memungkinkan para manajer mengetahui letak permasalahannya, tetapi juga
memberikan kebanggan dan mendorong kompetisi yang sehat.
b. Charles Babbage
Charles Babbage hidup pada tahun 1792 – 1871. Dasar keyakinan Babbage bahwa apliasi prinsip ilmiah
pada proses kerja akan meningkatkan produktivitas dan menekan biaya.
c. Frederik W. Taylor
Frederik W. Taylor hidup pada tahun 1856 – 1915. Ia merupakan salah satu tokoh manajemen ilmiah
(scientific management) yang paling termasyhur sehingga mendapat sebutan sebagai bapak manajemen
ilmiah.
d. Henry L. Gantt
Henry L. Gantt hidup pada tahun 1861 – 1919. Rendahnya motivasi yang dicapai mengakibatkan Gantt
meninggalkan sistem tarif upah diferensial untuk diubah menjadi satu inovasi baru berupa motivasi kerja
kepada para bawahan.

e. Pasangan Gilberth
Frank B. Gilberth hidup pada tahun 1868 – 1942. Lilian M. Gilberth sebagai istri hidup pada tahun 1878 –
1972. Pasangan Gilberth berpendapat bahwa studi gerak akan meningkatkan semangat kerja bagi
bawahan karena keuntungan fisiknya yang nyata dan karena dapat menunjukkan perhatian manajemen
pada para pahlawan.

2. Teori organisasi klasik cabang mazhab klasik kedua


Pengembang teori organisasi klasik adalah Henry Fayol yang hidup pada tahun 1841 – 1925. Timbulnya
teori organisasi klasik sebagai dampak dari adanya organisasi yang kompleks. Fayol berpendapat bahwa
praktek manajemen yang baik memiliki suatu pola tertentu yang dpat diidentifikasikan dan dianalisis.
Dalam usahanya mengembangkan ilmu manajemen, Fayol memulainya dengan membagi perusahaan
menjadi enam aktivitas yang saling bergantung. Aktivitas yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Fungsi teknis (technical), yaitu memproduksi dan membuat produk.
2. Fungsi komersial (commercial), yaitu membeli bahan baku dan menjual produk.
3. Fungsi finansial (financial), yaitu memperoleh dan menggunakan modal.
4. Fungsi keamanan (security), yaitu melindungi para bawahan dan aktiva perusahaan.
5. Fungsi akuntansi (accounting), yaitu mencatat dan mengecek biaya, keuntungan dan utang-utang,
menyiapakn neraca serta menghimpun statistik.
6. Fungsi manajerial (managerial).
Prinsip manajemen yang dikembangkan fayol yang mendasari perilaku manajerial yang efektif adalah:
1. Pembagian kerja (division of labor)
2. Otoritas (authority)
3. Disiplin (discipline)
4. Kesatuan perintah (unity of command)
5. Kesatuan arah (unity of direction)
6. Menomorduakan kepentingan pribadi diatas kepentingan umum (subordination of individual interest
to the common goals)
7. Pemberian upah (remuneration)
8. Sentralisasi (centralization)
9. Hierarki (hierarchy)
10. Tertib (order)
11. Keadilan (equity)
12. Kestabilan staf (stability of staff)
13. Inisiatif (initiative)
14. Semangat korps (esprit de corps)

B. MAZHAB PERILAKU
Para pakar dibawah ini berusaha memperkuat teori organisasi klasik dengan wawasan sosiologi dan
psikologi.
a. Hugo Munsterberg
Hugo Munsterberg hidup pada tahun 1865 – 1916 dan telah memberikan kontribusi yang besar dalam
aplikasi guna membantu tercapainya tujuan produktivitas sebagaimanadiharapkan oleh manajer lain.

b. Elton Mayo
Elton Mayo hidup pada tahun 1880 – 1949. Mayo pada beberapa eksperimennya menemukan bahwa
insentif berupa finansial apabila diberikan tidak menyebabkan peningkatan produktivitas.

C. MAZHAB ILMU MANAJEMEN


Munculnya mazhab ilmu manajemen dilatarbelakangi oleh lahirnya riset operasi (Operation
Research/OR) yang dibentuk oleh pemerintah Inggris untuk menghadapi sejumlah permasalahan baru
yang rumit dalam peperangan yang harus segera dipecahkannya pada permulaan perang dunia ke 2.
Tekhni ilmu manajemen diaplikasikan dalam aktivitas yang amat luas, misalnya penganggaran modal
(capital budgeting), penjadwalan produksi (production scheduling), perencanaan program
pengembangan bawahan, pengembangan strategi produk dan sebagainya.

D. USAHA-USAHA PERPADUAN
Mazhab ilmu perilaku dan mazhab ilmu manajemen, keduanya merupakan pendekatan yang penting
dan penuh semangat terhadap penelitian, analisis dan pemecahan manajemen.

BAB 5
PENGARAHAN

A. KONSEP DASAR
Pengarahan adalah usaha yang berhubungan dengan segala sesuatu agar semuanya dapat dilakukan.
Pengarahan merupakan metode untuk menyalurkan perilaku bawahan dalam aktivitas tertentu dan
menghindari aktivitas lain dengan menetapkan peraturan dan standar, kemudian memastikan bahwa
peraturan tersebut dipatuhi.

B. TUJUAN PENGARAHAN
Secara umum tujuan pengarahan adalah sebagai berikut:
- Menjamin kontinuitas perencanaan
Suatu perencanaan ditetapkan untuk dijadikan pedoman normaratif dalam pencapaian tujuan.
Pelaksanaan kerja yang baik akan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

- Membudayakan prosedur standar


Seperti telah dideskripsmikan pada bab sebelumnya bahwa suatu prosedur akan memberikan
seperangkat petunjuk detail untuk melaksanakan urutan-urutan tindakan yang sering atau bisa terjadi.

