Professional Documents
Culture Documents
I. Tujuan
A. Melakukan titrasi asam basa untuk menentukan konsentrasi dan kadar suatu larutan
beserta grafiknya.
B. Mempelajari perubahan pH yang terjadi pada titrasi asam lemah oleh basa kuat.
Mol ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus
diatas dapat kita tulis sebagai:
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada
asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)
DAFTAR INDIKATOR ASAM BASA
V. Data Pengamatan
1. N 1 x V1 = N 2 x V2
n 1 x M 1 x V 1 = n2 x M 2 x V 2
1 x M1 x 10 = 1 x 0,1 x 8,7
10 x M1 = 0,87
M1 = 0,087 M
2. Pengenceran cuka
Mcuka x V1 = M2 x V2
0,087 x 500 = M2 x 20
43,5 : 20 = M2
2,175 M = M2
3. Kadar cuka
M = (% x ρ x 10) : Mr
2,175 = (% x 0,98 x 10) : 60
% = 130,5 : 9,8 V CH3COOH V NaOH
No.
% = 13,316 % (ml) (ml)
1 10 8,5
No. V NaOH pH 2 10 8,7
1 0 5 3 10 8,9
2 1 5 Rata-rata 10 8,7
3 2 5
4 3 5
5 4 6
6 5 6
7 6 6
8 7 7
9 8 7
10 9 8
VI. Pembahasan
N 1 x V1 = N 2 x V2
n 1 x M 1 x V 1 = n2 x M 2 x V 2
1 x M1 x 10 = 1 x 0,1 x 8,7
10 x M1 = 0,87
M1 = 0,087 M
Larutan NaOH yang diambil adalah 8,7 ml. Sehingga pada perhitungan ini menunjukkan
bahwa konsentrasi larutan CH3COOH adalah 0,087 M.
Mcuka x V1 = M2 x V2
0,087 x 500 = M2 x 20
43,5 : 20 = M2
2,175 M = M2
Kemudian cuka diencerkan dengan 500 ml akuades. Maka konsentrasi cuka setelah
diencerkan adalah 2,175 M.
M = (% x ρ x 10) : Mr
2,175 = (% x 0,98 x 10) : 60
% = 130,5 : 9,8
% = 13,316 %
Kemudian, kita mencari persentase cuka dalam larutan. Setelah dihitung, ternyata
persentase cuka dalam larutan adalah 13,316 %.
Dari data pengamatan, tercatat bahwa pH cuka sebelum dititrasi adalah 5 dengan
diukur menggunakan indicator universal. Setelah ditambahkan larutan NaOH sebanyak 1 ml,
pH-nya tetap 5. Setelah ditambahkan larutan NaOH sebanyak 2 ml, pH-nya tetap 5. Setelah
ditambahkan larutan NaOH sebanyak 3 ml, pH-nya tetap 5. Setelah ditambahkan larutan
NaOH sebanyak 4 ml, pH-nya berubah menjadi 6. Setelah ditambahkan larutan NaOH
sebanyak 5 ml, pH-nya tetap 6. Setelah ditambahkan larutan NaOH sebanyak 6 ml, pH-nya
tetap 6. Setelah ditambahkan larutan NaOH sebanyak 7 ml, pH-nya berubah menjadi 7.
Setelah ditambahkan larutan NaOH sebanyak 8, pH-nya tetap 7. Setelah ditambahkan
dengan larutan NaOH sebanyak 8 ml, larutan cuka berubah menjadi warna merah muda.
Hal itu menandakan bahwa larutan cuka tersebut telah menjadi netral.
Dari data pengamatan, tercatat bahwa pada percobaan pertama, volume larutan
NaOH yang dibutuhkan untuk mentitrasi 10 ml larutan cuka adalah 8,5 ml. Pada percobaan
kedua, volume larutan yang dibutuhkan untuk mentitrasi 10 ml larutan cuka adalah 8,7 ml.
Pada percobaan ketiga, volume larutan yang dibutuhkan untuk mentitrasi 10 ml larutan
cuka adalah 8,9 ml. Dari ketiga percobaan tersebut, didapatlah rata-rata volume larutan
yang dibutuhkan untuk mentitrasi 10 ml larutan cuka. Rata-ratanya adalah 8,7 ml.
Dari percobaan di atas, dapat dibuat grafik sebagai berikut: (terdapat pada lampiran)
VII. Pertanyaan
1. Pada pH berapa titik ekuivalen terjadi? Jelaskan!
Jawab : Sekitar pH 7, karena pada percobaan titrasi asam lemah oleh basa kuat kita
anggap titik ekuivalen adalah ketika indikator fenolftalein mulai berwarna merah muda.
3. Dapatkah indicator metil merah digunakan dalam titrasi asam basa pada percobaan di
atas? Mengapa?
Jawab : Tidak. Karena Indikator metal merah memiliki trayek pH 4,4 – 6,2. Indikator
metil merah akan menunjukkan perubahan warna jauh sebelum titik
ekuivalen tercapai, padahal titik ekuivalen diharapkan sedekat menugkin
dengan titik akhir titrasi.
pH larutan
CH3COOH
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
Volume NaOH 0,1 M
4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
5. Berapa kadar cuka yang diperoleh jika diketahui massa jenisnya 0,98 gram/ml?
Jawab : Mcuka x V1 = M2 x V2
0,087 x 500 = M2 x 20
43,5 : 20 = M2
2,175 M = M2
M = (% x ρ x 10) : Mr
2,175 = (% x 0,98 x 10) : 60
% = 130,5 : 9,8
% = 13,316 %
Kadar cukanya 12,09 %
VIII. Kesimpulan
1. Titrasi asam lemah dengan basa kuat harus menggunakan indicator fenolftalein karena
indicator ini labih akurat dalam menentukan titik ekuivalen suatu titrasi asam lemah
dengan basa kuat.
2. Semakin banyak volume larutan basa kuat diteteskan ke larutan asam lemah yang telah
diberi indicator fenolftalein, maka akan menjadi semakin tinggi pH larutan asam lemah
tersebut.
3. Warna larutan asam lemah yang telah mencapai titik akhir titrasi oleh larutan basa kuat
akan menjadi merah muda.
4. Percobaan titrasi asam basa harus dilakukan lebih dari satu kali agar mendapatkan titik
akhir titrasi yang lebih akur.
Bontang, 21 Maret 2011
Praktikan,
( Indah Nur Fadillah )