Professional Documents
Culture Documents
.
KATA PENGANTAR
Kebijakan produksi pertanian pada saat ini diarahkan pada tuntutan untuk
memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dalam rangka mewujudkan
ketahanan pangan nasional dan juga untuk dapat memenuhi kebutuhan ekspor.
Direktur,
Ir. Suprapti
NIP. 195710241984032001
DAFTAR ISI
Hal
ii
DAFTAR PUSTAKA....................................................
LAMPIRAN ...............................................................
1. Jenis Pestisida Untuk Penggunaan Terbatas
2. Nilai Ambang Ekonomi Beberapa Hama Tanaman
3. Ringkasan Pengelolaan Ekosistem Tanaman Padi
4. Ringkasan Pengelolaan Ekosistem Tanaman Jagung
5. Ringkasan Pengelolaan Ekosistem Tanaman Kedelai
6. Klasifikasi dan Simbol Bahaya Pestisida
7. Arti dan Makna Gambar (Pictogram) pada label
Kemasan
iii
DAFTAR TABEL
BAB II.
DATA DANA DEKONSENTRASI &
TUGAS PEMBANTUAN
BAB III.
DATA ASPEK PERLUASAN AREAL
iv
TABEL 3.6 Target dan Realisasi Kegiatan Perluasan
Hijauan Makanan Ternak (HMT) Tahun 2009
Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ................ 48
TABEL 3.7 Target dan Realisasi Kegiatan Pembukaan
Padang Penggembalaan Tahun 2009 Dana
Tugas Pembantuan Ditjen PLA ........................ 52
BAB IV.
DATA ASPEK PENGELOLAAN LAHAN
v
Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen
PLA ............................................................... 82
TABEL 4.7 Target dan Realisasi Kegiatan Perbaikan
Kesuburan Lahan Sawah Berbasis Jerami
Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen
PLA ............................................................... 82
TABEL 4.8 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan
Metode SRI Tahun 2009 Dana Tugas
Pembantuan Ditjen PLA .................................. 85
TABEL 4.9 Target dan Realisasi Kegiatan Dampak
Pengembangan SRI Tahun 2009 Dana Tugas
Pembantuan Ditjen PLA .................................. 87
TABEL 4.10 Target dan Realisasi Kegiatan Sertifikasi Lahan
Petani (Pra & Pasca) Tahun 2009 Dana Tugas
Pembantuan Ditjen PLA .................................. 89
TABEL 4.11 Target dan Realisasi Kegiatan Sekolah lapang
Lahan & Air Tahun 2009 Dana Tugas
Pembantuan Ditjen PLA .................................. 92
TABEL 4.12 Target dan Realisasi Kegiatan Consolidated
Farming Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan
Ditjen PLA ..................................................... 94
TABEL 4.13 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan
Rumah Kompos Tahun 2009 Dana Tugas
Pembantuan Ditjen PLA .................................. 95
TABEL 4.14 Target dan Realisasi Kegiatan Pengelolaan
Lahan Tanpa Bakar Tahun 2009 Dana Tugas
Pembantuan Ditjen PLA .................................. 97
BAB V.
DATA ASPEK PENGELOLAAN AIR
vi
TABEL 5.1 Target dan Realisasi Kegiatan balai Subak
Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen
PLA ............................................................... 98
TABEL 5.2 Target dan Realisasi Kegiatan Pembuatan
cubang Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan
Ditjen PLA ..................................................... 98
TABEL 5.3 Target dan Realisasi Kegiatan Pompa Hydram
Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen
PLA ............................................................... 98
TABEL 5.4 Target dan Realisasi Kegiatan Pembuatan Dam
Parit Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan
Ditjen PLA ..................................................... 99
TABEL 5.5 Target dan Realisasi Kegiatan Bantuan Pompa
Untuk Antisipasi Kekeringan Tahun 2009 Dana
Tugas Pembantuan Ditjen PLA ........................ 99
TABEL 5.6 Target dan Realisasi Kegiatan Bantuan Pompa
Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen
PLA ............................................................... 99
TABEL 5.7 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan
Embung Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan
Ditjen PLA ..................................................... 100
TABEL 5.8 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan
Irigasi Bertekanan Tahun 2009 Dana Tugas
Pembantuan Ditjen PLA .................................. 106
TABEL 5.9 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan
Sumur Resapan Tahun 2009 Dana Tugas
Pembantuan Ditjen PLA .................................. 108
TABEL 5.10 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan
Air Permukaan Tahun 2009 Dana Tugas
Pembantuan Ditjen PLA .................................. 113
TABEL 5.11 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan
Irigasi Tanah Dangkal 2009 Dana Tugas
Pembantuan Ditjen PLA .................................. 117
vii
TABEL 5.12 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan
Irigasi Tanah Dalam Tahun 2009 Dana Tugas
Pembantuan Ditjen PLA .................................. 123
TABEL 5.13 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan
JIDES Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan
Ditjen PLA ..................................................... 124
TABEL 5.14 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan
JITUT Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan
Ditjen PLA ..................................................... 131
TABEL 5.15 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan
Tata Air Mikro (TAM) Tahun 2009 Dana Tugas
Pembantuan Ditjen PLA .................................. 139
TABEL 5.16 Target dan Realisasi Kegiatan Pengelolaan
Irigasi Partisipatif Tahun 2009 Dana Tugas
Pembantuan Ditjen PLA .................................. 141
TABEL 5.17 Target dan Realisasi Kegiatan Sekolah Lapang
Iklim Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan
Ditjen PLA ..................................................... 145
BAB VI.
DATA PEMBANGUNAN PLA LAINNYA
Kegiatan PISP
TABEL 6.1 Target dan Realisasi Pengadaan Jaringan
Irigasi Tersier Tahun 2009 Dana Tugas
Pembantuan Ditjen PLA .................................. 147
TABEL 6.2 Target dan Realisasi Pemberdayaan P3A
(Pemberdayaan Baru & Revitalisasi) Tahun
2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ........ 148
viii
TABEL 6.3 Target dan Realisasi Pemberdayaan GP3A
(Pemberdayaan Baru & Revitalisasi) Dana
Tugas Pembantuan Ditjen PLA ........................ 149
TABEL 6.4 Target dan Realisasi Legalisasi P3A Tahun
2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ....... 150
Kegiatan IDB
TABEL 6.5 Target dan Realisasi Kegiatan PLJIB Perbaikan
Jaringan Irigasi Desa Tahun 2009 Dana Tugas
Pembantuan Ditjen PLA .................................. 151
TABEL 6.6 Target dan Realisasi Kegiatan Kegiatan PLJIB
Perbaikan Jalan Usaha Tani Tahun 2009 Dana
Tugas Pembantuan Ditjen PLA ........................ 152
TABEL 6.7 Target dan Realisasi Kegiatan PLJIB Perluasan
Sawah Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan
Ditjen PLA ..................................................... 152
Kegiatan WISMP
TABEL 6.8 Target dan Realisasi Kegiatan Pembentukan
P3A Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan
Ditjen PLA ..................................................... 153
TABEL 6.9 Target dan Realisasi Kegiatan Pembentukan
GP3A Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan
Ditjen PLA ..................................................... 156
TABEL 6.10 Target dan Realisasi Kegiatan Legalisasi
P3A/GP3A Tahun 2009 Dana Tugas
Pembantuan Ditjen PLA .................................. 145
ix
TABEL 6.11 Target dan Realisasi Kegiatan Penguatan
Kelembagaan P3A/GP3A/IP3A Tahun 2009
Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ................ 163
TABEL 6.12 Target dan Realisasi Kegiatan Dem Area SRI
Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen
PLA ............................................................... 166
TABEL 6.13 Target dan Realisasi Kegiatan Sekolah Lapang
PHT Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan
Ditjen PLA ..................................................... 168
TABEL 6.14 Target dan Realisasi Kegiatan Sekolah Lapang
Iklim Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan
Ditjen PLA ..................................................... 169
x
I. PENDAHULUAN
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
1
Penggunaan Pestisida harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam izin,
serta memperhatikan anjuran yang dicantumkan dalam label.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
2
II. DAFTAR ISTILAH
Bahan Aktif adalah bahan kimia dan atau bahan lain yang terkandung dalam
Pestisida dan pada umumnya merupakan bahan yang berdaya racun.
