Professional Documents
Culture Documents
Audit kinerja yang meliputi audit ekonomi, efisiensi dan efektifitas pada dasarnya
merupakan perluasan dari audit konvensional (conventional audit) yang meliputi audit
ketaatan dan audit keuangan. Salah satu hal yang membedakan audit kinerja dan audit
konvensional adalah dalam hal laporan audit.
Dalam audit konvensional, hasil audit adalah berupa pendapat (opini) auditor secara
independen dan obyektif tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan kriteria
standar yang telah ditetapkan, tanpa pemberian rekomendasi perbaikan. Sedangkan dalam
audit kinerja, tidak hanya memberikan kesimpulan mengenai atau berdasarkan tahapan
audit yang telah dilakukan, akan tetapi juga dilengkapi dengan rekomendasi untuk
perbaikan dimasa mendatang. Audit terhadap kinerja manajemen dan mengomentari
mengenai bagaimana mereka melaksanakan kewajiban mereka secara ekonomis, efisien
dan efektif bukanlah merupakan topik yang baru sekarang ini, namun sampai sekarang
hasil dari audit kinerja ini selalu disimpan dan dianggap hanya sebagai dalam
pertimbangan organisasi saja. Tumbuhnya rasa tidak puas dan adanya tuntutan yang
meningkat terhadap akuntabilitas manajemen dari perusahaan publik mengakibatkan
perlunya mempertimbangkan kemungkinan audit kinerja sebagai sebuah mandatori.
Secara tradisional audit kinerja telah dilakukan melalui audit internal suatu departemen
dari suatu entitas. Hasil audit ini hanya disimpan oleh entitas tersebut tanpa ada tindakan
lebih lanjut. Auditor internal diminta untuk mereview sebuah area dari suatu entitas dan
melaporkannya kembali pada manajemen mengenai seberapa ekonomis, efisien dan
efektif wilayah tersebut dikelola selama periode yang diperiksa. Manajemen sepertinya
enggan untuk mengungkapkan hasil tersebut pada anggota dari entitas tersebut atau pada
masyarakat umum. Hal ini menjadi pertanyaan besar, seharusnya hasil atau kesimpulan
yang diperoleh dari audit ini disampaikan atau diungkapkan pada orang-orang yang
berkepentingan dan juga pada masyarakat umum, sehingga mereka dapat menilai
bagaimana kinerja dari manajemen tersebut.
Perencanaan audit juga mencakup pemilihan tim audit dan penjadwalan pekerjaan. Tim
audit ini harus terdiri dari auditor yang memiliki kemampuan teknis yang diperlukan
untuk memenuhi tujuan audit. Pekerjaan harus dijadwalkan melalui konsultasi dengan
auditee agar ada kerja sama maksimum dari personil auditee selama audit.
3.Melaksanakan audit
Selama melaksanakan audit, auditor secara ekstensif mencari fakta-fakta yang
berhubungan dengan masalah yang teridentifikasi dalam auditee selama studi
pendahuluan. Pelaksanaan audit adalah tahap audit yang paling memakan waktu dalam
audit operasional. Tahap ini sering kali disebut sebagai melakukan audi yang mendalam
(in-depth audit).
Dalam suatu audit operasional, auditor sangat mengandalkan pada pengajuan pertanyaan
dan pengamatan. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah mengembangkan kuesioner
untuk auditee dan menggunakannya sebagai dasar untuk mewawancarai personil auditee.
Dari pengajuan pertanyaan, auditor berharap akan memperoleh pendapat, komentar, dan
usulan tentang pemecahan masalah. Wawancara yang efektif sangat penting dalam audit
operasional. Melalui pengamatan terhadap personil auditee, auditor akan mendeteksi
inefisiensi dan kondisi lainnya yang ikut menyebabkan masalah ini.
Auditor juga harus menggunakan analisis dalam audit operasional. Untuk tujuan ini,
analisis itu harus melibatkan studi dan pengukuran kinerja akrual dalam hubungannya
dengan kriteria tertentu. Kriteria ini dapat dikembangkan secara internal oleh entitas
seperti sasaran produktivitas dan anggaran yang ditetapkan atau, kriteria ini dapat berasal
dari luar entitas berupa standar industri atau diturunkan oleh auditor dari audit-audit
sebelumnya atas aktivitas yang serupa. Analisis ini dapat memberikan dasar untuk
menentukan sejauh mana auditee memenuhi tujuan yang ditetapkan.
