You are on page 1of 20

PROSEDUR DAN TEKNIK AUDIT

Oleh :
1. Annisa Diah Wardani 040810371
2. Ayu Rachmawati 040811391
3. Wulan Azizah 040811398
4. Ulva Rhizqhi Abadi 040811407
5. Ema Damayanti 040811424
6. Osakanova Faiza Aisyiah 040811434
7. Niluh Shanti S 040811440
8. Yuansari Eka Putri 040811441
9. Rizqy Nurul Iftitah 040913184
10. Wida Yunistya 040913187

APRIL 2010
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
1. Prosedur Audit
1.1 Pengertian
Prosedur audit adalah metode atau teknik yang digunakan oleh
para auditor untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang
mencukupi dan kompeten. Auditor akan mempertimbangkan bagaimana
setiap prosedur ini akan digunkan ketika merencanakan audit dan
mengembangkan program audit. (Boynton,Johnson,Kell). Sedangkan
menurut Sura Peranginangin, urutan langkah yang ditempuh oleh auditor
dalam rangka memperoleh bukti disebut prosedur audit. Jadi, prosedur
audit akan memberikan petunjuk atau perintah kepada tim audit
mengenai apa yang harus dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan
audit. Prosedur audit memberikan perintah secara rinci kepada tim audit
mengenai apa yang harus dilakukan dalam rangka pelaksanaan audit.

1.2 Tujuan
1. Untuk memahami entitas dan lingkungan bisnis klien, termasuk di
dalamnya pengendalian internal, untuk menilai risiko salah saji
material dalam tingkat laporan keuangan dan tingkat asersi (prosedur
penilaian risiko). Auditor selalu melakukan prosedur penilaian risiko
untuk memberikan kepuasan terhadap risiko yang dinilai dari salah
saji material. Namun, prosedur penilaian risiko sendiri tidak
memberikan bukti yang cukup kompeten yang menjadi dasar opini
audit
2. Untuk menguji keefektifan operasi pengendalian prefentif atau
deteksi salah saji material dalam tingkat asersi (pengujian
pengendalian). Pengujian pengendalian dibutuhkan ketika auditor
merencanakan untuk menilai pengendalian risiko di bawah maksimum
dan mengembangkan strategi audit yang mengasumsikan keefektifan
pengendalian internal aktiva lain. Pengujian pengendalian juga
dibutuhkan ketika sistem akuntansi klien begitu intens terhadap
teknologi informasi bahwa prosedur substantif saja tidak memberikan
cukup bukti audit kompeten.
3. Untuk mendukung asersi dan deteksi salah saji material pada tingkat
asersi (pengujian substantive). Audit merencanakan dan menyajikan
pengujian substantive yang responsive terhadap risiko asersi.
Selanjutnya, auditor selalu menyajikan pengujian substantive karena
batasan inheren dari pengendalian internal dan karena prosedur
penilaian risiko secara inheren telah menghakimi.

1.3 Manfaat
1. Memfasilitasi evaluasi kinerja, sistem kontrol, dan prosedur
penjaminan mutu.
2. Menyakinkan bahwa sebuah institusi memiliki akuntabilitas terhadap
mutu dan standar yang telah ditentukan.
3. Meningkatkan kemampuan institusi untuk memprioritaskan lingkup
tertentu dan memfasilitasi pengambilan keputusan.
4. Memudahkan institusi untuk mrmberikan tanggapan lebih baik
terhadap persyaratan yang diminta audit mutu eksternal serta
untuk menilai mutu.
5. Menyediakan sarana untuk identifikasi cara kerja yang baik untuk
disebarluaskan.
6. Menyediakan sarana yang tepat untuk peningkatan dan pengembangan
mutu.

