Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam
termasuk sumber daya mineral logam. Kesadaran akan banyaknya kekayaan
mineral logam ini mendorong bangsa Indonesia untuk dapat memanfaatkan
sumber daya alam tersebut secara efisien. Perusahaan yang bergerak dibidang
pertambangan merupakan salah satu perusahaan yang memanfaatkan sumber
daya alam tersebut. Dalam pemanfaatannya, tentu saja menggunakan
berbagai metode dan teknologi sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal
dengan keuntungan yang besar, biaya produksi yang seminim mungkin serta
ramah lingkungan. Untuk dapat mencapai hasil tersebut dibutuhkan sumber daya
manusia sebagai elemen yang dinamis dan berwawasan lingkungan. Manusia
adalah subyek pengguna teknologi yang utama. Oleh karena itu perlu adanya
suatu usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai salah satu upaya
untuk menyeimbangkan antara perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan kemampuan manusia sebagai pengguna serta keberadaan
sumber daya alam sebagai objek yang dimanfaatkan.
1 Universitas Indonesia
Melihat potensi PT Timah sebagai salah satu produsen timah terbesar yang
telah mendapat pengakuaan dunia akan kualitas timah yang diprosuksi, dan juga
potensi sumber daya mineral cassiterite (SnO2) sebagai bijih logam timah di pulau
Bangka yang cukup besar, menarik minat saya selaku mahasiswa Teknik
Metalurgi dan Material yang secara khusus mempelajari pengolahan logam untuk
menambah pengetahuan saya dalam pengolahan atau memproduksi logam timah
serta memberi pengalaman kerja di sebuah perusahaan yang bergerak dalam
produksi logam timah sehingga dapat menunjang pengetahuan sebagai calon
sarjana Teknik Metalurgi dan Material.
Oleh karena itu diperlukan suatu kegiatan kerja praktek pada perusahaan
yang bergerak dalam bidang pengolahan logam. Kerja praktek ini diharapkan
dapat menjadi sarana untuk menimba pengalaman kerja serta dapat terjun
langsung ke lapangan melihat bagaimana proses kerja dalam sebuah perusaahan
produsen logam yang professional secara ril.
2 Universitas Indonesia
c. Memperluas wawasan dan pengalaman mengenai kondisi kerja di dunia
industri sebagai bekal untuk terjun ke dunia kerja nantinya.
3 Universitas Indonesia
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2. 1. Sejarah Perusahaan
4 Universitas Indonesia
Berdasarkan SK Direksi No. 197/SK-0000/90-B1 tanggal 31 Desember
1990 dibentuk unit penambangan timah mesin gali mangkok (MGM) yang diikuti
oleh unit penambangan darat berdasarkan SK Direksi No. 37/SK-0000/91-B1
tanggal 24 April 1991 dan selanjutnya dengan SK Direksi No. 85/SK-0000/91-B1
tanggal 29 Juni 1991 UPT Bangka, UPT Belitung dan UPT Singkep dibubarkan.
5 Universitas Indonesia
berkesinambungan, sehingga dapat menjamin keuntungan yang optimal bagi
seluruh pemegang saham.
2. 2. Unit Metalurgi
Pada saat ini PT. Timah (Persero) Tbk. khususnya Unit Metalurgi telah
memperoleh sertifikat internasional ISO 9002 mengenai sistem manajemen mutu
dan ISO 14001/1996 mengenai sistem manajemen lingkungan. Saat ini kantor
pusat PT. Timah (Persero) Tbk. berkedudukan di Jalan Jendral Sudirman No. 51
Pangkalpinang, Bangka.
6 Universitas Indonesia
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
karena ketahanan korosinya yang baik itu, logam timah sekarang sudah menjadi
alternatif sebagai logam pelapis (coating) logam lain yang ketahanan korosinya
lebih rendah. Oleh sebab itu dibutuhkan logam timah dengan dengan kemurnian
cukup tinggi untuk dipakai sebagai pelapis anti-korosi atau pengunaan lainnya.
7 Universitas Indonesia
temperatur leleh dan juga metode hydrometallurgy seperti proses leaching dengan
prinsip perbedaan kelarutan. Tetapi karena sulitnya melarutkan logam timah
pemurniaan dengan pengunaan metode hydrometallurgy jarang dipakai untuk
produksi skala besar. Hampir semua industri pengolahan timah memakai metode
pyrometallurgy.
