You are on page 1of 20

Pencemaran Lingkungan Jumat, 29 September

2006
Motivasi

Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan,
kesehatan, dan kehidupan kita. Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, termasuk kita. Dimulai
dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas.

Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus segera kita atasi bersama diantaranya pencemaran air tanah dan sungai, pencemaran udara
perkotaan, kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam, perubahan iklim global, penipisan lapisan ozon, kontaminasi zat radioaktif, dan
sebagainya.

Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya kita harus mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran
itu terjadi, dan bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri.

チ@
Sumber Pencemar

Pencemar datang dari berbagai sumber dan memasuki udara, air dan tanah dengan berbagai cara.
Pencemar udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industi, dan pembakaran sampah.
Pencemar udara dapat pula berasal dari aktivitas gunung berapi.

Pencemaran sungai dan air tanah terutama dari kegiatan domestik, industri, dan pertanian. Limbah
cair domestik terutama berupa BOD, COD, dan zat organik. Limbah cair industri menghasilkan BOD,
COD, zat organik, dan berbagai pencemar beracun. Limbah cair dari kegiatan pertanian terutama
berupa nitrat dan fosfat. sumber foto : www

Proses Pencemaran

Proses pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu bahan pencemar tersebut langsung
berdampak meracuni sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan atau mengganggu keseimbangan ekologis baik air,
udara maupun tanah. Proses tidak langsung, yaitu beberapa zat kimia bereaksi di udara, air maupun tanah, sehingga menyebabkan
pencemaran.

Pencemar ada yang langsung terasa dampaknya, misalnya berupa gangguan kesehatan langsung (penyakit akut), atau akan dirasakan setelah
jangka waktu tertentu (penyakit kronis). Sebenarnya alam memiliki kemampuan sendiri untuk mengatasi pencemaran (self recovery), namun
alam memiliki keterbatasan. Setelah batas itu terlampaui, maka pencemar akan berada di alam secara tetap atau terakumulasi dan kemudian
berdampak pada manusia, material, hewan, tumbuhan dan ekosistem.

Langkah Penyelesaian

Penyelesaian masalah pencemaran terdiri dari langkah pencegahan dan pengendalian. Langkah pencegahan pada prinsipnya mengurangi
pencemar dari sumbernya untuk mencegah dampak lingkungan yang lebih berat. Di lingkungan yang terdekat, misalnya dengan mengurangi
jumlah sampah yang dihasilkan, menggunakan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle).

Di bidang industri misalnya dengan mengurangi jumlah air yang dipakai, mengurangi jumlah limbah, dan mengurangi keberadaan zat kimia
PBT (Persistent, Bioaccumulative, and Toxic), dan berangsur-angsur menggantinya dengan Green Chemistry. Green chemistry merupakan
segala produk dan proses kimia yang mengurangi atau menghilangkan zat berbahaya.

Tindakan pencegahan dapat pula dilakukan dengan mengganti alat-alat rumah tangga, atau bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan
yang lebih ramah lingkungan. Pencegahan dapat pula dilakukan dengan kegiatan konservasi, penggunaan energi alternatif, penggunaan alat
transportasi alternatif, dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Langkah pengendalian sangat penting untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat. Pengendalian dapat berupa pembuatan standar baku
mutu lingkungan, monitoring lingkungan dan penggunaan teknologi untuk mengatasi masalah lingkungan. Untuk permasalahan global seperti
perubahan iklim, penipisan lapisan ozon, dan pemanasan global diperlukan kerjasama semua pihak antara satu negara dengan negara lain.
::Pengertian Sampah

Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia
maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis.

:: Sumber-sumber sampah

1. Rumah Tangga
2. Pertanian
3. Perkantoran
4. Perusahaan
5. Rumah Sakit
6. Pasar dll.

::Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :

1. Sampah Anorganik/kering
Contoh : logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dll yang tidak dapat mengalami
pembususkan secara alami.

2. Sampah organik/basah
Contoh : Sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah atau sisa buah dll
yang dapat mengalami pembusukan secara alami.

3. Sampah berbahaya
contoh : Baterei, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas dll

:: Permasalahan Sampah::

Secara umum pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan akan
dapat mengakibatkan :
1. Tempat berkembang dan sarang dari serangga dan tikus

2. Menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air dan udara

3. Menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan kesehatan.

::Tata cara Pemusnahan sampah

Beberapa cara pemusnahan sampah yang dapat dilakukan secara sederhana sebagai berikut :

a. Penumpukan.
Dengan metode ini, sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung, namun
dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan bersifat murah,
sederhana, tetapi menimbulkan resiko karena berjnagkitnya penyakit menular, menyebabkan
pencemaran, terutama bau, kotoran dan sumber penyakit dana badan-badan air.

b. Pengkomposan. Cara pengkomposan meerupakan cara sederhana dan dapat


menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi.

c. Pembakaran. Metode ini dapat dilakuakn hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis.
Harus diusahakan jauh dari pemukiman untuk menhindari pencemarn asap, bau dan
kebakaran.

d. "Sanitary Landfill". Metode ini hampir sama dengan pemupukan, tetapi cekungan yang
telah penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan areal khusus yang
sangat luas.

::Pemanfaatan Sampah::

1. Sampah basah : Kompos dan makanan ternak


2. Sampah kering : Dipakai kembali dan daur ulang
3. Sampah kertas : Daur Ulang

::Daur ulang
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan
pemilahan, pengumpulan , pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material
bekas pakai.

1. Material yang dapat didaur ulang :


1. Botol Bekas wadah kecap, saos, sirup, creamer dll baik yang putih bening
maupun yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal.
2. Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus kecualai
kertas yang berlapis minyak.
3. Aluminium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue dll.
4. Besi bekas rangka meja, besi rangka beton dll
5. Plastik bekas wadah shampoo, air mineral, jerigen, ember dll
6. Sampah basah dapat diolah menjadi kompos.