1.4 Contoh
PROSEDUR IMPLEMENTASI AIMA FAKULTAS OLEH
AUDITOR FAKULTAS
1. Atas permintaan klien/jadwal berkala dilakukan audit.
2. Rektor/BPM memerintahkan atau mendisposisikan permintaan klien
Kepada MAIMA.
3. MAIMA bersama ketua tim audit Membentuk tim audit.
4. Rektor/BPM menerbitkan Surat Tugas untuk tim audit.
5. Tim audit menyusun tujuan, kewenangan dan tanggungjawab audit
sesuai dengan ruang lingkup yang merujuk Permintaan klien atau
jadwal berkala Perintah audit dari rektor/BPM Penunjukan ketua tim
audit oleh MAIMA Pembentukan tim audit Penerbitan surat tugas
Penyusunan tujuan, kewenangan dan tanggung jawab tim audit pada
surat tugas Rektor atau permintaan Klien.
6. Tujuan, kewenangan dan tangungjawab tim audit disahkan oleh
BPM.
7. Tim audit menyusun rencana dan jadwal audit bersama teraudit.
8. Teraudit menyerahkan dokumen yang diperlukan kepada ketua tim
audit sesuai dengan waktu yang telah disepakati.
9. Pembagian tugas tim audit untuk audit sistem.
10. Melaksanakan audit dokumen yang tersedia sesuai dengan standar
yang disepakati dan menyusun checklist untuk persiapan audit
kepatuhan.
11. Ketua tim audit mengkomunikasikan jadwal visitasi kepada teraudit
untuk disetujui
12. Berdasarkan hasil pengecekan bukti dikumpulkan melalui
wawancara, pemeriksaan dokumen (IK, DP dan BO), pengamatan
aktivitas dan keadaan lokasi secara komprehensif. Pengesahan
tujuan, kewenangan dan tanggung jawab tim audit Penyusunan
rencana dan jadwal audit Penyerahan dokumen yang diperlukan
kepada ketua tim audit Rapat persiapan tim audit Pelaksanaan audit
sistem Menyampaikan jadwal audit kepatuhan (visitasi) Pelaksanaan
audit kepatuhan (visitasi) Manual Prosedur Akademik UNIMUS
13. Semua hasil temuan audit didiskusikan dengan teraudit untuk
mendapatkan persetujuan. Temuan tidak lengkap harus segera
diperbaiki dalam jangka waktu yang disepakati.
14. Laporan dibuat sesuai jadwal berdasarkan hasil temuan yang sudah
disetujui oleh teraudit.
15. Laporan audit diserahkan kepada ketua MAIMA untuk diteruskan ke
BPM, kemudian BPM mengirim laporan audit kepada rektor dan
klien disertai permintaan tindakan koreksi (PTK)
16. Tim audit dibubarkan atas permintaan MAIMA dengan SK
pemberhentian.

2. Teknik Audit
2.1 Pengertian
Setiap prosedur audit berisi cara yang harus dilakukan untuk
memperoleh bukti audit. Cara untuk memperoleh bukti audit tersebut
disebut teknik audit. Teknik audit adalah cara-cara yang ditempuh
auditor untuk memperoleh pembuktian dalam membandingkan keadaan
yang sebenarnya dengan keadaan yang seharusnya.
Pada dasarnya seorang auditor dalam proses membandingkan apa
yang sebenarnya dengan apa yang seharusnya, harus mengumpulkan
bukti-bukti, baik bukti mengenai keadaan yang sebenarnya maupun
bukti-bukti mengenai keadaan yang seharusnya. Dalam hubungan ini
perlu disadari tindakan membuktikan tidaklah selalu mudah dilakukan.
Selain bukti-bukti itu tidak mudah dipahami oleh auditor, sering kali
bukti-bukti tersebut tidak mudah diperoleh pada saat audit. Dengan
demikian perlu ditempuh berbagai cara agar bukti-bukti itu dapat
diperoleh dan dipahami oleh auditor. Mengingat pembuktian di dalam
audit adalah mutlak diperlukan, sedangkan hal itu hanya bisa diperoleh
dengan cara-cara tertentu, maka jelaslah bahwa teknik audit harus
dipelajari secara mendalam oleh auditor. Dengan kata lain teknik audit
memegang peranan penting dalam audit.

2.2 Tujuan
1. Memperoleh bukti-bukti audit, baik bukti mengenai keadaan yang
sebenarnya maupun bukti-bukti mengenai keadaan yang seharusnya.
2. Membandingkan keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang
seharusnya atas bukti audit yang diperoleh.