Decomposition Time 50 (DT 50), waktu yang diperlukan untuk terjadinya 50%
dekomposisi berupa disipasi dan degradasi suatu bahan kimia di suatu
media.
Dosis, Takaran/ ukuran dalam liter, gram atau kg yang digunakan untuk
mengendalikan hama atau penyakit per satuan luas tertentu.
Formulasi adalah campuran bahan aktif dengan bahan lainnya dengan kadar
dan bentuk tertentu yang mempunyai daya kerja sebagai Pestisida
sesuai dengan tujuan yang direncanakan.
Insektisida Sistemik adalah salah satu jenis insektisida yang dapat diserap
oleh organ-organ tanaman, baik lewat akar, batang atau daun.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
3
Iritasi adalah gejala inflamasi yang terjadi pada kulit atau membran mukosa,
segera setelah perlakuan berkepanjangan atau berulang dengan
menggunakan bahan kimia atau bahan lain.
Label adalah tulisan dan dapat disertai dengan gambar atau simbol, yang
memberikan keterangan tentang pestisida, dan melekat pada wadah
atau pembungkus Pestisida.
Lethal Time 50 (LT50), waktu dalam hari yang diperlukan untuk mematikan 50%
hewan percobaan dalam kondisi tertentu.
Lethal Dose 50 (LD50), dosis tunggal bahan kimia atau bahan lain yang
diturunkan secara statistik yang dapat diduga menyebabkan kematian
50% dari populasi organisme dalam serangkaian kondisi percobaan
yang telah ditentukan.
Pencelupan (Dipping) adalah salah satu cara melindungi bahan tanaman agar
terhindar dari hama atau penyakit bahan tanaman, biasanya
pencelupan dilakukan dengan mencelupkan bibit atau stek kedalam
larutan Pestisida.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
4
Pengembusan (Dusting) adalah salah satu cara aplikasi suatu Pestisida yang
diformulasi sebagai tepung hembus.
Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang dipergunakan untuk :
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
5
Pestisida untuk penggunaan terbatas adalah Pestisida yang dalam
penggunaannya memerlukan persyaratan dan alat-alat pengamanan
khusus di luar yang tertera pada label.
Pestisida Dilarang, adalah suatu jenis Pestisida yang di larang untuk semua
bidang penggunaan atau bidang penggunaan tertentu dengan tujuan
melindungi kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
Racun Kontak adalah salah satu insektisida yang dapat masuk ke dalam tubuh
serangga lewat kulit bersinggungan langsung (kontak langsung).
Racun Pernapasan adalah suatu jenis insektisida yang bekerja lewat saluran
pernapasan.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
6
Resurjensi Hama, adalah suatu fenomena meningkatnya serangan hama
tertentu sesudah perlakuan dengan insektisida.
Seed Dressing (SD) atau Seed Treatment (ST) adalah Pestisida berbentuk
tepung yang khusus digunakan untuk perawatan benih.
Soluble Liquid (SL) adalah Pekatan cair bila dicampur air akan membentuk
larutan. Pestisida ini digunakan dengan cara disemprotkan.
Tepung Hendus atau Dust (D) adalah Pestisida siap pakai dengan konsentrasi
rendah yang digunakan dengan cara dihembuskan
Ultra Low Volume (ULV) adalah sediaan khusus untuk penyemprotan dengan
volume ultra rendah.
Umpan atau Bait (B) Ready Mix Bait (RB atau RMB) adalah formulasi siap
pakai yang umumnya digunakan untuk formulasi rodentisida sebagai
umpan.
Wettable Powder (WP) adalah bentuk formulasi tepung (WP) yang dapat
disuspensikan dalam air.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
7
III. PENGENALAN PESTISIDA
A. Pengertian Pestisida
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
8
perangsang tumbuh, bahan lain, serta organisme renik, atau virus yang
digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman.
Ditinjau dari jenis jasad yang menjadi sasaran penggunaan pestisida dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain:
1. Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani berarti
tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut Mitesida. Fungsinya untuk
membunuh tungau atau kutu.
2. Algasida, berasal dari kata alga, bahasa latinnya berarti ganggang laut,
berfungsi untuk membunuh alge.
3. Alvisida, berasal dari kata avis, bahasa latinnya berarti burung, fungsinya
sebagai pembunuh atau penolak burung.
4. Bakterisida, Berasal dari katya latin bacterium, atau kata Yunani bakron,
berfungsi untuk membunuh bakteri.
5. Fungsida, berasal dari kata latin fungus, atau kata Yunani spongos yang
artinya jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. Dapat
bersifat fungitoksik (membunuh cendawan) atau fungistatik (menekan
pertumbuhan cendawan).
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
9
6. Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya tanaman setahun,
berfungsi untuk membunuh gulma.
9. Nematisida, berasal dari kata latin nematoda, atau bahasa Yunani nema
berarti benang, berfungsi untuk membunuh nematoda.
10. Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi untuk merusak
telur.
11. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti kutu, tuma, berfungsi
untuk membunuh kutu atau tuma.
12. Piscisida, berasal dari kata Yunani Piscis, berarti ikan, berfungsi untuk
membunuh ikan.
13. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere, berarti pengerat berfungsi
untuk membunuh binatang pengerat.
14. Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya serangga pelubang
kayu berfungsi untuk membunuh rayap.
1. Formulasi Cair
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
10
a. Pekatan yang diemulsikan
Formulasi pekatan yang dapat diemulsikan atau Emulsifiable
Concentrate (yang lazim disingkat EC) merupakan formulasi
dalam bentuk cair yang dibuat dengan melarutkan bahan aktif
dalam pelarut tertentu dan ditambah surfaktan atau bahan
pengemulsi.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
11
d. Larutan Dalam Minyak
Pekatan dalam minyak atau Oil Miscible Concentrate (OL) adalah
formulasi cair yang mengandung bahan aktif dalam konsentrasi
tinggi yang dilarutkan dalam pelarut hidrokarbon aromatic seperti
xilin atau nafta. Formulasi ini biasanya digunakan setelah
diencerkan dalam hidro karbon yang lebih murah seperti solar
kemudian disemprotkan atau dikabutkan (Fogging).