Manfaat pengelolaan sampah


1. Mengehemat sumber daya alam
2. Mengehemat Energi
3. Menguranagi uang belanja
4. Menghemat lahan TPA
5. Lingkungan asri (bersih,sehat,nyaman)

NO JENIS BARANG LAPAK HARGA/KG


1 Gelas Aqua 1600
2 Kaleng Oli 1500
3 Ember biasa 1100
4 Keras (kaset, yakult, botol kecap) 150
5 Ember hitam (anti pecah) 800
6 Botol Aqua 700
7 Putian (botol bayclin, infus) 1600
8 Kardus 500
9 Kertas Putih 700
10 Majalah 350
11 Koran 500
12 Duplek (kardus tipis) 150
13 Semen 400
14 Besi Beton 700
15 Besi super 450
16 Besi pipa 250
17 Tembaga super 8000
18 Tembaga bakar 7000
19 Aluminium tebal 6000
20 Aluminium tipis 4000
21 Botol air besar 400
22 Botol bir kecil, sprite, fanta 200
::Sumber koperasi pemulung 2003::
::sumber : panduan ibu

VOLUME / HARI : 25,632 m3

Asumsi 2,67 l / c / d x Populasi

Sistem Pengolahan Sampah :

1. Daur Ulang
2. Komposting
3. Incinerator
4. Sanitary Landfill

Profil Dinas Kebersihan l Misi / Visi Dinas Kebersihan I Volume Sampah Jakarta I
Mekanisme Penanganan Sampah I Sarana Pengolahan Akhir I
Retribusi Kebersihan l Hubungi Kami I

Dinas Kebersihan DKI ©2005

Pengambilan Sampah
Penumpukan Sampah
menjadi kompos

Pengadukan
sampah sehingga
didapat kompos
yang berkualitas
bagus

Penumpukan sampah

Pemasaran
kompos

www.terranet.or.id

www.borda.de

www. lead .or.id

www.ashoka.or.id

www.changemaker.net

www.no-burn.org

www.dewats.or.id

www.lptp.or.id
www.best.or.id

www.asiafound.org

www.pelangi.or.id

www.balifokus.or.id

www. lead .or.id

www.ashoka.or.id

www.changemaker.net

www.no-burn.org

www.cleanseminyak.org
BANDUNG RAYA

Pengelolaan Sampah Harus Berorientasi


Jangka Panjang
Lokasi Pembuangan Kendala Utama Penanganan Sampah Darurat

BANDUNG, (PR).-
Masalah sampah yang kini menjadi persoalan serius dan mendesak,
jangan dijadikan komoditas untuk saling menyalahkan, tapi harus
dijadikan agenda bersama untuk dicarikan solusinya. Terkait
penanganan sampah, pemerintah harus mulai menjajaki sistem
pengelolaan terpadu berorientasi jangka panjang, terutama
menyangkut lokasi pembuangannya.
TUMPUKAN sampah yang menyita sebagian
ruas Jln. Terusan Jakarta Antapani dekat
persimpangan Jln. Subang mulai diangkut ke
TPA Cicabe, Bandung, Senin (11/4). Pengguna
jalan terpaksa dialihkan sementara ke sisi
utara, karena sebagian ruas jalan ditutup
untuk memudahkan pekerjaan para petugas
kebersihan.*DIKDO MARUTO/"PR"

"Musibah longsor TPA Leuwigajah memberikan hikmah bahwa


masalah sampah bukan masalah yang sederhana, karena
penanganannya menyangkut sebuah sistem yang harus menjangkau
ke masa depan," kata Wakil Ketua Komisi A DPRD Kota Bandung,
Ade Koesyanto, Senin (11/4).

Menurutnya, saat ini, persoalan penanganan sampah di Kota


Bandung bukan hanya pada pengangkutan, tapi lebih kepada ke
mana sampah itu akan dibuang. "Jadi, persoalan ini perlu dicarikan
solusinya bersama-sama dengan tidak saling menyalahkan. Para
investor maupun pengusaha besar juga diminta partisipasinya,
karena secara tidak langsung masalah sampah ini juga berpengaruh
terhadap usaha mereka," ujar Ade.

Sementara itu Ketua Gerakan Masyarakat Peduli Sehat Lingkungan


(GMPSL) Kota Bandung, Deded Rayadhie, mengatakan upaya
Pemkot Bandung dalam menangani masalah sampah sudah benar.
Namun, yang perlu dipahami semua pihak adalah belum adanya
TPA yang representatif yaitu yang dapat menampung tumpukan
sampah dengan skala cukup besar.

"Kami menyambut upaya Wali Kota Bandung seperti


memfungsikan kembali TPA Pasirimpun dan TPA Cicabe termasuk
penataan TPA Jelekong di Kab. Bandung, sekalipun kondisi tempat
dan teknis lainnya memang tidak akan memadai menampung
timbunan sampah secara maksimal," kata Deded.

Sementara itu Ketua Komisi C DPRD Kota Bandung, Yod


Mintaraga mengatakan, permasalahan sampah bukan untuk KAA
saja, tapi merupakan persoalan pelayanan publik. Saat ini,
menurutnya, pemerintah sedang menangani masalah ini secara
terintegrasi, terpadu dan komprehensif.
"Mudah-mudahan, dalam jangka pendek sudah bisa diselesaikan,
karena penanganan sampah bukan untuk KAA saja tapi persoalan
publik. Kebersihan dan ketertiban kan kebutuhan masyarakat luas,"
ujar Yod.

Mengenai sampah yang masih menggunung di sejumlah TPS, Yod


mengatakan, sedang berusaha diselesaikan. "Pada saat normal saja
sampah hanya terangkut 70%. Jadi, bayangkan, pada saat tidak
normal dengan tidak ada tempat pembuangan dan armada kurang,"
katanya.

Terangkut 22.030 m2

Dalam penanganan tanggap darurat sampah menjelang peringatan


KAA, Dirut PD Kebersihan Kota Bandung Awan Gumelar
mengatakan, mulai 1-10 April sudah terangkut 22.030 m2 sampah
dari TPS-TPS ke TPA. Sedangkan dari Pasar Induk Caringin
terangkut 73 rit (3.840 m3 sampah). Sedangkan pengangkutan
bantuan oleh Istana Group sebanyak 384 rit (3.840 m3) baru di lima
5 TPS dari target 9 TPS, dan bantuan PT Anugerah 6 rit (60 m3)
baru 1 TPS dari target 2 TPS.

