You are on page 1of 43

MAKALAH PROSES PRODUKSI

HEAT TREATMENT

Disusun:
Marhaindra Gary (03091005009)

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2011
1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebagai upaya mencari sifat logam yang sesuai dengan yang dibutuhkan
diantaranya adalah dengan cara perlakuan panas. Perlu tidaknya perlakuan panas
dan bagaimana perlakuan panas yang dilakukan tergantung pada sifat coran dan
penggunaanya. Yang dimaksud dengan perlakuan disini adalah proses untuk
memperbaiki sifat-sifat dari logam dengan jalan memanaskan coran sampai
temperatur yang cocok dibiarkan beberapa waktu pada temperatur itu,kemudian
didinginkan ke temperatur yang lebih rendah dengan kecepatan yang sesuai.
Selain perlakuan panas yang dilakukan sifat mekanis baja juga akan dipengaruhi
oleh proses pendinginan yang dilakukan, apakah ada perbedaan perubahan sifat
mekanis dari baja yang diperlakukan panas dengan proses pendinginan yang
berbeda adalah satu hal yang dicari dalam penulisan ini. Sifat mekanik tidak
hanya tergantung pada komposisi kimia suatu paduan, tetapi juga tergantung pada
struktur mikronya. Suatu paduan dengan komposisi kimia yang sama dapat
memiliki strukturmikro yang berbeda, dan sifat mekaniknya akan berbeda.
Strukturmikro tergantung pada proses pengerjaan yang dialami, terutama proses
laku-panas yang diterima selama proses pengerjaan.
Ketahanan panas pada stainless steel merupakan hal penting pada bidang
teknik karena baja stainless steel memiliki ketahan terhadap panas yang tinggi.
Transformasi merupakan bantuan yang sesuai untuk masalah tersebut. Oleh
karena itu digunakan proses hardening dan normalizing untuk proses transformasi.
Transformasi ini berperan penting untuk menentukan nilai kekerasan dan
perubahan struktur mikro yang terjadi.

1.2. Batasan Masalah


Heat treatment hanya bisa dilakukan pada logam campuran pada
temperatur kamar mempunyai struktur mikro dua fase atau lebih. Sedang pada

2
temperatur yang lebih tinggi fase-fase tersebut akan larut menjadi satu fase. Cara
yang dipakai ialah dengan memanaskan logam sehingga terbentuk satu fase,
kemudian diikuti dengan pendinginan cepat. Dengan cara ini pada temperatur
kamar akan terbentuk satu fase yang kelewat jenuh. Bila logam dalam keadaan
tersebut dipanaskan maka fase fase yang larut akan mengendap.
Teknik Perlakuan Panas pada makalah ini sebtas pada Annealling, case
Hardening, precipitation Strenghtening, Tempering dan Quenching.

1.3 Rumusan Masalah


1. Proses apa saja yang termasuk dalam heat treatment?
2. Bagaimana perbedaan sifat mekanik yang dihasilkan pada setiap masing-
masing proses?
3. Mengapa terjadi perbedaan sifat yang dihasilkan pada masing-masing
proses heat treatment?

1.4 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui jenis-jenis heat treatment.
2. Mepelajari pengaruh sifat mekanik pada material dengan menggunakan
proses perlakuan panas (Heat Treatment)
3. Mempelajari mekanisme proses Heat Treatment.

1.5 Metode Pengumpulan Data


Dalam makalah ini penulis melakukan study literatur melalui buku yang
terkait beserta mencari tinjauan pustaka dari website yang dapat
dipertanggungjawabkan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Heat Treatment (Perlakuan Panas)


Pengertian perlakuan panas atau heat treatment ialah suatu cara yang
mengakibatkan perubahan struktur bahan melalui penyolderan atau penyerapan
panas: dalam bentuk bahan tetap sama (kecuali perubahan akibat regangan panas).
Yang disebut struktur adalah susunan dalam logaa, menjadi dapat dlihat jika
sekeping logam yang terasah dan teretsa (asam salpeter) diamati dibawah
mikroskop.
Struktur besi murni Struktur semua logam terdiri atas kristal-kristal yang
bergandengan kuat satu sama lain dalam wujud dan ukuran yang berlainan.
Kristal-kristal itu terdiri atas bagian-bagian terkecil suatu unsur, atom-atom. Atom
besi tersusun didalam sebuah kisi ruang. Penegertiannya adalah sebuah wujud
garis meruang yang titik-titik potongnya diduduki atom-atom besi, kisi ruang ini
terdiri atas mata jaringan yang berbentuk dadu. Dalam hubungan ini ditemukan
perletakan atom menurut tiga jenis :

Besi alfa
Delapan atom terletak pada pojok dadu dan sebuah atom ke 9 ditengah-
tengah dadu (di pusat ruang). Susunan atom ini disebut juga kisi terpusat ruang
sampai suhu ruangan 7080 C, besi alfa bersifat magnetis. Dari 7680 C sampai
9110 C, besi terpusat ruang menjadi tidak magnetis dan dahulu disebut juga besi.

Besi gamma
Pada 9110 C, ikatan kisi terpusat ruang menjelma menjadi besi gamma terpusat
bidang : pada setiap pojok dadu berada sebuah atom dan 6 atom lainnya berada
dipetengahan ke 6 bidang bujur sangkar permukaan dadu. Karena sebuah dadu
gamma menampung 14 atom, sedangkan jumlah keseluruhan atom besi tentunya
4
tidak akan bertambah akibat pemanasan, maka dadu gamma lebih besar dari dadu
alfa.
Besi delta
Pada 13920 C, besi gamma yang terpusat bidang berubah wujud kambali
menjadi besi terpusat ruang yang disebut besi delta (gambar 2c). besi delta
berbeda dari besi alfa dalam jarak atomnya yang lebih besar.

2.2 Mengenal proses Heat Treatment


Heat Treatment adalah kombinasi dari operasi pemanasan dan pendinginan
dengan kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam atau paduan dalam
keadaan padat, sebagai suatu upaya untuk memperoleh sifat-sifat tertentu. Proses
laku-panas pada dasarnya terdiri dari beberapa tahapan, dimulai dengan
pemanasan sampai ke temperatur tertentu, lalu diikuti dengan penahanan selama
beberapa saat, baru kemudian dilakukan pendinginan dengan kecepatan tertentu.

2.3 Klasifikasi Heat Treatment

2.3.1 Near Equilibrium (Mendekati Kesetimbangan)


Tujuan umum dari perlakuan panas jenis Near Equilibrium ini diantaranya
adalah untuk melunakkan struktur kristal, menghaluskan butir, menghilangkan
tegangan dalam dan memperbaiki machineability. Jenis dari perlakukan panas
Near Equibrium, misalnya : Full Annealing (annealing), Stress relief Annealing,
Process annealing, Spheroidizing, Normalizing dan Homogenizing.

5
Diagram 2.1 Heat treatment near equilibrium

Dari sedikit penjelasan diatas dapat kita tarik benang merah bahwa secara
umum laku panas dengan kondisi Near Equilibrium itu dapat disebut dengan
anneling.
Anneling ialah suatu proses laku panas (heat treatment) yang sering
dilakukan terhadap logam atau paduan dalam proses pembuatan suatu produk.
Tahapan dari proses Anneling ini dimulai dengan memanaskan logam (paduan)
sampai temperature tertentu, menahan pada temperature tertentu tadi selama
beberapa waktu tertentu agar tercapai perubahan yang diinginkan lalu
mendinginkan logam atau paduan tadi dengan laju pendinginan yang cukup
lambat. Jenis Anneling itu beraneka ragam, tergantung pada jenis atau kondisi
benda kerja, temperature pemanasan, lamanya waktu penahanan, laju pendinginan
(cooling rate), dll. Sehingga kita akan mengenal dengan apa yang disebut : Full

6
Annealing (annealing), Stress relief Annealing, Process annealing, Spheroidizing,
Normalizing dan Homogenizing.

Diagram 2.2 Near Equilibrium Ferrite-Cementid (Fe-Fe3C)

Struktur mikro
Ferrite ialah suatu komposisi logam yang mempunyai batas maksimum
kelarutan Carbon 0,025%C pada temperature 723 Derajat Celcius, struktur
kristalnya BCC (Body Center Cubic) dan pada temperature kamar mempunyai
batas kelarutan Carbon 0,008%C.
Austenite ialah suatu larutan padat yang mempunyai batas maksimum
kelarutan Carbon 2%C pada temperature 1130 Derajat Celcius, struktur kristalnya
FCC (Face Center Cubic).
Cementid ialah suatu senyawa yang terdiri dari unsur Fe dan C dengan
perbandingan tertentu (mempunyai rumus empiris) dan struktur kristalnya
Orthohombic.
Lediburite ialah campuran Eutectic antara besi Gamma dengan Cementid
yang dibentuk pada temperature 1130 Derajat Celcius dengan kandungan Carbon
4,3%C.
7
Pearlite ialah campuran Eutectoid antara Ferrite dengan Cementid yang dibentuk
pada temperature 723 Derajat Celcius dengan kandungan Carbon 3%C.