- Menghindari kemangkiran yang tak berarti


Kemangkiran dapat diberikan batasan sebagai kondisi etika seseorang tidak berada ditempat kerjanya
diluar penyebab yang jelas tanpa pemberitahuan sebelumnya.


- Membina disiplin kerja
Disiplin dapat diartikan sebagai suatu sikap mental yang menyatu dalam kehidupan yang mengandung
pemahaman terhadap norma, nilai dan peraturan melaksanakan hak dan kewajiban kehidupan.
Disiplin kerja yang terbina akan memberikan dampak positif terhadap perusahaan.

- Membina motivasi yang terarah


Motivasi berasal dari kata “motive” (Ind. Motif) adalah segala sesuatu yang membuat seseorang
bertingkah laku tertentu atau paling tidak bekeinginan untuk bersikap tertentu.
Motivasi adalah salah satu faktor penentu hasil kerja orang disamping kemampuan. Motivasi
dipengaruhi oleh sutu kondisi fisik kebutuhan seseorang serta kondisi seseorang.

C. PERAN KOMUNIKASI DALAM PENGARAHAN


Komunikasi memiliki peran yang penting karena tanpa komunikasi apa yang ada dalam diri seseorang
tidak aan sampai pada orang lain.
Suatu komunikasi dapat diberikan beberapa batasan. Salah satu batasan umum dan sering kali berlaku
pada beberapa sistem organisasi adalah proses penyampaian informasi atau pengertian dari pengirim
pesan kepada penerima dengan menggunakan tanda atau simbol yang sama, baik bersifat oral maupun
bukan oral (Siswanto, 1988). Dalam hubungannya dengan struktur organisasi, informasi dapat mengalir
vertikal, horizontal maupun diagonal.

1. Sistem komunikasi vertikal


Sistem komunikasi vertikal terjadi dan berlangsung dari atas maupun dari bawah.

2. Sistem komunikasi horizontal


Komunikasi ini terjalin antar departemen, unit dan bagian dalam satu hierarki organisasi.

3. Sistem komunikasi diagonal


Komunikasi ini sebenarnya merupakan jalur komunikasi yang penggunaannya amat langka. Akan tetapi,
dalam kondisi tertentu sebenanya amat penting, khususnya apabila para bawahan tidak dapat
berkomunikasi secara efektif melalui media lainnya.

Ketiga sistem komunikasi diatas banyak bergantung pada kedelapan elemen penting yang harus selalu
ada untuk menghasilkan komunikasi yang efektif. Kedelapan elemen pokok komunikasi menurut Stoner
dan Wankel (1986: 501 – 504) tersebut meliputi hal-hal berikut:
1. Pengirim (sender atau source)
Pengirim adalah seseorang yang memikiki informasi kebutuhan atau keinginan dan sebuah maksud
untuk disampaikan kepada satu atau lebih orang lain.
2. Penyandian (encoding)
Aktivitas ini berlangsung manakala pengirim menerjemahkan informasi yang akan dikirim kedalam
serangkaian simbol.
3. Pesan (message)
Pesan adalah bentuk fisik ketika pengirim menyandikan informasi.
4. Saluran (channel)
Saluran adalah media pengirim dari satu orang ke orang lain (misalnya udara, kata-kata yang diucapkan
dan kertas untuk penulisan pean (huruf).
5. Penerima (receiver)
Penerima adalah orang yang indranya menangkap pesan pengirim.
6. Pengurai sandi (deconding)
Pengurai sandi adalah proses penerima menafsirkan pesan dan menerjemahkannya ke dalam informasi
yang bermakna.
7. Gaduh (noise)
Gaduh adalah salah satu faktor yang mengacaukan, membingungkan atau mengganggu komunikasi.
Gangguan tersebut dapat bersifat intern atau ekstern.
8. Umpan balik (feedback)
Umpan balik adalah suatu perbalikan proses komunikasi ketika reaksi terhadap komunikasi pengirim
dinyatakan.
Schramm dan Roberts (1973) menampilkan apa yang disebut the condition of success in communication.
Artinya kondisi yang harus dipenuhi, agar pesan mendapat respons yang sesuai, antara lain sebagai
berikut:
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian
komunikan.
2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antar
komunikator dan komunikan sehingga sama-sama mengerti.
3. Pesan harus membangkitkan kebuthan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk
memperoleh kebutuhan tersebut.
4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutihan yang layak bagi situasi kelompok
ketika komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki
(Effendi, 1993: 41 – 42).
Dalam penerapan fungsi pengarahan, komunikasi merupakan salah satu proses yang amat potensial
dalam memainkan peran penting sehingga karyawan dapat merealisasikan tujuan organisasi yang
diabdikannya. Penerapan fungsi pengarahan, manajer juga dituntut untuk memainkan komunikasi
melalui proses pembimbingan dan penyeliaan para bawahan. Perlu adanya koordinasi, integrasi dan
sinkronisasi
1. Koordinasi
Koordinasi adalah penyelarasan atas aktivitas secara teratur guna memberikan jumlah, waktu dan
pengarahan pelaksanaan yang tepat sehingga mengakibatkan adanya aktivitas yang selaras dan
disatukan untuk tujuan tertentu.
2. Integrasi
Integrasi adalah penggabungan bagian menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh.
3. Sinkronisasi
Sinkronisasi adalah menyatukan berbagai aktivitas untuk dilaksanakan secara bersamaan sehingga
terhindar adanya inefisiensi yang berkepanjangan.