2.3 Manfaat
Memperoleh bukti audit yang dapat diyakini kebenarannya sehingga
mempermudah prosedur audit.

2.4 Macam-Macam Teknik Audit dan Contohnya


Berikut ini adalah 18 macam teknik audit yang umum digunakan:
1) Analisis 10) Cross footing
2) Observasi/pengamatan 11) Vouching
3) Permintaan informasi 12) Trasir
4) Evaluasi 13) Scanning
5) Investigasi 14) Rekonsiliasi
6) Verifikasi 15) Konfirmasi
7) Cek 16) Bandingkan
8) Uji/test 17) Inventarisasi/opname
9) Footing 18) Inspeksi
Teknik-teknik ini diklasifikasikan dan dijelaskan dengan lengkap, yaitu
meliputi :
2.4.1 Teknik Audit untuk Bukti Pengujian Fisik
2.4.1.1 Observasi/Pengamatan
Observasi/pengamatan adalah peninjauan dan pengamatan
terhadap suatu objek secara hati-hati, ilmiah dan kontinu selama
kurun waktu tertentu untuk membuktikan suatu keadaan atau
masalah. Teknik ini sering dilakukan dari jarak jauh dan tanpa
disadari oleh pihak yang diamati. Observasi banyak mengandalkan
panca indera, kecermatan dan pengetahuan auditor. Observasi
umumnya dilaksanakan pada tahap survai pendahuluan dan evaluasi
SPM untuk mendeteksi kondisi yang tidak memenuhi syarat/kriteria.
Kemudian, terhadap hasil pengamatan akan diikuti dengan pengujian
substantif. Hasil observasi harus dituangkan dalam kertas kerja audit.
Contoh :
 Pengamatan sekilas terhadap fasilitas dan operasi/kegiatan yang
dilakukan pada tahapan survei pendahuluan.
 Mobil digunakan untuk melihat apakah reboisasi telah
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Dari observasi ini terlihat
apakah tanaman reboisasi (penanaman kembali) tumbuh dengan
baik atau tidak.
 Observasi untuk mengetahui tingkat produktivitas pegawai
misalnya:
a) observasi terhadap petugas lapangan menunjukkan pegawai
yang telah berhenti bekerja setelah tengah hari dan tidak
terdapat pengawasan atasannya,
b) observasi terhadap pegawai bagian pemeliharaan
menunjukkan pegawai yang datang terlambat dan pulang
sebelum waktunya, serta yang cara kerjanya tidak teratur.
2.4.1.2 Inventarisasi/Opname
Inventarisasi atau opname adalah pemeriksaan fisik dengan
menghitung fisik barang, menilai kondisinya (rusak berat, rusak
ringan, atau baik) dan membandingkannya dengan saldo menurut
buku (administrasi), kemudian mencari sebab-sebab terjadinya
perbedaan apabila ada. Hasil opname biasanya dituangkan dalam
suatu berita acara (BA). Teknik audit inventarisasi dapat diterapkan
misalnya untuk: barang inventaris, perabot kantor, kebun ataupun
ternak, kas, persediaan barang, sejauh ada fisiknya.
Contoh :
 BAP (Berita Acara Pemeriksaan) Kas, beserta Register
Pemeriksaan BAP Kas
 BAP (Berita Acara Pemeriksaan) Fisik Untuk
Persediaan/Inventaris, beserta Daftar Pendukung BAP Fisik
Untuk Persediaan/Inventaris

2.4.1.3 Inspeksi
Inspeksi adalah meneliti secara langsung ke tempat kejadian,
yang lazim pula disebut on the spot inspection, yang dilakukan
secara rinci dan teliti. Inspeksi sering dilakukan dengan pendadakan
dan biasanya tidak diikuti dengan pembuatan suatu berita acara
(BA).
Contoh :
 Inspeksi pelaksanaan tugas di lapangan, apakah semua pegawai
hadir.
 Inspeksi apakah ruang kerja rapi dan bersih.