Kandungan Carbon

0,008%C = Batas kelarutan maksimum Carbon pada Ferrite pada temperature


kamar 0,025%C = Batas kelarutan maksimum Carbon pada Ferrite pada
temperature 723

Derajat Celcius

0,83%C = Titik Eutectoid 2%C = Batas kelarutan Carbon pada besi Gamma pada
temperature 1130 Derajat Celcius 4,3%C = Titik Eutectic 0,1%C = Batas
kelarutan Carbon pada besi Delta pada temperature 1493 Derajat Celcius.

Garis-garis

Garis Liquidus ialah garis yang menunjukan awal dari proses pendinginan
(pembekuan). Garis Solidus ialah garis yang menunjukan akhir dari proses
pembekuan (pendinginan). Garis Solvus ialah garis yang menunjukan batas antara
fasa padat denga fasa padat atau solid solution dengan solid solution. Garis Acm =
garis kelarutan Carbon pada besi Gamma (Austenite) Garis A3 = garis
temperature dimana terjadi perubahan Ferrit menjadi Autenite (Gamma) pada
pemanasan.
Garis A1 = garis temperature dimana terjadi perubahan Austenite (Gamma)
menjadi Ferrit pada pendinginan. Garis A0 = Garis temperature dimana terjadi
transformasi magnetic pada Cementid. Garis A2 = Garis temperature dimana
terjadi transformasi magnetic pada Ferrite.

2.3.2 Non Equilirium (Tidak setimbang)


Tujuan umum dari perlakuan panas jenis Non Equilibrium ini adalah
untuk mendapatkan kekerasan dan kekuatan yang lebih tinggi. Jenis dari
perlakukan panas Non Equibrium, misalnya Hardening, Martempering,

8
Austempering, Surface Hardening (Carburizing, Nitriding, Cyaniding, Flame
hardening, Induction hardening)

2.4 Jenis-jenis pengerasan permukaan

2.4.1 Karburasi

Cara ini sudah lama dikenaloleh orang sejak dulu. Dalam cara ini, besi
dipanaskan di atas suhu dalam lingkungan yang mengandung karbon, baik
dalan bentuk padat, cair ataupun gas. Beberapa bagian dari cara kaburasi yaitu
kaburasi padat, kaburasi cair dan karburasi gas.

2.4.2 Karbonitiding

Adalah suatu proses pengerasan permukaan dimana baja dipanaskan di


atas suhu kritis di dalam lingkungan gas dan terjadi penyerapan karbon dan
nitrogen. Keuntungan karbonitiding adalah kemampuan pengerasan lapisan luar
meningkat bila ditambahkan nitrogen sehingga dapat diamfaatkan baja yang
relative murah ketebalan lapisan yang tahan antara 0,80 sampai 0,75 mm.

2.4.3 Sianiding

Adalah proses dimana terjadi absobsi karbon dan nitrogen untuk


memperoleh specimen yang keras pada baja karbon rendah yang sulit dikeraskan.

2.4.4 Nitriding

adalah proses pengerasan permukaan yang dipanaskan sampai ± 510°c


dalam lingkungan gas ammonia selama beberapa waktu.

2.5 Pengelompokan dan Standarisasi Baja

2.5.1 Pengelompokan Baja

Baja Karbon

9
Baja karbon adalah paduan besi karbon di mana unsure karbon sangat menentukan
sifat-sifatnya, sedang unsur-unsur paduan lainnya yang biasa terkandung di
dalamnya terjadi karena proses pembuatannya. Sifat baja karbon biasa ditentukan
oleh persentase karbon dan mikrostruktur.

Baja Paduan

Baja paduan adalah baja yang mengandung sebuah unsur lain atau lebih
dengan kadar yang berlebih daripada karbon biasanya dalam baja karbon.
Menurut kadar unsur paduan, baja paduan dapat dibagi ke dalam dua golongan
yaitu baja paduan rendah dan baja paduan tinggi. Baja rendah unsur paduannya di
bawah 10% sedangkan baja paduan tinggi di atas 10%.

Baja Khusus

Baja khusus mempunyai unsur-unsur paduan yang tinggi karena


pemakaian-pemakaian yang khusus. Baja khusus yaitu baja than karat, baja tahan
panas, baja perkakas, baja listrik. Unsur utama dari baja tahan karat adalah Khrom
sebagai unsure terpenting untuk memperoleh sifat tahan terhadap korosi. Baja
tahan karat ada tiga macam menurut strukturnya yaitu baja tahan karat feritis, baja
tahan karat martensitas dan austenitis. Baja tahan panas, tahan terhadap korosi.
Baja ini harus tahan korosi pada suhu lingkungan lebih tinggi atau oksidasi. Baja
perkakas adalah baja yang dibuat tidak berukuran besar tetapi memegang peranan
dalam industri-industri. Unsure-unsur paduan dalam karbitnya diperlukan untuk
memperoleh sifat-sifat tersebut dan kuat pada temperature tinggi. Baja listrik
banyak dipakai dalam bidang elektronika.

2.5.2 Standarisasi Baja

a. Amerika Serikat

a) ASTM ( American Society for Testing Materials )

b) AISI (Americal Iron and Steel Institute) and SAE (Society of


Automotive Engineers)

c) Menurut UNS (United Numbering System)


10
b. Jepang (JIS = Japan Industrial Standar)

c. Inggris (British Standard)

d. Jerman DIN

e. Swedia

f. Indonesia (Standar Nasional Indonesia)

2.6 Diagram Besi-Karbida Besi


Sebagian dari diagram kesetimbangan besi-karbida besi baja terlihat pada
gambar 3.1. Bila sepotong baja dengan kadar karbon 0,20% dipanaskan secara
merata dengan lambat dan suhunya dicatat pada selang waktu tertentu, akan
diperoleh kurva seperti terlihat pada gambar 3.1. Kurva ini disebut Kurva laju
inverse.

11
Diagram 2.3 Besi-karbida besi

Sumbu mendatar adalah laju pemanasan atau waktu yang diperlukan


untuk memanaskan atau mendinginkan baja sebanyak 10oC. Kurva ini merupakan
garis vertikal kecuali pada titik-titik diamana laju pemanasan atau pendinginan
mengalami perubahan. Terlihat bahwa pada tiga titik terdapat perubahan dalam
laju pemanasan. Hal yang sama dijumpai sewaktu pendinginan; tercatat tiga
perubahan yang lebih rendah dibandingkan dengan sewaktu pemanasan. Titik-titik
di mana terjadi perubahan struktur disebut titik transformasi dan diberi lambing
Ac1, Ac2 dan Ac3. Huuf C adalah huruf permulaan dari kata perancis chauffage
yang berarti memanaskan. Titik-titik identik yang diperoleh pada kurva pendingin
disebut Ar1, Ar2 dan Ar3.r diambil dari kata refroidissement yang berarti
mendinginkan.

12
Perubahan-perubahan yang terjadi pada titik-titik kritis tersebut disebut
perubahan alatropik. Meski susunan kimia tetap, baja mengalami perubahan sifat
antara lain : tahanan listrik, struktur atom dan kehilangan sifat magnetic. Menurut
defenisi suatu perubahan alotropi adalah perubahan yang mampu balik atau
reversible pada struktur atom suatu logam yang diikuti dengan perubahan sifat.
Titik-titk kritis tersebut harus diketahui, mengingat perlakuan panas baja meliputi
pemanasan di atas daerah ini. Baja tidak dapat dikeraska kecualibila dipanaskan di
atas daerah kritis bawah dan kadang-kadang di atas daerah kritis atas.