D. LAPORAN
Salah satu alat untuk menyampaikan informasi yang paling sering digunakan dalam sistem
pengorganisasian dan memiliki konteks yang erat dengan pengarahan adalah laporan.
Laporan dapat diberikan beberapa batasan, namun batasan tersebut tidak mengikat batasan lain.
Moekijat (1980: 505 – 506) memberikan batasa laporan (report) sebagai berikut:
1. Laporan adalah pengenal informasi nyata yang ditujukan kepada orang tertentu untuk tujuan
tertentu.
2. Laporan adalah setiap tulisan yang berisi hasil pengolahan data informasi.
3. Laporan adalah alat komunikasi ketika penulis membuat beberapa kesimpulan atau rekomendasi
mengenai fakta atau keadaan-keadaan yang telah diselidiki.
Dengan dibuatnya laporan terdapat beberapa manfaat yang dapat dipetik, sebagai berikut:
1. Tanggung gugat/pertanggung jawaban dan pengendalian
2. Penyampaian informasi
3. Masukan pengambilan keputusan
4. Alat membina kerja sama dan koordinasi
5. Alat pengembangan gagasan dan tukar menukar pengalaman

Laporan yang efektif minimum memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Benar dan objektif
2. Jelas dan terandal
3. Efektif
4. Tegas dan taat asa (konsisten)
5. Tepat waktu
6. Lengkap
Laporan dikatakan lengkap apabila:
1. Mencakup berbagai segi masalah yang dikemukakan
2. Deskripsinya tidak memberikan kesempatan terhadap timbulnya permasalahan atau pertanyaan baru
3. Disertai tanda penunjang, misalnya statistik, tabel, bagan dan sebagainya
7. Tepat sasaran

KESIMPULAN

Pengarahan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang atasan kepada bawahan agar tidak terjadi
suatu kesalahan dalam bekerja.
Pengarahan diberikan kepada bawahan bukan karena apa yang dilakukan oleh pegawai itu salah,
pengarahan ini bertujuan memberikan motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Reksohadiprojo, Sukanto, 1992, Dasar-Dasar Manajemen, Yogyakarta, BPFEE.

Contoh Makalah KONSEP DASAR MANAJEMEN | Contoh Makalah


http://www.contohmakalah.co.cc/2010/10/konsep-dasar-manajemen.html#ixzz1Ie9c4COy
Makalah, Skripsi, Karya Ilmiyah, Artikel, Bisnis Online
Under Creative Commons License: Attribution Share Alike

Teori organisasi umum

Teori organisasi dibagi atas 5 klasifikasi yaitu

1. Teori manajemen ilmiah

2. Teori organisasi klasik

3. Teori organisasi hubungan antar manusia

4. Teori behavioral science

5. Teori aliran kuantitatif

berikut penjabaran dari ke 5 klsaifikasi teori organisasi :

1. Teori Manajemen Ilmiah / Klasik

Variabel yang diperhatikan dalam manajemen ilmiah :

1. Pentingnya peran seorang manajer

2. Pemanfaatan dan pengangkatan tenaga kerja

3. Tanggung jawab kesejahteraan seorang karyawan

4. Iklim yang cenderung kondusif

Manajemen ilmiah memperhatikan prinsip-prinsip pembagian kerja.

1.1. Robert Owen (1771 – 1858)

Menekankan tentang peranan sumberdaya manusia sebagai kunci keberhasilan perusahaan.


Dilatar-belakangi oleh kondisi dan persyaratan kerja yang tidak memadai, dimana kondisi kerja

sebelumnya dan kehidupan pekerja pada masa itu sangat buruk.

1.2. Charles Babbage (1792 – 1871)

Menganjurkan untuk mengadakan pembagian tenaga kerja dalam kaitannya dengan pembagian

pekerjaan. Sehingga setiap ekerja dapat dididik dalam suatu keterampilan khusus. Setiap

pekerja hanya dituntut tanggungjawab khusus sesuai dengan spesialisasinya.

1.3. Frederick W. Taylor :

Merupakan titik tolak penerapan manajemen secara ilmiah hasil penelitian tentang studi waktu

kerja (time & motion studies). Dengan penekanan waktu penyelesaian pekerjaan dapat

dikorelasikan dengan upah yang diterima. Metode ini disebut sistem upah differensial.

1.4. Hennry L. Gantt (1861 – 1919) :

Gagasannya mempunyai kesamaan dengan gagasan Taylor, yaitu :

1. Kerjasama saling menguntungkan antara manajer dan karyawan.

2. Mengenal metode seleksi yang tepat.

3. Sistem bonus dan instruksi.

Akan tetapi Hennry menolak sistem upah differensial. Karena hanya berdampak kecil terhadap

motivasi kerja.

1.5. Frank B dan Lillian M. Gilbreth (1868 – 1924 dan 1878 – 1972) :

Berdasarkan pada gagasan hasil penelitian tentang hubungan gerakan dan kelelahan dalam

pekerjaan. Menurut Frank, antara gerakan dan kelelahan saling berkaitan. Setiap gerakan

yang dihilangkan juga menimbulkan kelelahan. Menurut Lillian, dalam pengaturan untuk

mencapai gerakan yang efektif dapat mengurangi kelelahan.

1.6. Herrrington Emerson (1853 – 1931) :


Berpendapat bahwa penyakit yang mengganggu sistem manajemen dalam industri adalah

adanya pemborosan dan inefisinesi. Oleh karena itu ia menganjurkan :

1. Tujuan jelas

2. Kegiatan logis

3. Staf memadai

4. Disiplin kerja

5. Balas jasa yang adil

6. Laporan terpecaya

7. Urutan instruksi

8. Standar kegiatan

9. Kondisi standar

10. Operasi standar

11. Instruksi standar

12. Balas jasa insentif

2. Teori Organisasi Klasik

2.1. Fayol (1841 – 1925) :

Teori organisasi klasik mengklasifikasikan tugas manajemen yang terdiri atas :