Content
Type of raw material Grade
Sn Cu Pb Fe As Sb Bi
0,1
Concentrate I 98,9 0,14 0,33 0,28 0,06 0,01
0
Slime concentrate, Filter 1,7
II 93,09 0,79 1,51 1,70 0,51 0,4
dust 6
0,8
Returns (slag) III 92,06 2,73 1,71 1,22 1,29 0,11
9
8 Universitas Indonesia
Proses refining pada pengolahan timah terdiri dari dua metode yaitu
dengan pyrometallurgy (pyrorefining) atau dengan metode hydrometallurgy
(electrolytic refining). Proses refining dengan pyrometallurgy yaitu proses
peningkatan kemurniaan timah dengan memanfaatkan perbedaan temperatur leleh
dari timah denan beberapa pengotornya. Proses pyrorefining ini dilakukan secara
bertahap dan disetiap proses hanya dapat memisahkan 1 atau 2 unsur pengotor
dalam timah. Pengotor dipisahkan satu persatu pada setiap tahap berbeda dan
dikumpulkan secara terpisah untuk memudahkan proses recovery selanjutnya.
Salah satu kelebihan dari proses refining dengan pyrorefining yaitu tingginya
kecepatan produksi dibandingkan dengan proses refining metode
hydrometallurgy. selain itu kekurangan dari pengunaan proses ini dalam skala
industri adalah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pekerja.
9 Universitas Indonesia
e
T
K
s
t
v
u
d
o
m
r
a
k
ti
n
i
m
o
p
n
a
l
masalah dalam skala industri karena biaya untuk pengadaan energi lisrik ini hanya
berkisar 0,1-0,2% dari hasil pendapatan produksi. Kekeurangan lainnya dari
proses electrolytic refining yaitu sulitnya mencari elektrolit yang cukup baik,
aman dan ekonimis untuk dipakai dalam skala besar.
3. 2.
t
i
m
a
d
k
Aspek Elektrokimia
k
i
n
l
o
I
E
e
r
Ter
E lektr o
Elekt
Kondukti
m
Kodi
i neti
I
m
nam
vi
ka t i
kim as
el
k
as
oni
a
dik
Potensial standard
s
ekt t r aia
10
ol
oda
ns i t por t
k
Gambar 3. 1. Aspek dalam elektrokimia dalam skala ionik dan elektrodik.
Universitas Indonesia
Konstanta keseimbangan
Elektrokimia adalah salah cabang kimia yang mempelajari reaksi kimia
yang berlangsung dalam larutan pada permukaan konduktor elektrodik (logam)
dan konduktor ionik (elektrolit), dan melibatkan transfer elektron diantara
elektroda dan transfer ion pada elektrolitnya.
Jika reaksi kimia terjadi karena tegangan eksternal (seperti dalam
elektrolisis) atau jika tegangan justru dibuat dari reaksi kimia (seperti dalam
baterai), reaksi seperti ini disebut reaksi elektrokimia. Secara umum, elektrokimia
berhubungan dengan situasi dimana reaksi oksidasi dan reduksi terjadi secara
terpisah dan dihubungkan oleh sirkuit eksternal.
a. Ionik
Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion
dan selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik, ion-ion merupakan atom-
atom bermuatan elektrik. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau berupa
senyawa kimia lainnya. Elektrolit umumnya berbentuk asam, basa atau garam.
Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai elektrolit pada kondisi tertentu
misalnya pada suhu tinggi atau tekanan rendah. Elektrolit kuat identik dengan
asam, basa, dan garam kuat. Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion dan
kovalen polar. Sebagian besar senyawa yang berikatan ion merupakan elektrolit
sebagai contoh ikatan ion NaCl yang merupakan salah satu jenis garam yakni
garam dapur. NaCl dapat menjadi elektrolit dalm bentuk larutan dan lelehan. atau
bentuk liquid dan aqueous. sedangkan dalam bentuk solid atau padatan senyawa
ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit.
11 Universitas Indonesia
Derajat dissosiasi (α)
Konstanta Dissosiasi (Ka)
pH
Dalam elektrolit dibutuhkan kondisi reaksi yang sesuai secara
termodinamika seperti pH dan potensial sel untuk dapat bereaksi tetapi tidak dapat
menghitung kecepatan reaksi elektrokimia tersebut. Kecepatan reaksi dapat dilihat
dari konduktivitas (Migrasi, Konveksi, Difusi) dan Mass Transport. Mass transfer
ini dapat terjadi akibat perbedaan konsentrasi pada elektrolit. Perubahan potensial
pada elektrolit menyebabkan terjadinya proses difusi pada interface.