Diagram 2.4 laju-invers, untuk baja SAE 1020

Serangkaian percobaan pemanasan dan pendinginan dapat dilakukan pada


baja dengan kandungan karbon yang berbeda dan bila hasilnya digambarkan
sebagai kurva suhu terhadap kadar karbon maka akan diperoleh suatu diagram
yang serupa dengan gambar 3.1. Diagram ini yang disebut diagram besi-karbida
besi parsial hanya berlaku untuk kondisi pendinginan yang perlahan-lahan. Suhu
pencelupan yang tepatdapat diperoleh dari diagram ini.

Misalkan ssepotong baja karbon 0,20% dipanskan disekitar 870oC. Diatas


titik Ar3 baja merupakan larutan padat dari karbon dalam besi-gamma dan disebut
austenit. Atom-atom besi membentuk kisi kubik pemusatan sisi (Face Centered
Cubic) dan bersifat nonmagnetik.
13
Bila didinginkan sampai mencapai suhu dibawah titik Ar3, atom-atom
akan membentuk kisi kubik pemusatan ruang (Body Centered Cubic). Struktur
logam dapat dilihat pada gambar 3.3. Struktur yang baru ini disebut ferit atau besi
alpha dan merupakan larutan padat karbon dan besi alpha. Daya larut karbon
dalam besi alpha jauh lebih rendah daripada dalam besi gamma.Pada titik Ar2 baja
menjadai magnetic, dan bila baja didinginkan sampai garis Ar1, ferit yang
terbentuk akan bertambah. Pada garis Ar1 austenit yang masih ada akan
bertransformasi mejadi suatu struktur baru yang disebut perlit.

Gambar 2.1 Mikrofoto efek pertambahan karbon atas struktur logam

Bila kadar karbon baja malampaui 0,20%, suhu diamana ferit mulai
terbentuk dan mengendap dari austenit turun. Baja yang berkadar karbon 0,80%
disebut baja eutektoiddan struktur terdiri dari 100% perlit. Titik eutektoid adalah
suhu terendah dalam logam dimana terjadi perubahan dalam keadaan larut padat,
dan merupakan suhu keseimbangan terendah di mana austenit terurai menjadi ferit
dan simentit. Bial kadar karbon baja lebih besar daripada eutektoid, perlu diamati
garis pada diagram besi-karbida besi yang bertanda Acm. Garis ini menyatakan di
mana karbida besi mulai memisah dari austenit. Karbida besi ini dengan rumus
Fe3C disebut sementit. Sementit sangat keras dan rapuh. Baja yang mengandung
kadar karbon kurang dari eutektoid (0,80%). Disebut baja hipoeutektoid, dan baja
dengan kadar karbon lebih dari eutectoid disebut juga hipereutektoid.
14
2.7 Besar Butir.
Baja cair bila didinginkan mulai membeku pada titik-titik inti yang cukup
banyak. Atom-atom yang tergabung dalam kelompok di sekitar suatu inti
cenderung memiliki letak yang serupa. Batas butir yang bentuknya tidak teratur
tampak dibawah mikroskop, setelah dipolis dan dietsa dan merupakan batas
kelompok sel atom yang memiliki orientasi umum yang sama. Ukuran butir
tergantung pada beberapa faktor, antara lain laju pendinginan sewaktu
pembekuan.

Baja dengan butiran yang kasar kurang tangguh, dan memiliki


kecenderungan untuk distorsi, namun baja jenis ini lebih mudah untuk pemesinan
dan memiliki kemampuan pengerasan yang lebih baik. Baja berbutir halus di
samping lebih tangguh juga lebih ulet dna kurang peka terhadap distorsi atau retak
sewaktu perlakuan panas. Besar butir dapat dikendalikan melalui komposisi pada
waktu proses pembuatan, akan tetapi setelah baja jadi, pengendalian dilakuakn
melalui perlakuan panas. Alluminium yang digunakan sebagai deoksidator
merupakan faktor mengendali yang terpenting, karena dapat menaikkan suhu di
mana terjadi pertumbuhan butir dengan cepat.

Besar butir diukur dengan mikroskop, meskipun penaksiran secara kasar


dapat dilakukan denagn memeriksa bidang perpatahan. Untuk pengukurna di
bawah mikroskop baja perlu dipolis dan dietsa agar batas butir tampak dengan
jelas. Pada karbon rendah ferit akan berpresipitasi dari austenit setelah
didinginkan secara perlahan-lahan. Karena laju pendinginan yang rendah dapat
menghasilkan terlalu banyak ferit primer, yang menyulitkan pengukuran besar
butir austenit sebelumnya, maka harus diusahakan agar laju pendinginan
sedemikian rupa sehingga struktur pracutektoid hanya terjadi pada batas-bats
daerah perlit. Pada baja karbon medium, besar butir austenit sebelumnya dihitung
dari luas daerah perlit ditambah dengan setengah daerah ferit yang
mengelilinginya. Pada baja hipereutektoid besar butir austenit dibatasi oleh
sementit yang mengendap.

15
Gambar 2.2 Pemisahan kristal dan ukurna butir yang sangat besar.

2.8 Diagram Transformasi Isotermal.


Diagram fasa Fe3C bermanfaat untuk memilih suhu yang tepat untuk
berbagai operasi laku panas dan memperlihatkan pula struktur yang dapat
diperoleh setelah pendinginan perlahan-lahan. Meskipun demikian diagram
tersebut tidak menggambarkan pengaruh dari berbagai laju pendinginan, waktu
pemanasan atau struktur yang dapat diperoleh bila pencelupan ditunda pada suhu
tertentu. Diagram transformasi isothermal atau dikenal juga sebagai diagram
waktu-suhu-transformasi atau kurva S dapat memberi informasi tersebut. Dengan
mempergunakan diagram ini dapat dilihat perubahan struktur bila logam dibiarkan
pada suhu konstan tertentu.

16
Diagram 2.5 Transformasi

Dengan demikian waktu transformasi mulai terjadi dan berakhir dapat


diketahui, begitu pula struktur yang akan diperoleh. Untuk memperoleh struktur
martensit, baja harus dicelupkan dengan cepat sedemikian sehingga kurva
pendinginan tidak memotong kurva transformasi. Pada gambar 3.5 yang
menampilkan kurva pendinginan yang memotong garis Ms dan Mf (permulaan dan
berakhirnya transformasi austenit menjadi martensit).

Bentuk umum dari kurva waktu-suhu-transformasi berbeda untuk jenis


baja yang berlainan, tergantung pada kadar karbon, unsur paduan dan besar butir
austenit. Kebanyakan unsur paduan baja menggeser kurva ke kanan, sehingga
memperpanjang waktu pengerasan baja tanpa mengenai atau memotong kurva.Hal
ini memungkinkan pengerasan ukuran penampang yang lebih besar. Pada baja
karbon, kurva akan bergeser ke kiri dengan menurunnya kadar karbon.Oleh
karena itu agak sulit untuk memperoleh martensit dengan pencelupan baja
hipoeutektoid. Baja karbon dengan komposisi eutektoid lebih mudah dikeraskan.

17
2.9 Efek pada Struktur Mikro dan Ukuran Butiran

Pada proses pembuatannya, komposisi kimia yang dibutuhkan diperoleh


ketika baja dalam bentuk fasa cair pada suhu yang tinggi.

Pada saat proses pendinginan dari suhu lelehnya, baja mulai berubah
menjadi fasa padat pada suhu 13500, pada fasa ini lah berlangsung perubahan
struktur mikro. Perubahan struktur mikro dapat juga dilakukan dengan jalan heat
treatment.

Bila proses pendinginan dilakukan secara perlahan, maka akan dapat


dicapai tiap jenis struktur mikro yang seimbang sesuai dengan komposisi kimia
dan suhu baja. Perubahan struktur mikro pada berbagai suhu dan kadar karbon
dapat dilihat pada Diagram Fase Keseimbangan (Equilibrium Phase Diagram).