1. Technical ; kegiatan memproduksi produk dan mengoranisirnya.

2. Commercial ; kegiatan membeli bahan dan menjual produk.

3. Financial ; kegiatan pembelanjaan.

4. Security ; kegiatan menjaga keamanan.

5. Accountancy ; kegiatan akuntansi

6. Managerial ; melaksanakan fungsi manajemen yang terdiri atas :


– Planning ; kegiatan perencanaan<>

– Organizing ; kegiatan mengorganiisasikaan

– Coordinating ; kegiatan pengkoorrdinasiian

– Commanding ; kegiatan pengarahann

– Controlling ; kegiatan penngawasaan

Selain hal tersebut diatas, asas-asa umum manajemen menurut Fayol adalah :

– Pembagian kerja

– Asas wewenang dan tanggungjawab<>

– Disiplin

– Kesatuan perintah

– Kesatuan arah

– Asas kepentingan umum

>

– Pemberian janji yang wajar

– Pemusatan wewenang

– Rantai berkala

– Asas keteraturan

– Asas keadilan

– Kestabilan masa jabatan

– Inisiatif

– Asas kesatuan

2.2. James D. Mooney :

Menurut James, kaidah yang diperlukan dalam menetapkan organisasi manajemen adalah :
a. Koordinasi

b. Prinsip skala

c. Prinsip fungsional

d. Prinsip staf

3. Teori Hubungan Antar Manusia (1930 – 1950)

Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan psikologis terhadap bawahan, yaitu dengan

mengetahui perilaku individu bawahan sebagai suatu kelompok hubungan manusiawi untuk

menunjang tingkat produktifitas kerja.

Sehingga ada suatu rekomendasi bagi para manajer bahwa organisasi itu adalah suatu sistem

sosial dan harus memperhatikan kebutuhan sosial dan psikologis karyawan agar produktifitasnya

bisa lebih tinggi.

4. Teori Behavioral Science :

4.1. Abraham maslow

Mengembangkan adanya hirarki kebutuhan dalam penjelasannya tentang perilaku manusia dan

dinamika proses motivasi.

4.2. Douglas Mc Gregor

Dengan teori X dan teori Y.

4.3. Frederich Herzberg

Menguraikan teori motivasi higienis atau teori dua faktor.

4.4. Robert Blake dan Jane Mouton

Membahas lima gaya kepemimpinan dengan kondisi manajerial.

4.5. Rensis Likert

Menidentifikasikan dan melakukan penelitian secara intensif mengenai empat sistem


manajemen.

4.6. Fred Fiedler

Menyarankan pendekatan contingency pada studi kepemimpinan.

4.7. Chris Argyris

Memandang organisasi sebagai sistem sosial atau sistem antar hubungan budaya.

4.8. Edgar Schein

Meneliti dinamika kelompok dalam organisasi.

Teori behavioral science ditandai dengan pandangan baru mengenai perilaku orang per orang,

perilaku kelompok sosial dan perilaku organisasi.

5. Teori Aliran Kuantitatif

Memfokuskan keputusan manajemen didasarkan atas perhitungan yang dapat

dipertanggungjawabkan keilmiahannya.

Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ilmu manajemen yang biasa dimulai dengan langkah

sebagai berikut :

1. Merumuskan masalah

2. Menyusun model aritmatik

3. Mendapatkan penyelesaikan dari model

4. Mengkaji model dan hasil model

5. Menetapkan pengawasan atas hasil

6. Mengadkan implementasi

Alat bantu yang sering digunakan dalam metode ini adalah motede statistik dan komputerisasi

untuk melihat kemungkinan dan peluang sebaai informasi yang dibutuhkan pihak manajemen.
2.1 Aliran-Aliran Manajemen
Manajemen merupakan seni atau ilmu yang didalamnya terdapat unsure-unsur planning, organizing,
actuating, dan controlling, untuk menentukan dan mencapai tujuan tertentu dengan pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Dan ilmu manajemen ini telah mengalami proses
evolusi yang panjang, yang berdasarkan evolusi tersebut telah melahirkan aliran-aliran manajemen yang
secara umum dapat digolongkan kedlam tiga aliran yaitu, Aliran Klasik, Aliran Prilaku, Aliran Ilmu
Manajemen atau Aliran Modern, Aliran Kauantitatif

2.1.1.Aliran Klasik
Aliran Klasik merupakan aliran yang pertama kali muncul dalam ranah manajemen dan aliran klasik ini
sendiri dibagi dalam dua bagian yaitu:

A. Manajemen Ilmiah
Para pelopor manajemen ilmiah antara lain:

a).Robert Owen
Robert Owen hidup pada tahun 1771-1858. pada tahun 1800-an ia adalah seorang manajer pada
beberapa pabrik pemintal kapas di New Lanarls Skotlandia.
Pengalaman memimpinb para tenaga kerja dibawah umur menyentuh hatinya untuk membangun
perumahan yang layak bagi tenaga kerja. Demikian puyla usaha lain yang dilakukan dengan cara
menyediakan kebutuhan rumah tangga bagi para tenaga kerja dengan harga yang relative rendah
daripada harga pasar. Selain bertindak sebagai innovator, dengan cara melakukan perbaikan
menyeluruh pada kondisi kerja dalam pabrik yang dipimpinnya, ia juga menetapkan mekanisme kerja
spesifik yang mampu menambah tingkat produktivitas, penilaian tenaga kerja dilakukan secara terbuka
tiap hari, sehingga manajer mengetahui permasalahan yang dihadapi dan juga memberikan dorongan
kompetisi yang sehat.

b).charles babbage
Charles Babbage hidup pada tahun 1792-1871. dasar keyakinan Babbage bahwa aplikasi prinsip-prinsip
ilmiah pada prose kerja akan meningkatkan produktivitas dan menekan biaya. Oleh karena itu ia banyak
menggunakan waktunya untuk mempelajari cara-cara untuk membuat pekerjaan dalam pabrik lebih
efisien. Ssehingga ia menghasilkan sebuah prinsipm pembagian kerja karena ia berkeyakinan bahwa
setiap pekerjaan dalam pabrik harus dipecah,sehingga berbagai keterampilan yang terlibat dapat
dipisahkan. Setiap tenaga kerja dididik dengan keterampilan yang spesifik dan hanya diberi tangguang
jawab atas sebagian dari proses.