Mass transport adalah pergerakan ion yang mengalir dalam pengaruh
medan listrik dalam elektrolit. Medan listrik timbul karena adanya tegangan
antara dua elektroda. Mobilitas dari mass trasnport ini bergantung pada dimensi
dan muatannya dan juga konsentrasi larutan.
Faktor yang mempengaruhi mass transport:
turbulence flow
difusi
medan listrik
1. Konveksi
Koveksi yaitu pergerakan elektrolit dalam skala yang besar dari larutan
ruah ke lapisan difusi. Proses ini dapat dilakukan dengan memberi
pengadukan, pompaan elektrolit atau injeksi udara. Proses ini hanya
efektif untuk memindahan ion-ion logam kedaerah dekat permukaan
elektroda, karena bagaimana pun akan terdapat lapisan elektrolit yang
diam (stangnan) pada permukaan elektroda.
2. Difusi
Difusi adalah proses pergerakan ion-ion logam menuju OHP (outer
helmhotz Plane) melalui lapisan elektrolit yang diam, karena terdapatnya
perbedaan konsentrasi. Difusi dipengaruhi gradien konsentrasi antara
konsentrasi permukaan dan konsentrasi ruah. Dalam keaadan tetap
12 Universitas Indonesia
pengaliran ion-ion logam yang berdifusi sebanding dengan perbedaan
konsentrasi ion tersebut yang digambarkan oleh hukum ficks sebagai
berikut.
dCi
Ji=−D( )
dx
Ji = kapasitas difusi (jumlah ion yang melewati satu satuan luas per satuan
waktu)
D = kostanta difusi
Cx = ~ = konsentrasi ion positif pada larutan ruah
Cx = 0 = konsentrasi ion positif pada OHP
σ = tebal lapisan difusi
3. Migrasi
Migrasi adalah transfer ion karena adanya gradien beda potensial. Migrasi
dipengaruhi oleh medan listrik. Kecepatan migrasi dapat dirumuskan
Kecepatan migrasi=−¿
Dimana
i = rapat arus
F = bilangan Faraday
t+ = bilangan perpindahan
n = jumlah elektron
13 Universitas Indonesia
Electrical Double layer
Konveksi
Difusi Migrasi
14 Universitas Indonesia
4. Solvated ions
5. Ion adsorptif
6. Solvent molecule
elektrolit Elektroda
ET
Mass transport
terjadi secara Konduksi dari
konduksi, difusi migrasi elektron
dan migrasi pada keadaan solid
Reductant
oxidant
Produk
Produk
a
b
15 Universitas Indonesia
Sn2+ + 2e- Sn Stannous reduction
2H2O + 2e- H2 + 2OH- Hidrogen reduction
O2 + 2H2O + 4e- 4OH- Oksigen reduction
Pada gambar a terjadi reaksi oksidasi dalam hal ini logam akan berubah
menjadi ionnya akibat adanya elektron di dalam logam dan ion tersebut akan
mengalir dalam larutan. Dan pada gambar b terjadi reaksi reduksi yang merubah
ion logam dari larutan menjadi logam akibat dari hilangnya elektron dari logam
tersebut. Pergerakan-pergerakan elektron ini juga melibatkan pelepasan atau
penyerapan energi bebas. Elektrolisis bekerja dengan menyerap energi bebas dari
sumber listrik untuk reaksi non-spontan (∆G bernilai positif). Pengaliran arus
listrik dalam sel dapat mengerakan reaksi non-spontan sehingga terjadi
electrolisis. Proses elektrolisis ini mengunakan arus listrik berupa arus DC
sehingga dibutuhkan rectifier untuk mengubah arus listrik AC menjadi DC.
+
Sumber Rectifier
Listrik AC
~
-
Gambar 3. 6. perubahan arus AC menjadi DC dengan rectifier.
16 Universitas Indonesia
3. 3. Elektrolisis Timah
Reaksi elektrolisis ditemukan berkat jasa Michael Faraday atau yang lebih
dikenal dengan hukum faraday mengenai stoikiometri elektron dalam reaksi
reduksi-oksidasi.