Pemkot Bandung mengambil tiga cara pengelolaan sampah


pascalongsor TPA Leuwigajah, yakni pengelolaan jangka pendek
(darurat untuk persiapan KAA), pengangkutan rutin PD Kebersihan
dan partisipan ke TPA Jelekong 200 rit/hari, TPA Cicabe (150
rit/hari) dan TPA Pasirimpun (50 rit/hari).

Mengenai rencana kerja sama dengan pihak ketiga, Koordinator


Tim Perumus Penanganan Sampah, Tjetje Subrata mengatakan,
pihaknya bersama praktisi dan akademisi baru akan membuat
kriteria dan parameternya. "Kemungkinan besar kriteria pemkot
akan mengarah kepada bentuk pengolahan sampah terpadu. Kalau
kami punya kekuatan 7.500 m3 sampah/hari, apakah sampah
sebanyak itu bisa diproses, sehinga tidak harus selalu ada TPA,"
katanya. (A-131)***

KASUS

Pencemaran di Teluk Jakarta

Ketidakseriusan Pemprov DKI Jakarta untuk melestarikan dan menyelamatkan lingkungan hidup memang perlu dipertanyakan.
Langkah terakhir Pemprov yang telah menyiapkan anggaran Rp. 10 M hanya untuk mengatasi masalah sampah di Pantai Jakarta
salah satu buktinya. Padahal persoalan sampah di Pantai Jakarta, pencemaran limbah di Teluk Jakarta, rusaknya Cagar Alam
Muara Angke sampai dengan Kepulauan Seribu, dan berbagai persoalan lain, haruslah dilihat dan ditangani secara menyeluruh dari
bencana ekologis akut yang telah terjadi di Pantai dan Teluk Jakarta. Penanganannya tidak boleh parsial, karena akan tidak efektif
dan tidak efisien. Belum lagi indikasi KKN yang sangat mungkin terjadi karena transparansi dari proses lelang proyek dari program
mengatasi sampah dengan anggaran Rp10 M ini tidak terlihat.
Langkah hanya mengatasi masalah sampah, artinya adalah hanya menuduh warga Jakarta yang telah membuang sampah
domestik ke 13 sungai yang bermuara di Teluk Jakarta. Yang artinya lagi, Pemprov DKI Jakarta menutup mata dan melindungi
keberadaan sekitar 800 buah pabrik industri yang berdomisili dan beroperasi di sepanjang pesisir pantai Teluk Jakarta, dan entah
beberapa ratus lagi pabrik yang beroperasi di bantaran 13 sungai di Jakarta (total pabrik yang ada di Jakarta sekitar 1600 buah)
yang sebenarnya pencemar terbesar dari sungai, pantai dan laut di Jakarta. Pabrik-pabrik ini berindikasi kuat tidak mempunyai
AMDAL dan atau tidak taat AMDAL, kalaupun ada AMDAL, hanya sekedar formalitas dan tidak diimplementasikan secara baik.
Buktinya adalah, pertama, warga disekitar pabrik tidak pernah mendapat informasi akan keberadaan dan kegiatan pabrik. Kedua,
tidak adanya pelibatan warga dalam proses pembuatan AMDAL seperti yang sudah diatur dalan peraturan perundangan. Ketiga,
tidak ada kegiatan updating AMDAL dan RKL/RPL. Keempat, secara kasat mata pabrik-pabrik industri tersebut dalam membuang
limbah tidak menggunakan sistem IPAL (hanya 10 persen dari ratusan pabrik). Hal ini dapat dilihat dari buruknya kondisi air
buangan yang ada disekitar pabrik-pabrik tersebut. Upaya Pemprov DKI maupun Pemkot Jakarta Utara untuk melidungi
pabrik/perusahaan dikarenakan selain kentalnya nuansa KKN dalam kegiatan pabrik tersebut selama ini, juga karena terdapat
orang-orang kuat dibalik perusahan-perusahaan tersebut.

WALHI Jakarta melihat persoalan limbah industri inilah yang perlu penanganan segera. Karena kualitas pencemarannya sangat
tinggi karena termasuk kategori limbah bahan beracun berbahaya (B3), dan korban yang disebabkannya sudah begitu banyak dan
sering terjadi. Mulai dari matinya ratusan ribu ikan, udang, rajungan, biota laut dan banyak lagi penghuni ekosistem pantai dan laut,
sampai dengan ribuan nelayan yang semakin miskin hidupnya karena hilangnya mata pencaharian mereka dan juga masalah
kesehatan yang diderita nelayan dan warga Jakarta konsumen makanan laut. Hasil investigasi Walhi Jakarta atas peristiwa
kematian massal ikan di perairan Teluk Jakarta pada bulan Mei 2004 menyatakan bahwa pabrik-pabrik industri yang berada didekat
kawasan pantai Ancol dimiliki oleh 5 perusahaan, yaitu PT. Asahimas Flat Glass (industri Kaca), PT. Wirantono Baru (Codl
Storage/gudang pendingin), PT. Charoen Pokphan Indonesia (industri makanan ternak), PT. Pasifik Paint (industri cat), PT. Nippon
Paint (industri cat). Perusahaan-perusahaan ini dicurigai sebagai industri yang menggunakan dan membuang mercuri dan amoniak.
Dan dari hasil proses kegiatan industri tersebut limbahnya langsung dibuang ke laut. Dan para nelayan Cilincing yang beberapa hari
ini melakukan demonstrasi di Jakarta Utara setidaknya menyebutkan 4 perusahaan yang mencemarkan pantai dan laut mereka,
dimana dua perusahaan diantaranya adalah PT. Asahimas Flat Glass dan PT. Bogasari Indofood.

