You are on page 1of 6

VISI

“IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PERJUANGAN BEDASARKAN NILAI KEISLAMAN


GUNAMERUBAH TATANAN MAHASISWA YANG DI RIDHOI OLEH ALLAH SWT”

MISI.

1. MEREKONRUKSI PARADIGMA MAHASISWA DALAM BERFIKIR DAN


BERTINDAK.

2. MEMANAGE SISTEM KLEMBAGAAN SESUAI DENGAN MENGGUNAKAN


MEKANISME FUNGSI CHECK AND BALANCE.

3. MENINGKATKAN FUNGSI KONTROL TER HADAP SEMUA KEBIJAKAN KAMPUS


GUNA MENJAGA IDENPEDENSI KELEMBAGAAN.

SEJARAH DALAM MENJAGA GHIRAH PERGERAKAN DAN PERJUANGAN

Awal mula berdirinya Universitas Islam Indonesia ( UII ) merupakan sebuah perjuangan
yang mencoba menciptakan kondisi-kondisi objektif penerapan islam di Indonesia. Selain itu
terbentuknya Universitas Islam Indonesia tidak lepas dari kebangkitan dinamika islam pada abad 20
yang memunculkan banyak organisasi-organisasi islam seperti NU , Muhammadiyah , Masyumi
,MIAI . Dengan kemunculan organisasi islam memunculkan paradigma baru tentang pendidikan
islam , selain itu kedatangan jepang waktu itu memberikan angin baru karena pemerintah jepang
menjadikan islam sebagai mobilisasi massa guna mendukung gerakan militer jepang untuk asia
raya. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh tokoh-tokoh islam yang tergabung dalam organisasi
islam untuk membentuk STI (sekolah tinggi islam) yang kedepannya menjadi Universitas Islam
Indonesia .

Seiring dengan berkembangnya STI maka lahirlah lembaga-lembaga kemahasiswaan yang


mendukung tujuan STI . Lembaga kemahasiswaan ini sangat mendapat sambutan yang sangat baik
dari rektor STI kala itu KH.A.Kahar Muzakir.Hal ini tidak lepas bahwa STI berdiri merupakan
embrio pergerakan organisasi islam yang berasal dari “ tokoh-tokoh organisasi islam” sehingga
diharapkan Lembaga kemahasiswaan mempunyai motivator untuk mampu lebih berperan seperti
halnya pendahulu-pendahulu yang aktif di organisasi islam. Lembaga kemahasiswaan kala itu
terdiri dua yaitu : Senat mahasiswa STI dan HMI ( himpunan mahasiswa islam ) , khusus HMI
merupakan organisasi ekstra STI yang kedepannya menjadi salah satu organisasi “ekstra
universitas” terbesar di Indonesia.
Pada decade 60-70 an kegiatan mahasiswa di lingkup Universitas Islam Indonesia sangat
menonjol dan mengembangkan gagasan demokratis dengan mengadakan pemilu mahasiswa. Pemilu
mahasiswa menghasilkan MPM ( majelis permusyawaratan Mahasiswa ) , MPM merupakan yang
pertama di Indonesia dalam konteks pergerakan mahasiswa. Pada decade ini pula Universitas Islam
Indonesia dalam lingkup gerakan mahasiswa di KM Universitas Islam Indonesia di bentuk badan
legislatif pada tingkat universitas maupun fakultas ( Dewan Perwakilan Mahasiswa) . adanya
lembaga-lembaga baru itu menunjukkan bahwa KM Universitas Islam Indonesia memakai konsep
“student government”. Konsep ini berlanjut hingga sekarang. Sebelum tahun 1978 keberadaan
lembaga-lembaga mahasiswa tidak mengalami perubahan seperti MPM , Dewan Perwakilan
Mahasiswa , serta LPM ( lembaga pers mahasiswa ) . pada tahun ini pula saat-saat heroik para
mahasiswa , melakukan gerakan mahasiswa menyeluruh melalui organisasi mahasiswa baik intra
maupun ekstra untuk mengkritik pemerintah yang telah dinilai menyimpang dari pancasila dan
UUD 1945. akibatnya pemerintah mengeluarkan konsep NKK ( normalisasi kehidupan kampus ) .
sehingga struktur lembaga kemahasiswaan Universitas Islam Indonesia berubah. Sekedar catatan
pada decade tahun 70-80an di lingkungan KM Universitas Islam Indonesia berdirinya unit kegiatan
seperti MAPALA , MENWA , KOPMA. Konsep lembaga kemahasiswaan pada era 70an ini
bertahan hingga era 90an dimana konsep lembaga mahasiswa Universitas Islam Indonesia menjadi
Dewan Perwakilan Mahasiswa dan Lembaga Eksekutif Mahasiswa untuk tingkat universitas
maupun fakultas. Konsep DPM-LEM yang merupakan lembaga legislatif dan eksekutif di
lingkungan KM Universitas Islam Indonesia baik universitas maupun fakultas bertahan hingga kini.