Diagram 2.6 Equilibrium phase diagram for iron – iron carbide system (f.c.c.face
– centred cubic: b.c.c. body-cenreed cubic)

18
Penjelasan diagram:

- Pada kandungan karbon mencapai 6.67% terbentuk struktur mikro


dinamakan Sementit Fe3C (dapat dilihat pada garis vertical paling kanan).

- Sifat – sifat cementitte: sangat keras dan sangat getas

- Pada sisi kiri diagram dimana pada kandungan karbon yang sangat rendah,
pada suhu kamar terbentuk struktur mikro ferit.

- Pada baja dengan kadar karbon 0.83%, struktur mikro yang terbentuk adalah
Perlit, kondisi suhu dan kadar karbon ini dinamakan titik Eutectoid.

- Pada baja dengan kandungan karbon rendah sampai dengan titik eutectoid,
struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antara ferit dan perlit.

- Pada baja dengan kandungan titik eutectoid sampai dengan 6.67%, struktur
mikro yang terbentuk adalah campuran antara perlit dan sementit.

- Pada saat pendinginan dari suhu leleh baja dengan kadar karbon rendah,
akan terbentuk struktur mikro Ferit Delta lalu menjadi struktur mikro
Austenit.

- Pada baja dengan kadar karbon yang lebih tinggi, suhu leleh turun dengan
naiknya kadar karbon, peralihan bentuk langsung dari leleh menjadi
Austenit.

Dari diagram diatas dapat kita lihat bahwa pada proses pendinginan
perubahan – perubahan pada struktur kristal dan struktur mikro sangat bergantung
pada komposisi kimia.

2.10 Heat Treatment dengan Pendinginan Tak Menerus

Jika suatu baja didinginkan dari suhu yang lebih tinggi dan kemudian
ditahan pada suhu yang lebih rendah selama waktu tertentu, maka akan
menghasilkan struktur mikro yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada diagram:
Isothermal Tranformation Diagram.

19
Diagram 2.7 Isothermal transformation diagram for 0.2 C. 0.9% Mn steel

Penjelasan diagram:

- Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar


karbon dalam baja.

- Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 0.83% yang ditahan suhunya
dititik tertentu yang letaknya dibagian atas dari kurva C, akan
menghasilkan struktur perlit dan ferit.

- Bila ditahan suhunya pada titik tertentu bagian bawah kurva C tapi masih
disisi sebelah atas garis horizontal, maka akan mendapatkan struktur mikro
Bainit (lebih keras dari perlit).

- Bila ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal, maka
akan mendapat struktur Martensit (sangat keras dan getas).

- Semakin tinggi kadar karbon, maka kedua buah kurva C tersebut akan
bergeser kekanan.

20
- Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh tingginya suhu pemanasan, lamanya
pemanasan dan semakin lama pemanasannya akan timbul butiran yang
lebih besar. Semakin cepat pendinginan akan menghasilkan ukuran butir
yang lebih kecil.

2.11 Heat Treatment dengan Pendinginan Menerus

Dalam prakteknya proses pendinginan pada pembuatan material baja


dilakukan secara menerus mulai dari suhu yang lebih tinggi sampai dengan suhu
rendah.

Pengaruh kecepatan pendinginan manerus terhadap struktur mikro yang


terbentuk dapat dilihat dari diagram Continuos Cooling Transformation Diagram.

Diagram 2.8 Continuos Cooling Transformation Diagram

Penjelasan diagram:

- Pada proses pendinginan secara perlahan seperti pada garis (a) akan
menghasilkan struktur mikro perlit dan ferlit.

21
- Pada proses pendinginan sedang, seperti, pada garis (b) akan menghasilkan
struktur mikro perlit dan bainit.

- Pada proses pendinginan cepat, seperti garis ( c ) akan menghasilkan


struktur mikro martensit.

Dalam prakteknya ada 3 heat treatment dalam pembuatan baja:

- Pelunakan (Annealing) : pemanasan produk setengah jadi pada suhu 850 -


9500 C dalam waktu yang tertentu, lalu didinginkan secara perlahan
(seperti garis-a diagram diatas). Proses ini berlangsung didapur (furnace).
Butiran yang dihasilkan umumnya besar/kasar.

- Normalizing : pemanasan produk setengah jadi pada suhu 875 – 9800C


disusul dengan pendinginan udara terbuka (seperti garis-b diagram diatas).
Butiran yang dihasilkan umumnya berlangsung bersamaan dengan
pelaksanaan penggilingan kondisi panas (rolling).

- Quenching : system pendinginan produk baja secara cepat dengan cara


penyemprotan air pada pencelupan serta perendaman produk yang masih
panas kedalam media air atau oli. Sistem pendinginan ini seperti garis-c
diagram diatas.

Selain dari ketiga system heat treatment diatas ada juga heat treatment
tahap kedua pada rentang suhu dibawah austenit yang dinamakan Tempering.
Pemanasan ulang produk baja ini biasa dilakukan untuk produk yang
sebelumnya di quenching. Setelah di temper, maka diharapkan produk tersebut
akan lebih ulet dan liat.

Struktur mikro dan sifat karakteristik baja dapat disesuaikan dengan


pemilihan heat treatment yang tepat.

22
BAB III
PEMBAHASAN

Tujuan dari heat treatment adalah :


1. Mempersiapkan material untuk pengolahan berikutnya.
2. Mempermudah proses machining
3. Mengurangi kebutuhan daya pembentukan dan kebutuhan energi.
4. Memperbaiki keuletan dan kekuatan material
5. Mengeraskan logam sehingga tahan aus dan kemampuan
memotong meningkat.
6. Menghilangkan tegangan dalam.
7. Memperbesar atau memperkecil ukuran butiran agar seragam.
8. Menghasilkan pemukaan yang keras disekeliling inti yang ulet.

Masing-masing proses heat treatment memiliki fungsi yang berbeda-beda


dengan menghasilkan sifat-sifat kekerasan yang diinginkan. Proses heat treatment
dapat klasifikasi menjadi 2 bagian, yaitu:

1. Heat treatment untuk memperbaiki sifat kekerasan material (Hardening)


2. Heat treatment untuk memperbaiki sifat keuletan material (Softening)

3.1 Memperbaiki Sifat Kekerasan (Hardening)

Pengerasan adalah proses pemanasan baja sampai suhu di daerah atau di atas
daerah kritis disusul dengan pendinginan yang cepat. Bila kadar karbon diketahui,
suhu pemanasannya dapat diabaca dari diagram fasa Besi-karbida besi. Akan
tetapi, bila komposisi baja tidak diketahui, perlu diadakan percobaan untuk
mengetahui daerah pemanasannya. Cara yang terbaik adalah memanaskan dan
mencelupkan beberapa potong baja berbagai suhu disusul dengan pengujian
kekerasan atau pengamatan mikroskopik. Bila suhu yang tepat telah diperoleh
akan terjadi perubahan dalam kekerasan dan sifat lainnya.

23
Kemampuan Pengerasan Baja
Kemampuan pengerasan logam dapat ditentukan dengan mempergunakan
percobaan Jominy. Sepotong baja berukuran diameter 25 mm, panjang 100 mm
dinormalisasikan kemudian dipanaskan sampai suhu austenitisasi. Contoh dengan
cepat diletakkan pada landasan dengan salah satu ujungnya 12,7 mm di atas pipa
air. Air disemprotkan sehingga seluruh benda menjadi dingin.

Gambar 3.1 Skema Percobaan Jominy.

Setelah itu permukaan diratakan sedalam 0,38 mm dan diukur


kekerasannya pada jarak 1,6 mm mulai dari bagaian bawah yang disemprot air
sampai jarak 75 mm.

Kekerasan yang paling dekat dengan ujung adalah yang tertinggi, karena
pendinginannya paling cepat. Makin jauh dari ujung bahan makin lunak, karena
pada pendinginan harus ada konduksi panas ke ujung. Baja dengan kemampuan
pengerasan yang tinggi akan mempunyai kekerasan yang merata.