Berbagai penelitian sudah dengan tegas menyatakan bahwa industrilah yang paling bertanggung jawab terhadap pencemaran Teluk
Jakarta. Salah satu penelitian mutakhir adalah yang dipublikasikan M. Rudi Wahyono, Direktur IndoRepro Indonesia pada bulan Juli
2004 di Jakarta, yang menyatakan sumber-sumber pencemar utama di Teluk Jakarta adalah: Pertama, Unsur logam berat Fe (besi),
Se (Selenium), Co (kobalt) yang berasal dari industri pencelupan kain, cat, alat elektronik, logam/alloy, kendaraan bermotor,
pestisida. Logam berat ini merupakan micronutrient sebagai katalisator bagi pertumbuhan phytoplankton (alga bloom),
menyebabkan eutropikasi, deplesi oksigen, membunuh biota air, menjadi musabab beberapa penyakit ikan. Kedua, unsur sedimen
(TSS) dari limbah industri yang meningkatkan kekeruhan sehingga mengurangi sinar matahari yang dibutuhkan untuk fotosintesis,
menaikkan COD dan BOD. Ketiga, POP (Persistent Organic Pollutan) yang berasal dari limbah petrokimia dan industri kimia, yang
dapat menyebabkan kanker, cacat lahir, dan menimbulkan penyakit kronis apabila mengkontaminasi badan air dan biota laut.
berdampak munculnya kasus kesehatan seperti kanker, cacat lahir, penyakit kronis pada manusia bila bahan organik tersebut
mengkontaminasi badan air dan biota laut yang menjadi bahan pangan.

Begitu pula dengan yang disampaikan Dra. Asti Rozanah, Biolog pemerhati masalah kesehatan dan lingkungan yang menyatakan
bahwa pencemaran logam berat di kawasan Teluk Jakarta saat ini memang sudah dalam tahap memprihatinkan. Terlihat dari
tingginya angka pencemaran, khususnya merkuri dan pestisida, yang mencapai rata-rata 9 ppb PCB dan 13 ppb DDT. Keduanya
sudah melebihi ambang batas yang diperbolehkan, yaitu maksimum 0,5 ppb. Logam berat lain yang kandungannya tinggi dan
dinyatakan jauh melebihi batas aman, yang ditemukan dalam pencemaan Teluk Jakarta ini, antara lain seng (Zn), tembaga (Cu),
kadmium (Cd), fosfat, dan timbal (Pb). Pencemaran ini diakibatkan pembuangan limbah industri kertas, minyak goreng, dan industri
pengolahan logam di kawasan Pantai Marunda. Pencemaran udara oleh timbal juga berpengaruh ke laut. Melalui sebuah proses
kimiawi alami pada akhirnya timbal tersebut akan masuk ke laut. Akibatnya, beban yang ditanggung oleh Teluk Jakarta semakin
berat. Ratusan satwa laut dari berbagai jenis ikan, udang, belut laut, dan kepiting yang ditemukan mati di Teluk Jakarta sangat
mungkin disebabkan oleh keracunan logam berat dan limbah kimia lain. Logam berat yang terakumulasi dalam tubuh manusia dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan tubuh, menimbulkan cacat fisik, menurunkan kecerdasan, melemahkan sistem saraf,
dan berpengaruh ke tulang. Kadmium yang mengendap di dalam tubuh dapat mengecoh tubuh dan dianggap kalsium oleh tubuh
sehingga diserap oleh tulang. Air limbah dari industri kimia termasuk kategori limbah bahan beracun berbahaya (B3) yang dapat
mencemari air dan udara, yang dapat menyebabkan keracunan akut yang menimbulkan penyakit bahkan kematian, maupun
keracunan kronis akibat masuknya zat-zat toksis ke dalam tubuh dalam dosis kecil tetapi terus menerus dan berakumulasi dalam
tubuh. Sektor sandang dan industri kulit menimbulkan limbah yang mengandung sisa-sisa zat warna, BOD tinggi, kadar minyak
tinggi dan beracun karena mengandung limbah B3 yang tinggi.

WALHI Jakarta menilai bahwa Pemprov DKI Jakarta bersikap diskriminatif karena hanya berpihak kepada industri, tidak berpihak
kepada lingkungan hidup dan social kemasyarakatan. Walhi Jakarta meragukan hasil penelitian Pemprov DKI Jakarta yang selalu
menyimpulkan bahwa pencemaran di Teluk Jakarta lebih disebabkan oleh sampah dan limbah domestik dari 13 sungai, karena
penelitian tersebut tidak dilakukan secara menyeluruh dan terpadu yang melibatkan berbagai unsur. Independensi penelitian
tersebut sangat meragukan, dan lebih menyuarakan kepentingan bisnis.
WALHI Jakarta mendesak agar pemerintah segera mengambil langkah-langkah tegas atas bencana ekologi akut ini, dengan
mengadakan sebuah penelitian terpadu yang independen untuk mengevaluasi kondisi yang terjadi di sungai, pantai dan teluk
Jakarta. Paralel dengan itu, pemerintah harus memberlakukan moratorium (penghentian) pengoperasian, pengembangan dan
penambahan pabrik/industri/perusahaan di sepanjang sungai, pantai dan teluk Jakarta, sampai laut Jakarta terbebas dari limbah.
Dan yang juga sangat penting dilakukan adalah tindakan hokum kepada ratusan perusahaan yang telah melakukan tindakan
pencemaran lingkungan hidup (pidana) yang melanggar UU 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, PP 27/1999 tentang
AMDAL, UU 39/1999 tentang HAM, dan UUD 1945. Jika tidak, maka kasus pencemaran seperti ini akan terus terjadi dan pada
gilirannya akan merugikan masa depan ekologi Indonesia bahkan dunia, dan masa depan generasi penerus bangsa.