Sehingga dilihat dari dinamika sejarah perkembangan Universitas Islam Indonesia saling
berkorelasi pula terhadap perkembangan kelembagaan mahasiswa ( organisasi mahasiswa ) di KM
Universitas Islam Indonesia. Dan organisasi mahasiswa di Universitas Islam Indonesia pada
dasarnya merupakan suatu wadah yang dibentuk dengan tujuan untuk menampung dan
menyalurkan aspirasi mahasiswa yang sarat akan idealis dan kreativitas. Dahulunya, alasan
mengapa terbentuknya organisasi ini ditujukan hanya sekedar untuk memfasilitasi kegiatan –
kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa dengan tujuan sebagai ajang keterampilan mahasiswa
sehingga mahasiswa diharapkan tidak jemu dalam melaksanakan aktifitas rutin kampus yaitu
perkuliahan. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman, organisasi mahasiswa juga berperan
sebagai wahana mahasiswa dalam menganalisis, mengkritisi, serta menyampaikan pandangan
terhadap gejolak – gejolak sosial dan budaya yang tidak hanya dalam ruang lingkup kampus tetapi
juga telah berkembang hingga ke lingkungan masyarakat secara umum. Tentu saja, perkembangan
tersebut tidak lepas dari kematangan serta kedewasaan dari organisasi mahasiswa tersebut hingga
saat ini mahasiswa ( melalui organisasi mahasiswa ) seringkali dikenal sebagai pembela rakyat yang
teraniaya dan tidak dapat dipungkiri lagi bahwa mahasiswa memiliki kedekatan emosional dengan
rakyat.
Menurut kaidah bahasa , badan legislatif adalah badan yang bertugas untuk menyusun
kebijakan untuk dilaksanakan nantinya. Dalam konsep demokrasi, badan legislatif identik dengan
badan perwakilan. Artinya , badan legislatif sebagai badan pengemban kedaulatan atau badan yang
menjalankan kedaulatan yang bertugas untuk membentuk kebijakan yang mencerminkan dari
keinginan mahasiswa. Jadi , kebijakan tersebut nantinya bukanlah dari suatu pihak atau golongan
semata. Untuk itu, badan legislatif mahasiswa haruslah mencerminkan representasi dari mahasiswa-
mahasiswa yang ada. Badan legislatif mahasiswa beranggotakan wakil – wakil mahasiswa yang
dipilih melalui Pemilu atau mekanisme tertentu. Wakil mahasiswa tersebut haruslah mewakili dari
golongan tertentu. Seorang wakil mahasiswa mengemban amanat untuk menampung dan
menyalurkan aspirasi mahasiswa untuk menjadi suatu kebijakan (legislator). Maka dari itu, wakil
mahasiswa dituntut untuk dapat sensitif dalam mendengarkan keluhan mahasiswa serta aktif dalam
menuangkan pemikiran untuk menyusun suatu kebijakan yang akan diberlakukan dalam lingkungan
mahasiswa. Dalam praktik sehari – hari, seorang wakil mahasiswa dituntut untuk mampu turun
kebawah untuk menampung aspirasi mahasiswa sebesar – besarnya dan menuangkannya dalam
suatu forum kerja yang berupa rapat – rapat serta Sidang Umum. Sangat ironis apabila seorang
wakil mahasiswa ketika menjalankan tugasnya bersikap pasif alias diam dan cenderung acuh tak
acuh tanpa memberikan suatu kontribusi yang berarti bagi penyelenggaraan kehidupan
kemahasiswaan.