Bila kemampuan pengerasannya rendah, kekerasan akan turun dengan tajam


semakin jauh dari ujung. Dari hasil percobaan Jominy dapat dibandingkan
kemampuan pengerasan berbagai jenis baja, terutama tebal lapisan yang
dikeraskan. Unsur paduan meningkatkan kemampuan pengerasan baja dan benda
berukuran kecil dapat dikeraskan dengan merata dari dalam sampai permukaan.
24
Penambahan unsur paduan menyebabkan penggeseran diagram transformasi
isotermal ke sebelah kanan sehingga baja lebih mudah dicelup tanpa memotong
ujung kurva. Oleh karena itu baja lebih mudah dikeraskan karena memerlukan
laju pendinginan yang lebih lambat dibandingkan dengan baja karbon. Dengan
kata lain baja paduan dapat dikeraskan secara efektif dengan mencelupkannya
dalam minyak.

Struktur Baja yang Dikeraskan


Bila baja hipoeutektoid didinginkan secara perlahan-lahan, austenit
bertransformasi menjadi ferit dan perlit, baja dengan susunan demikian lunak dan
ulet. Bila baja didinginkan dengan lebih cepat, akan dihasilkan dengan susunan
yang berlainan, baja akan lebih keras tetapi kurang ulet. Pendinginan yang cepat
seperti pencelupan dalam air akan menghasilkan struktur martensit. Martensit
adalah struktur yang paling keras. Sementit yang lebih keras sedikit terdapat
secara bebas dan dalam jumlah yang kecil dalam baja hipoeutektoidsehingga
pengaruhnya atas kekerasan baja dapat diabaikan.

Unsur yang sangat penting dalam baja yang dikersakan ialah martensit.
Martens, seorang ilmuan bebangsa Jerman, menemukan struktur ini pada tahun
1878. Martensit diperoleh dengan mencelupkan baja karbon dalam air dan
terbentuklah fasa transisi yang terjadi karena dekomposisiaustenit dengan cepat
dan merupakan larutan padat karbon. Kekerasan martensit tergantung pada kadar
karbon dan berkisar antara Rockwell C 45 dan C 67. Martensit sukar dipotong,
bahannya rapuhdan bersifat magnetic.

Bila baja dicelup, lebih lambat daripada kecepatan kritis, terbentuklah


struktur yang hitam, agak bulat yang disebut perlit halus. Perlit halus kurang keras
dibandingkan dengan martensit. Kekerasannya berkisar antara 34 dan 45
Rockwell C; ulet dan tehan beban kejut. Bila laju pendinginan diperlambat lagi,
maka akan terbentuk perlit kasar.

Kekerasan Maksimum Baja


Kekerasan maksimum yang dapat dicapai tergantung pada kadar karbon.
Meskipun penambahan unsur paduan seperti khromdan vanadium dapat

25
meningkatkan kemampuan pengerasan baja paduan, kekerasan maksimal tidak
dapat melampaui kekerasan baja karbon dengan kadar karbon yang sama.

Diagram 3.1 Kekerasan maskimum sebagai fungsi dari kadar karbon.

Untuk dapat mencapai kekerasan maksimum karbon harus larut


sempurnadalam austenit. Laju pendinginan minimal yang dapat menghasilkan
100% martensit disebut kecepatan pendinginan atau pencelupan kritis. Selain itu,
harus diusahakan agar jumlah austenit sisa dapat ditekan karena austenit sisa akan
melunakkan struktur.

Kekerasan maksimum dapat dicapai bila austenit seluruhnya dapat


berubah menjadi martensit dan nilai kekerasannya 66 sampai 67 Rockwell C.
Untuk dapat mencapai nilai ini kadar karbon harus sama dengan atau lebih dari
0,60%.

3.1.1 Surface Hardening (Pengerasan Permukaan)

Pengerasan permukaan memiliki dua cara dalam proses hardening, yaitu


dengan penambahan zat (Karburasi, Nitriding, Karbonitriding, Sianiding,
Chromizing, Siliconizing, Boronizing) dan tanpa penambahan zat (Flame
Hardening , Induction Hardening , Laser and Electron Beam Hardening).

Karburasi

Cara ini sudah lama dikenal oleh orang sejak dulu. Dalam cara ini, besi
dipanaskan di atas suhu dalam lingkungan yang mengandung karbon, baik dalan

26
bentuk padat, cair ataupun gas. Beberapa bagian dari cara kaburasi yaitu kaburasi
padat, kaburasi cair dan karburasi gas.

Karbonitiding

Adalah suatu proses pengerasan permukaan dimana baja dipanaskan di


atas suhu kritis di dalam lingkungan gas dan terjadi penyerapan karbon dan
nitrogen. Keuntungan karbonitiding adalah kemampuan pengerasan lapisan luar
meningkat bila ditambahkan nitrogen sehingga dapat diamfaatkan baja yang
relative murah ketebalan lapisan yang tahan antara 0,80 sampai 0,75 mm.

Sianiding

Adalah proses dimana terjadi absobsi karbon dan nitrogen untuk


memperoleh specimen yang keras pada baja karbon rendah yang sulit dikeraskan.

Nitriding

adalah proses pengerasan permukaan yang dipanaskan sampai ± 510°c


dalam lingkungan gas ammonia selama beberapa waktu.

3.1.2 Quenching

Perlakuan baja ini dilakukan dengan memanaskan baja hingga fasa


menjadi austenit dan didinginkan secara cepat (lihat diagram CCT baja karbon
rendah). Media pendinginan cepat seperti air, oli, garam atau media pendingin
lainnya. Tujuan utama perlakuan ini untuk meningkatkan kekerasan baja.

Diagram 3.2 gabungan annealing, non treat, quenching

27
Quenching merupakan salah satu teknik perlakuan panas yang diawali
dengan proses pemanasan sampai temperatur austenit (austenisasi) diikuti
pendinginan secara cepat, sehingga fasa austenit langsung bertransformasi secara
parsial membentuk struktur martensit. Austenisasi dimulai pada temperatur
minimum ± 50°C di atas Ac3,yang merupakan temperatur aktual transformasi fasa
ferit, perlit, dan sementit menjadi austenit. Temperatur pemanasan hingga fasa
austenit untuk proses quenching disebut juga sebagai temperatur pengerasan
(haardening temperatur). Dan setelah mencapai temperatur pengerasan, dilakukan
penahanan selama beberapa menit untuk menghomogenisasikan energi panas
yang diserap selama pemanasan, kemudian didinginkan secara cepat dalam media
pendingin. Pada percobaan kami media pendingin yang didinginkan adalah air.

Tujuan utama quenching adalah menghasilkan baja dengan sifat kekerasan


tinggi. Sekaligus terakumulasi dengan kekuatan tarik dan kekuatan luluh, melalui
transformasi austenit ke martensit. Proses quenching akan optimal jika selama
proses transformasi, struktur austenit dapat dikonversi secara keseluruhan
membentuk struktur martensit. Hal-hal penting untuk menjamin
keberhasilan quenching dan menunjang terbentuknya martensit khususnya, adalah
: temperatur pengerasan, waktu tahan, laju pemanasan, metode pendinginan,
media pendingin dan hardenability.

Quenching adalah proses pendinginan secara cepat setelah mengalami


pemanasan. Ada tiga tingkatan pendinginan, yaitu:
Vapor-blanket Cooling stage
Tahap pertama, suhu logam sangat tinggi sehingga medium quenching menguap
pada permukaan logam.

Vapor-transport Cooling Stage


Proses ini dimulai ketika logam didinginkan pada suhu uap air dan film tidak
stabil.Permukaan logam basah oleh medium quenching dan titik didih yang tinggi.
Tahapan ini merupakan proses pendinginan yang paling cepat.

28
Liquid Cooling Stage
Proses ini dimulai ketika suhu permukaan logam mencapai titik didih. Tahapan ini
merupakan proses yang paling lambat.