2.4.2 Teknik Audit untuk Bukti Dokumen


2.4.2.1 Verifikasi
Verifikasi adalah pengujian secara rinci dan teliti tentang
kebenaran, ketelitian perhitungan, kesahihan, pembukuan, pemilikan
dan eksistensi suatu dokumen. Verifikasi mencakup teknik-teknik
audit lain untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti dokumen.
Contoh :
Pada verifikasi atas bukti kas akan diteliti secara rinci mengenai:
 Penjumlahan, perkalian, perhitungan (dengan teknik uji, footing
dan crossfooting)
 Kesesuaian angka dengan huruf (dengan teknik cek)
 Ketepatan nama dan kegunaan (dengan teknik uji)
 Kesesuaian tanggal (dengan teknik pembandingan dan
vouching)
 Prosedur telah diikuti, ada otorisasi (dengan teknik uji dan cek)
 Meterai yang cukup (dengan teknik cek)

2.4.2.2 Cek
Cek adalah menguji kebenaran atau keberadaan sesuatu,
dengan teliti.
Contoh :
 Cek apakah barang yang dibeli telah diterima
 Cek apakah merek mesin yang diterima sesuai dengan yang
dipesan
 Cek apakah peralatan yang dibeli adalah baru dan lengkap
 Cek apakah barang yang dibeli dapat berfungsi dan sesuai
dengan spesifikasi yang ditetapkan

2.4.2.3 Uji/Test
Uji atau test adalah penelitian secara mendalam terhadap hal-
hal yang esensial atau penting.
Contoh
 Uji rumus yang digunakan oleh auditi. Dalam hal ini maka
auditor harus melakukan penelitian untuk meyakini bahwa
rumus yang digunakan auditi tepat.
 Dalam hal auditi mempunyai beberapa alternatif, auditor
menguji apakah alternatif yang dipilih oleh auditi adalah
alternatif yang terbaik.
 Uji apakah teknik metode kerja yang digunakan oleh auditi
adalah tepat, efisien dan hemat.

2.4.2.4 Footing
Footing adalah menguji kebenaran penjumlahan subtotal dan
total dari atas ke bawah (vertikal). Footing dilakukan terhadap data
yang disediakan oleh auditi. Tujuan teknik audit footing adalah
untuk menentukan apakah data atau laporan yang disediakan auditi
dapat diyakini ketepatan perhitungannya. Teknik audit footing tidak
digunakan untuk menguji kebenaran penjumlahan dari atas ke bawah
(vertikal) atas kertas kerja yang dibuat sendiri oleh auditor.
Contoh :
 Pada audit atas penyampaian sembako kepada masyarakat,
auditor menguji kebenaran penjumlahan dengan teknik footing
atas Laporan Rekapitulasi Penyerahan Sembako yang dibuat
oleh Dinas Sosial Kabupaten.

2.4.2.5 Cross Footing


Cross Footing adalah menguji kebenaran penjumlahan
subtotal dan total dari kiri ke kanan (horizontal). Sama halnya
dengan teknik audit footing, cross footing dilakukan terhadap
perhitungan yang dibuat oleh auditi.
Contoh :
 Pada audit atas penyampaian buku Kejar Paket A kepada
masyarakat, auditor menguji kebenaran penjumlahan dengan
teknik cross footing atas Laporan Rekapitulasi Penyerahan Buku
Kejar Paket A yang dibuat oleh Dinas Pendidikan Nasional
Kabupaten.

2.4.2.6 Vouching
Vouching adalah menelusuri suatu informasi/data dalam
suatu dokumen dari pencatatan menuju kepada adanya bukti
pendukung (voucher); atau menelusur mengikuti ketentuan/prosedur
yang berlaku dari hasil menuju awal kegiatan. Vouching hanya
mengecek adanya bukti (voucher) tetapi belum meneliti isinya
(substantif).
Contoh :
 Pada pemeriksaan termin pembayaran kontrak pemborongan
dilakukan vouching dengan menelusuri dari laporan pembayaran
termin ke buku kas keluar dan kemudian ke bukti kuitansi
pembayaran, yang dihubungkan dengan berita acara
pemeriksaan penyelesaian fisik.