Secara keseluruhan, badan legislatif mahasiswa dituntut harus mampu menuangkan


terobosan – terobosan yang bersifat inovatif dalam hal kebijakan – kebijakan sehingga fungsi
legislatif tersebut benar – benar berjalan secara optimal. Disamping itu, badan legislatif mahasiswa
juga dituntut untuk aktif mengawasi pelaksanaan dan mengevaluasi dari praktik – praktik
penyelenggaraan sistem tersebut. Praktik – praktik penyelenggaraan dapat berupa kebijakan –
kebijakan atau proses yang terjadi di dalam sistem tersebut. Hal ini bertujuan agar terjadi kontrol
dan keseimbangan ( check and balances ) sehingga menghindarkan penumpukan kekuasaan yang
berdampak pada absolutisme. Untuk itu, disinilah dituntut peran serta dari seluruh wakil mahasiswa
yang duduk di badan legislatif mahasiswa untuk menjalankan fungsi dari badan tersebut secara
menyeluruh.

Merujuk dari makna yang tersirat, Eksekutif artinya pelaksana yang menduduki posisi
tertinggi. Dengan demikian, sebuah badan eksekutif mahasiswa haruslah dapat menjadi pemimpin
bagi mahasiswa. Mengutip dari konsep agama Islam, maka pemimpin merupakan panutan. Jadi,
sebuah badan eksekutif nantinya akan menjadi panutan. Dalam kondisi sehari – hari, badan
eksekutif ini memegang peranan penting dalam kehidupan mahasiswa. Badan eksekutif seharusnya
dapat menjadi motor penggerak bagi seluruh mahasiswa. badan eksekutif dapat mengelola aspek –
aspek kehidupan kemahasiswaan melalui politik – politiknya. Untuk itulah dibentuk departemen –
departemen yang nantinya akan bertugas untuk menjalankan politik – politik tersebut. Hal ini
bertujuan agar badan eksekutif dapat menjadi sebuah badan pengambil kebijakan politis di tingkat
mahasiswa. Badan eksekutif dituntut harus mampu memahami keinginan mahasiswa yang
dituangkan dalam setiap program kerjanya. Badan eksekutif yang ideal ialah badan eksekutif yang
visioner yaitu memiliki gambaran kemana roda kehidupan mahasiswa ini diarahkan. Sebagai badan
pengambil kebijakan politis, tentunya badan eksekutif harus mempergunakan kewenangan
politiknya dengan tepat guna dan sebaik – baiknya untuk mewujudkan kesejahteraan mahasiswa.
Disamping itu, badan eksekutif dituntut untuk mampu menjalankan fungsi advokasi mahasiswa
yang berupa fungsi memperjuangkan hak – hak mahasiswa di lingkungan universitas. Sekali lagi,
fungsi tersebut tak lepas dari politik yang dimiliki oleh sebuah badan eksekutif di lingkungan
mahasiswa. Mengenai apakah badan eksekutif berorientasi kepada kesejahteraan mahasiswa dapat
dilihat pada rancangan program kerja yang tercermin pada rancangan anggaran yang diajukan pada
badan legislatif mahasiswa. Dalam rancangan anggaran tersebut dapat dilihat apakah badan
eksekutif melalui kebijakan – kebijakan program kerjanya berbasis pada pelayanan mahasiswa serta
merupakan cerminan dari keinginan mahasiswa. Maka dari itu, badan eksekutif harus menjalin
suatu hubungan kerja sama yang baik dengan badan legislatif sebagai perwujudan mahasiswa
melalui wakil – wakilnya agar tercipta suatu kesepahaman dan tatanan yang harmonis sehingga
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan mahasiswa dapat terpenuhi dengan baik.
Untuk mencipta suatu badan eksekutif yang baik tentunya harus diawali dengan permulaan yang
baik pula. Sebuah badan eksekutif harus dibentuk dan disahkan secara aklamasi melalui suatu
proses yang demokratis. Hal ini bertujuan agar badan eksekutif dapat menjadi cerminan dari
keinginan mahasiswa dimana orang – orang yang duduk di badan eksekutif haruslah ditunjuk oleh
mahasiswa karena idealismenya. Hariman Siregar dalam bukunya "Gerakan Mahasiswa, Pilar Ke-5
Demokrasi" menjelaskan ciri Gerakan Mahasiswa, yaitu,