Dalam 1 mol elektron bernilai sama dengan 1 Faraday atau 96500 Coloumb.
Kemudian dikenal juga rumus Faraday untuk menghitung massa produk logam
yang dihasilkan pada proses elektrolisis.
M r it
W=
e 96500
W = massa produk
Mr = massa atom
i = rapat
t = waktu
e = elektro valensi
Reaksi kimia atau redoks baru dapat berlangsung jika dapat menembus
energi aktivasi. Pemberian teganagan berlebih atau overpotensial dalam
elektrolisisi dibutuhkan untuk mencapai energi aktivasi tersebut. Tetapi jika
potensial yang diberikan terlalu besar maka logam bukan Sn yang terdeposisi
tetapi logam yang lebih mulia (noble) dibanding Sn yang justru akan terdeposisi.
17 Universitas Indonesia
Gambar 3. 6. Energi bebas dan energy aktivasi
∆ Gη =Δ G0−βFη
η=E−E N
η = overpotensial
β = symetri factor
E = applied potensial
E N =E0 + ( RT
nF )
ln¿ ¿
Dari persamaan Nerst ini dapat dilihat hubungan antara tegangan yang diberikan
pada elektroda dengan konsentrasi dari elektrolit.
18 Universitas Indonesia
Gambar 3. 7. Diagam pourbaix Sn.
Jika dalam sel diperhitungkan pula nilai hambatan pada bahan konduktor
yang digunakan serta hamabatan elektrolit dalam sel maka nilai E (applied
potensial) menjadi
E=E N + RI +η
R = hambatan (Ω)
I = arus ( A)
a. Sel elektrolisis
19 Universitas Indonesia
Proses electrolytic refining timah mengunakan prinsip kerja dari
elektrolisis yaitu dengan mengubah energi listrik yang mengalir dan menghasilkan
reaksi kimia dalam sel. Dalam hal ini reaksi yang terjadi adalah reaksi reduksi-
oksidasi. Elektron akan mengalir dalam logam dan ion sendiri mengalir dalam
elektrolit. Elektron secara konduksi dapat mengalir pada media logam,
semikonduktor dan conducting polymer material. Sedangkan ion dapat mengalir
dalam media larutan elektrolit, lelehan garam, elektrolit padat dan polymeric
electrolyte. Materi-materi tersebut bergerak dengan cara migrasi, difusi dan
konveksi.
Impure
Tin Anode
Anode High-purity
Fe Ni Sn Pb H Bi Sb As Cu Ag
-0.44 -0.25 - -0.126 0 +0.3 +0.152 +0.24 +0.337 +0.799
20 Universitas Indonesia
0.136 2 7
Pengotor-pengotor atau unsur pengikut yang ada pada timah kebanyakan memiliki
standar potensial yang lebih positif sehingga yang terlarut terlebih dahulu dalam
elektrolit bukanlah pengotor tetepi timah yang larut dan membentuk ion. Tetapi
karena Sn lebih positif dari standar potensial hidrogen pengunaan tegangan
berlebih yang terlalu tinggi dapat menyebabkan hidrogen yang justru terdissosiasi.
b. Elektrolit
Dari beberapa elektrolit yang sudah dikenal dan digunakan dalam proses
electrolytic refining timah, dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu elektrolit asam,
elektrolit basa dan elektrolit lelehan garam. Elektrolit asam terdiri dari elektrolit
larutan asam klorida, fluorosilicate (ditambah asam sulfat) dan sulphate-organic.
elektrolit basa yaitu larutan alkali hydroxide dan alkali sulphide. Dan yang
terakhir mengunakan elektrolit dari lelehan garam timah.
Electrolit secara umum yang dipakai yaitu larutan dari asam hidroklorida
dan asam sulfat dengan tamabahan beberapa bahan aditif. Penambahan bahan
aditif seperti gelatin dan cresol dapat menghasilkan deposit yang halus.
21 Universitas Indonesia
membentuk endapan PbCl2 memiliki kelarutan yang tinggi pada suhu 20 0C dapat
larut 9,9 gr dalam 1 liter air. Ion Sb 3+ dan Bi3+ akan terhidrolisis membetuk
oksiklorida yang larut (BiOCl). Tembaga, besi dan arsenik akan larut dalam
elektrolit.
Kekurangan elektrolit jenis ini ion sulfat akan menyebabkan anoda akan
melarutkan kembali Pb pada lumpur dan membentuk Pb2SO4. Salah satu kendala
lain dalam pengunaan zat asam sebagai elektrolit yaitu terbentuknya lapisan di
anoda karena adanya kandungan Pb di anoda. Untuk itu lapisan pengotor di anoda
itu harus dibersihkan secara berkala.
Saat anoda larut dalam elektrolit fluorosilicate, Cu, Bi, Sb, As berjatuhan
membentuk lumpur dan dapat terpisah dengan baik dari Sn. Hanya Pb yang
beresiko dapat ikut menepel pada katoda. Untuk menghindari itu perlu dilakukan
penambahan asam sulfat agar terbentuk endapan Pb dan membentuk lumpur di
dasar sel. Pengunaan elektrolit fluorosilicate dapat memisahkan hampir semua
22 Universitas Indonesia
pengotor dalam timah dengan kemurnian mencapai 99.99%. tetapi penambahan
asam sulfat berlebih dapat menyebabkan endapan anoda berbentuk kristal dendrit
dan terebentuknya lapisan pasif pada anoda.
Salah satu masalah yang terjadi dari proses ini yaitu cepatnya korosi yang
terjadi pada instalasi terutama pada karet penyemprot elektrolit, pompa dan bak
elektrolit. Terlebih lagi Penyiapan fluorosilicate mahal dan elektrolit yang
berbahaya karena bersifat racun. dan elektrolit mudah terdekomposisi. Beberapa
aditif organik ditambahkan untuk mendapatkan endapan yang padat dan halus.
Dan munculah elektrolit sulphate-organic. Pengunaan electrolit H2SiF6 dan H2SO4
yang tidak melarutkan antimony, bismuth dan tembaga.
23 Universitas Indonesia
lainya. Karena elektrolit tidak dapat menghilangakan Pb dan Bi dengan sempurna.
Juga sulitnya katoda unutk dilelehkan kembali untuk proses pencetakan.
Sn+4 S 2−¿=SnS 4 ¿
Yang menghasilkan lumpur dengan kandungan Fe, Cu, Pb dan Bi. Elektrolit ini
bebas dari lapisan pasif tetapi dibutuhkan suhu reaksi yang tinggi yaitu 70-900C.
24 Universitas Indonesia
menjadi ingot atau yang lainnya. selama proses refining didasar sel lama
kelamaan akan terbentuk lumpur yang masih mengandung Sn dan juga unsur
pengotor lainnya. Di anoda lama kelamaan akan muncul kotoran seperti lumpur
dipermukaan yang menghambat proses elektrolisis maka perlu dilakukan proses
pembershian anoda secara berkala. ketebalan katoda yang semakin tebal akan
mengurangi proses elektrolisis sehingga dalam satu siklus katoda diganti diganti
dua kali atau lebih. Untuk dapat menigkatkan efisiensi proses elektrolisis jarak
antara anoda katoda juga diperhitungkan. Jarak antara anoda dan katoda ini dibuat
sedekat mungkin tetapi jika jarak anatar anoda dan katoda akan menyebabkan
arus pendek.
Setelah katoda yang terdeposisi penuh oleh logam timah kemudian katoda
di lebur lagi untuk membentuk ingot. Biasanya ingot yang dicetak tidak tidak
terlalu besar untuk menjaga kemurnian logam timah. Untuk memastikan kualitas
dari logam timah hasil refining perlu dilakukan quality control dengan cara
pengambilan sampel dari hasil electrolytic refining. Secara komersial kualitas
standar timah diklasifikasikan dalam ASTM B339. High grade AAA (Sn
99,98%), grade A (Sn 99,8%), Grade B, C, D dan E memiliki kemurnian yang
lebih rendah dari 99%.
