Professional Documents
Culture Documents
MIOMA UTERI
A. Definisi
Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat, sehingga dalam kepurtakaan disebut dengan lemiona, fibrimioma. (Arif, M. 1999;
387)
Myoma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya. (Hanfia, W. 1999)
Myoma uteri (Tumor Otot Polos) uterus adalah pertumbuhan jinak yang
berkembang dari sel-sel otot dalam dinding uterus. ( Hamilton Paris, Mary : 1995)
Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid.
(Ilmu Kandungan, 1999)
Mioma uteri adalah tumor yang paling umum pada traktus genitalis. (Derek
Llewellyn- Jones, 1994).
Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya. (www.
Infomedika. htm, 2004).
Mioma uteri terbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari otot polos
jaringan fibrosus, sehingga mioma uteri dapat berkonsisten padat jika jaringan ikatnya
dominan dan berkonsentrasi lunak jika otot rahim yang dominan. Mioma uteri biasa juga
disebut leiomioma uteri, fibroma uteri, fibroleiomioma, mioma fibroid atau mioma
simpel. Mioma terdiri atas serabut- serabut otot polos yang diselingi dengan jaringan ikat
dan dikelilingi kapsul yang tipis. Tumor ini dapat berasal dari setiap bagian duktus
muller, tetapi paling sering terjadi pada miomatreium. Disini beberapa tumor dapat timbul
secara serentak. Ukuran tumor dapat bervariasi dari sebesar kacang polong sampai
sebasar bola kaki. Degenarasi ganas mioma uteri, ditandai dengan terjadinya perlunakan
serta warna yang keabu- abuan, terutama jika mioma tumbuh dengan cepat atau
ditemukan pada pot menopause. Adanya bagian nekrotik, lunak dan perdarahan pada
potongan mioma perlu diwaspadai adanya proses ganas. Bila berasal dari miometrium,
maka dinding uterus menebal, sehingga terjadi pembesaran uterus.
Mioma uteri terjadi kira – kira 5% wanita selama masa reproduksi. Tumor ini
tumbuh dengan lambat dan mungkin baru dideteksi secara klinis pada kehidupan dekade
ke-4. Pada dekade ke-4 ini insidennya mencapai kira – kira 20%. Mioma sering terjadi
pada wanita nulipara atau wanita yang hanya mempunyai satu orang anak.
Bentuk mikroskopis sering sulit dibedakan dengan mioma uteri yang hiperselluler.
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan satu dari empat wanita
selama masa reproduksi yang aktif. Kejadian mioma uteri sukar ditetapkan karena tidak
semua mioma uteri memberikan keluhan dan memerlukan tindakan operasi. Mioma uteri
tidak memberikan tanda dan gejala klinik yang bermakna namun lebih sering pada dekade
ke-4 serta pada wanita kulit hitam dan sekitar 5 – 10 % merupakan submukosa.
Diet dan lemak tubuh juga berpengaruh terhadap resiko terjadinya mioma.
Marshall (1998), Sato (1998) dan Chiaffarino menemukan bahwa resiko mioma
meningkat seiring bertambahnya indeks massa tubuh dan konsumsi daging dan ham.
Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi, karena diduga
berhubungan dengan aktivitas estrogen. Dengan demikian mioma uteri tidak dijumpai
sebelum menarke dan akan mengalami regresi setelah menopause, atau bahkan bertambah
besar maka kemungkinan besar mioma uteri tersebut telah mengalami degenerasi ganas
menjadi sarkoma uteri. Bila ditemukan pembesaran abdomen sebelum menarke, hal itu
pasti bukan mioma uteri tetapi kemungkinan besar kista ovarium dan resiko untuk
mengalami keganasan sangat besar.
B. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor
monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-
sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi
genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.
1. Estrogen.
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan
tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan
mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan
kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan
fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium
(9,3%).Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan
wanita dengan sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol
(sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang
pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih
banyak daripada miometrium normal.
2. Progesteron
3. Hormon pertumbuhan
1. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan
gejala klinis antara 35 – 45 tahun.
2. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif infertil, tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma uteri atau
sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini
saling mempengaruhi.
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian
mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita
dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium :
C. Patofisiologi
D. Pathway
E. Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.
1. Lokasi
2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga
jenis yaitu:
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih
penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa
ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali
memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa
walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina.
Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan
histerektomi.
F. Manifestasi Klinis
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan
tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus.
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % – 50% dari pasien yang terkena.