1) Bersifat spontanitas. Partisipasi mahasiswa dalam gerakan merupakan respons spontan atas
situasi sosial yang tidak sehat, bukan atas ideologi tertentu, melainkan atas nilai-nilai ideal.
Namun hal ini bukan berarti tidak ada pendidikan publik di kalangan mahasiswa;

2) Bercorak nonstruktural. Gerakan mahasiswa tak dikendalikan oleh suatu organisasi tunggal,
termasuk kepemimpinan komando, melainkan bercorak organisasi cair, dengan otonomi
masing-masing basis kampus sangat besar. Agenda aksi dibicarakan secara terbuka dan
diputuskan serta diorganisasikan secara kolektif;

3) Bukan agen politik di luar kampus. Gerakan mahasiswa bersifat independen dari kelompok
kepentingan tertentu, tetapi tidak menutup kemungkinan ada langkah bersama. Ini bisa
terjadi lantaran sifat gerakan mahasiswa itu sendiri yang merupakan reartikulator
kepentingan rakyat atau gerakan moral;

4) Memiliki jaringan yang luas. Mengingat otonomi masing-masing kampus begitu tinggi, pola
gerakan mahasiswa terletak pada jaringan yang dibinanya. Bentuk jaringan menjadi salah
satu ciri dari pengorganisasian gerakan mahasiswa. Jaringan yang terbentuk biasanya luwes
sehingga memudahkan untuk bermanuver serta tidak mudah untuk dikooptasi oleh
kelompok kepentingan yang bertentangan dengan gerakan moral, termasuk pemerintah. Jika
ditarik benang merah antara gerakan mahasiswa dengan organisasi atau lembaga mahasiswa
sangat berperan dan berpengaruh. Oleh karena itu untuk meningkatkan pergerakan
mahasiswa melalui organisasi mahasiswa dilingkungan Universitas Islam Indonesia
menggunakan sistem student government atau “pemrintahan pelajar”. Sistem student
goverment merupakan suatu sistem yang mengibaratkan kampus menjadi suatu negara
dimana didalamnya terdapat perangkat perangkat kenegaraan. Berlandaskan dari prisip dasar
tersebut, maka perangkat – perangkat tadi ditujukan untuk menjamin dan melaksanakan
implementasi prinsip tersebut dalam kehidupan mahasiswa. Dalam hal ini , prinsip “ dari
mahasiswa “ artinya ialah pemerintahan tersebut dikukuhkan secara aklamasi oleh
mahasiswa melalui suatu prosesi tertentu. Hal ini meliputi keterlibatan mahasiswa dalam
menata sistem tersebut, partisipasi mahasiswa dalam perangkat sistem, serta adanya
pengakuan bahwa kedaulatan berada ditangan mahasiswa . Prinsip “ oleh mahasiswa “
diartikan bahwa perangkat – perangkat dalam sistem tersebut beserta kebijakannya
dihasilkan secara independen oleh mahasiswa melalui perwakilannya. Hal ini meliputi
independensi mahasiswa dalam menyelengerakan praktik-praktik kenegaraan tersebut,
jaminan sepenuhnya terhadap kemurnian dari kedaulatan mahasiswa, serta jaminan
kesetaraan hak dan kewajiban bagi seluruh mahasiswa dimata sistem tersebut. Sedangkan
prinsip “untuk mahasiswa “ diartikan bahwa tujuan akhir dari sistem tersebut ialah untuk
kesejahteraan mahasiswa sebesar-besarnya.