Jakarta, 21 Juni 2006

M. Berkah Gamulya
Kadiv. Pengorganisasian Rakyat - WALHI Jakarta

Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi:

Slamet Daroyni
Direktur Eksekutif WALHI Jakarta
Email Slamet Daroyni
Telepon kantor: +62-021-8294770
Mobile:
Fax: +62-021-8294770

Tanggal Buat: 20 Jul 2006 | Tanggal Update: 20 Jul 2006

>Rabu, 5 Desember 2001

Swakelola Sampah di Tingkat Kelurahan


Oleh Irdam Ahmad

DALAM dua bulan terakhir, media cetak dan elektronik banyak memberitakan "konflik" antara Pemerintah
Daerah (Pemda) DKI Jakarta dengan Pemda Bekasi tentang masalah tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah di Bantargebang, Bekasi. Tulisan ini coba memberikan alternatif pemecahan masalah sampah
kota dengan sistem swakelola sampah, khususnya sampah organik, di tingkat kelurahan.

Konsep ini merupakan penyempurnaan dari konsep usaha daur ulang dan produksi kompos (UDPK)
Pemda DKI sekitar tahun 1990-1993 di beberapa kelurahan dalam Kota Jakarta. Namun, karena kesulitan dalam
memasarkan kompos yang dihasilkan, saat ini semua UDPK tersebut sudah tidak berproduksi lagi.

Kualitas kompos hasil UDPK sudah pernah diuji di laboratorium Bappedal DKI Jakarta, dan memenuhi unsur-unsur NPK
sebagai pupuk tanaman. Walaupun kompos sebagai hasil daur ulang sampah dan digunakan untuk pupuk tanaman sudah
banyak dikenal, tetapi konsep yang diusulkan di sini sama sekali berbeda, karena produksi kompos akan dilakukan secara
terintegrasi dengan usaha penanganan sampah kota, serta gerakan penghijauan lingkungan.

Pada konsep ini, kompos hasil produksi UDPK dibagikan gratis kepada masyarakat di sekitar lokasi UDPK, sehingga
masyarakat diharapkan dapat terstimulir untuk melaksanakan program penghijauan di lingkungan masing-masing. Bagi
Pemda DKI Jakarta, dengan diprosesnya sampah organik menjadi kompos, beban Dinas Kebersihan dalam mengangkut
sampah ke TPA Bantargebang menjadi berkurang 70 persen. Berdasarkan data Dinas Kebersihan, sekitar 73 persen sampah
yang ada di DKI Jakarta adalah sampah organik.
Sedangkan untuk biaya pengolahan sampah menjadi kompos, bisa diambilkan dari uang kebersihan dari masyarakat. Untuk
lebih memudahkan para pekerja UDPK dalam membuat kompos, masyarakat akan diberikan dua macam kantung (plastik)
untuk memisahkan sampah organik dengan sampah anorganik.

Di samping dapat membantu memecahkan masalah sampah kota, konsep ini bisa menambah penghasilan tukang gerobak
sampah yang akan bertugas mengolah sampah menjadi kompos. Keuntungan lainnya, program ini bisa tetap menghidupi
pemulung, karena sampah anorganik yang bernilai ekonomis dan selama ini menjadi komoditas pemulung, sama sekali tidak
"diganggu". Jika menggunakan incenerator, semua sampah (organik dan anorganik) habis dibakar. Ribuan tenaga kerja
pemulung akan kehilangan mata pencariannya.

Biaya yang dibutuhkan untuk program ini hampir tidak ada, kecuali investasi membangun tempat sederhana (bangunan tanpa
dinding) untuk membuat kompos. Biaya pengolahan kompos dan pembelian plastik dapat diambilkan dari retribusi kebersihan
yang selama ini dibayar oleh masyarakat. Dengan demikian, pendapatan Pemda dari retribusi kebersihan akan habis
digunakan untuk program ini.

Sungguh pun demikian, dibandingkan dengan penghematan yang diperoleh melalui pengurangan frekuensi pengangkutan
sampah ke Bantargebang yang bisa mencapai 70 persen, ditambah biaya pengelolaan sampah lainnya, maka penerimaan
dari retribusi kebersihan tersebut sangat kecil.

***

SECARA umum, konsep ini bertujuan: Pertama, membantu mengatasi masalah sampah kota di DKI Jakarta. Kedua,
memasyarakatkan pemakaian kompos untuk melaksanakan program penghijauan di DKI Jakarta, dan kota lainnya. Ketiga,
mengikutsertakan masyarakat untuk secara teratur memisahkan sampah organik dengan sampah anorganik, sehingga akan
lebih memudahkan penanganan sampah di tingkat kelurahan. Konsep ini memberi otonomi penuh kepada masyarakat di
suatu kelurahan, untuk mengelola sampah organik secara swakelola, maka tugas Dinas Kebersihan tinggal mengangkut
sampah anorganik saja ke TPA.

Pada tahap awal, program ini bisa diujicobakan di salah satu kelurahan yang ada di Jakarta. Untuk itu, perlu dibentuk tim task
force yang akan memonitor uji coba ini secara intensif selama enam bulan, sehingga jika ada permasalahan yang terjadi
selama enam bulan tersebut, tim bisa segera menyelesaikannya. Jika uji coba ini sukses dan bisa mengurangi volume
sampah yang diangkut ke TPA secara signifikan, maka program ini bisa dilaksanakan di seluruh kelurahan di DKI Jakarta
ataupun di Surabaya.

Secara teknis, program ini bisa diimplementasikan, namun demikian, karena program ini melibatkan banyak pihak dan juga
banyak kepentingan, maka pelaksanaan program ini harus betul-betul bisa diawasi dan dimonitor secara ketat. Program ini
merupakan konsep penyelesaian masalah sampah kota jangka panjang yang terencana dan terintegrasi dengan program
penghijauan.

Di samping itu, program ini bisa melibatkan masyarakat untuk bertanggung jawab dan berpartisipasi secara aktif, baik dalam
mengelola sampah mereka masing-masing maupun dalam program penghijauan.

* Irdam Ahmad, peneliti masalah sosial dan ekonomi.

Howe

Kelola Sampah Anda Sekarang Juga!

Selamatkan Bumi dengan Tanganmu!