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
12
2. Formulasi Padat
a. Tepung yang dapat disuspensikan/ dilarutkan
Formulasi tepung yang dapat disuspensikan atau Wettable
Powder (WP) atau disebut juga Dispersible Powder (DP) adalah
formulasi yang berbentuk tepung kering yang halus, sebagai
bahan pembawa inert (misalnya : tepung tanah liat), yang apabila
dicampur dengan air akan membentuk suspensi, dan ditambah
dengan bahan aktif atau pestisida. Ke dalam formulasi ini juga
ditambahkan surfaktan sebagai bahan pembasah atau penyebar.
Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode WP di
belakang nama dagangnya.
c. Butiran
Dalam formulasi butiran atau Granula (G), bahan aktif pestisisda
dicampur atau dilapisi oleh penempel pada bagian luar bahan
pembawa yang inert, seperti tanah liat, pasir, atau tongkol jagung
yang ditumbuk. Kadar bahan aktif formulasi ini berkisar antara 1-
40%. Formulasi ini digunakan secara langsung tanpa bahan
pengecer dengan cara menabur.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
13
Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode G di
belakang nama dagangnya.
d. Pekatan Debu
Pekatan debu atau Dust Concentrate (DC) adalah tepung kering
yang mudah lepas dengan ukuran dari 75 micron, yang
mengandung bahan aktif dalam konsentrasi yang relatif tinggi,
berkisar antara 25 %-75 %.
Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode DC di
belakang nama dagangnya.
e. Debu
Formulasi pestisida dalam bentuk debu atau Dust (D) terdiri dari
bahan pembawa yang kering dan halus, mengandung bahan aktif
dalam konsentrasi antara 1-10%. Ukuran partikel debu kurang
dari 70 micron.
Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode D di
belakang nama dagangnya.
f. Umpan
Formulasi umpan atau Block Bait (BB) adalah campuran bahan
aktif pestisida dengan bahan penambah yang inert. Formulasi ini
biasanya berbentuk bubuk, pasta atau butiran.
Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode BB di
belakang nama dagangnya.
g. Tablet
Formulasi ini ada 2 macam, bentuk yang pertama tablet yang
terkena udara akan menguap menjadi fumigant. Bentuk ini akan
digunakan untuk fumigasi di gudang atau perpustakaan.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
14
Pestisida dalam formulasi ini mempunyai kode TB (Tablet) di
belakang nama dagangnya.
Bentuk kedua adalah tablet yang merupakan umpan racun perut
untuk membunuh hama (kecoa).
3. Padatan Lingkar
Formulasi padatan lingkar adalah campuran bahan aktif pestisida
dengan serbuk gergaji kayu dan perekat yang dibentuk menjadi
padatan yang melingkar.
Formulasi ini mempunyai kode MC di belakang nama dagangnya.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
15
Hal ini sangat diperlukan dalam mengendalikan daerah serangan
yang luas dan harus diselesaikan dalam waktu singkat (misalnya
dalam kasus eksplosif organisme pengganggu). Misalkan dengan
menggunakan alat mistblower, power sprayer, bahkan kapal
terbang.
e. Mudah diperoleh dan memberikan keuntungan ekonomi terutama
jangka pendek.
Perhitungan untung rugi secara ekonomi dalam menggunakan
pestisida relatif lebih mudah dilakukan. Makin langka dan
mahalnya tenaga kerja di sektor pertanian berakibat makin
mendorong masyarakat petani untuk menggunakan pestisida.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
17
e. Keracunan terhadap makanan.
Beberapa pestisida seperti insektisida yang langsung digunakan
pada tanaman dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman
yang diperlakukan. Penggunaan herbisida yang tidak hati-hati
dapat pula mengakibatkan kerusakan pada tanaman yang
ditanam pada waktu aplikasi maupun pada tanaman berikutnya
yang ditanam setelah tanaman pertama dipanen.
Hal yang disebut terakhir ini, sangat perlu diperhatikan terutama
apabila herbisida dipergunakan untuk mengendalikan gulma dari
golongan tertentu yang secara taksonomi atau fisiologis
mempunyai hubungan yang dekat dengan tanaman yang ditanam
berikutnya.
Terlebih lagi apabila herbisida yang digunakan relatif dan jarak
waktu tanam relatif singkat.
f. Kematian musuh alami organisme pengganggu
Penggunaan pestisida yang berspektrum luas dapat
mengakibatkan terjadinya kematian parasit dan predator
organisme pengganggu.
Kemungkinan terjadinya hal tersebut cukup besar apabila
pestisida tersebut digunakan tidak secara selektif ditinjau dari
segi waktu dan cara.
Kematian parasit dan predator dapat terjadi karena kontaminasi
langsung maupun tidak langsung melalui organisme pengganggu
yang telah terkontaminasi pestisida.
g. Kenaikan populasi pengganggu tidak mengalami hambatan oleh
musuh alami tersebut. Akibat lebih lanjut dari keadaan tersebut
adalah bahwa populasi organisme pengganggu meningkat.
Hal ini dapat terjadi, baik terhadap populasi organisme
pengganggu utama maupun terhadap populasi organisme
pemakan tanaman lainnya, sehingga statusnya berubah menjadi
organisme pengganggu sekunder.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
18
h. Dapat menyebabkan timbulnya resistensi (kekebalan), sehingga
untuk mengatasi organisme pengganggu yang resisten perlu
dosis yang lebih tinggi, hal ini menjadi lebih berbahaya.
i. Residu Penggunaan Pestisida Khusunya pada tanaman yang
Dipanen.
Besarnya residu pestisida yang tertinggal di tanaman tergantung
pada dosis, banyaknya dan interval aplikasi, faktor-faktor
lingkungan fisik yang mempengaruhi dekomposisi dan
pengurangan residu, jenis tanaman yang diperlakukan, formulasi
pestisida dan cara aplikasinya, jenis bahan aktif dan
persistensinya serta saat aplikasi terakhir sebelum hasil tanaman
dipanen.
Pentingnya residu pestisida bagi kesehatan konsumen disamping
ditentukan oleh besarnya residu juga ditentukan oleh daya racun
baik akut maupun kronik, yang berbeda antara pestisida yang
satu dengan yang lainnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam usaha melindungi
kesehatan konsumen perlu ditetapkan tingkat residu yang aman
untuk tiap jenis pestisida pada tiap hasil tanaman yang
dikonsumsi.
Penggunaan pestisida dalam bidang pertanian, terutama untuk
perlindungan tanaman tidak saja mengakibatkan residu pada
tanaman tetapi juga pada unsur lingkungan lainnya. Oleh unsur-
unsur lingkungan lainnya terutama air dan angin, residu pestisida
yang tertinggal didaerah penggunaannya dapat menyebar ke
daerah lain, sehingga tergantung pada besarnya residu maupun
jenis pestisida.