Pekerjaan yang dilakukan, temuan, dan rekomendasi harus didokumentasikan dalam
kertas kerja. seperti dalam audit laporan keuangan, kertas kerja merupakan pendukung
utama laporan auditor. Auditor menanggung jawab (in-charge) biasanya bertanggung
jawab untuk mereview kertas kerja baik selama maupun pada saat selesainya
pemeriksaan. Review selama audit berguna dalam memantau kemajuan, sedangkan
review pada akhir audit memastikan kualitas pekerjaan secara keseluruhan.
4.Melaporkan temuan kepada manajemen
Auditing operasional serupa dengan jenis-jenis auditing lainnya karena produk akhir dari
audit ini adalah laporan audit. Akan tetapi, ada banyak situasi unik yang berkaitan dengan
pelaporan dalam audit operasional. Misalnya, berlawanan dengan bahasa standar yang
terdapat pada laporan auditor dalam audit atas laporan keuangan, bahasa laporan dalam
audit operasional bervariasi untuk setiap auditee. Laporan itu harus memuat:
suatu pernyataan tentang tujuan dan ruang lingkup audit
uraian umum mengenai pekerjaan yang dilakukan dalam audit
ikhtisar temuan-temuan
rekomendasi perbaikan
komentar auditee
Konsep laporan ini biasanya dibuat oleh auditor penanggung jawab. Konsep tersebut
kemudian dibahas dengan manajer unit yang diaudit. Pembahasan ini memenuhi
beberapa tujuan yang penting: (1) memberi auditor peluang untuk menguji akurasi
temuan serta ketpatan rekomendasi, dan (2) memungkinkan auditor mendapatkan
komentar auditee untuk dimasukkan dalam laporan. Konsep awal ini selanjutnya direvisi
sesuai keperluan, sehingga konsep final dapat disiapkan.
Dalam beberapa kasus, rekomendasi yang diberikan mungkin hanya menyarankan
perlunya studi lebih lanjut atas masalah yang dihadapi. Pencantuman komentar auditee
adalah bersifat opsional. biasanya, komentar itu hanya disertakan apabila auditee tidak
menyetujui temuan dan rekomendasi.
Temuan auditor pada dasarnya menghasilkan kritik yang konstruktif. Pada saat menulis
laporan, auditor harus sensitif terhadap reaksi penerima. Jika bahasanya tidak terlalu
menyerang, maka tanggapan penerima laporan kemungkina besar akan lebih positif.
Biasanya, salinan laporan auditing operasional dikirimkan kepada manajemen senior dan
kepada komite audit. Jika laporannya panjang serta terinci, maka laporan itu bisa dimulai
dengan suatu ikhtisar lengkap (executive summary) mengenai temuan dan rekomendasi.
5.Melakukan tindak lanjut
Tahap terakhir atau tahap tindak lanjut (follow-up phase) dalam audit operasional adalah
tahap bagi auditor untuk menindaklanjuti tanggapan auditee terhadap laporan audit.
Idealnya, kebijakan entitas sebaiknya mengharuskan manajer unit yang diaudit untuk
melaporkan secara tertulis selama periode waktu yang ditetapkan. Akan tetapi, tindak
lanjut ini juga harus mencakup penentuan kelayakan tindakan yang diambil oleh auditee
dalam mengimplementasikan rekomendasi. Standar praktik 440 IIA menyatakan bahwa
auditor internal harus menindaklanjuti untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat
telah diambil berdasarkan temuan yang dilaporkan. Kegagalan auditor untuk menerima
tanggapan yang tepat harus dikomunikasikan kepada manajemen senior.
STANDAR AUDIT OPERASIONAL
A. Standar Umum
1.Standar Umum Pertama (Persyaratan Kemampuan atau Keahlihan)
“Staf yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki kecakapan
profesional yang memadai untuk tugas yang disyaratkan”
Dengan standar ini, semua organisasi atau lembaga audit bertanggung jawab bahwa
setiap audit dilaksanakan oleh staf yang secara kolektif memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai untuk tugas audit tersebut. Staf tersebut harus memiliki
pengetahuan yang mendalam tentang audit pemerintahan, tentang keadaan khas yang
diaudit, serta kaitannya dengan sifat dari jenis yang dilaksanakan.