c). Frederik W. Taylor


Taylor hidup pada tahun 1856-1915. taylor merupakan tokoh manajemen ilmiah yang terpopuler,
sehingga ia mendapatr julukan bapak manajemen ilmiah, manajemen ilmiah timbul karena keinginan
untuk menambah produktivitas hingga akhirnya Taylor menemukan prinsip-prinsip yaitu:
Ø Pengembangan manajeman ilmiah yang sebenarnya, sehingga misalnya, metode yang terbaik untuk
melakukan setiap pekerjaan dapat ditentukan.
Ø Seleksi secara ilmiah terhadap para pekerja, sehingga setiap pekerja dapat diberi tanggung jawab atas
tugas yang paling cocok baginya
Ø Pendidikan dan pengembangan ilmiah untuk tenaga kerja
Ø Kerja sama yang erat dan bersahabat antara manajer dan pekerja

d). Henry L. Gantt


Gantt hidup pada tahun 1861-1919. Rendahnya motivasi yang dicapai mengakibatkan Gantt
meninggalkan sistem tarif upah diferensial untuk diubah dengan suatu inovasi baru berupa motivasi
kepada tenaga kerja. Motivasi pertama bahwa tyenaga kerja yang mampu menyelesaikan pekerjaan
yang dibebankan sesuai waktu yang ditentukan ia akan menerima bonus. Motivasi kedua adalah mandor
akan menerima bonus juga apabila seluruh tenaga kerja mampu menyelesaikan dan bisa mencapai
standar yang telah ditentukan
Selain dua bentuk motivasi tersebut Gantt berusaha menyempurnakan gagasan Owen dalam
mengumumkan hasil penilaian atas pekerjaan tenaga kerja, Gantt memperkenalkan gagasan barunya
yaitu, adanya penggambaran jadwal produksi sehingga seluruh kegiatan produksi harus mengju pada
jadwal produksi yang telah dibuat,teori ini sampai sekarang dikenal dengan ” Gantt Chart”

e).Pasangan Gilberth
Frank B. Gilbert sebagai suami hidup pada tahun 1868-1924, sedangkan Lilian M. Gilberth sebagai istri
hidup pada tahun 1878-1972. pasangan ini berpendapat bahwa studi gerak akan meningkatkan
semangat kerja bagi para pekerja karena keuntungan fisiknya yang nyata dan karena dapat
menunjukkan perhatian manajemen terhadap para tenaga kerja. Menurut mereka manajemen ilmiah
mempunyai satu tujuan akhir yaitu membantu para karyawan mencapai seluruh potensi sebagai
makhluk hidup.

f). Harrington Emerson


Ia hidup pada tahun 1653-1931, pemborosan dan ketidak efisienan adalah masalah-masalah yang dilihat
emerson sebagai penyakit sistem industri, oleh sebab itu Emerson mengemukakan 12 prinsip-prinsip
efisiensi yaitu:
Ø Tujuan-tujuan dirumuskan dengan jelas
Ø Kegiatan yang dilakukan masuk akal
Ø Adanya staf yang cakap
Ø Disiplin
Ø Balas jasa yang adil
Ø Laporan-laporan yang terpercaya, segera , akurat, adanya sistem informasi dan akuntansi
Ø Pemberian perintah, perencanaan dan pengurutan kerja
Ø Adanya standar-standar dan skedul-skedul serta adanya metode dan waktu setiap kegiatan
Ø Kondisi yang distandarisasi
Ø Operasi yang distandarisasi
Ø Instruksi-intruksi praktis tertulis yang standar
Ø Balasjas efisisensi dan rencana insentif
B. Teori Organisasi Klasik
Pelopor teori organisasi klasik adalah Henry Fayol yang hidup pada tahun 1841-1925. Timbulnya teori
organisasi klasik sebagai dampak dari adanya organisasi kompleks. Fayol berpendapat bahwa praktek-
praktek manajemen yang baik mempunyai suatu pola tertentu yang dapat diidentifikasi dan dianalisa.
Keyakinannya bahwa dengan peramalan yang ilmiah dan dengan metode manajemen yang tepat, hasil
yang memuaskan pasti akan diperoleh dan dapat diakui sampai saat ini. Sumbangan besar bagi pola pikir
manajemen dari Fayol adalh pendapatnya bahwa manajemen bukanlah suatu bakat, tetapi suatu
ketrampilan seperti halnya ketrampilan lainnya. Oleh karena itu bahwa manajemen dapat diajarkan,
asalkan prinsip yang mendasarinya dipahami dan suatu teori umum mengeni manajemen
diformulasikan. Sehingga untuk menjadi seorang manajer bukan karena pembawaan, akan tetapi
pelatihan dan pengalaman memberikan andil yang besar.
Dalam usahanya untuk mengembangkan ilmu manajemen fayol mulai dengan membagi perusahaan
menjadi enam aktivitas masing-masing mempunyai kebergantungan. Aktivitas yang dimaksud adalah:
1).Fungsi teknis (technical), yaitu memproduksi dan membuat produk.
2).Fungsi komersial (commercial), yaitu membeli bahan baku dan menjual produk.
3).fungsi financial (financial), yaitu memperoleh dan menggunakan modal.
4).Fungsi keamanan (security), yaitu melindungi para tenaga kerja dan aktiva perusahaan.
5).Fungsi akuntansi (accounting), yaitu mencatat dan mengecek biaya, keutungan, dan utang-utang,
menyiapkan neraca, dan menghimpun statistik.
6).Fungsi manajerial (managerial)
Orientasinya adalah fungsi manajerial, sehingga ia mendefinisikan manjemen dengan cara membagi lima
fungsi yaitu:
Ø Perencanaan (planning) berarti menentukan suatu cara bertindak yang memungkan organisasi dapat
mencapai tujuannya.
Ø Pengorganisasian (organizing) berarti memobilisasikan sumber daya manusia dan sumber daya alam
dari organisasi untuk mewujudkan rencana menjadi suatu hasil’
Ø Pengkomandoan (commanditing) berarti memberikan pengarahan kepada para bawahan dan
mengusahakan mereka untuk mengerjakan pekerjaannya.
Ø Pengkoordinasian (coordinating) berarti memastikan bahwa sumber daya dan aktivitas organisasi
bekerja secara harmonis untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Ø Pengendalian (controlling) berarti pemantauan (monitoring) rencana untuk menjamin agar
dikemudikan secara tepat.

