You are on page 1of 10

Tinjauan Teknis Keruntuhan WTC - New York

Pengirim:
Moderator Migas-Indonesia

Tragedi 11 September 2001 yang telah meruntuhkan menara kembar World Trade
Center (WTC) - New York dan sebagian gedung Pentagon telah menarik perhatian
dunia dan menimbulkan berbagai komentar mengenai seberapa jauh integritas
struktur bangunan tersebut. Bagi menara WTC - New York tragedi ini merupakan
yang kedua setelah tragedi pertama berupa peledakan bom pada tanggal 26 Februari
1993.
Mungkin agak terlalu pagi untuk mengetahui secara akurat mengenai perilaku
keruntuhan gedung tersebut tanpa adanya penyelidikan dan penelitian yang
mendalam. Diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama informasi mengenai hal
tersebut akan dapat kita ketahui, karena pada tanggal 14 September 2001 ASCE
(American Society of Civil Engineers) telah membentuk forensic team yang dipimpin
oleh W Gene Corley untuk melakukan penelitian terhadap gedung WTC, sedangkan
sebuah team lainnya dipimpin oleh Paul Mlakar melakukan penelitian terhadap
gedung Pentagon.

Karena tidak tersedianya data yang dipublikasikan mengenai gedung Pentagon,


maka pembahasan difokuskan pada menara kembar WTC-New York saja.
Pembahasan mengenai perilaku keruntuhan gedung WTC-New York ada baiknya
diawali dengan uraian mengenai data dari gedung tersebut.
Data Menara Kembar WTC - New York
Menara kembar WTC-New York dirancang dan dibangun sekitar 30 tahun yang lalu,
yaitu dalam perioda antara tahun 1966 - 1973. Arsitek bangunan tersebut adalah
Minoru Yamasaki sedangkan structural engineers utama yang terlibat dalam
perencanaan struktur adalah John Skilling dan Leslie E Robertson. Menara kembar
tersebut terdiri dari 110 tingkat dengan 6 lapis basement, terdiri dari North Tower
dengan ketinggian 417m dan South Tower dengan ketinggian 415m. Kawasan WTC
tersebut juga mencakup beberapa gedung lainnya yang sebagian juga ikut
mengalami keruntuhan dan kerusakan yang cukup parah.

Gambar 1. Gedung Kembar WTC sebelum


mengalami keruntuhan

Dimensi denah lantai tipikal adalah 63.50m x 63.50m dan dimensi core adalah
24.00m x 42.00m dengan jarak tipikal antar lantai 3.66m. Struktur bangunan adalah
struktur baja dengan lantai komposit yang menggunakan beton ringan. Yang cukup
unik adalah penggunaan viscoelastic shock absorbers yang dipasang antara balok-
balok lantai dan kolom-kolom perimeter. Fondasi bangunan duduk pada lapisan
batuan (rock) pada kedalaman 22.50m, dengan daya dukung izin sebesar 39
kg/cm2. Kawasan WTC ini dikelilingi oleh diaphragm wall setebal 900mm, dengan
beberapa lapis rock anchors.

Gambar 2. Sistem struktur lantai


tipikal WTC, New York

Sistem Struktur
Gedung WTC
Sistem struktur gedung
WTC menggunakan
sistem struktur rangka
tabung (framed tube
system) yang
berperilaku sebagai
"equivalent hollow
tube". Sistem struktur
ini juga diterapkan pada
gedung - gedung super
tinggi lainnya di dunia,
yaitu Sears Tower (110
tingkat), John Hancock
Building (100 tingkat), Gambar 3. Struktur fondasi kolom
dan Standard Oil pada daerah core gedung WTC, New
Building (83 tingkat), York
yang keseluruhannya
terletak dikota Chicago. Penggunaan sistem struktur tabung diyakini sangat
ekonomis dan memiliki tingkat kehandalan dan keamanan yang tinggi, khususnya
untuk bangunan super tinggi yang menghadapi berbagai beban-beban lateral seperti
gempa dan angin. Sistem tabung ini akan bekerja dengan baik sebagai hollow-tube
bila perimeter gedung berupa dinding-dinding kaku sebagai struktur penahan gaya-
gaya lateral yang tentunya harus dikombinasikan dengan struktur lantai yang kaku
sebagai rigid diaphragm.