Residu dapat merupakan masalah lingkungan yang meliputi
daerah luas. Residu pestisida tidak saja dijumpai sebagai akibat
penggunaannya, tetapi dapat juga dijumpai pada benda-benda
lainnya secara tidak sengaja atau karena kecelakaan
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
19
terkontaminasi pestisida. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat
pengangkutan ataupun penyimpanan pestisida yang tidak hati-
hati. Residu tersebut menjadi sangat berbahaya apabila
ditemukan pada bahan makanan yang terkontaminasi pestisida
dengan konsentrasi yang tinggi.
j. Pencemaran Lingkungan
Tercemarnya tanah, air, udara dan unsur lingkungan lainnya oleh
pestisida, dapat berpengaruh buruk secara langsung maupun
tidak langsung terhadap manusia dan kelestarian lingkungan
hidup. Suatu pestisida tertentu dapat merusak lapisan ozon
stratosfir. Pencemaran lingkungan pada umumnya terjadi karena
penanganan pestisida yang tidak tepat dan sifat fisiko kimia
pestisidanya.
k. Menghambat Perdagangan
Ekspor komoditi tertentu dari Indonesia dapat diklaim atau
diembargo oleh negara tertentu apabila residu pestisida melebihi
Batas Maksimum Residu (BMR) yang ditetapkan negara
pengimpor atau apabila pestisida tersebut dilarang/ tidak beredar
di negara pengimpor.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
20
Dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 ditegaskan bahwa : “Pestisida
yang akan diedarkan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia wajib
terdaftar, memenuhi standar mutu, terjamin efektivitasnya, aman bagi
manusia dan lingkungan hidup serta diberi label”.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
21
Berdasarkan sifat fisiko-kimianya, Pestisida diklasifikasikan menjadi 2 (dua)
yaitu:
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
22
18. Formaldehida 38. Toxaphene
19. Fosfor kuning (Yellow 39. Mireks
Phosphorus)
20. Heptaklor
1. Tepat Sasaran
Tentukan jenis tanaman dan hama sasaran yang akan dikendalikan,
sebaiknya tentukan pula unsur-unsur abiotis dan biotis lainnya.
2. Tepat Jenis
Setelah diketahui hasil analisis agro ekosistem, maka dapat ditentukan
pula jenis Pestisida apa yang harus digunakan, misalnya : untuk hama
serangga gunakan insektisida, untuk tikus gunakan rodentisida.
Pilihlah Pestisida yang paling tepat diantara sekian banyak pilihan,
misalnya : untuk pengendalian hama ulat grayak pada tanaman kedelai.
Berdasarkan Izin dari Menteri Pertanian tersedia ± 150 nama dagang
insektisida. Jangan menggunakan Pestisida tidak berlabel, kecuali
Pestisida botani racikan sendiri yang dibuat berdasarkan anjuran yang
ditetapkan
Sesuai pilihan tersebut dengan alat aplikasi yang dimilki atau akan dimilki.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
23
3. Tepat Waktu
Waktu pengendalian yang paling tepat harus di tentukan berdasarkan :
5. Tepat Cara
Lakukan aplikasi Pestisida dengan cara yang sesuai dengan formulasi
Pestisida dan anjuran yang ditetapkan.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
24
II. Menggunakan Pestisida Yang Terdaftar Dan Diijinkan Menteri
Pertanian.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
25
Kriteria Pestisida Terbatas Adalah Sebagai Berikut :
Aluminium fosfida,
Magnesium fosida,
Parakuat diklorida,
Seng fosfida
Metil bromida.
Sulfuril Fluorida
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
26
ditimbulkan, mengingat tingkat bahayanya yang lebih tinggi dari Pestisida
umum.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
27
wilayah yang akan diberi aplikasi Pestisida, serta cara kerja dan bentuk
formulasi Pestisida.
Beberapa cara aplikasi Pestisida di lapangan adalah sebagai berikut :
1. Cara Penaburan
Aplikasi Pestisida dengan cara penaburan (soil incorporation) pada umumnya
dilakukan untuk Pestisida formulasi butiran /granul, yang bersifat sistemik
dengan OPT sasaran yang hidup di dalam jaringan tanaman atau di dalam
tanah. Penaburan Pestisida butiran dapat dilakukan di lahan sawah atau di
lahan kering.
a. Lahan Sawah
Aplikasi Pestisida butiran dilahan sawah, Pestisida ditaburkan dalam
keadaan sawah macak-macak, saluran pemasukan dan saluran
pengeluaran air harus ditutup selama beberapa hari agar sawah tetap
dalam keadaan macak-macak.
Setelah Pestisida butiran ditaburkan, selanjutnya sawah diinjak-injak
agara Pestisida yang ditaburkan terbenam ke dalam tanah di sekitar
perakaran.
b. Lahan Kering
Aplikasi Pestisida dilahan kering, Pestisida ditaburkan disekitar batang
tanaman atau pada tanah yang sudah ditugal, kemudian lubang ditutup
dengan tanah atau mulsa.
Cara penaburan Pestisida butiran tidak memerlukan alat aplikasi,
sehinggga setiap petani dengan mudah melakukannya.
Kelemahan dari cara ini adalah Pestisida yang ditaburkan berbentuk
butiran biasanya bekerja lambat (slow action), sehingga apabila terjadi
serangan OPT segera setelah aplikasi penaburan Pestisida butiran
terlambat dan OPT tidak terkendali.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
28
2. Cara Penyemprotan
Aplikasi dengan cara penyemprotan merupakan cara aplikasi yang paling
banyak dilakukan oleh petani. Agar pengendalian OPT dengan cara
penyemprotan Pestisida dapat berhasil baik, maka selain menggunakan jenis
Pestisida dengan dosis dan waktu yang tepat, juga diperlukan alat aplikasi
yan efisien.
Alat aplikasi atau alat semprot yang efisien dapat menjamin penyebaran
bahan/ campuran semprot yang merata pada sasaran dan tidak menimbulkan
pemborosan. Cairan yang disemprotkan dapat berupa larutan, emulsi atau
suspensi.
Berdasarkan volume campuran semprot dan alat aplikasi yang digunakan,
penyemprotan dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu Semprotan Volume
Tinggi (SVT) dan Semprotan Volume Rendah (SVR).
Salah satu bagian penting dari alat semprot adalah nozel atau disebut
sprayer, yang berfungsi untuk memecah larutan semprot menjadi droplet.
Beberapa jenis nozel yang biasa digunakan, antara lain :
a. Nozel Kerucut (Cone Nozzle)
Semprotan keluar dengan pola kerucut, biasanya digunakan untuk
aplikasi insektisida dan fungisida. Ukuran droplet yang keluar sedang
hingga halus.
b. Nozel Kipas (Fan Nozzle)
Semprotan keluar dengan pola kipas, biasanya dilakukan untuk aplikasi
herbisida, kecuali nozel kipas yang flat, baik juga digunakan untuk
insektisida dang fungisida. Ukuran droplet yang keluar agak kasar sampai
sedang.
c. Nozel Polijet (Floodjet Nozzle).
Semprotan keluar seperti pola pada nozel kipas yang flat hanya cocok
untuk aplikasi herbisida pra tumbuh. Ukuran droplet agak kasar sampai
kasar.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
29
d. Nozel Tipe Senapan Spary Gun Nozzle).
Biasa digunakan pada power sprayer untuk aplikasi insektisida dan
fungisida. Ukuaran droplet mulai dari kasar halus, tergantung pada
tekanan pompa.
e. Nozel Cakram Putar (Spinning Disc Nozzle).