Tak ada yang sepele dalam menyelamatkan lingkungan hidup. Sekecil apapun kontribusi kita, manfaatnya pasti dirasakan kita
semua. Banyak sekali yang dapat kita lakukan sehari-hari untuk meringankan beban bumi dan meningkatkan kualitas hidup sesama.
Panduan singkat ini adalah sambutan WALHI atas sejumput keingintahuan Anda.
Sebarkan informasinya di lingkungan warga sekitar rumah, kantor, tempat ibadah, tempat berdagang, dan sekolah lewat papan
pengumuman, milis, maupun obrolan.

Tentunya, jangan lupa untuk terus mencari, mengembangkan, dan menerapkan berbagai informasi mengenai penyelamatan
lingkungan hidup di Indonesia.

Sedikit aksi, kurangi banyak sampah!

1. Kurangi Sampah -- Bawa tas kain sendiri saat berbelanja untuk menghindari penggunaan tas plastik dan tas kertas. Hindari
membeli dan membuat produk dengan kemasan berlebihan, dan yang menggunakan styrofoam.

2. Gunakan Kembali – Gunakan kembali botol dan wadah kemasan produk untuk penyimpanan daripada membeli baru. Jangan
membuang barang yang masih layak digunakan, berikanlah kepada yang membutuhkannya.

3. Daur ulang – Pilah sampah rumah tangga Anda. Sampah basah dapat dijadikan kompos tanaman. Tempatkan sampah kertas,
plastik, dan botol gelas yang telah dipilah di tempat terpisah dan persilahkan pemulung mengambilnya untuk di daur ulang.

4. Pastikan agar 3 prinsip di atas diterapkan di rumah, sekolah, kantor, tempat ibadah dan tempat berdagang. untuk mengurangi
jumlah sampah yang sampai ke tempat pembuangan akhir.

5. Dorong pemerintah membuat kebijakan dan fasilitas pengelolaan sampah berdasarkan 3 prinsip di atas dan melibatkan
masyarakat dan komunitas pemulung. Klik untuk memahami bahwa Mengelola Sampah Sama dengan Mengelola Gaya Hidup.

Limbah Sampah Kota Malang Diolah Jadi Air Aki


Media Indonesia
- 05 April 2006

MALANG--MIOL:
Limbah sampah
khususnya jenis
sampah basah
yang rata-rata
volumenya
mencapai 400
m3/hari di
lingkungan Kota
Malang, pada
tahun 2006 ini
ditargetkan bisa
dikelola dan
diolah menjadi
cairan air aki
(accu).

Kepala Dinas
Kebersihan Kota
Malang
Sugiantoro,
Rabu,
mengakui, di
Malang, Rabu,
pihaknya
bekerjasama
dengan
Lembaga
Pengabdian
Masyarakat
(LPM) dan
Fakultas
Pertanian
Unibraw sudah
melakukan
penelitian dan
tahun 2006 ini
juga dilakukan
percobaan,
namun masih
dalam skala
kecil.

"Saat ini, kami


sudah
melaksanakan
pembangunan
sarana
pendukung
dikawasan
Tempat
pembuangan
Akhir (TPA)
Supiturang dan
anggaran untuk
proses
pembuatan
cairan air
accunya juga
masih relatif
kecil yakni
hanya Rp100
juta, karena
disesuaikan
dengan
kapasitas
produksi selama
masa uji coba,"
katanya.

Teknis
pengolahan
limbah sampah
basah menjadi
cairan air accu
tersebut,
katanya, yang
lebih paham
secara detail
adalah tim dari
Unibraw dan
pihaknya hanya
tahu
pengolahannya
dengan
memanfaatkan
rembesan air
limbah sampah
basah.

Menyinggung
hasil produksi
pengolahan
limbah sampah
basah menjadi
cairan air accu
tersebut,
Sugiantoro
mengatakan,
siapapun yang
membutuhkan
bisa meminta
dengan
mengganti
kemasannya
saja, kalau nanti
ternyata
hasilnya
menjanjikan,
maka akan
dikembangkan
menjadi industri
yang
berorientasi
Pendapatan Asli
Daerah (PAD).

Selain akan
mengembangkan
pengolahan
limbah sampah
menjadi cairan
air Accu,
lanjutnya,
pihaknya juga
telah
memanfaatkan
limbah sampah
tersebut
menjadi kompos
(komposting)
yang langsung
dikelola di
Tempat
Pembuangan
Sementara (TPS)
sehingga yang
dibawa ke TPA
Supiturang
adalah limbah
yang sudah
dimanfaatkan.

Hanya saja,
katanya, tidak
seluruh TPS
sudah
melakukan
pengolahan
limbah sampah
menjadi
Komposting,
hanya lima
lokasi yakni TPS
Tlogomas,
Gadang,
Velodrom
Sawojajar,
Tasikmadu serta
Malabar dengan
anggaran dana
masing-masing
TPS sebesar
Rp40 juta dan
tahun ini juga
akan
mengembangkan
lagi di tujuh
lokasi (TPS).

Ia mengakui,
pengelolaan
komposting
tersebut juga
belum optimal
dan tidak
berorientasi
pada profit
(tidak dijual),
karena kapasitas
produksi yang
tidak terlalu
banyak tersebut
juga selalu habis
dipakai
masyarakat yang
membutuhkan
dengan
kompensasi
mengganti
tempat
kemasannya.

"Kami berharap
dua alternatif
pengelolaan
sampah tersebut
bisa
meminimalisir
produksi limbah
sampah baik
sampah rumah
tangga maupun
industri yang
ada di daerah
ini," ujarnya.
(Ant/OL-1)