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
25 Universitas Indonesia
4. 1. Typical Analsis of Tin Product PT TIMAH 2010
Ingot : Standard
Weight (Kg) : 25
% Sn : 99,99
26 Universitas Indonesia
Timah Feed Ketel 4 6000 kg 99,92 5995,20 kg
Timah Feed Ketel 5 2500 kg 99,92 2498,00 kg
Timah Feed Ketel 6 7000 kg 99,92 6994,40 kg
Anoda baru 17780kg 99,92 17765,78 kg
Ex. Anoda 240 kg 99,92 239,81 kg
Anoda dalam sel 245942 kg 99,92 245745,25 kg
Dross Feed 500 kg 99,92 499,60 kg
Slime 79686 kg 21,32 16990,00 kg
Jumlah 359648 kg 296728,03 kg
Rectifier
Feed 0 kg
A=54080 kg
A=43680 kg
A=56160 kg
UNIT 5
UNIT 3
Ketel 5
27 2500 kg Dross SLIME 79686 kg
Universitas Indonesia
K=4032 k
K=3360 k
K=3024 k
feed
500 kg
Ketel 4
Tanki bahan kimia
Holding pot
A=34112 kg
A=57460 kg
Ketel 1
UNIT 2
UNIT 1 1000 kg
0 kg
Dross
Ketel 2 4N
0 kg 200 kg
K=8064 kg
K=8092 kg
Ketel 3
0 kg
Katoda Katoda
baru 60 blm cetak
Logam 4N kg 0 kg
384 kg
28 Universitas Indonesia
Timah BANKA
BANKA 99,99
DROSS
SLIME
29 Universitas Indonesia
INPUT PROSES OUTPUT PROSES
Uraian Berat Uraian Berat
Hasil panen 240033 kg Hasil cetak logam 4N 188000 kg
Sisa logam 4N ketel 1 0 kg Sisa logam 4N ketel 1 0 kg
Sisa logam 4N ketel 2 0 kg Sisa logam 4N ketel 2 0 kg
Sisa logam 4N ketel 3 0 kg Sisa logam 4N ketel 3 0 kg
Sisa logam ketel holding ER 2400 kg Sisa logam ketel holding ER 1000 kg
Katoda dalam sel 25634 kg Katoda dalam sel 26572 kg
Pemakaian katoda 48380 kg
Stok katoda baru 15 kg Stok katoda baru 60 kg
Katoda produk yang blm dilebur 0 kg Katoda produk yang belum dilebur 0 kg
Sisa logam 4N 0kg Sisa logam 4N 384 kg
Bahan Kimia sebagai elektrolit Bahan Bakar Bahan kimia pengolahan limbah
H2SO4 Solar Kapur
SnSO4 Briket Tawas
H2SiF6 LPG Causitic soda
Gelatin Oxygen
Eugenol
HCL
30 Universitas Indonesia
listrik demineralisasi
Briket Gas Elpiji Oksigen
23500 kg 957,3 Kwh 22000 ltr
980 kg 0 kg 120 kg
BAB V
PEMBAHASAN
31 Universitas Indonesia
PT Timah adalah penghasil timah nomor dua terbesar di dunia setelah
Cina dengan produksi 45,000 ton/tahun. PT Timah dalam hal ini Unit Metalurgi
memproduksi logam timah dengan beberapa kualitas dari tingkat kemurniannya
dan menjadi merek dagangan internasional yaitu Timah Banka (99,92%), Timah
Mentok (99,85%), Timah Banka Low Lead (99,93%) serta Timah Four Nine
(99,99%). Masing-masing jenis timah mengalami perlakuan dan proses berbeda.
Proses permurniaan di Unit Metalurgi terbagi menjadi tiga jenis proses yaitu
pyrorefining, eutectic refining, dan electrolytic refining.
32 Universitas Indonesia
pemurniaan dengan mengunakan metode elektrolisis untuk menghasilkan produk
dengan merek dagang Timah Banka Four Nine.
33 Universitas Indonesia
Crude tin
Melting ketel
elekltrolit
Anoda scrap
SLIME
rectifier
Melting ketel
ingot casting
Banka 99,99
34 Universitas Indonesia
5. 2. Pencetakan dan Preparasi Anoda
Feed timah Banka/Mentok/Ex Anoda atau timah yang berasal dari ketel 4,
5, 6 yaitu ketel dengan kandungan Pb rendah hasil proses pyrorefining di lebur
dalam melting ketel pada suhu 3000C. logam timah yang sudah mencair
kemudiaan dialirkan ke pencetakan melalui saluran yang sudah dipnaskan pada
suhu 3000C. kemudian dilakukan pencetakan dan dibiarkan membeku dalam
cetakan selama 10 menit. Setelah anoda membeku kemudian di angkat dan di
hitung beratnya. Lepengan anoda ini kemudian diratakan permukaannya dengan
menggunakan palu hal ini dilakukan agar proses elektrolisis terjadi merata.