Nozel ini biasa digunakan pada alat aplikasi micronair Ultra Low Volume
(ULV), menghasilkan butiran semprot yang sangat halus.
Beberapa jenis alat semprot yang memerlukan tanaga manusia atau
manual dan yang bersumber tenaga motor antara lain :
a. Alat Semprot Dukung (Hand Sprayer atau Knapsack Sprayer)
Semi Otomatis.
Alat semprot ini menggunakan sistem pompa hidrolik, yang sekaligus
berfungsi sebagai alat pengaduk campuran Pestisida di dalam tangki.
Kapasitas tengki beragam antara 10-14 liter.
Alat semprot ini termasuk volume tinggi, karena volume cairan yang
digunakan untuk 1 (satu) hektar berkisar antara 500-1.000 liter.
Keuntungan menggunakan alat ini, antara lain campuran Pestisida
dalam tangki selalu dalam kondisi teraduk merata dan terdorong
keluar/ dropet tetap halus, karena selam penyemprotan tekanan dalam
tangki dapat dipertahankan dengan memompanya terus menerus.
Tetapi alat ini dioperasikan oleh satu orang dalam area yang luas,
maka sejalan dengan melemahnya tenaga operator kemungkinan
kecepatan memompanyapun melemah, sehingga tekanan dalam
tangki turun dan berakibat campuran Pestisida yang keluar dari nozel
adalah dropet kasar.
b. Alat Semprot Dukung Otomatis (Kompressi)
Alat semprot ini menggunakan sistem pompa kompresi atau pompa
angin. Udara dipompakan kedalam tangki yang telah terisi campuran
Pestisida sebanyak ¾ dari volume tangki (kapasitas tangki antara 10-
20 liter) sampai tekanan 4 kg / cm2.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
30
Alat semprot ini termasuk volume tinggi, karena volume cairan yang
digunakan untuk 1 (satu) hektar berkisar antara 500 -1.000 liter.
Keuntungan menggunakan alat semprot ini dibendingkan dengan alat
semprot otomatis adalah tidak perlu memompa terus menerus selama
menyemprot. Akan tetapi tekanan didalam tangki cepat menurun,
sehingga butiran cairan yang keluar menjadi lebih kasar dibandingkan
waktu dimulainya penyemprotan.
Di samping itu, alat semprot ini tidak baik untuk menyemprotkan
suspensi karena tidak mempunyai alat pengaduk didalam tangki.
c. Alat Semprot Bermotor Berenaga Hidrolik Tipe Gotong (Power
Sprayer)
Alat semprot ini sering disebut alat semprot bermotor bervolume tinggi
high volume power sprayer), karena volume cairan yang digunakan
untuk 1 (satu) hektar berkisar antara 500 – 1.000 liter dan sumber
tenaganya motor (hidrolik).
Alat ini tidak dilengkapi dengan tangki cairan, sehingga dalam
penggunaannya harus disediakan drum / wadah penampung cairan
campuran Pestisida yang berkapasitas antara 50-100 liter.Keuntungan
penggunaan power sprayer ini antara lain dapat menjangkau sasaran
semprot yang cukup tinggi, sehingga dapat digunakan untuk
mengendalikan OPT pada tanaman buah-buahan pohon. Tetapi alat
ini membutuhkan tenaga lebih dari satu orang (minimal tiga orang
untuk mengoperasikannya).
d. Alat Semprot Dukung Bermotor (Mist Blower)
Alat ini dapat menyemprotkan cairan dalam bentuk dropet halus
berukuran antara 50 – 250 mikron atau berbentuk kabut, sehingga alat
ini disebut penyembur kabut (mist blower). Alat semprot ini tergolong
bervolume rendah (low volume sprayer), karena volume cairan yang
digunakan untuk 1 (satu) hektar berkisar 12 -125 liter. Kapasitas tangki
cairan sekitar 7 12 liter.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
31
Apabila alat semprot mist blower ini juga dilengkapi pompa hidrolik,
maka jangkaunnya dapat mencapai ketinggian ± 6 meter. Dengan
demikian dapat juga untuk menyemprot pepohonan yang cukup tinggi
(± 6 meter).
Keuntungan penggunaan alat semprot mist blower ini bekerja cepat
dan membutuhkan cairan yang sedikit. Tetapi karena dropetnya cukup
halus (berbentuk kabut), maka kecepatan angin sangat mempengaruhi
kinerja alat ini.
e. Alat Semprot Mikronair
Alat semprot ini menghasilkan dropet yang sangat halus dan volume
cairan yang diperlukan per hektar sangat kecil, sehingga alat ini
disebut micron air ultra low volume.
Keuntungan menggunakan alat ini adalah semua bagian permukaan
tanaman di atas permukaan tanah dapat terlapisi dropet yang sangat
halus dan formulasi Pestisida cair tidak memerlukan pengeceran lagi.
Sedangkan kelemahannya anatara lain : peka terhadap kecepatan
angin dan perlu bergerak cepat saat aplikasinya, sehingga kurang
cocok di permukaan areal yang berat (areal lumpur).
3. Cara Penghembusan
Aplikasi Pestisida dengan cara penghembusan biasanya dilakukan terhadap
Pestisida formulasi tepung atau debu (dust), sehingga alatnya disebut duster.
Alat penghembus terdiri dari beberapa tipe, antara lain :
a. Alat Penghembus Debu Bermotor
Alat ini sama dengan mist blower tanpa pompa hidrolik, hanya tangki
cairan diisi Pestisida formulasi tepung.
b. Alat Penghembus Pompa
Alat ini berbentuk silindris, dan banyak tepung yang dihembuskan dapat
dikontrol dengan banyaknya gerakan pompa, kapasitas pompa ± 100
gram.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
32
d. Alat Penghembus Beroda
Alat ini terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu : (a) tipa tangan, dengan kapasitas
400 gram, dan (b) tipe gendong / punggung, dengan kapasitas ± kg.
Keuntungan menggunakan alat ini adalah tidak membutuhkan air, tetapi
kelemahannya yaitu sangat peka terhadap hembusan angin.
4. Cara Pengumpanan
Cara pengumpanan yaitu mencapur Pestisida dengan makanan atau bahan-
bahan tertentu yang disukai OPT sasaran, seperti :
a. Lalat buah diumpan dengan antraktan yang dicampur insektisida.
b. Babi hutan diumpan dengan ubi jalar yang telah dibubuhi racun.
c. Tikus diumpan dengan beras yang telah dicampur insektisida
antikoagulan.
5. Cara Fumigasi
Aplikasi Pestisida bersifat gas (fumigan) dengan cara fumigasi, pada
umumnya dilakukan untuk pengendalian hama gudang, tetapi dapat juga
untuk nematoda di dalam tanah.
Fumigasi hama gudang, diawali dengan menutup bahan yang akan
difumigasi dengan plastik/ bahan lain yang kedap udara. Kemudian,
kedalamnya dimasukkan ampul yang berisi gas beracun yang telah dibuka,
penutup plastik dibuka setelah beberapa lama sesuai anjuran.