Laju reaksi, transformasi isotermal ditunjukan dalam diagram TTT. Garis


yang terdapat di sebelah kiri menyatakan waktu yang diperlukan untuk memulai
dengan dekomposisi. Garis yang terdapat disebelah kanannya menyatakan waktu
berakhirnyareaksi γ→ ( α + C ) Garis-garis yang terdapat pada gambar tersebut
dinamakan dengan diagram transformasi Isotermal atau diagram T-I. Gambar
T-I diperoleh dari potongan-potongan contoh baja eutektoid yang dipanaskan
sampai mencapai suhu austenit dan dibiarkan untuk waktu tertentu agar
transformasi ke austenit selesai sepenuhnya. Potongan-potongan sampel kemudian
dicelupkan lebih lanjut sampai mencapai suhu ruang. Perubahan γ→ ( α + C )
tidak terjadi pada contoh yang dibiarkan pada suhu 6200C selama kurang dari satu
detik, dan transformasi sempurna menjadi α +karbida baru terjadi setelah 10 detik
berlalu.Dengan diagram T-I membuktikan bahwa transformasi austenit
berlangsungdengan lambat, baik pada suhu tinggi (dekat suhu eutektoid) maupun
suhu rendah .

Reaksi yang lamban pada suhu tinggi disebabkan karena tidak cukup
pendinginan lanjutyang dapat menimbulkan nukliasi ferit dan karbida baru dari
austenit semula. Menurut media pendinginnya, quenching dapat dibagi menjadi
beberapa bagian,yaitu:

Quenching air
Air adalah media yang paling banyak digunakan untuk quenching,
karena biayanya yang murah, dan mudah digunakan serta pendinginannya yang
cepat. Air khususnya digunakan pada baja karbon rendah yang memerlukan
penurunan temperatur dengan cepat dengan tujuan untuk memperoleh
kekerasan dan kekuatan yang baik. Air memberikan pendinginan yang sangat
cepat, yang menyebabkan tegangan dalam, distorsi, dan retakan

29
Quenching dengan media oli
Oli sebagai media pendingin lebih lunak jika dibandingkan dengan air.
Digunakan pada material yang kritis, Antara lain material yang mempunyai
bagian tipis atau ujung yang tajam. Karena oli lebih lunak, maka kemungkinan
adanya tegangan dalam, distorsi, dan retakan kecil. Oleh karena itu medium oli
tidak menghasilkan baja sekeras yang dihasilkan pada medium air. Quenching
dengan media air akan efektif jika dipanaskan pada suhu 30-60 derajat Celcius.

Quenching dengan media udara


Quenching dengan media udara lebih lambat jika dibandingkan dengan
media oli maupun air. Material yang panas ditempatkan pada screen. Kemudian
udara didinginkan dengan kecepatan tinggi dialirkan dari bawah melalui screen
dan material panas. Udara mendinginkan material panas lebih lambat dari dari
pada medium air dan oli. Pendinginan yang lambat kemungkinan adanya tegangan
dalam dan distorsi. Pendinginan udara pada umumnya digunakan pada baja yang
mempunyai kandungan paduan yang tinggi.

Quenching dengan media air garam


Air garam adalah media yang sering digunakan pada proses quenching
terutama untuk alat-alat yang terbuat dari baja. Beberapa keuntungan
menggunakan air garam sebagai media adalah. Suhunya merata pada air garam,
proses pendinginan merata pada semua bagian logam, tidak ada bahaya oksidasi,
karburisasi, atau dekarburisasi selama proses pendinginan

3.2 Memperbaiki Sifat Keuletan Material (Softening)

Softening adalah proses heat treatment untuk menghasilkan/memperbaiki


tingkat keuletan material.

3.2.1 Annealing

Annealing ialah suatu proses laku panas (heat treatment) yang sering
dilakukan terhadap logam atau paduan dalam proses pembuatan suatu produk.
30
Tahapan dari proses Anneling ini dimulai dengan memanaskan logam (paduan)
sampai temperature tertentu, menahan pada temperature tertentu tadi selama
beberapa waktu tertentu agar tercapai perubahan yang diinginkan lalu
mendinginkan logam atau paduan tadi dengan laju pendinginan yang cukup
lambat. Jenis Anneling itu beraneka ragam, tergantung pada jenis atau kondisi
benda kerja, temperature pemanasan, lamanya waktu penahanan, laju pendinginan
(cooling rate), dll.

Proses anneling atau melunakkan baja adalah proses pemanasan baja di


atas temperature kritis ( 723 °C )selanjutnya dibiarkan beberapa lama sampai
temperature merata disusul dengan pendinginan secara perlahan-lahan sambil
dijaga agar temperature bagian luar dan dalam kira-kira samahingga diperoleh
struktur yang diinginkan dengan menggunakan media pendingin udara.

Tujuan proses anneling :

1. Melunakkan material logam


2. Menghilangkan tegangan dalam / sisa
3. Memperbaiki butir-butir logam.

Full annealing (annealing)

Merupakan proses perlakuan panas untuk menghasilkan perlite yang


kasar (coarse pearlite) tetapi lunak dengan pemanasan sampai austenitisasi dan
didinginkan dengan dapur, memperbaiki ukuran butir serta dalam beberapa hal
juga memperbaiki machinibility. Pada proses full annealing ini biasanya
dilakukan dengan memanaskan logam sampai keatas temperature kritis (untuk
baja hypoeutectoid , 25 Derajat hingga 50 Derajat Celcius diatas garis A3 sedang
untuk baja hypereutectoid 25 Derajat hingga 50 Derajat Celcius diatas garis A1).
Kemudian dilanjutkan dengan pendinginan yang cukup lambat (biasanya dengan
dapur atau dalam bahan yang mempunyai sifat penyekat panas yang baik).

Perlu diketahui bahwa selama pemanasan dibawah temperature kritis


garis A1 maka belum terjadi perubahan struktur mikro. Perubahan baru mulai
terjadi bila temperature pemanasan mencapai garis atau temperature A1 (butir-
31
butir Kristal pearlite bertransformasi menjadi austenite yang halus). Pada baja
hypoeutectoid bila pemanasan dilanjutkan ke temperature yang lebih tinggi maka
butir kristalnya mulai bertransformasi menjadi sejumlah Kristal austenite yang
halus, sedang butir Kristal austenite yang sudah ada (yang berasal dari pearlite)
hampir tidak tumbuh. Perubahan ini selesai setelah menyentuh garis A3
(temperature kritis A3).

Pada temperature ini butir kristal austenite masih halus sekali dan tidak
homogen. Dengan menaikan temperature sedikit diatas temperature kritis A3
(garis A3) dan memberI waktu penahanan (holding time) seperlunya maka akan
diperoleh austenite yang lebih homogen dengan butiran kristal yang juga masih
halus sehingga bila nantinya didinginkan dengan lambat akan menghasilkan butir-
butir Kristal ferrite dan pearlite yang halus. Baja yang dalam proses
pengerjaannya mengalami pemanasan sampai temperature yang terlalu tinggi
ataupun waktu tahan (holding time) terlalu lama biasanya butiran kristal
austenitenya akan terlalu kasar dan bila didinginkan dengan lambat akan
menghasilkan ferrit atau pearlite yang kasar sehingga sifat mekaniknya juga
kurang baik (akan lebih getas). Untuk baja hypereutectoid, annealing merupakan
persiapan untuk proses selanjutnya dan tidak merupakan proses akhir.

Diagram 3.3 Kurva hypoeutectoid dan hypereutectoid

Stress relief Annealing


Merupakan process perlakuan panas untuk menghilangkan tegangan sisa
akibat proses sebelumnya. Perlu diingat bahwa baja dengan kandungan karbon

32
dibawah 0,3% C itu tidak bisa dikeraskan dengan membuat struktur mikronya
berupa martensite. Nah, bagaimana caranya agar kekerasannya meningkat tetapi
struktur mikronya tidak martensite? Ya, dapat dilakukan dengan pengerjaan
dingin (cold working) tetapi perlu diingat bahwa efek dari cold working ini akan
timbu yang namanya tegangan dalam atau tegangan sisa dan untuk
menghilangkan tegangan sisa ini perlu dilakukan proses Stress relief Annealing.

Material logam itu terdiri dari struktur mikro berupa kristal-kristal kecil
yang disebut "butir" atau kristalit. Sifat butir (yaitu ukuran butir dan komposisi)
adalah salah satu faktor paling penting yang dapat menentukan sifat mekanis
logam secara keseluruhan. perlakuan panas menyediakan cara yang efisien untuk
memanipulasi sifat dari logam dengan mengendalikan laju difusi, dan tingkat
pendinginan dalam struktur mikro tersebut.