uploaded : 05 Apr
2006

Index Kliping Sampah Luar Jakarta

INCINERATOR / TUNGKU
PEMBAKARAN
Disain Dari hasil uji performance alat, hasil
uji emisi ghas buang untuk
Umum pembakaran limbah padat industri
Berdasarkan hasil penelitian
pembakaran limbah padat industri percetakan sebagai berikut :
Incinerator adalah suatu alat berupa
percetakan maka BBIK telah mendisain
tungku pembakaran yang dapat digunakan
incenerator yang cocok digunakan untuk No. Uraian Satuan Hasil
Baku
untuk pengolahan limbah padat. Teknologi Mutu
membakar limbah padatnya dengan
pembuatannya merupakan teknologi yang
spesifikasi 1. NOx G/Nm³ 0,075 1,70
banyak digunakan di berbagai negara maju
untuk menaggulangi masalah limbah padat 2. COx G/Nm³ 0,0013 1,00
- Temperatur Pembakaran : ± 900 °C
yang berasal dari industri maupun 3. SO2 G/Nm³ 0,011 0,20
- Kapasitas Pembakaran : 20 kg/jam
domestik. Seiring dengan kemajuan dan 4. Debu G/Nm³ 0,1 0,4
- Volume Tungku : 0,39 km³
bertambahnya aktifitas manusia tanpa
- Tinggi alat tanpa cerobong : 100 cm
penanganan lebih lanjut dari limbah padat
- Blower : 0,85 m³/menit Disini terlihat bahwa incinerator yang
akan mengakibatkan terjadinya
- Bahan Bakar : Minyak tanah 2 l/jam didisain ini juga bersifat ramah
penumpukan / pencemaran limbah padat
- Efisiensi alat : 70 % lingkungan . (hasil emisi gas di bawah
tersebut.
B.M emisi).

Tujuan
Incinerator ini dilengkapi dengan jaket
Adapun tujuan utama pengolahan limbah penahan panas, dan pengontrol suhu
padat dengan incinerator adalah (Termokopel). Selain untuk industri
mengurangi berat dan volume limbah padat. percetakan incinerator ini juga cocok
Setelah berat dan volume berkurang baru digunakan untuk limbah industri plastik,
ditentukan apakah sisa pembakaran boleh limbah industri electroplating, dan lain-
dibuang di TPA atau di landfill. lain.

Metro

DKI Kembali Manfaatkan Incinerator Untuk Menanggulangi


Sampah
Senin, 01 November 2004 | 17:13 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Penanggulangan masalah sampah


di DKI Jakarta dengan menggunakan metode sanitary landfil
dan kompos dinilai kurang maksimal, karena memerlukan
lahan yang luas. Untuk itu pemerintah DKI Jakarta kembali
akan memanfaatkan metode pembakaran dengan
menggunakan incinerator. “Incinerator yang akan
digunakan, memiliki perbedaan dengan incinerator yang
selama ini sudah diuji cobakan di 21 kelurahan,” kata Wakil
Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, usai mengikuti sidang di
DPRD DKI Jakarta, Senin (1/11).

Incinerator dimaksud, kata Fauzi, menggunakan teknologi


tinggi dan ramah lingkungan, serta memiliki kapasitas
besar, yaitu seribu ton per hari. "Kita ingin seperti
Singapura, tidak hanya yang memiliki kapasitas besar,
tetapi juga memenuhi standar internasional," ujar Fauzi

Selama ini, incinerator yang sudah diujicoba belum


memberikan dampak maksimal dalam menangani sampah di
DKI Jakarta. Incinerator yang digunakan hanya memiliki
kapasitas yang sangat kecil bahkan justru berdampak
negatif dan tidak menguntungkan terhadap masalah
pencemaran udara. Maka dapat dipastikan bahwa
incinerator jenis itu tidak akan digunakan lagi.

Menurut rencana pembangunan lokasi incinerator akan


menggunakan tanah miliki pemda DKI di wilayah Jakarta
Barat dan Jakarta Utara. Pembangunan itu akan
dilaksanakan bertahap selama tiga tahun, yakni penyusunan
amdal, penyiapan lahan, pelaksanaan tender internasional,
konstruksi, uji coba dan operasional.

Suryani Ika Sari—Tempo

Jangan Abaikan Sampah


Oleh: Zuraida Thoha

Jika mendengar kata sampah, pikiran tertuju kepada suasana kumuh, polusi asapnya membumbung mengotori udara,
bau khas menyengat sampai keubun-ubun, kecoa berseliweran, lalat juga tak mau kalah berebut mengerubungi makanan
sisa. Ribuan laskar mandiri ikut mengais-ngais gundukan sampah jika ada barang berharga yang masih bisa ditukar
dengan sebungkus nasi dan sebatang rokok. Begitulah gambaran Tempat Pembuangan Sampah Bantar Gebang di
pinggiran kota Bekasi. Tetapi suasana ini tidak ditemukan ketika saya mendapat kesempatan mengunjungi Tempat
Pembuangan Sampah Akhir (TPA) yaitu sekitar 30 km di pinggiran Kota Brisbane yang jauh dari pemukiman penduduk.

Memasuki area ini tidak seperti di tempat pembuangan sampah. Kesan bersih dan teratur sangat terasa, tidak hanya di
ruang penerima tamu tetapi juga di setiap sudut ruangan tertutup maupun terbuka. Seperti ruang untuk menerima
peserta pelatihan Promosi Kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. Ruang tamu ini didisain dengan
memanfaatkan barang-barang hasil buangan masyarakat seperti meja bar antik dengan botol-botol minuman yang
digantung, sudah kosong tentunya. Seperangkat kursi yang masih layak diduduki dilengkapi dengan denah kota Brisbane
kuno, mungkin sudah berusia puluhan tahun. Sapu ijuk raksasa juga melengkapi ruangan ini. Kesan seni memanfaatkan
barang-barang bekas mendominasi ruang ini. Jika ingin ke kamar kecil jangan kaget, anda sudah ditunggu dengan
seorang laki-laki perkasa dilengkapi dengan senapan laras siap melindungi anda.

Luas seluruh area TPA di pinggiran kota Brisbane sekitar 60 hektar, tempat ini dibangun tahun 1960 dan dirancang
dengan multi fungsi. Tidak hanya untuk mengolah sampah dengan sistem sanitary landfill, tetapi juga untuk bengkel
kerja. Setiap Sabtu masyarakat dapat membeli barang-barang yang masih layak pakai seperti kulkas, televisi mesin cuci,
bahkan piano, juga barang pecah belah, koper dan furniture. layaknya pasar murah. Dan dana yang terkumpul digunakan
untuk yayasan sosial.