Fumigasi nematoda di dalam tanah, keadaan tanah harus gembur dan tidak
ada genangan air. Fumigasi tanah dilakukan dengan cara suntikan,
semprotan dengan traktor yang dilengkapi alat penyemprot dan pembalik
tanah, atau melalui siraman bahan fumigasi (fumigan) ke dalam parit-parit
lahan yang akan difumigasi, tanah ditutup plastik lalu gas dialirkan melalui
pipa-pipa khusus.
Keuntungan cara fumigasi ini adalah hampir atau bahkan sama sekali tidak
meninggalkan residu, tetapi sangat berbahaya sehingga harus dikerjakan
oleh tenaga ahli dalam fumigasi.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
33
6. Cara Pengapasan
Aplikasi Pestisida dengan pengapasan, menggunakan alat pengasap yang
sering disebut swing fog. Hanya digunakan untuk Pestisida yang dapat
dicampur dengan minyak tanah / solar sehingga akan membentuk dropet
yang berbentuk asap.
Cara pengasapan ini cukup efektif, terutama untuk pengendalian OPT di
ruang tertutup atau gudang. Apabila cara pengasapan ini akan digunakan di
pertanaman terbuka, maka pelaksanaannya sebaiknya pada saat pagi hari,
sebelum banyak angin.
B. Waktu Aplikasi
Waktu aplikasi adalah pilihan rentang waktu yang tepat untukk
mengaplikasikan Pestisida. Waktu aplikasi tersebut merupakan salah satu
faktor yang sangat menentukan efektifitas Pestisida yang diaplikasikan.
Jika dikaitkan dengan tahap perkembangan hama, maka dikenal waktu
aplikasi insektisida, yaitu : aplikasi preventif, kuratif, sistem kalender dan
aplikasi berdasar ambang kendali atau ambang ekonomi.
1. Aplikasi Preventif
Adalah aplikasi insektisida yang dilakukan sebelum ada serangan hama
dengan tujuan untuk melindungi tanaman. Aplikasi insektisida secara
preventif dianggap tidak sesuai dengan prinsip pengendalian hama
terpadu (prinsip no pest no spray). Akan tetapi, dalam kondisi tertentu,
aplikasi preventif seringkali perlu dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Perlakuan benih (seed treatment) dengan insektisida untuk
menanggulangi hama yang menyerang benih stadia perkecambahan
atau tanaman muda. Aplikasi preventif dengan cara perawatan benih
merupakan cara aplikasi preventif yang terbaik, baik dipandang dari
segi keselamtan lingkungan maupun dari segi ekonomi.
b. Penaburan insektisida butiran diseluruh kebun (broad casting) ataupun
hanya pada lubang-lubang tanam saja (localized application).
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
34
c. Dipandang dari sudut keselamtan lingkungan, aplikasi pada lubang
tanam (localized placement) lebih baik dari pada ditabur diseluruh
kebun.
d. Pencelupan (dipping) benih tanaman (termasuk stek) ke dalam larutan
insektisida untuk mencegah serangan hama yang terbawa oleh bibit.
e. Penyemprotan dengan insektisida, bila diketahui bahwa tanpa
penyemprotan preventif hama tersebut akan menimbulkan kerugian
yang besar dan cara lain untuk melindungi tanaman belum atau tidak
diketahui.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
35
3. Aplikasi Kuratif
Aplikasi Kuratif adalah kebalikan dari aplikasi preventif. Aplikasi ini
(termasuk aplikasi eradikatif) dilakukan sesudah ada serangan hama
dengan maksud untuk menghentikan serang hama atau menurunkan
populasi hama tersebut.
Aplikasi kuratif banyak dilakukan dengan cara penyemprotan (termasuk
mist blowing), fogging, fumigasi, injeksi, dan sebagainya.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
36
Dalam pengendalian hama, kita harus berkonsentrasi pada hama-
hama yang daya rusaknya besar, terutama hama-hama utama.
d. Di lahan pertanian banyak organisme (serangga) lain yang tidak
merugikan tanaman, bahkan beberapa diantaranya menguntungkan
petani. Bila kita melakukan penyemprotan secara sembarangan, maka
organisme non target dapat ikut terbunuh.
e. Penggunaan Pestisida secra sembarangan, kecuali pemborosan,
dapat menimbulkan efek buruk bagi pengguna, konsumen dan
lingkungan.
Salah satu syarat untuk suksesnya pengendalian hama terpadu adalah
pengamatan pertanaman secara berkala, misalnya seminggu sekali.
Tanaman dalam satu hamparan tidak perlu semuanya damati, tetapi
cukup diambil sempelnya saja. Apabila penyemprotan harus dilakukan,
hendaknya Pestisida yang dipilih harus sesuai dengan hama tersebut. Bila
dalam contoh tersebut didapati kurang dari batas ambang, maka
penyemprotan tidak perlu dilakukan.
Fungsi aplikasi insektisida dan fungisida berdasarkan pengendalian
sistem PHT adalah untuk menekan populasi hama atau tingkat kerusakan
karena hama dan penyakit, agar tetap berada di bawah ambang
pengendalian atau ambang ekonomi.
Itulah sebabnya, konsep PHT adalah mengendalikan hama dan penyakit,
bukan membrantas. Adanya hama dan penyakit dapat diterima sejauh
populasi atau tingkat kerusakannya tidak melampaui ambang ekonomi
atau ambang pengendalian. Dengan kata lain, secara ekonomi serangan
hama dan penyakit tersebut tidak merugikan.
Ambang pengendalian atau ambang ekonomi bukan suatu statis. Ambang
ekonomi yang ideal harus memperhitungkan berbagai faktor, misalnya
ongkos produksi, harga jual komoditi, harga Pestisida, musim, biaya,
tenaga kerja, dan sebagainya. Oleh karena itu, ambang ekonomi yang
ideal dapat berbeda dari satu tempat ke tempat lain, dari satu tahun ke
tahun yang lain, bahkan dari musim ke musim yang lain. Nilai Ambang
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
37
Ekonomi beberapa hama tanaman secara rinci dapat dilihat pada
lampiran 2.
Gambar 1. Belilah Pestisida dengan Merk Terdaftar dan Periksa Izin Kadaluarsa
Penggunaannya.
Gambar 2. Belilah Pestisida dengan Kemasan yang Baik dan Tidak Rusak.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
38
b. Menyiapkan perlengkapan keamanan atau pakaian pelindung, seperti
sarung tangan, masker, topi, dan sepatu kebun.
c. Memeriksa alat aplikasi dan bagian-bagiannya, untuk mengetahui
apakah ada kebocoran atau keadaan lain yang dapat mengganggu
pelaksanaan aplikasi Pestisida.
d. Memeriksa alat-alat aplikasi sebelum digunakan, jangan menggunakan
alat semprot yang bocor. Kencangkan sambungan-sambungan yang
sering terjadi kebocoran.
e. Waktu mencampur dan menggunakan Pestisida sebaiknya jangan
langsung memasukkan Pestisida kedalam tangki. Siapkan ember dan
isi air secukupnya terlebih dahulu, kemudian tuangkan Pestisida
sesuai dengan takaran-takaran yang dikehendaki dan aduk hingga
merata. Kemudian larutan tersebut dimasukkan kedalam tangki dan
tambahkan air secukupnya.