Gambar 4. Sistem struktur frame tube gedung WTC, New


York
Dalam implementasinya struktur dinding kaku tersebut diwakili oleh kolom-kolom
perimeter yang rapat dan diikat oleh balok tepi yang tinggi (deep spandrel beam).
Sistem ini paling banyak digunakan karena dapat mengakomodasi jendela-jendela
pada lubang-lubang diantara kolom-kolom perimeter. Pada gedung WTC-New York
digunakan kolom-kolom perimeter baja berbentuk box berdimensi 450mm x 450mm,
yang dipasang dengan jarak antar kolom 1.020mm (pusat ke pusat), dengan balok
spandrel setinggi 1.320 mm. Pada lantai bawah setiap kelompok yang terdiri dari 3
kolom berubah menjadi kolom-kolom tunggal box yang berdimensi 800mm x
800mm. Seluruh rangka tabung dihubungkan dengan sambungan kaku (rigid
connection) sehingga terbentuklah struktur rangka tabung yang bersifat "laterally
and torsionally rigid frame tube" yang memiliki derajat hiperstatis yang tinggi.
Dengan demikian struktur tabung tersebut lebih diutamakan dalam menampung
beban-beban lateral, sedangkan core dan kolom-kolom interiornya lebih diutamakan
dalam menampung beban-beban gravitasi. Sistem ini berlainan dengan struktur
gedung yang tidak terlalu tinggi dimana core bangunan lebih diutamakan untuk
menampung bebab-beban lateral. Dapat dikatakan sistem struktur berubah sesuai
dengan makin tingginya bangunan.

Gambar 5. Unit tipikal dari


kolom-kolom berjarak
1.020mm (pusat ke pusat)
dengan balok spandrel
Gambar 6. Bentuk
dinding diaphragma
pada gedung WTC,
New York

Gambar 7. Tiga kolom yang berubah menjadi


kolom tunggal 800mm x 800mm
Struktur lantai komposit yang terdiri dari "deep bar joist" setinggi 900mm dengan
jarak antar joist 2.040mm dan lantai setebal 100mm terbuat dari beton ringan. Dead
weight lantai sekitar 50 kg/m2 dan imposed live load sebesar ~ 500 kg/m2. Struktur
baja juga dilapisi pelapis tahan api vermiculite setebal 3 mm.

Gambar 8. Konstruksi lantai prefabrikasi gedung WTC, New


York

Untuk bangunan yang demikian tinggi, perencanaan didominasi oleh beban angin,
dan gedung WTC ini direncanakan terhadap beban angin sebesar 220 kg/m2. Hasil
perhitungan memberikan maximum horizontal deflection 280 mm. Perencanaan
terhadap hurricane tidak kurang dari "2% chance of occuring in a year"untuk jangka
waktu beberapa jam secara terus menerus.
Kronologi Peristiwa Serangan Pesawat terhadap WTC New York
Serangan pesawat pertama kali ditujukan pada North Tower WTC pada jam 08.45
pagi dan serangan kedua pada South Tower WTC pada jam 09.05 pagi.
Dari tayangan rekaman video dan beberapa foto yang diperoleh terlihat bahwa
serangan pesawat tidak menumbuk langsung secara frontal tegak lurus bangunan,
tetapi cenderung dalam arah diagonal dan pada daerah agak kesudut bangunan.
Dari beberapa foto rekaman juga terlihat bahwa saat terjadi ledakan yang disertai
kebakaran tersebut, terlihat sekitar 7 sampai 10 lantai yang langsung menderita
kerusakan dimana runtuhan lantai dan façade-nya berhamburan.
Gambar 9. Bagian gedung WTC - New York yang
ditabrak pesawat

Gambar 10. Pesawat menubruk arah


diagonal dan agak ke sudut bangunan
Integritas Struktur
Berbagai kalangan bertanya-tanya apakah bangunan tidak direncanakan terhadap
kemungkinan adanya tumbukan dari pesawat terbang ?. Kalau ya, seberapa besar
pesawat yang harus diperhitungkan, padahal kita ketahui bahwa pesawat terus
berkembang semakin besar dan semakin cepat, dengan volume bahan bakar yang
juga terus bertambah besar. Selanjutnya apakah bangunan juga direncanakan
terhadap serangan berbagai roket pesawat tempur ?. Mungkin dikemudian hari ada
peraturan yang mengatur mengenai persyaratan ketahanan bangunan terhadap
tumbukan pesawat dan hal-hal tak terduga lainnya. Suatu hal yang pasti bahwa
persyaratan tersebut akan semakin meningkatkan biaya pembangunan gedung.
Terbetik berita yang belum dapat dikonfirmasikan bahwa gedung WTC tersebut
direncanakan terhadap tumbukan pesawat jet Boeing 707. Juga digambarkan
bagaimana bertahannya gedung Empire State Building yang dibangun sekitar 70
tahun yang lalu tetapi tetap survive setelah tertabrak pesawat tempur pada tahun
1943. Namun terbukti bahwa gedung-gedung tersebut tidak dapat bertahan
terhadap tumbukan pesawat-pesawat masa kini dan masa mendatang, padahal
pesawat terus berkembang, dan sangat sulit menentukan arah perkembangan
pesawat masa mendatang.