2.4.2.7 Trasir/Telusur
Trasir atau Telusur adalah teknik audit dengan menelusuri
suatu bukti transaksi/kejadian (voucher) menuju ke
penyajian/informasi dalam suatu dokumen. Teknik audit trasir
merupakan cara perolehan bukti dengan arah pengujian yang terbalik
dari teknik audit vouching.
Contoh :
 Pemeriksa mengambil secara sampel suatu bukti penerimaan
IHH, kemudian menelusuri ke pencatatan buku kas, buku
pengawasan setoran IHH per pemegang HPH, selanjutnya ke
laporan penerimaan IHH bulanan.

2.4.2.8 Scanning
Scanning adalah penelaahan secara umum dan dilakukan
dengan cepat tetapi teliti untuk menemukan hal-hal yang tidak lazim
atas suatu informasi/data.
Contoh :
 Scanning terhadap buku tamu untuk memperoleh data tentang
pihak-pihak yang berhubungan dengan pemberian suatu
perizinan.
 Scanning terhadap agenda surat masuk/keluar untuk
memperoleh adanya surat-surat masuk/keluar yang memuat
informasi/data penting yang tidak lazim atau ada hubungannya
dengan suatu permasalahan.
 Scanning terhadap buku kas keluar untuk mengetahui secara
cepat pengeluaran-pengeluaran kas yang bernilai lebih dari
Rp5.000.000,00

2.4.2.9 Rekonsiliasi
Rekonsiliasi adalah mencocokkan dua data yang terpisah,
mengenai hal yang sama yang dikerjakan oleh instansi/unit/bagian
yang berbeda. Tujuan teknik audit rekonsiliasi adalah untuk
memperoleh jumlah yang seharusnya atau jumlah yang benar
mengenai suatu hal tertentu.
Contoh :
 Rekonsiliasi dilakukan terhadap catatan bendahara mengenai
jumlah saldo simpanan di bank yang dituangkan dalam Buku
Pembantu Bank dengan saldo simpanan di bank menurut
rekening koran yang diterima dari pihak bank. Kedua data
tersebut biasanya akan menunjukkan saldo yang berbeda karena
perbedaan waktu pencatatan. Dengan melakukan teknik
rekonsiliasi maka dapat diketahui berapa sesungguhnya saldo
simpanan di bank yang seharusnya.
2.4.3 Teknik Audit untuk Bukti Analisis
2.4.3.1 Analisis
Analisis adalah memecah/mengurai data/informasi ke dalam
unsur-unsur yang lebih kecil atau bagian-bagian sehingga dapat
diketahui pola hubungan antar unsur atau unsur penting yang
tersembunyi. Auditor juga dapat melakukan pengujian dengan
mencari pola hubungan dan kecenderungan, baik berdasarkan data
internal auditi maupun berdasarkan data dari luar. Dari hasil analisis
ini diketahui adanya kekurangan, kecenderungan dan kelemahan
yang perlu diperhatikan. Analisis tersebut antara lain dalam bentuk:
Analisis Rasio
Teknik analisis ini biasanya digunakan dalam audit atas laporan
keuangan namun dapat dikembangkan untuk kepentingan selain
audit atas laporan keuangan. Bentuk-bentuk rasio tersebut misalnya
rasio perputaran persediaan (inventory turnover) dan ratio
keuntungan (rentability ratio).
Analisis Statistik
Teknik analisis ini menggunakan teknik-teknik penghitungan
statistik untuk melihat rata-rata, korelasi, kecenderungan maupun
kesimpulan-kesimpulan lain yang dapat disimpulkan dari satu atau
beberapa kelompok data.
Perbandingan dengan Instansi/Unit Kerja Lain yang Diketahui
oleh Auditor
Teknik analisis ini dalam ilmu manajemen sering disebut sebagai
benchmarking yaitu membandingkan kinerja suatu instansi dengan
instansi lain yang sejenis, misalnya rata-rata nilai kelulusan SD A
dengan SD-SD lain di kabupaten yang sama.
Contoh :
 Biaya bahan bakar dan pelumas dianalisis (diurai) menurut
penggunanya.
 Auditor menyusun suatu daftar pesanan inventaris kantor ke
dalam KKA yang terpisah dan menganalisis menurut syarat
penawarannya, rekanan yang masuk, persetujuan, pembelian
yang pernah dilakukan, analisis biaya, jadwal dan lain- lain.