1. Kalibrasi
Untuk memperoleh hasil aplikasi yang optimal, maka alat aplikasi
Pestisida harus dikalibrasi agar dosis yang kita capai sesuai dengan
anjuran. Langkah-langkah kalibrasi alat aplikasi Pestisida (cair), sebagai
berikut :
a. Menyiapkan alat aplikasi dalam kondisi baik ember berukuran sedang,
gelas ukur 100 ml atau 500 ml, stop watch, air, tali rapia, dan meteran.
b. Memasukan air kedalam tangki ± ¾ dari kapasitas tangki. Kemudian,
setelah tangki tertutup, alat aplikasi diberi tekanan atau dipompa
sampai mencapai tekanan yang dianjurkan.
c. Selanjutnya air dari dalam tangki, disemprotkan ke dalam ember
(hindari agar air jangan sampai ada yang keluar dari ember) selama
beberapa menit. Lalu air dari ember ditakar dengan gelas ukur.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
39
Denganb denikian diketahui waktu yang diperlukan untuk
mengeluarkan cairan/ droplet dalam volume yang sudah terukur.
d. Untuk mengatur kecepatan jalan pada saat aplikasi Pestisida di
lapangan dihitung dengan menggunakan data tersebut di atas (misal
volume cair yang terukur 10 liter dalam waktu 10 menit), maka waktu
aplikasi yang diperlukan perhektar (misal volume larutan yang
diperlukan adalah volume tinggi sekitar 500 liter/ hektar atau disebut
volume tinggi) adalah : 500/10X10 menit = 500 menit. Dengan
demikian luas area yang dapat disemprot per menit adalah :
10.000/500 =20 m² /menit. Hal ini dapat dipraktekkan dengan
membuat suatu area yang terukur (misal 4 m X 5 m) dan dibatasi
dengan tali rapia, lalu dilaksanakan penyemprotan berulang-ulang
sampai diperoleh kecepatan berjalan untuk aplikasi seluas 20 m²,
menghabiskan 1 (satu) liter dalam waktu 1 (satu) menit.
3. Ketentuan Aplikasi
Selama pelaksanaan aplikasi dilapang, hal-hal yang perlu diperhatikan
sebagai berikut :
a. Pada waktu aplikasi Pestisida, operator pelaksana atau petani harus
memakai perlengkapan keamanan seperti sarung tangan, baju lengan
panjang, celana panjang, topi, sepatu kebun, dan masker/ sapu tangan
bersih untuk menutup hidung dan mulut selama aplikasi.
b. Pada waktu aplikasi, jangan berjalan berlawanan dengan arah
datangnya angin dan tidak melalui area yang telah diaplikasi Pestisida.
Aplikasi sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari.
c. Selama aplikasi Pestisida, tidak dibenarkan makan, minum, atau
merokok.
d. Satu orang operator/ petani hendaknya tidak melakukan aplikasi
penyemprotan Pestisida terus menerus lebih dari 4 (empat) jam dalam
sehari.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
40
e. Operator/petani yang melakukan aplikasi pestisida hendaknya telah
berusia dewasa, sehat, tidak ada bagian yang luka, dan dalam
keadaan tidak lapar.
f. Pada area yang telah diaplikasi dipasang tanda peringatan bahaya.
4. Pembuangan Sisa
Setelah melaksanakan aplikasi Pestisida, beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain adalah :
a. Sisa campuran Pestisida atau larutan semprot tidak dibiarkan/ disimpan
terus di dalam tangki, karena lama-kelamaan akan menyebabkan tangki
berkarat atau rusak. Sebaiknya sisa tersebut disemprotkan kembali pada
tanaman sampai habis. Tidak membuang sisa cairan semprot di
sembarang tempat, karena akan menyebabkan pencemaran lingkungan.
b. Cuci tangki yang telah kosong dan peralatan lainnya sebersih mungkin
sebelum disimpan. Simpan peralatan semprot yang telah dicuci terpisah
dari dapur, tempat makanan, kamar mandi, dan kamar tidur serta jauhkan
dari jangkauan orang yang tidak berkepentingan (terutama anak-anak).
Gambar 3. Cuci Peralatan dan Perlengkapan Kerja Terpisah dari Tempat
Makanan, Dapur dan Pakaian lainnya
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
41
Gambar 4. tidak membuang wadah bekas pestisida dan bekas penggunaannya
pada tempat terbuka dan mudah terkontaminasi.
c. Air bekas cucian tidak mencemari saluran air, kolam ikan, sumur, sumber
air dan lingkungan perairan lainnya.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
42
VI. CARA PENCEGAHAN PADA KASUS KERACUNAN PESTISIDA
A. Cara Masuknya Pestisida Ke Dalam Tubuh Manusia
Kemungkinan terjadinya keracunan Pestisida dan faktor-faktor yang
berpengaruh ada 4 (empat) macam pekerjaan yang dapat menimbulkan
kontaminasi dalam penggunaan pestisida yaitu :
1. Membawa, menyimpan, dan memindahkan konsentrat pestisida (produk
pestisida yang belum diencerkan).
2. Mencampur pestisida sebelum diaplikasikan atau disemprotkan.
3. Mengaplikasikan atau menyemprot pestisida.
4. Mencuci alat-alat aplikasi sesudah aplikasi selesai.
Diantara keempat pekerjaan tersebut di atas, yang paling sering
menimbulkan kontaminasi adalah pekerjaan mengaplikasikan, terutama
menyemprotkan pestisida.
Namun, yang paling berbahaya adalah pekerjaan mencampur Pestisida. Hal
ini dikarenakan ketika mencampur pestisida, kita bekerja dengan konsentrat
(pestisida dengan kadar tinggi), sedang waktu menyemprot, kita bekerja
dengan pestisida yang sudah diencerkan.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
43
Pestisida dapat masuk ketubuh manusia atau hewan melalui berbagai cara
yaitu :
Penetrasi lewat kulit (dermal contamination).
Terhisap masuk melalui kedalam saluran pernafasan (inhalation).
Masuk kedalam saluran pencernaan makanan lewat mulut (oral).
1. Kontaminasi Lewat Kulit
Pestisida yang menempel dipermukaan kulit dapat meresap kedalam
tubuh dan menimbulkan keracunan. Kejadian kontaminasi pestisida lewat
kulit merupakan kontaminasi yang paling sering terjadi.
Tingkat bahaya kontaminasi lewat kulit dipengaruhi beberapa faktor
sebagai berikut :
a. Toksisitas dermal (dermal LD50) Pestisida yang bersangkutan : Makin
rendah angka LD50, makin berbahaya.
b. Konsentrasi Pestisida yang menempel pada kulit : Makin pekat
Pestisida, makin berbahaya.
c. Formulasi Pestisida : Misalnya, formulasi EC dan ULV lebih mudah
diserap kulit daripada formulasi butiran.
d. Jenis atau bagian kulit yang terpapar : Mata, misalnya, mudah sekali
meresapkan Pestisida. Kulit punggung tangan mudah sekali
meresapkan Pestisida dari pada kulit telapak tangan.
e. Luas kulit yang terpapar : Makin lama kulit terpapar, makin besar
resikonya.
f. Lamanya kulit terpapar : Makin lama kulit terpapar, makin besar
resikonya.
g. Kondisi fisik seseorang : Makin lemah kondisi fisik seseorang, makin
tinggi resiko keracunannya.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
44
Pekerjaan yang menimbulkan resiko tinggi kontaminasi lewat kulit adalah :
Penyemprotan dan apliksi lainnya, termasuk pemaparan langsung oleh
droplet drift Pestisida atau menyeka wajah dengan tangan, lengan
baju, atau sarung tangan yang terkontaminasi pestisida.