Proses perlakuan panas yang Kompleks sering dijadwalkan oleh Ahli


logam (metallurgists) untuk mengoptimalkan sifat mekanis dari Logam paduan.
Dalam Industri antariksa (aerospace), logam paduan super (superalloy) mungkin
mengalami lebih dari lima macam panas temperatur yang berbeda untuk
mengembangkan sifat yang diinginkan. Hal ini dapat mengakibatkan masalah
kualitas tergantung pada akurasi kontrol suhu tungku dan penanda waktu (timer).

Process Annealing
Merupakan proses perlakuan panas yang ditujukan untuk melunakkan dan
menaikkan kembali keuletan benda kerja agar dapat dideformasi lebih lanjut. Pada
dasarnya proses Annealing dan Stress relief Annealing itu mempunyai kesamaan
yakni bahwa kedua proses tersebut dilakukan masih dibawah garis A1
(temperature kritis A1) sehingga pada dasarnya yang terjadi hanyalah
rekristalisasi saja.

3.2.2 Pengerjaan Normalisasi (Normalizing)

Normalizing merupakan proses pemanasan 100oF diatas temperatur kritis


atas sekitar temperatur 1000oF-1250oF. Tujuan proses ini adalah untuk
menghasilkan baja yang lebih kuat dan keras diibandingkan dengan baja hasil
33
proses full anneling,jadi aplikasi penerapan dari proses normalizing digunakan
sebagai final treatment.

Diagram 3.4 Pemanjangan terhadap jumlah karbon

Pengerjaan ini dilakukan dengan memanaskan baja hingga menjadi fasa


austenit penuh dan didinginkan di udara (pendinginan tungku) hingga mencapai
suhu kamar. Fasa yang dihasilkan berstruktur ferrite dan pearlite tergantung
komposisi unsure karbon.

Normalizing pada umumnya menghasilkan struktur yang halus, sehinga


baja dengan komposisi kimia yang sama akan memiliki yiel strength, UTS,
kekerasan, dan impact strength akan lebih tinggi dari pada hasil full annealling.
Normalizing dapat juga dilakukan pada benda hasil tempa untuk menghilangkan
tegangan dalam dan menghaluskan butiran kristalnya. Sehingga sifat mekanisnya
menjadi lebih baik. Normalizing dapat juga menghomogenkan struktur mikro
sehingga dapat memberi hasil yang bagus dalam proses hardening, sehingga
ummnya sebelum dihardening baja harus di normalizing terlebih dahulu.

Pada normalizing pemanasan sebaiknya tidak terlalu tinggi karena butir


kristal austenit yang terjadi akan terlalu besar, sehingga pada pendinginan cepat
ferit proeutektoid akan membentuk struktur Widmanstaten yang berupa pelat-pelat
34
ferrit yang sejajar, yang tumbuh didalam butir kristal austenit kasar yang akan
menurunkan keuletan/ketangguhan suatu baja. Pada pendinginan yang agak cepat
inti ferrit proeutektoid tidak tumbuh secara normal menjadi butir-butir kristal,
tetapi akan tumbuh dengan cepat membentuk ferrit berupa pelat kearah bidang
kristalografik tertentu didalam butir austenit.

Normalizing menyebabkan letak titik eutektoid juga akan berubah menjadi


lebih kekiri untuk baja hypereutektoid, jadi titik eutektoid tidak lagi 0,8% C.
Pendinginan yang lebih cepat akan menyebabkan lamel sementit pada perlit
menjadi lebih tipis juga sementit network pada baja hipereutektoid menjadi lebih
tipis atau terputus-putus. Normalizing pada umumnya menghasilkan struktur yang
halus, sehingga baja dengan komposisi kimia yang sama akan memiliki yiel
srength, UTS, kekerasan, dan impak strength akan lebih tinggi dari pada hasil full
annealing.

3.2.3 Temper

Baja yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak cocok untuk
digunakan. Melaui temper, kekerasan dan kerapuhan dapat diturunkan sampai
memenuhi persyaratan penggunaan. Kekerasan turun, kekuatan tarik akan turrun
pula sedangkan ketangguhan dan keuletan baja akan meningkat. Proses temper
terdiri dari pemanasan kembali dari baja yang telah dikeraskan pada suhu dibawah
suhu kritis, disusul dengan pendinginan. Meskipun proses ini menghasilakn baja
yang lebih lunak, proses ini berbeda dengan proses anil karena di sini sefat-sidat
fisis dapat dikendalikan dengan cermat. Struktur akhir anil temper baja yang
dikersakan dissebut martensit temper.

Temper dimungkinkan oleh karena struktur martensit tidak stabil. Temper


pada suhu rendah antara 150-230oC tidak akan menghasilkan penurunan
kekerasan yang berarti, karena pemanasan akan menghilangkan tegangan dalam
terlebih dahulu. Bila menjadi martensit terurai lebih cepat dan sekitar 305oC
perubahan fasa menjadi martensit temper berlangsung dengan cepat.

35
Proses temper terdiri dari prespitasi dan penggumpalan atau pertumbuhan
sementit. Pengendapan sementit terjadi pada 315oC diiringi dengan penurunan
kekerasan. Peningkatan suhu akan mempercepat penggumpalan karbida,
sementara kekerasan turun terus.

Unsur paduan mempunyai pengaruh yang berarti atas temper, pengaruhnya


menghambat laju pelunakan sehingga baja paduan akan memerlukan suhu temper
yang lebih tinggi untuk mencapai kekerasan tertentu. Pada proses temper perlu
diperhatikan suhu maupun waktu. Meskipun pelunakan terjadi pada saat-saat
pertama setelah suhu temper dicapai, selama pemanasan (yang cukup lama) terjadi
penurunan kekerasan. Biasanya baja dipanskan sampai suhu tertentu kemudian
dibiarkan cukup lama sampai duhu merata.

Ada dua proses khusus di mana diterapkan pencelupan tertunda. Baja yang
dikeraskan dicelup dalam dapur garam pada suhu yang lebih rendah sebelum
didinginkan lebih lanjut. Proses yang dikenal dengan nama austemper dan
martemper memungkinkan diperolehnya sifat fisik khusus.

Austemper
Proses pencelupan tertunda seperti tampak pada diagram 3.5 disebut
austemper. Austenit mengalami transformasi isotermal dan berubah menjadi bainit
(bainete) yang keras. Benda atau bagian harus dicelup dengan cepat sampai
mencapai suhu yang tepat, tanpa memotong ujung kurva diagram transformasi.
Baja dibiarkan diatas garis Ms akan tetapi dibawah 430oC.

Diagram 3.5 Austemper


36
Bila dibiarkan cukup lama, akan diperoleh struktur bainit. Di bawah
mikroskop struktur bainit mirip dengan martensit, akan tetapii bainit lebih ulet
dibandingkan dengan martensit temper. Proses ini diterapkan unutk benda yang
kecil dengan kemampuan pengerasan yang baik.

Martensit
Baja didinginkan dengan cepat dari daerah austenit sampai suhu diatas
garis Ms. Baja dibiarkan cukup lama sehingga suhu merata, artinya bagian luar
dan dalam telah mencapai suhu yang sama. Setelah itu baja biasanya didinginkan
di udara sampai mencapai suhu ruang dan terbentuklah martensit. Baja dipanskan
kembali, suhu tergantung pada kadar karbon dan pada unsur paduan, untuk baja
karbon dengan dengan C = 0,40%, suhu adalah 370oC. Tujuan utama martemper
adalah untuk menekan distorsi, terjadinya retak atau timbulnya tegangan dalam
akibat pencelupan dalam minyak atau air. Struktur yang terjadi sama dengan
martensit temper, dan biasanya disusul temper lagi.