Konsep Fayol yang menyatakan bahwa ketrampilan manajemen dapat diterapkan pada semua jenis
kelompok aktivitas, apabila hal-hal lain tak berubah, sampai saat ini semakin penting artinya disekolah,
pemerintahan, dan lembaga lainnya. Prinsip manajemen yang dikembangkan Fayol yang mendasari
prilaku manajerial yang efektif adalah sebagai berikut:
v Pembagian kerja (division of labor)
v Otoritas (authority)
v Disiplin (discipline)
v Kesatuan perintah (unity of command)
v Kesatuan arah (unity of direction)
v mengemudiankan ke[pentingan pribadi diatas kepentingan umum (subordination of individual interest
to the common goods)
v Pemberian upah (remuneration)
v Sentralisasi (centralization)
v Hirarki (hierarki)
v Tertib (order)
v Keadilan (equity)
v Kestabilan staf (stabilty of staff)
v Inisiatif (initiative)
v Semngat korps (esprit de corps)

2.1.2. Aliran Perialku (Behavior School)

Dalam mazhab ini, titik tolak penting tindakan manajer adalah perilaku manusia. Manajer harus
menyadari bahwa manajemen tidaklah dilakukan sendiri, justru manajerlah yang harus menyebabkan
orang lain melakukannya, berdedikasi dan berpartisipasi tinggi untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
Jadi topik-topik yang dipersoalkan dalam mazhab ini adalah “human behavior, human relation, motivasi,
leadership, sifat dan perilaku manusia, ilmu jiwa sosial, komunikasi, dan keinginan manusia itu.”
Manajer dalam melakukan wewenang kepemimpinannya harus lebih mengetahui perilaku, keinginan,
dan kebutuhan-kebutuhan para bawahannya.
Munculnya aliran hubungan manusiawi (perilaku manusia atau neoklasik) muncul disebabkan para
manajer menemukan bahwa dengan pendekatan klasik, efisiensi produksi dan keselarasan kerja yang
sempurna tidak dapat diwujudkan. Seringkali para bawahan kurang mengikuti pola perilaku yang
rasional dalam mengoprasikan pekerjaannya. Sehingga pembahasan “sisi perilaku manusia” dalam
organisasi menjadi penting. Beberapa ahli mencoba melengkapi organisasi klasik dengan pandangan
sosiologi dan psikologi.

a).Hugo Munsterberg (1863-1916)


Hugo Munsterberg telah memberiakan kontribusi yang besar dalam aplikasi psikologi guna membantu
tercapainya tujuan produktivitas sebagaimana diharapkan oleh manajer lain. Sebagai pencetus psikologi
industri, Hugo Munsterbergseriang disebut “bapak psikologi industri”. Dalam bukunya Psicholgy and
Industrial Efficiency, dia banyak menguaraikan penerapan peralatan-peralatan psikologi untuk
membantu pencapaian tujuan produktivitas. Dalam bukunya itu dikemukakan bahwa peningkatan
produktivitas dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Menemukan orang yang terbaik (best possible person), yaitu bawahan yang kualitas mentalnya
terbaik untuk pekerjaan tersebut.
2. Menciptakan pekerjaan yang terbaik (best possible work), yaitu kondisi psikologis yang ideal untuk
mencapai produktivitas secara maksimum.
3. Menggunakan pengaruh psikologi yang terbaik (best possible effect), yaitu pengaruh yang palin
mungkin untuk memotivasi karyawan.
Munsterberg menyarankan penggunaan teknik-teknik yang diambil dari psikologi eksperimen. Sebagai
contoh, berbagai metoda tentang psikologi dapat digunakan untuk memilih karakteristik tertentu yang
cocok denagn kebutuhan suatu jabatan. Riset belajar dapat mengarahkan pengembangan metode
latihan. Dan studi perilaku manusia dapat membantu perumusan yeknik-teknik psikologi untuk
memotivasi karyawan. Sebagai tambahan, Munsterberg mengingatkan adanya pengaruh faktor-faktor
sosial danbudaya terhadap organisasi.

b).Elton Mayo (1880-1949)


Mayo pada beberapa eksperimennya menemukan bahwa insentif berupa finansial apabila diberikan
tidak menyebabkan peningkatan produktivitas disebabkan oleh adanya sebuah rantai sikap yang rumit.
Berdasarkanhasil penelitiannya, Mayo dan kawan-kawan menarik kesimpulan bahwa para bawahan
akan bekerja lebih keras apabila mereka yakin bahwa manjemen memikirkan tentang kesejahteraan
(welfare) mereka dan para penyelia memberikan perhatian khusus kepadanya. Kesimpulan lain yang
dikemukakan bahwa kelompok kerja informal (lingkungan sosial bawahan) memilki pengaruh yang besar
terhadap produktivitas.
Dalam percobaan selanjutnya, Mayo dan kawan-kawan menempatkan 2 kelompok yang masing-masing
terdiri enam karyawan di dalam ruang terpisah. Dalam salah satu ruang kondisi diubah-ubah secara
periodik, dan ruang lainnya tidak. Sejimlah variabel-variabel dicoba: upah dinaikkan, periode istirahat
dan jam makan siang lamanya di ubah-ubah, hari kerja dan minggu kerja diperpendek, peneliti yang
bertindak sebagai atasan mengikuti kelompok untuk memilih periode istirahatnya sendiri dan
memberikan kesempatan untuk mengajukan usul perubahan.
Sekali lagi, keluaran di kedua ruang ternyata sama-sama meningkat. Mayo dan kawan-kawan dapat
mengesampingkan bahwa insentif keungan bukan penyebab kenaikan produktivitas, karena skedul
pembyaran kelompok yang diteliti dipertahankan sama. Mereka menyimpulkan bahwa rantai reaksi
emosional yang kompleks telah mempengaruhi peningkatan produktivitas. Hubungan manusiawi antara
anggota kelompok terpilh, maupun denagn peneliti (pengawas) lebih penting dalam menentukan
produktivitas daripada perubahan-perubahan kondisi kerja diatas. Perhatian simpatik dari pengawas
yang mereka terima telah mendorong peningkatan motivasi mereka.

Sumbangan dan Keterbatasan Pendekatan Hubungan Manusiawi


Aliran hubungan manusiawi ini mengutarakan bahwa perhatian terhadap para karyawan akan
memberikan keuntungan. Sebagai tambahan, Mayo menekankan pentingnya gaya manajer dan oleh
karenanya organisasi perlu merubah latihan manajemennya. Di samping itu, manajer diingatkan
pentingnya perhatian terhadap proses kelompok untuk melengkapi perhatian terhadap masing-masing
karyawan secara individual.
Konsep “makhluk sosial” tidak menggambarkan secara lengkap individu-individu dalam tempatnya
bekerja. Hal ini merupakan salah satu keterbatasan teori hubungan manusiawi. Di samping itu
perbaikan-perbaikan kondisi kerja dan kepuasan karyawan tidak menghasilkan peningkatan
produktivitas yang dramatik seperti yang diharapkan. Juga, lingkungan sosial di tempat kerja hanya salah
satu dari beberapa faktor yang saling berinteraksi yang mempengaruhi produktivitas. Tingkat upah,
seberapa jauh pekerjaan itu menari, struktur organisasi dan hubungan perburuhan juga memainkan
peranan. Jadi, produktivitas dan kepuasan kerja menjadi semakin kompleks dari yang dipikirkan semula.
2.1.3.Aliran Menejemn Modern
Masa menejemen moderen erkembang melalui dua jalur yang berbeda. Jalur pertama meupakan
perkembanga dari aliran hubunga manusiawi yang di kenal sebagai perilaku organisasi, dan yang lain
dibangun atas dasar dasar menejemen ilmiyah, di kenal sebagai alira kuantiyatif [operator research dan
manaemen secience atau maajemen operasi].
a. Perilaku Organisasi
Perkembangan aliran perilaku organisasi di tandai dengan pandangan dan pendapat baru tentang
perilaku manusia dan sisem sosial. Tokoh – Tokoh aliran ini antara lain;
1. Abraham Maslow yang mengemkakan adanya “hirarki kebutuhan “ dan penjelasannya tentang
perilaku manusia dan dinamika proses motivasi.
2. Douglas Mc.Gregor dengan teori X dan teori Y nya.
3. Frederick Herzberg yang megurikan teori motifasi higienis atau teori dua fa ktor.
4. Robert Blake dan Jani Mouton yag membahas lima gaya kepemimpinan dengan kisi – kisi manejerial
[manajerial gird].
5. Lensis Likert yang telah mendentifikasi dan melakukan penelitian secara ekstensif mengenai empat
system menejemen, dari system 1; exploitikf – exploitif sampai system 4; partisipatif kelompok
6. Fren Fiedler yang menyarankan pendekatan contingency pada studi kepemipinan.
7. Chris Argyis yang memandang organisasi sbagai system social atau system antara hubunga budaya.
8. Edgar Schenin yang banyak meneliti dinamika kelompok dalam organisasi, dan lain – lain nya.
b. Prinsip – Prinsip dasar Perilaku Organisasi.
Beberapa perinsip dasar penting yang dapat di simpulkan dari pendapat para tokoh maajemen moderen
adalah sebagai berikut;
1. Manajemen tidak dapat dipandang ebagai suatu proses tekik secara ketat [peranan, prosedur, prinsip]
2. Menejemen harus sistematik, dan pendekatan yang di gunakan harus dengan pertimbanga secara hati
– hati.
3. Organisasi sebagai suat keseluruhan dan pendekatan menejer indifidu untuk pengawasan harus
sesuai dengan situasi.
4. Pendekatan motifasinoal yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan organisasi sangat di
butuhkan.
Sebagai tambahan beberapa gagasan yang lebih khusus dari berbagai risert perilaku adaalah;
1. Unsur manusia adalah factor kunci penentu sukses atau kegagalan pencapaian tujuan organisasi.
2. Manejer masa kini harus di beri latihan dalam pembahasan prinsip – prinsip dan konsep – konsep
menejemenss.
3. Organisasi harus menyediakan iklim yang mendatangka kesempatan – kesempatan bagi karyawan
untuk memuaskan seluruh kebutuhan me reka.
4. Komitmen dapat di kembangkan melalui partisipasii dan keterlibatan karyawan.
5. Pekerjaan setiap karyawan harus di susun yang memungkinkan mereka mencapai kepuasan diri dari
pekerjaan tersebut.
6. Pola – pola [pengawasan dan menejemen pengawasan harus di bangun ata dasa r pengertian positif
yang menyeluruh mengenai karyawan reaksi mereka terhadap pekerjaan.
2.1.4. Aliran Kuantitatif
Aliran kuantitatif ditandai dengan berkembangnya team-team riset operasi dalam pemecahan masalah-
masalah industri, yang didasarkan atas sukses team-team riset operasi inggris dalam perang dunia II.
Sejalan dengan semakin kompleknya computer elektronik, transportasi dan komunikasi, dan sebagainya,
teknik-teknik riset operasi menjadi semakin penting sebagai dasar rasional untuk pembuatan keputusan.
Prosedur-prosedur riset operasi tersebut kemudian diformalisasikan dan disebut aliran management
science
Teknik-teknik management science digunakan dalam banyak kegiatan seperti penganggaran modal,
manajemen aliran kas,scheduling produksi, pengembangan strategi produk, perencanaan program
sumber daya manusia, penjagaan tingkat persediaan yang optimal dan sebagainya. Penggunaan teknik-
teknik untuk pemecahan masalah dan pembuatan keputusan telah terbukti banyak membantu manajer
dalam kegiatan perencanaan dan pengawasan
Langkah-langkah pendekatan management science adalah sebagai berikut :
Ø Perumusan masalah
Ø Penyusunan suatu model matematis
Ø Mendapatkan penyelesaian dari model
Ø Pengujian model dan hasil yang didapatkan dari model
Ø Penetapan pengawasan atas hasil-hasil
Ø Pelaksanaan hasil dalam kegiatan implementasi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan kepada saya,
sehingga saya mampu menyusun makalah dengan tema Aliran-Aliran Manajemen tanpa halangan
apapun.
Rahmat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, seorang pemimpin
umat yang mampu membawa kedamaian dan rahmat di seluruh alam. Tak lupa kepada para
kewarganegaraan para sahabatnya, dan kepada orang-orang yang mengikuti jejak beliau semoga ajaran
yang dibawa beliau dapat berkesinambungan hingga akhir zaman. Amien.
Ucapan terima kasih pertama saya ucapkan kepada kedua orang tua saya yang selalu mendukung setiap
langkah saya. Kedua tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Jamalullail selaku dosen Pengantar
Manajemen yang telah banyak memberikan ilmunya kepada saya. Dan tak lupa pula saya ucapkan
terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu saya dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat
tersusun sebagaimana mestinya.
Penyusun juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan baik dari segi teknis maupun materi maka kami selaku penyusun sangat mengharap kritik
dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dan mudah-
mudahan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi saya selaku penyusun khususnya dan bagi seluruh
pembaca umumnya. Amin.

Penyusun
Kelompok

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen merupakan seni atau ilmu yang didalamnya terdapat unsure-unsur planning, organizing,
actuating, dan controlling, untuk menentukan dan mencapai tujuan tertentu dengan pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Dan manajemen itu sendiri telah mengalami evolusi
yang menjadikan manajemen terdapat beberapa aliran-aliran yaitu :
1). Aliran klasik
Aliran klasik terbagi dua yaitu, manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik. Diantara tokoh-tokoh
manajemen ilmiah adalah sebagai berikut:
v Robert owen
v Charles babbage
v Henry L. Gantt
v Harrington Emerson
v Frederick W. Taylor
v Frank Bunker Gilbreth dan Lilian Gilbreth
Sedangkan tokoh pada saat teori manajemen klasik adalah,Henry Fayol
2). Aliran perilaku
Tokoh pada aliran ini adalah, Hugo Munsterberg (1863-1916) dan Elton Mayo (1880-1949)
3). Aliran modern
4). Aliran kuantitatif
Langkah-langkah pendekatan management science adalah sebagai berikut :
Ø Perumusan masalah
Ø Penyusunan suatu model matematis
Ø Mendapatkan penyelesaian dari model
Ø Pengujian model dan hasil yang didapatkan dari model
Ø Penetapan pengawasan atas hasil-hasil
Ø Pelaksanaan hasil dalam kegiatan implementasi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar belekang


Manajemen merupakan seni atau ilmu yang didalamnya terdapat unsure-unsur planning, organizing,
actuating, dan controlling, untuk menentukan dan mencapai tujuan tertentu dengan pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya, jadi manajemen memegang peranan sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari terlebih kehidupan dalam berorganisasi, manajemen sangat menentukan
sekali bagi keberadaan organisasi tersbut. Suatu organisasi atau perusahaan bisa mencapai kemajuan
jika manajemen yang ada didalamnya tertata dengan rapi dan memegang teguh prinsip-prinsip yang
ada.terkadang kita mengukur keberhasilan suatu organisasi kita ukur dengan manajemennya.
Namun manajemen yang kita pelajari telah mengalami evolusi yang akan dibahas dalam makalah ini,
sehingga kita akan lebih memahami konsep-konsep manajemen dan evolusi yang terjadi dan kita akan
lebih mengetahui perkembangan ilmu manajemen dari waktu kewaktu.

1.2 Rumusan Masalah


Ø Evolusi manajemen
Ø Aliran-aliran manajemen

1.3 Tujuan
Ø Mengetahui evolusi yang terjadi pada manajemen
Ø Mengetahui aliran-aliran manajemen
Ø Mengetahui tokoh-tokoh evolusi manajemen
Ø Mengetahui konsep-konsep dan pemikiran manajemen dari zaman klasik hingga zaman modern
Ø Mengetahui perbandingan teori dari klasik hingga modern

DAFTAR PUSTAKA

Handoko, Hani, Mnajemen edisi 2, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,2003.

Hasibuan, Malayu S.P., Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, Cetakan ke-4, Jakarta: Bumi
Aksara, 2005.

Siswanto H.B., Pengantar Manajemen, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006.

Siswanto, Bedjo, Manajemen Modern, Bandung: CV Sinar Baru, 1989.

You might also like