Dalam praktiknya, student government mengatur adanya badan eksekutif dan badan
legislatif mahasiswa. Alasan kenapa yudikatif tidak dimasukkan kedalam sistem tersebut karena
mahasiswa notabene merupakan masyarakat kampus yang berada dibawah rektor universitas.
Artinya dalam hal fungsi yudikatif , Rektor merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di
universitas. adanya legislatif dan eksekutif mahasiswa sebagai pelaksana pemerintahaan tersebut.
Disamping itu sebagai salah satu ciri adanya pemerintahan mahasiswa, Rektor sebagai penanggung
jawab tertinggi memberikan wewenang penuh pada organisasi mahasiswa untuk menyelenggarakan
aspek – aspek kemahasiswaan. Artinya, disini terjadi sharing administration antara Rektor dan
Organisasi mahasiswa sehingga terjalin suatu tali koordinasi antara Rekor dan Organisasi
mahasiswa. Dalam praktek penyelenggaraannya, ketika Rektor ingin membentuk suatu kebijakan di
universitas maka Rektor melibatkan pandangan mahasiswa yang merupakan golongan mayoritas
dikampus. Pandangan mahasiswa disampaikan melalui perwakilan – perwakilannya sehingga
kebijakan yang nantinya dihasilkan akan bersifat adil bagi seluruh pihak. Dan begitu pula dalam hal
ketika organisasi mahasiswa ingin membentuk kebijakan di tingkat mahasiswa, Rektor mempunyai
hak memberikan pandangan tentang bagaimana sebaiknya kebijakan tersebut tanpa bermaksud
untuk mengintervensi atau mendikte organisasi mahasiswa. Sebagi contoh, dalam konsepsi
kemahasiswaan di Institut Teknologi Bandung disebutkan bahwa, “ Organisasi kemahasiswaan
mengakui Rektor sebagai penanggung jawab tertinggi di lingkungan kampus tetapi organisasi
kemahasiswaan tidak menghamba kepada Rektor.” Artinya disini ada suatu independensi yang
berupa batasan – batasan teritorial yang diakui oleh kedua pihak.

Hal diatas tentunya suatu hal yang sudah sewajarnya apabila kita mengaitkan dengan
Keputusan Mendikbud No. 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di
Perguruan Tinggi dimana pasal 2 dijelaskan bahwa “Organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi
diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa dengan memberikan peranan
dan keleluasaan lebih besar kepada mahasiswa.” Dari penggalan kalimat “ berdasarkan prinsip dari,
oleh dan untuk mahasiswa “ tersirat bahwa organisasi mahasiswa mempunyai independensi yang
terjamin oleh peraturan perundangan. Arti dari independensi organisasi mahasiswa ialah bahwa
dalam menyelenggarakan kelembagaannya, organisasi mahasiswa harus terlepas dari sebagal
bentuk intervensi baik berupa langsung maupun tak langsung dari jajaran universitas. Struktural
universitas ( Rektor beserta jajarannya ) hanya berperan sebagai partner atau mitra dari organisasi
mahasiswa. Jadi dengan adanya prinsip tersebut, kedaulatan yang berlaku ialah kedaulatan
mahasiswa. Disamping itu, prinsip tersebut juga mengharuskan mahasiswa dan pihak – pihak yang
terkait dengan organisasi mahasiswa mempraktek azaz demokrasi serta menghormati kedaulatan
yang berada tangan mahasiswa tersebut. Prinsip tersebut lalu diperkuat dengan kalimat
“memberikan peranan dan keleluasaan lebih besar kepada mahasiswa.” yang berarti bahwa
organisasi mahasiswa mempunyai daerah tersendiri yang diakui secara hukumk dan harus dihormati
oleh seluruh pihak. Dengan demikian kedudukan organisasi mahasiswa adalah kuat sesuai dengan
peraturan perundangan.

You might also like