2.Standar Umum Kedua (Independensi)“Dalam semua hal yang berkaitan dengan
pekerjaan audit, organisasi atau lembaga audit dan auditor baik pemerintah maupun
akuntan public, harus independen (secara organisasi maupun secara pribadi), bebas dari
gangguan ilndependensi yang bersifat pribadi dan yang dari luar pribadinya ekstern),
yang dapat mempengaruhi independensinya, serta harus dapat mempertahankan sikap dan
penampilan yang independen”Dengan standar umum kedua ini, organisasi atau lembaga
audit dan para auditornya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan
independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, kesimpulan, pertimbangan atau
rekomendasi dari audit dipandang tidak memihak oleh pihak ketiga yang memiliki
pengetahuan mengenai hal itu.
3.Standar Umum Ketiga (Penggunaan Kemahiran Secara Cermat dan Seksama)
“Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama”
4.Standar Umum Keempat (Pengendalian Mutu)
“Setiap organisasi atau lembaga audit yang melaksanakan audit berdasarkan SAP ini
harus memiliki system pengendalian intern yang memadai, dan system pengendalian
mutu tersebut harus direview oleh pihak lain yang kompeten (pengendalian mutu
ekstern)”
Peranan audit operasional dalam menunjang system pengendalian intern adalah audit
operasional dapat mengetahui efektivitas dan efisiensi akan suatu system pengendalian
intern pada suatu fungsi (misal fungsi penjualan) dari suatu perusahaan. Seperti telah
dijelaskan diatas, tujuan audit operasional itu sendiri adalah memberikan penilaian
terhadap efisiensi dan efektivitas serta keekonomisan dari suatu bagian operasional
perusahaan yang merupakan akibat yang diharapkan dari system pengendalian intern
yang baik. Hubungan ini juga dapat dilihat dari pernyataan Abdul Halim (2003:198)
mengenai beberapa konsep dasar dari Sistem Pengendalian Intern, yaitu : “Sistem
Pengendalian Intern diharapkan dapat mencapai tujuan audit, baik audit keuangan, audit
operasional maupun audit kepatuhan serta Sistem Pengendalian Intern tidak dimaksudkan
untuk memberikan jaminan yang mutlak dimana setiap Sistem Pengendalian Intern pasti
mempunyai kelemahan”.
CONTOH KASUS :
Unibank
Untuk melihat bahwa laporan keuangan seringkali misleading untuk menilai keadaan
suatu perusahaan, dapat dilihat dari fakta penutupan Bank Unibank. Bank yang berdiri
sejak tahun 1967 tersebut pada Maret 1999 oleh Bank Indonesia dimasukkan ke dalam
bank kategori A. Bank ini telah memenuhi Ratio Kecukupan Modal (CAR) yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pada tahun 1997 bank ini mencatat laba Rp13 milyar.
Pada tahun 1998 sebagai puncak dari krisis perbankan dan moneter yang melanda
Indonesia, bank ini mengalami kerugian yang cukup besar yakni Rp436 milyar. Pada
tahun 1999 bank ini membukukan laba sebesar Rp55 milyar. Pada tahun 2000 prestasi
labanya masih lumayan. Namun tanpa ada informasi yang lengkap, maka (bagi
masyarakat awam) tiba-tiba saja bank ini ditutup oleh pemerintah. Sepintas bank ini
mencatat kinerja yang lumayan baik. Hal ini juga dapat dilihat dari kategori bank yang
diperoleh oleh Unibank. Masyarakat tidak tahu atau tidak diberitahu dengan informasi
yang cukup tentang kinerja bank. Jika kinerja bank ini dilihat dari laporan keuangan saja
kelihatan cukup baik, tapi kita tidak tahu seberapa ekonomis, efisien dan efektifnya bank
ini bekerja. Akibatnya cukup jelas, masyarakat kembali dirugikan dengan ditutupnya
bank tersebut.