Gambar 11. Proses keruntuhan menara Selatan WTC, New York

Gambar 12. Proses keruntuhan menara Utara WTC, New York


Berikut adalah pernyataan dari Shelley Clark, principal dari Skilling Ward Magusson
Barkshire pada Business Journal, 17 September 2001 yang mendukung pandangan
diatas: "If we tried to design for airplanes to fly into our buildings, this isn't
something that we can really design for"
Pesawat yang menyerang gedung WTC-New York adalah pesawat Boeing 767-200ER
dengan kapasitas penumpang 255, kapasitas cargo 81,4m3 dan kapasitas bahan
bakar 90.770 liter, dan kecepatan 0,8 Mach ~ 530 Mph atau kurang lebih 900
km/jam. Bobot mati pesawat sendiri berkisar sekitar 35 ton. Pesawat 767-200ER ini
diperkirakan dapat menimbulkan impact load antara 200.000 - 500.000 ton,
tergantung pada kecepatan pesawat saat menabrak gedung.
Berangkat dari data tersebut diatas, dapat diperkirakan bahwa akibat tumbukan
pesawat serta ledakan yang diakibatkannya, akan meruntuhkan sebagian kolom-
kolom struktur serta beberapa lantai di atas dan di bawah daerah tumbukan
tersebut. Selanjutnya kemungkinan besar tumbukan arah diagonal tersebut merusak
sebagian daerah struktur core yang secara struktur memang tidak diperuntukkan
untuk menahan beban lateral. Akibatnya kolom-kolom yang tersisa mengalami
tegangan tambahan yang semula relatif merata menjadi tidak merata. Banyaknya
kolom yang relatif sangat rapat (1.020mm pusat ke pusat) serta tingginya derajat
hiperstatis struktur sangat membantu dalam meredistribusi tambahan tegangan
tersebut disamping adanya daktilitas yang juga cukup tinggi sehingga
memungkinkan struktur secara keseluruhan tidak mengalami keruntuhan seketika.
Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa akibat tumbukan pesawat menyebabkan
runtuhnya sebagian kolom-kolom, tetapi tidak cukup mampu untuk meruntuhkan
keseluruhan bangunan, ini berarti beban kejut (impact load) dari tumbukan pesawat
saja belum dapat meruntuhkan bangunan karena beban-beban yang melanda
bangunan belum melampaui "overall structural capacity". Hal ini terbukti dimana
bangunan tidak langsung runtuh. North Tower yang diserang pertama kali runtuh
setelah berselang kurang lebih 1 jam 40 menit dan South Tower yang diserang
belakangan runtuh setelah berselang kurang lebih 56 menit. Kuat dugaan pemicu
keruntuhan adalah adanya kebakaran yang dahsyat dengan kapasitas beban bakar
(fire load) yang tinggi dari pesawat yang mengandung bahan bakar sebanyak 90.770
liter.
Panas yang ditimbulkan diperkirakan dapat mencapai temperatur 1000°C dalam
jangka waktu yang cukup panjang disamping adanya tambahan beban runtuhan
yang menimpa lantai-lantai dibawahnya. Berdasarkan beberapa penelitian, baja
mulai mengalami efek tekuk pada temperatur 550°C dan meleleh pada 1426°C. Pada
umumnya perencanaan hanya mengantisipasi untuk kebakaran selama 3 jam
dengan temperatur maksimum sekitar 500°C. Dengan demikian dapat dipahami
untuk temperatur yang demikian tinggi struktur tidak akan dapat bertahan seperti
yang direncanakan. Dalam kurun waktu pembakaran tersebut struktur mengalami
perlemahan yang akhirnya mengakibatkan kolom-kolom mengalami tekuk dan
kehilangan stabilitasnya. Selanjutnya setelah struktur bagian atas kehilangan
stabilitasnya, beban struktur tersebut menimpa dan membebani struktur dibawahnya
yang jelas melampaui kapasitas struktur lantai dibawahnya (yang direncanakan
hanya sebesar 500kg/m2) sehingga terjadilah "progressive collapse" seperti
"sandwich" tersebut.
Mudah-mudahan peristiwa ini dapat memberikan petunjuk kearah yang positif
dikemudian hari. Akhirnya penulis berharap dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi
kita dapat mendengar berita hasil penelitian dan penyelidikan yang lebih akurat yang
sekarang sedang dilakukan oleh para pakar di Amerika Serikat.
Gambar 13. Bangunan-bangunan sekitar WTC
yang mengalami keruntuhan dan kerusakan

Gambar 14. Pola Keruntuhan Progressive Collapse


Gedung WTC, New York

Source:
http://www.personal.psu.edu/users/j/s/jsd175/Artikel/Civil-Eng-articles.doc

You might also like