Ketebalan anoda yang digunakan yaitu 3 cm. pada bagian atas anoda dibentuk
seperti lengan baju agar anoda dapat tergantung diatas bak sel. Bagian bawah dari
anoda dibuat dengan lebar lebih pendek agar larutan elektrolit mudah ditiriskan
saaat pembersihan anoda dari lumpur.
35 Universitas Indonesia
108 cm
44 cm
100 cm
77 cm
Starter sheet yang akan digunakan sebagai katoda terbuat dari produk
timah hasil electrolytic refining sebelumnya yang dilebur kembali dan cetak
menjadi lembaran dengan ketebalan kurang lebih 1 mm dengan massa sekiar 5-7
kg. Katoda dibuat setipis mungkin agar proses deposisi berlangsung optimal juga
menghindari jarak anatar anoda dan katoda yang terlalau dekat. Katoda yang
sudah terdeposisi penuh sebelumnya dari proses elektrosis kemudian dilelehkan
dalam melting ketal pada suhu 2450C. suhu yang digunakan lebih rendah karena
hampir semua pengotor sudah hilang. Setelah timah mencair pada melting ketel
kemudian dilakukan stirring selama 30 menit. Pisahkan dross yang muncul ke bak
dross. Kemudian alirkan cairan timah kecetakan sheet melalui saluran
pengeluaran yang sudah dipanaskan. Setelah katoda selesai dicetak kemudian
ratakan ujung-ujung katoda dengan gunting. Pasang batangan tambaga pada
katoda dengan melipat bagian ujung katoda dan siram dengan timah cair pada
lipatan agar lipatan menempel. Batangan tembaga ini berguna sebagai konduktor
dalam sel. Kemudian ratakan starter sheet yang melengkung.
36 Universitas Indonesia
80 cm
100 cm
5. 4. Membuat Elektrolit
37 Universitas Indonesia
dan eugenol. Koloid ini berfungsi agar katoda yang terbentuk terbebas dari bentuk
jarum dan deposit timah pada katoda menjadi lebih halus dan merata.
Pompakan larutan elektrolit yang ada dalam tanki reservoir ke sel sampai
semua bak pada setiap unit terisi dalam keaadaan penuh. Bersihkan busbar
tembaga pada sisi sel dengan amplas. Batangan tembaga sebagai konduktor untuk
menggantungkan lempeng katoda pada sel. Sebelum anoda dan katoda dimasukan
dalam larutan elektrolit bersihan permukaannya dengan amplas dari pengotor-
pengotor yang ada. Kemudian masing-masing sel dimasukan 13 keping anoda dan
14 keping katoda secara bergantiaan. Pada unit 1 dan 2 memiliki 32 sel, unit 3 dan
4 memiliki 32 sel dan unit 5 memiliki 36 sel. Anoda dan katoda ini diangkat
dengan mengunakan over head travelling crane dengan kapasitas 3 ton Kemudian
nyalakan pompa sirkulasi elektrolit. Pompa elektrolit ini berguna untuk memberi
aliran pada elektrolit dalam skala besar sehingga dapat meningkatkan aliran
konveksi sehingga dapat memindahkan ion-ion logam kedaerah dekat dengan
permukaan elektroda atau lapisan difusi. Setelah sel selesai dipreparasi kemudian
hidupkan rectifier dan naikan arus listrik sampai pada 1000 A, rectifier yang
38 Universitas Indonesia
digunakan memiliki kapasitas sebesar 2000 A. Catat V total, V sel dan I total di
kontrol panel seperti pada tabel 5. 2. . sel electrolytic refining ini berkerja pada
suhu ruang. Konsentrasi larutan diperhatikan secara berkala jika terjadi
penurunaan konsentrasi dari larutan elektrolit maka perlu ditambahakan lagi
elektrolit untuk meningkatkan konsentrasi dari larutan.
39 Universitas Indonesia
5. 6. Pencucian Anoda
Setelah anoda dan katoda siap dipanen, anoda dan katoda dilakukan
penggantiaan dengan anoda dan katoda yang baru biasanya 1 siklus penggantian
anoda dan katoda dilakukan selama 7 hari. Sebelum dilakukan pengangkatan
matikan kran pompa elektrolit. Turunkan arus listrik pada rectifier sampai 50 A.