Adapun gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:
• Perdarahan abnormal
−Gejala traktus urinarius: urine frequency, retensi urine, obstruksi ureter dan
hidronefrosis.
−Penekanan saraf.
−Torsi bertangkai.
• Infertilitas, akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di cornu.
−Cepat bertambah besar, mungkin karena pengaruh hormon estrogen yang meningkat
dalam kehamilan.
−Degenerasi merah dan degenerasi karnosa : tumor menjadi lebih lunak, berubah
bentuk, dan berwarna merah. Bisa terjadi gangguan sirkulasi sehingga terjadi
perdarahan.
−Mioma subserosum yang bertangkai oleh desakan uterus yang membesar atau setelah
bayi lahir, terjadi torsi (terpelintir) pada tangkainya, torsi menyebabkan gangguan
sirkulasi dan nekrosis pada tumor. Wanita hamil merasakan nyeri yang hebat pada
perut (abdoment akut).
−Persalinan prematuritas.
−Pada kala III dapat terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.
−Mioma yang lokasinya dibelakang dapat terdesak kedalam kavum douglasi dan terjadi
inkarserasi.
−Subfertil (agak mandul) sampai infertil (mandul) dan kadang- kadang hanya punya
anak satu. Terutama pada mioma uteri sub mucosum.
−Terjadi kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan letak
sub serus.
−Distosia tumor yang menghalangi jalan lahir, terutama pada mioma yang letaknya
diservix.
−Atonia uteri terutama paska persalinan ; perdarahan banyak, terutama pada mioma
yang letaknya didalam dinding rahim.
−Kelainan letak plasenta.
−Plasenta sukar lepas (retensio plasenta), terutama pada mioma yang sub mukus
dengan intra mural.
G. Komplikasi
3. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
H. Penatalaksanaan
1. Pada mioma uteri kecil tidak menimbulkan keluhan, tidak diberikan terapi
hanya diobservasi tiap 3-6 bulan untuk menilai pembesaran
6. Radioterapi
Tumor ovarium dalam kehamilan yang lebih besar dari telur angsa
harus dikeluarkan.
Bila tumor agak besar dan lokasinya agak bawah akan menghalangi
persalinan, penanganan yang dilakukan :
− Bila tidak bisa persalinan diselesaikan dengan sectio cesarea dan jangan lupa,
tumor sekaligus diangkat.
I. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Anamnesis
Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama.
Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air
besar.
3. Gejala klinis
Adanya rasa penuh pada perut bagian bawah dan tanda massa yang
padat kenyal.
4. Pemeriksaan luar
Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor dapat
terbatas atau bebas.
5. Pemeriksaan dalam
Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas atau
bebas dan ini biasanya ditemukan secara kebetulan.
6. Pemeriksaan penunjang
Tes kehamilan.
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri b.d gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma akibat nekrosis dan
peradangan.
2. Cemas b.d Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan.
3. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh b.d perdarahan pervaginam berlebihan.
4. Resiko tinggi infeksi b.d tidak adekuat pertahanan tubuh akibat anemia.
Intervensi Keperawatan
1. Nyeri b.d. gangguan sirkulasi darah pada mioma akibat nekrosis dan
peradangan. Ditandai dengan :
Kriteria Hasil :
• Klien menyatakan nyeri berkurang (skala 3-5)
• Klien tampak tenang, eksprei wajah rileks.
• Tanda vital dalam batas normal : Suhu : 36-37 0C, N : 80-100 x/m, RR
: 16-24x/m, TD : Sistole : 100-130 mmHg, Diastole : 70-80 mmHg
Intervensi :
• Kaji riwayat nyeri, mis : lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas
(skala 0-10) dan tindakan pengurangan yang dilakukan.
• Bantu pasien mengatur posisi senyaman mungkin.
• Monitor tanda-tanda vital
• Ajarkan pasien penggunaan keterampilan manajemen nyeri mis :
dengan teknik relaksasi, tertawa, mendengarkan musik dan sentuhan
terapeutik.
• Evaluasi/ kontrol pengurangan nyeri
• Ciptakan suasana lingkungan tenang dan nyaman.
• Kolaborasi untuk pemberian analgetik sesuai indikasi.
2. Cemas b.d kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan.
Ditandai dengan :
Tujuan : Setelah 2x15 menit tatap muka pengetahuan klien tentang penyakitnya
bertambah dan cemas berkurang.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Ditandai dengan :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Ditandai dengan :
Kriteria Hasil :
Intervensi :