2.4.3.2 Evaluasi
Evaluasi adalah cara untuk memperoleh suatu simpulan atau
pandangan/penilaian dengan mencari pola hubungan atau dengan
menghubungkan atau merakit berbagai informasi yang telah
diperoleh, baik informasi/bukti intern maupun bukti ekstern.
Evaluasi dapat dilaksanakan dengan menyusun bagan arus
(flowchart) dan melaksanakan walkthrough test. Walkthrough test
yaitu melakukan pengujian dengan mengikuti proses suatu transaksi
yang disampel untuk mengevaluasi sesuai atau tidaknya proses yang
dilaksanakan dengan sistem dan prosedur yang ditentukan, hingga
akhir prosesnya. Sampel yang diambil dapat berupa transaksi semu
yaitu transaksi penguji yang dibuat oleh auditor, ataupun dengan
transaksi yang sebenarnya.
Contoh :
 Evaluasi terhadap sistem informasi
 Evaluasi terhadap sistem pelaporan
 Evaluasi terhadap kinerja penerbitan sertifikat tanah
 Evaluasi terhadap kegiatan pengendalian banjir
 Evaluasi jumlah produksi bensin dan produk ikutan lainnya dari
penyulingan 1000 M3 minyak mentah.

2.4.3.3 Investigasi
Investigasi adalah suatu upaya untuk mengupas secara
intensif suatu permasalahan melalui penjabaran, penguraian, atau
penelitian secara mendalam. Investigasi merupakan suatu proses
pendalaman dari verifikasi setelah adanya indikasi. Tujuan teknik
audit investigasi adalah memastikan apakah indikasi yang diperoleh
dari teknik audit lainnya memang benar terjadi dan merupakan
penyimpangan atau tidak. Oleh karenanya, teknik investigasi
mencakup juga teknik-teknik audit yang lain.
Contoh :
 Auditor dapat melakukan pembacaan data atau penyitaan berkas
yang diduga mempunyai kaitan dengan fraud yang sedang
diselidiki atau dengan memotret ruangan atau benda yang
diduga memiliki kaitan dengan peristiwa. Misalnya, pada kasus
pasca meledaknya travo dalam gardu induk atau Gas Insulated
Switchgear (GIS) PT PLN (Persero) di Cawang, Menneg
BUMN Sofyan Djalil menginstruksikan agar PLN melakukan
audit investigasi secara menyeluruh untuk mengetahui penyebab
ledakan travo tersebut.

2.4.3.4 Pembandingan
Pembandingan adalah membandingkan data dari satu unit
kerja dengan data dari unit kerja yang lain, atas hal yang sama dan
periode yang sama atau hal yang sama dari periode yang berbeda,
kemudian ditarik kesimpulannya. Teknik pembandingan ini
umumnya digunakan sebelum teknik analisis.
Contoh :
 Bandingkan jumlah pemakaian barang menurut administrasi unit
kerja pemakai dengan jumlah pemakaian unit tersebut menurut
administrasi gudang
 Bandingkan biaya pegawai 2010 dengan 2009
 Bandingkan harga beli dengan harga pasar menurut penawaran
umum