Pencampuran Pestisida.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
45
2. Terhisap Lewat Hidung
Lamanya pemaparan.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
46
Makan, minum, dan merokok ketika bekerja dengan Pestisida.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
47
B. Gejala Keracunan dan Perawatan
1. Golongan Organofosfat
2. Golongan Karbamat.
4. Golongan Antikoagulan.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
49
Pertolongan darurat adalah dengan pertolongan pertama,sebelum mereka di
rawat oleh dokter :
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
50
3.Kalupun sudah mendapat informasi yang cukup,Pengguna seringkali tidak
mematuhi syarat-syarat keselamatan dalam menggunakan
Pestisida.Banyak pengguna/petani yang tidak memperdulikan atau
menganggap enteng resiko yang mungkin timbul dari Pestisida.Keracunan
Pestisida,terutama keracunan kronis,tidak terasa dan akibatnya sering
sulit diramalkan.
1. Peraturan Perundangan
3. Peringatan Bahaya
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
51
Gambar 9. Piktogram pada label sebagai petunjuk.
4. Penyimpanan Pestisida
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
52
5. Tempat Kerja.
Sediakan pasir atau serbuk gergaji dan air di dekat tempat kerja. Pasir atau
serbuk gergaji tersebut berguna untuk menyerap atau membersihkan
Pestisida yang tumpah dan air digunakan untuk mencuci tangan bila terkena
Pestisida.
Pengguna/ petani yang kondisi badannya tidak/ kurang sehat dan atau belum
makan/ perut kosong (lapar), jangan bekerja dengan Pestisida.
Namun, badan yang sehat, kuat, dan perut cukup terisi tidak menjamin bebas
dari keracunan Pestisida, tetapi kondisi yang kurang sehat dan perut kosong
akan memperburuk keadaan bila terjadi kontaminasi atau keracunan.
Pakaian dan/ atau peralatan pelindung tubuh harus dipakai bukan saja waktu
aplikasi, tetapi sejak mulai mencampur, mencuci peralatan aplikasi dan
sesudah aplikasi selesai.
b. Semacam celemak (appron). Yang dapat dibuat dari plastik atau kulit.
Appron terutama harus digunakan ketika menyemprot tanaman yang
tinggi.
c. Penutup kepala, misalnya berupa topi lebar atau helm khusus untuk
menyemprot. Pelindung kepala juga penting, terutama ketika menyemprot
tanaman yang tinggi.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
53
d. Pelindung mulut dan lubang hidung, misalnya berupa masker sederhana
atau saputangan atau kain sederhana lainnya.
f. Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang tidak tembus air.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
54
VII. PENUTUP
Pestisida merupakan sarana yang sangat diperlukan guna melindungi
tanaman dan hasil tanaman dari gangguan hama dan penyakit yang dapat
mendatangkan kerugian bagi petani. Keberhasilan dalam pencapaian
sasaran produksi pertanian tidak terlepas dari kontribusi penggunaan
Pestisida secara tepat, baik waktu, jumlah, jenis maupun mulutnya.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
55
DAFTAR PUSAKA
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
56
Lampiran 1 : Jenis Pestisida Untuk Penggunaan Terbatas
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
57
45 NOXONE MIX 308 SL* Parakuat diklorida Gulma
46 NUQUAT 276 SL* Parakuat diklorida Gulma
47 PARA SPECIAL 250 SL* Parakuat diklorida Gulma
48 PARACOL 250/180 SL* Parakuat diklorida Gulma
49 PARATONE 280 SL* Parakuat diklorida Gulma
50 PARATOP 276 SL* Parakuat diklorida Gulma
51 PARAXONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma
52 PILARQUAT 135/2 SL* Parakuat diklorida Gulma
53 PIRADIN 138 SL* Parakuat diklorida Gulma
54 PLUTO 276 SL* Parakuat diklorida Gulma
55 POINTER 276 SL* Parakuat diklorida Gulma
56 PRIMAXONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma
57 PROQUAT 276 SL* Parakuat diklorida Gulma
58 QUAT-XONE 150 SL Parakuat diklorida Gulma
59 RAMOXONE 278 SL* Parakuat diklorida Gulma
60 RIDATOP 288 SL* Parakuat diklorida Gulma
61 ROLIXONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma
62 SANKUAT 276 SL* Parakuat diklorida Gulma
63 SANTAQUAT 276 SL* Parakuat diklorida Gulma
64 SCANNER 276 SL* Parakuat diklorida Gulma
65 SIDAXONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma
66 SIMXONE 135 SL* Parakuat diklorida Gulma
67 SPECTRA 280 SL* Parakuat diklorida Gulma
68 SQUAD 200 SL Parakuat diklorida Gulma
69 STARQUAT 135 SL* Parakuat diklorida Gulma
70 SUPRETOX 276 SL* Parakuat diklorida Gulma
71 TOPZONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma
72 TRIDAXONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma
73 UNIQUAT 276 SL* Parakuat diklorida Gulma
74 ZENUS 276 SL* Parakuat diklorida Gulma
75 CATUS 80 P* Seng fosfida Tikus sawah
76 KILLMOS 80 P* Seng fosfida Tikus sawah
77 KOVINPLUS 80 P * Seng fosfida Tikus sawah
78 POSPIT 80 P* Seng fosfida Tikus sawah
79 RACKUS 80 PL* Seng fosfida Tikus sawah
80 RATOL 80 P* Seng fosfida Tikus sawah
81 MAGNAPHOS 66 TB* Magnesium fosfida Hama gudang
82 MAGTOXIN 56 PB * Magnesium fosfida Hama gudang
83 MAGTOXIN 60 TB * Magnesium fosfida Hama gudang
84 ANTARBROM 98 LG* Metil bromida Hama gudang
85 BIOMETH 98 LG* Metil bromida Hama gudang
86 DUPIBROM 98 LG* Metil bromida Hama gudang
87 HBROM 98 LG* Metil bromida Hama gudang
88 MEBROM 98 LG* Metil bromida Hama gudang
89 METABROM 98 LG* Metil bromida Hama gudang
90 METHYBROM 98 LG* Metil bromida Hama gudang
91 METIL-GAS 98 LG* Metil bromida Hama gudang
92 PUSKOBRAM 98 LG* Metil bromida Hama gudang
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
58
93 SINOBROM 98 LG* Metil bromida Hama gudang
94 SOBBROM 98 LG* Metil bromida Hama gudang
Lampiran 2 : Nilai Ambang Ekonomi Beberapa Hama Tanaman
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
59
No. Komoditi Hama Nilai Ambang Ekonomi
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
60
Lampiran : Klasifikasi Dan Simbol Bahaya Pestisida
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
61
Lampiran : Arti & Makna Gambar (PICTOGRAM) Pada Label Kemasan
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
62
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
63
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
64