Diagram 3.6 Martensit

37
3.3 Speroidisasi (Spherodizing)

Merupakan proses perlakuan panas untuk menghasilkan struktur carbida


berbentuk bulat (spheroid) pada matriks ferrite. Pada proses spherodizing ini akan
memperbaiki mechinibility pada baja paduan kadar karbon tinggi. Secara
sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut: bahwa baja hyper eutectoid yang
dianneal itu mempunyai strutur yang terdiri dari pearlite yang terbungkus oleh
jaringan cemented. Adanya jaringan cemented (cemented network) ini
menyebabkan baja hypereutectoid ini mempunyai machinibility rendah, untuk
memperbaikinya maka cement network tersebut harus dihancurkan dengan proses
spherodizing. Spherodizing ini dilaksanakan dengan melakukan pemanasan
sampai sekitar temprature kritis A1 bawah atau sedikit dibawahnya dan dibiarkan
pada temprature tersebut dalam waktu yang lama (sekitar 24 jam) baru kemudian
didinginkan. Karena berada pada temprature yang tinggi dalam waktu yang lama
maka cemented yang tadinya berbentuk plat atau lempengan itu akan hancur
menjadi bola-bola kecil (sphere) yang disebut dengan spherodite yang tersebar
dalam matriks ferrite.

Spherodizing merupakan proses pemanasan baja sedikit dibawah


temperatur kritis bawahnya sehingga menghasilkan karbida berbentuk bola-bola
kecil (sphere) dalam matrik ferit. Tujuan proses ini adalah untuk memperbaiki
sifat mampu mesin (machinability) dari baja.

Perlakuan pemanasan untuk menghasilkan karbida yang berbentuk bulat


(globular) di dalam logam baja. Adapun alasan bidang ini disesuaikan dengan
kebutuhan pada bidang industri yang semakin modern, dalam hal ini adalah
pengembangan sifat – sifat dari logam. Yang mana mempunyai kekerasan yang
baik tapi juga ulet. Dimana aplikasinya digunakan pada alat – alat potong, alat –
alat pahat, roda gigi atau kontruksi mesin yang sering mengalami kontak antara
bahan satu dengan bahan lainnya.

Manfaat Sperodisasi :

38
Untuk menghilangkan struktur yang berbutir kasar yang diperoleh dari
proses pengerjaan yang sebelumnya dialami oleh baja.
Untuk mengeleminasi struktur yang kasar yang diperoleh dari akibat
pendinginan yang lambat pada proses anil.
Menghaluskan ukuran ferit dan pearlite.
Penormalan juga diterapkan pada baja- baja dikarburasi atau pada baja-
baja perkakas untuk menghilangkan jaringan sementit yang kontinyu yang
mengelilingi pearlite karena pendinginan yang lambat akan memudahkan
terbentuknya jaringan sementi yang kontinyu.
Memodifikasi dan menghaluskan struktur cor dendritik.
Penormalan dapat mencegah distorsi dan memperbaiki mampu mesin
bajabaja paduan yang dikarburasi karen atemperatur penormalan lebih
tinggi dari temperatu pengarbonan.
Penormalan memperbaiki sifat-sifat mekanik.

3.4 Aplikasi Proses Heat Treatment


Aluminium adalah material yang banyak sekali digunakan untuk konstruksi,
mulai dari sepeda, otomotif, kapal laut hingga pesawat udara. Keunggulan
material aluminium adalah berat jenisnya yang ringan dan kekuatannya yang
dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan. Kekuatan aluminium biasanya
ditingkatkan dengan cara paduan (alloying) dan memberi perlakuan panas (heat
treatment).Paduan aluminium merupakan material utama yang saat ini digunakan
industri pesawat terbang komersial. Aluminium dipilih karena memiliki sifat
ringan dan kekuatannya dapat dibentuk dengan cara dipadu dengan unsur lain.
Permasalahan yang dihadapi adalah pemilihan jenis unsur apa yang akan dipadu
dengan aluminium untuk mendapatkan karakteristik material yang dibutuhkan.
Unsur paduan yang ditambahkan dan perlakuan panas (heat treatment) yang
diberikan pada aluminium selama pemrosesan sangat mempengaruhi sifat
paduan aluminium yang dihasilkan. Awalnya paduan aluminium dikembangkan
dengan tujuan mendapatkan material yang kuat dan ringan.

39
Namun, seiring dengan berkembangnya kebutuhan struktur pesawat udara
komersial dengan ukuran yang semakin besar,material yang dibutuhkan tidak
hanya kuat dan ringan saja. Dewasa ini paduanaluminium dikembangkan untuk
mendapatkan material yang kuat, ringan, usia pakai yang lama, biaya produksi
rendah, toleransi kegagalan tinggi, dan tahanan korosi yang baik.Sekitar tahun
1900 duralium, paduan aluminium dengan tembaga,magnesium, dan mangan,
petama kali diperkenalkan di Jerman. Jenis ini merupakan paduan aluninium yang
dapat diberi perlakuan panas (heat treatment) dan menghasilkan kombinasi
kekuatan dan keuletan yang baik.

Saat ini paduan ini dikenal dengan nama aluminium 2017-T4. Pesawat udara
yang pertama kali memakai struktur rangka aluminium adalah Junkers F13 yang
diproduksi di Jerman pada tahun 1920 dan kemudian disusul Douglas DC3 yang
memakai aluminium 2024-T3. Keunggulan aluminium 2024-T3 adalah memiliki
tahanan fatik yang lebih baik dari versi sejenisnya. Boeing-777 merupakan
pesawat udara komersial terbesar dengan dua mesin propulsi yang menggunakan
material struktur utama dari aluminium. Sekitar 70 persen struktur Boeing-777
dibuat dari material paduan aluminium. Struktur upper wing Boeing-777 dibuat
dari lempengan dan ekstrusi aluminium 7055-T7751. Paduan ini dipilih karena
memiliki kekuataan dan tahanan retak yang lebih baik dari aluminium7150-T7.
Sedangkan struktur fuselage dibuat dari aluminium 2524-T3 yang merupakan
modifikasi dari aluminium 2024-T3. modifikasi ini dilakukan untuk
meningkatkan tahanan retak (fracture toughness) dan kemampuan menghambat
kelelahan struktur akibat pertumbuhan retak (fatigue crack growth resistance).
Pengembangan paduan aluminium untuk struktur Boeing-777 ini dilakukan oleh
Alcoa.

40
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Heat treatment ialah suatu cara yang mengakibatkan perubahan struktur
bahan melalui penyolderan atau penyerapan panas: dalam bentuk bahan
tetap sama (kecuali perubahan akibat regangan panas).

2. Proses-proses dalam Heat treatment pada suatu material antara lain

 Untuk memperbaiki sifat kekerasan material (hardening )

 Untuk memperbaiki sifat keuletan material (softening )

3. Hardening: Teknik perlakuan panas untuk mendapatkan material yang


lebih keras dibanding sebelumnya, contohnya karburasi, nitriding,
sianiding, dan quenching

4. Softening: Teknik perlakuan panas untuk mendapatkan material yang lebih


ulet/elastis dibanging sebelumnya, contohnya normalizing, annealing, dan
tempering

5. Sperodizing merupakan teknik perlakuan panas untuk mendapatkan


material yang memiliki sifat keras namun elastis

5.2 Saran
1. Waktu dan temperatur setiap material supaya diperhatikan selama
proses Heat Treatment

2. Pada saat proses pendinginan setelah heat treatment supaya diperhatikan


temperatur setiap perlakuan pada material tersebut

41
DAFTAR PUSTAKA

Alexander, W.O., 1991 Dasar Metalurgy Untuk Rekayasawan, Gramedia: Jakarta

B.H. Amstead, Philip F Ostwald dan Myron L. Brgman, 1981, Teknologi Mekanik
jilid I, hal 141

Mubarok, Fahmi, 2008, Metallurgy I, Lecture XII-XIII, Metallurgy Lab. Mech.


Eng. Dept ITS: Surabaya

Noname, Online <http://www.scribd.com/doc/44350603/Bab-i-Heat-Treatment-


Felly-Acc-Tulis>, Akses 29 Maret 2011

Prayitno, Adhi, Ismet Inonu , 1999, Pengaruh Perbedaan Waktu Penahanan


Suhu Stabil Terhadap Kekerasan

Smallman, Bishop, 1999, Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material,


Erlangga : Jakarta.

42
43

You might also like