2.4.4 Teknik Audit untuk Bukti Keterangan


2.4.4.1 Konfirmasi
Konfirmasi adalah memperoleh bukti sebagai peyakin bagi
auditor, dengan cara mendapatkan/meminta informasi yang sah dari
pihak yang relevan, umumnya pihak di luar auditi. Dalam
konfirmasi, auditor telah memiliki informasi/data yang akan
dikonfirmasikan. Konfirmasi dapat dilakukan dengan lisan yaitu
dengan wawancara langsung kepada pihak yang bersangkutan, atau
dapat dilakukan secara tertulis dengan mengirimkan surat
konfirmasi. Dalam konfirmasi, jawaban harus diterima langsung oleh
auditor. Jika konfirmasi dilakukan secara tertulis, maka harus
ditegaskan bahwa jawaban agar dialamatkan kepada auditor. Surat
permintaan konfirmasi kepada responden sebaiknya ditandatangani
oleh auditi. Pada konfirmasi tertulis, terdapat dua teknik konfirmasi,
yakni:
 Konfirmasi positif yaitu konfirmasi yang harus dijawab secara
tertulis
 oleh pihak luar tersebut mengenai data yang diminta.
 Konfirmasi negatif yaitu konfirmasi yang meminta jawaban
tertulis bila data yang dikonfirmasikan berbeda/salah dan tidak
perlu dijawab apabila data yang dikonfirmasikan telah
sama/benar dengan data yang bersangkutan.
Contoh:
 Konfirmasi saldo piutang, konfirmasi saldo hutang, konfirmasi
keabsahan STTPL/ijazah, konfirmasi keabsahan sertifikat tanah
dan luas tanah, konfirmasi tentang penggunaan tata ruang
tempat pembangunan dilaksanakan.

2.4.4.2 Permintaan Informasi


Permintaan informasi (inquiry) dapat dilakukan untuk
menggali informasi tertentu dari berbagai pihak yang berkompeten.
Pihak yang kompeten bisa berarti pegawai atau pejabat auditi yang
berkaitan dengan permasalahan atau pihak ketiga termasuk para
spesialis atau profesional suatu bidang ilmu. Teknik ini dapat
dilakukan dengan mengajukannya secara tertulis maupun secara
lisan. Permintaan informasi secara tertulis dapat dilakukan dengan
kuesioner (questioner), menulis surat permintaan informasi, atau
nota permintaan informasi. Sedangkan wawancara adalah upaya
memperoleh informasi/data melalui lisan yang lebih bersifat
menggali informasi/data dari pihak yang relevan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
wawancara adalah:
a. Tentukan sumber informasi/objek wawancara
b. Jadwalkan wawancara lebih dahulu
c. Buat persiapan materi dan cara bertanya
d. Mulai dengan suasana yang bersahabat/hangat
e. Perhatikan dan dengarkan
f. Hindarkan pertanyaan yang cenderung jawabannya mengiyakan
g. Tutuplah wawancara dengan catatan positif
h. Dokumentasikan hasil wawancara
i. Mintakan penegasan/persetujuan hasil wawancara dari pihak
yang diwawancarai

Contoh : (mengajukan pertanyaan)


(-) Apakah Anda selalu menyusun rekonsiliasi bank secara berkala?
(+) Bagaimana cara mencocokkan uang kas dengan buku banknya?
(-) Apakah pegawai selalu datang ke kantor tepat waktunya?
(+) Apakah pegawai merasa bahwa jam kantor terlalu ketat?
(-) Apakah anda selalu mengunci brankas?
(+) Bagaimana cara anda mengamankan uang yang ada di brankas?

Keterangan:
(-) Cara mengajukan pertanyaan yang kurang baik
(+) Cara mengajukan pertanyaan yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA

Boynton, C. William, Raymond N. Johnson& Walter G. Kell. 2005. Modern


Auditing 8 edition. Amerika Serikat: John Willey&Sons Inc.

Nurharyanto. 2009. Modul : Auditing. Edisi Kelima. Bogor : Pusat Pendidikan


dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan

Peranginangin, Sura. 2009. Auditing. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan


BPKP

http://diantrilestari.wordpress.com/2010/05/23/audit-investigasi/ diakses pada


tanggal 31 Maret 2011 pukul 18.28

http://www.unimus.ac.id/bpm/manual_prosedur.pdf diakses pada tanggal 29


Maret 2011 pukul 20.10

Tim Penyusunan Modul Pusdiklat Bea dan Cukai. 2011. Modul Dasar-Dasar
Pemeriksaan. Jakarta : Kemenkeu RI Pusdiklat Bea dan Cukai

You might also like