Angkat katoda dengan over head travelling crane pelan-pelan dan jangan sampai
bersentuhan dengan anoda. Kemudian bawa katoda ke bak perendaman untuk
dibersihkan dari elektrolit. Setelah katoda dibersihkan kemudian lepas batangan
tembaga. Periksa keadaan katoda dari cacat fisik dan juga pengotor kemudian
timbang berat katoda. Setelah itu dapat dilakukan pencairan untuk dijadikan ingot
atau dibuat starter sheet kembali. Ambil sampel katoda pada setiap sel untuk
dilakukan typical analisis kemurniaan Sn nya dan juga kandungan unsur lainnya
untuk menjaga kualitas logam timah.
Anoda dalam sel diangkat menggunakan over head travelling crane sel ke
bak pencucian anoda. Semprotkan lumpur yang menempel pada anoda dengan air
40 Universitas Indonesia
demineralisasi sampai lumpur yang menempel pada permukaan terlepas. Anoda
yang sudah bersih kemudian disusun pada sel “Half Life” atau “Full Life”’
tergantung pada ketebalan logam timah yang tersisa. Jika ketebalan logam timah
sudah habis hampir setengahnya dimasukan dalam sel “Half life” dan anoda yang
masih penuh disusun pada sel “Full Life”. Sedangkan anoda yang dianggap sudah
habis disusun sebagai dan tidak dapat dipakai lagi untuk proses elektrolisis
disusun sebagai ex-anoda. Ex-anoda ini nantinya dapat dilebur kembali pada
melting ketel dan dilakukan pencetakan anoda untuk pembuatan anoda baru.
41 Universitas Indonesia
Gambar 5. 5. Katoda yang sudah terdeposisi penuh.
Katoda Fe Pb Cu Ni As Sb
KL1 – KL4 2 9 2 2 2 4
11
KL5-KL8 1 1 2 1 3
1
KL9-KL12 2 7 2 2 2 3
KL16-
1 10 3 2 2 4
KL18
42 Universitas Indonesia
dua jenis ingot dengan ketebalan berbeda yaitu ingot tebal dan tipis. Ingot tebal
dengan massa 27-28 kg setiap ingot sedangkan ingot tipis dengan massa 22-24 kg.
43 Universitas Indonesia
BAB VI
6. 1. Kesimpulan
1. Proses refining pada pengolahan timah terdiri dari dua metode yaitu
dengan pyrometallurgy (pyrorefining) atau dengan metode
hydrometallurgy (electrolytic refining).
2. Untuk mendapatkan logam timah dengan kadar sangat tinggi sampai
99,99% dapat dilakukan proses electroyitic refining yaitu proses
pemurniaan dengan mengunakan prinsip elektrolisis. electrolytic
refining ini cocok di pakai pada beberapa logam seperti Cu, Ag, Pb, Au,
Ni, Sn, Zn dll.
3. Kelebihan dari proses electrolytic refining dibandingkan dengan
pyrorefining yaitu hampir semua jenis pengotor dapat dipisahkan secara
bersamaan dalam satu tahapan proses dan menghasilkan kadar Sn yang
lebih tinggi.
4. kekurangan dari proses electrolytic refining dibandingkan dengan proses
pyrorefining yaitu lambatnya proses produksi.
5. Elektrolit yang digunakan untuk proses electrolytic refining dapat
berupa larutan elektrolit asam, larutan elektrolit basa atau pun elektrolit
lelehan garam.
6. Pemilihan elektrolit merupakan salah satu pertimbangan dalam proses
electrolyte refining. Komposisi dari elektrolit sangat menpengaruhi
kepadatan dan ketebalan dari deposit timah pada produk katoda nantinya
7. Variabel yang harus dijaga untuk menjaga efisiensi proses seperti arus
dan tegangan listrik yang digunakan, konsentrasi elektrolit, jarak anoda
dan katoda, suhu elektrolit, ketebalan anoda dan katoda dll
44 Universitas Indonesia
6. 2. Saran
45 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
[3] Murach, N. N., Sevryukov, N. N., Pol’kin, S. I. & Bykov, U. A.. (1967).
Metallurgy of Tin. England: National Lending Library for Science and
Technology.
[5] Wahyuadi S., Johny & Rustandi, Andi. (2009). Bahan Mata Kuliah
Ekstraksi. Depok: Departemen Metalurgi & Material Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.
46 Universitas Indonesia