Setiap Hari Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu sejak pukul 10 s.d pukul 15 masyarakat diizinkan untuk melakukan sendiri
pembuangan sampah di TPA ini. Dengan mengikuti sistem ban berjalan. Untuk sampah kertas disediakan mobil daur
ulang yang akan memprosesnya menjadi kertas kembali. Begitu juga sampah dedaunan dan kayu mengalami daur ulang
sehingga dapat digunakan untuk pupuk tanaman. Selanjutnya sampah beracun seperti aki bekas dan batu baterei
disediakan tempat khusus. Sedangkan untuk pembuangan sampah basah disediakan tanah dengan kedalaman sekitar 10
- 15 meter, panjang 5 km dan lebar 3 km yang nanti akan diproses dengan sistem sanitary landfill.

Pemusnahan sampah dengan metode Sanitary Landfill adalah membuang dan menumpuk sampah ke suatu lokasi yang
cekung, memadatkan sampah tersebut kemudian menutupnya dengan tanah. Metode ini dapat menghilangkan polusi
udara. Secara umum Sanitary Landfill terdiri atas elemen sebagai berikut :

Lining System
Berguna untuk mencegah atau mengurangi kebocoran leachate ke dalam tanah yang akhirnya bisa mencemari air tanah.
Biasanya Lining System terbuat dari compacted clay, geomembran, atau campuran tanah dengan bentonite.

Leachate Collection System


Dibuat di atas Lining system dan berguna untuk mengumpulkan leachate dan
memompa ke luar sebelum leachate menggenang di lining system yang akhirnya akan menyerap ke dalam tanah.
leachate yang dipompa keluar
melalui sumur yang disebut Leachate Extraction System

Cover atau cap system


berguna untuk mengurangi cairan akibat hujan yang masuk kedalam landfill.
Dengan berkurangnya cairan yang masuk akan mengurangi leachate.

Gas ventilation System


berguna untuk mengendalikan aliran dan konsentrasi
di dalam dengan demikian mengurangi risiko gas mengalir di dalam tanah
tanpa terkendali yang akhirnya dapat menimbulkan peledakan.

Monitoring system
Bisa dibuat di dalam atau di luar landfill sebagai peringatan dini kalau terjadi kebocoran atau bahaya kontaminasi di
lingkungan sekitar. (http://www.indoconstruction.com/200108/#Ir. Franciscus S Hardianto, MSCE, PE.)

Sedangkan Gas metana yang dihasilkan melalui teknik sanitary landfill dapat dimanfaatkan untuk sumber listrik yang
dapat dialirkan kerumah-rumah penduduk. Dan air sampah atau air lindi dapat diolah menjadi pupuk cair.

Lalu bagaimana dengan kondisi di Bantar Gebang? Walaupun didisain untuk sanitary landfill dengan luas area sekitar 108
hektar lebih satu setengah kali luas TPA di Kota Brisbane. Teknologi ini pun sebenarnya cukup baik dan ramah
lingkungan. Namun akibat salah urus dan persoalan yang tidak diselesaikan bertahun-tahun dampak lingkungan pun
mulai terasa. Area tersebut persis gunung sampah. Bau busuk dan asap pekat menyebar hingga radius 1,5 km. Air
sampah yang seharusnya dapat diolah malah dibiarkan begitu saja sehingga meracuni air tanah penduduk.

Hasil kajian konsultan independen dari Universitas Indonesia dan Universitas Islam Empat Lima Bekasi menyebutkan, dua
dari empat instalasi pengolah air sampah Bantar Gebang rusak dan tak berfungsi.

Pemkot Bekasi sebenarnya paham betul bahwa TPA Bantar Gebang sudah tak layak pakai dan dampak lingkungannya
mencemari wilayah mereka. Tetapi uang bau sampah sebagai kompensasi lebih dari 50 miliar rupiah setahun cukup
menggiurkan pejabat-pejabat di Pemkot Bekasi untuk memperpanjang kontrak tersebut. (www.liputan6.com)

Gawat darurat sampah adalah istilah yang digunakan Pemerintah DKI setelah masyarakat melakukan class action
menolak sampah yang datang dari Jakarta untuk dibuang lagi ke Bantar Gebang. Dan dengan berat hati Pemerintah Kota
Bekasi menyatakan tidak ingin memperpanjang kontrak pemakaian TPA Bantar Gebang yang sudah 16 tahun digunakan
untuk membuang sampah. Tetapi celakanya tidak satupun proyek pengolahan sampah yang siap menggantikan Bantar
Gebang.

Proyek ini bisa dianggap gagal karena pemerintah kurang memperhatikan pemilihan lokasi pembuangan, perencanaan
kapasitas, pengaruh terhadap air tanah, penutupan sampah dan perlindungan lingkungan. Sehingga menimbulkan efek
yang merugikan bagi kehidupan flora, fauna, dan manusia disekitarnya.
Sebenarnya banyak alternatif pengolahan sampah dan ironisnya Pemerintah Provinsi DKI kurang memberi perhatian. Di
antaranya yaitu menggunakan sistem zero waste atau bebas limbah yang diperkenalkan oleh Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT). Sistem ini mampu mengolah 50% limbah yang dapat didaur ulang. Pengolahan ini
menggunakan teknologi menengah dan melibatkan masyarakat secara proaktif.

Sistem ini berskala kawasan, dan sudah diujicoba di Rawasari, Jakarta Pusat. Untuk itu tidak membutuhkan uang sewa,
pembelian truk, dan alat berat lain karena masyarakat ikut terlibat seperti pemisahan sampah kering dan sampah basah
di rumah tangga. Juga bisa menyerap tenaga kerja yang belum mendapat pekerjaan di kawasan tersebut. Sehingga
beberapa kegiatan yang tidak perlu bisa dipangkas yang selama ini banyak menguntungkan pejabat-pejabat tertentu.

Sudah saatnya masyarakat dididik untuk bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah secara sederhana..Seperti
masyarakat dan pemerintah Kota Brisbane bahu membahu untuk mengelola sampah secara professional, mereka sadar
bahwa sampah jika dikelola dengan baik selain mempunyai nilai jual juga menjaga lingkungan bersih dan aman dari
polusi.

You might also like