BUMN
Beberapa waktu yang lalu banyak media massa yang memberitakan bahwa kinerja
kebanyakan BUMN payah. Dari lima BUMN yang diteliti oleh beberapa akuntan publik
lokal dan asing ditemukan rugi efisiensi sebesar Rp24,5 triliun dan potensi rugi yang
jumlahnya mencapai Rp7, 3 triliun dan USD 698 juta. Temuan ini tentu sangat
menyesakkan dada karena gambaran perusahaan-perusahaan publik yang beroperasi
sekehendak hatinya tanpa memperhatikan kelayakan ekonomis, efisiensi dan efektivitas
sangat jelas tergambar. Lima BUMN tersebut adalah PT. PELINDO II, PT. JASA
MARGA, PT. PTPN IV, PT. GARUDA INDONESIA dan PT. TELKOM. Masyarakat
benar-benar dirugikan. Ada dua jenis kerugian yang dirasakan masyarakat, pertama,
yakni masyarakat yang menggunakan jasa perusahaan tersebut karena masyarakat harus
membayar inefisiensi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Kedua, masyarakat
luas karena bagaimanapun BUMN tersebut dibiayai dari uang negara yang notabene itu
adalah uang rakyat yang dipungut dari pajak. Masyarakat juga harus membayar
inefisiensi yang dinikmati oleh sekelompok orang dari perusahaan publik tersebut.
Kebiasaan untuk mengungkapkan kepada publik kinerja perusahaan seperti ini
merupakan awal yang baik karena masyarakat memperoleh informasi lain selain
informasi laporan keuangan. Diharapkan manajemen perusahaan tidak sekenanya
mengelola perusahaan. Namun karena informasi yang diungkapkan oleh kementerian
BUMN tersebut merupakan “proyek” Letter of Intent dengan IMF, maka kesinambungan
penyampaian informasi kinerja operasional perusahaan ini masih dipertanyakan karena
bisa jadi hanya sekedar memenuhi LoI tersebut. Sebenarnya dari sisi teoritis, kegiatan ini
dinamakan audit kinerja. Jenis audit yang telah dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik
yang bekerjasama dengan Kantor Akuntan Publik Asing tersebut selama ini tidak
sepopuler audit laporan keuangan yakni audit kinerja (performance audit). Audit kinerja
ini sepengetahuan penulis telah dilakukan di Australia dengan adanya Australian
Standard Auditing AUP 33 yang berlaku sejak 1993. Bagaimana audit kinerja itu
sesungguhnya?
KESIMPULAN
Auditing terhadap kinerja manajemen bertujuan untuk memberikan komentar mengenai
pelaksanaan kewajiban mereka, apakah telah dilakukan secara ekonomis, efisien dan
efektif. Dan kemudian auditor memberikan rekomendasi atas kinerja manajemen.
Rekomendasi ini akan ditindaklanjuti oleh manajemen, dan hasilnya akan direview
kembali serta dilihat apakah telah sesuai dengan yang telah ditetapkan dan sesuai dengan
rekomendasi yang telah diberikan.
Audit kinerja lebih dari sekedar audit laporan keuangan tradisional, dalam beberapa tahun
kedepan, kantor akuntan publik selain melakukan audit laporan keuangan, juga mungkin
akan dituntut untuk melakukan review terhadap kinerja manajemen yang sedang diaudit,
pada saat periode audit entitas tersebut.
Tujuan dari audit kinerja adalah untuk memberikan rekomendasi agar sumber daya yang
ada pada suatu entitas yang diaudit dapat dikendalikan dan digunakan dengan lebih baik,
dan dapat meningkatkan keefisienan, keekonomisan, serta dapat meningkatkan kinerja
manajemen. Jika masyarakat umum dan komunitas bisnis mempertimbangkan dan
merasa membutuhkan sebuah audit untuk mengevaluasi kinerja perusahaan publik dan
swasta dimasa depan, maka audit kinerja sangat diperlukan demikian pula untuk
perusahaan publik di Indonesia, sudah saatnya audit kinerja dijadikan sebagai suatu
keharusan (mandatori), sehingga sumber daya yang ada dapat terjaga dengan baik dan
dialokasikan dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
http://www.spkn.bpk.go.id
Boynton, Raymond N, Johnson and Walter G Kell. 2001. Modern Auditing : 7th Edition.
New York : John Willey and Sons, Inc
Effendi, Antonius. 2004. Peranan Audit Operasional dalam Menunjang Efektivitas
Penjualan.
Nurbachtiar. 2002. Audit Kinerja : Sebuah Keharusan bagi Perusahaan Publik. UGM :
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik