Professional Documents
Culture Documents
KODE MA : 1.141
SISTEM
ADMINISTRASI
KEUANGAN DAERAH I
2007
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
EDISI KEENAM
Judul Modul : Sistem Administrasi Keuangan Daerah I
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………….……………………….…………………….… i
Daftar Isi…………………….………………………...……………………... ii
BAB I Pendahuluan...............…..………….……………………… 1
E. Metodologi Pemelajaran................................................. 3
D. Latihan……………………………….......………………… 16
A. Pengertian………….………………………………...…... 18
E. Latihan ..........…………………………………………....… 27
A. Siklus Anggaran......................…………………………… 29
C. Latihan ..............…………………………………………… 48
A. Pelaksanaan APBD……………….………….…………. 50
E. Latihan..........................…………………………………… 69
A. Umum............................................................................. 71
D. Tuntutan Perbendaharaan.............................................. 79
F. Daluwarsa TP/TGR......................................................... 90
G. Penghapusan.................................................................. 91
H. Pembebasan................................................................... 92
I. Penyetoran...................................................................... 92
J. Pelaporan........................................................................ 93
K. Lain-lain.......................................................................... 93
N. Latihan..............………………………………….....……… 97
Daftar Pustaka…..………………………………...……………….………... 99
Bab I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mata ajaran SAKD I merupakan kelompok mata ajar inti, dengan lama
pelatihan (jamlat) sebesar 20 jamlat. Mata ajar Sistem Administrasi
Keuangan Negara I (SAKN I) dipergunakan/diajarkan bagi calon auditor
pada unit pengawasan pusat, sedangkan SAKD I diajarkan bagi calon
auditor pada unit pengawasan daerah.
Tujuan pemelajaran umum (TPU) modul ini adalah agar peserta diklat
mampu memahami SAKD dalam rangka pengawasan keuangan daerah.
Hal ini sejalan dengan keinginan pemerintah akan terwujudnya
akuntabilitas dan good governance di lingkungan instansi pemerintah.
Instansi pengawasan internal pemerintah mempunyai andil yang cukup
besar demi terwujudnya kedua hal tersebut.
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Keuangan Daerah
Bab III : Anggaran Pendapan dan Belanja Daerah (APBD)
Bab IV : Penyusunan APBD
Bab V : Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan, dan
Pertanggungjawaban APBD
Bab VI : Penggantian Kerugian Negara/Daerah
Pada masing-masing bab akan disajikan dasar teori, latihan soal dan
kasus yang harus dijawab oleh para peserta baik secara perseorangan
maupun kelompok.
E. METODOLOGI PEMELAJARAN
BAB II
KEUANGAN DAERAH
“Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat
dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang
dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak
dan kewajiban tersebut”.
Hak daerah dalam rangka keuangan daerah adalah segala hak yang
melekat pada Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
digunakan dalam usaha pemerintah daerah mengisi kas daerah.
b. mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;
D. LATIHAN
1. Semua hak di bawah ini adalah hak yang dilakukan dalam rangka
Keuangan Daerah kecuali :
a. Bupati.
b. Sekretaris Daerah.
c. Kepala Daerah.
c. Kepala Daerah .
BAB III
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DAERAH (APBD)
Pada akhir pemelajaran ini peserta dapat menjelaskan pengertian APBD, fungsi
dan prinsip anggaran daerah, struktur APBD, sumber-sumber penerimaan
daerah, belanja daerah, serta pembiayaan daerah dalam rangka membantu
pelaksanaan tugasnya sebagai auditor.
A. PENGERTIAN
Tahun anggaran APBD sama dengan tahun anggaran APBN yaitu mulai 1
Januari dan berakhir tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan.
Sehingga pengelolaan, pengendalian, dan pengawasan keuangan daerah
dapat dilaksanakan berdasarkan kerangka waktu tersebut.
1. Fungsi Otorisasi
2. Fungsi Perencanaan
3. Fungsi Pengawasan
4. Fungsi Alokasi
5. Fungsi Distribusi
6. Fungsi Stabilisasi
1. Kesatuan
2. Universalitas
3. Tahunan
4. Spesialitas
5. Akrual
6. Kas
1. Pendapatan Daerah
2. Belanja Daerah
3. Pembiayaan
1. Pendapatan Daerah
a. pajak daerah;
b. retribusi daerah;
c. jasa giro;
d. pendapatan bunga;
2. Belanja Daerah
a. pelayanan umum;
c. ekonomi;
d. lingkungan hidup;
f. kesehatan;
h. agama;
i. pendidikan; serta
j. perlindungan sosial.
a. belanja pegawai;
c. belanja modal;
d. bunga;
e. subsidi;
f. hibah;
g. bantuan sosial;
3. Pembiayaan Daerah
d. pemberian pinjaman.
E. LATIHAN
a. Kelebihan anggaran.
b. Surplus Anggaran.
d. Pembiayaan anggaran.
b. Dana Perimbangan.
c. Pinjaman Daerah.
a. Fungsi.
b. Jenis.
c. Urusan Pemerintahan.
a. Pendapatan.
b. Belanja.
c. Penerimaan Pembiayaan.
d. Pengeluaran Pembiayaan.
BAB IV
A. SIKLUS ANGGARAN
a. indikator kinerja.
a. ringkasan APBD;
a. ringkasan APBD;
Apabila dalam batas waktu 30 (tiga puluh) hari kerja Menteri Dalam
Negeri/gubernur tidak mengesahkan rancangan peraturan kepala
daerah tentang APBD, kepala daerah menetapkan rancangan
peraturan kepala daerah dimaksud menjadi peraturan kepala daerah.
b. KUA dan PPA yang disepakati antara kepala daerah dan pimpinan
DPRD;
9. Perubahan APBD
C. LATIHAN
a. Insidentil
b. Periodik
c. Bruto
d. Netto
a. RPJMD
b. PPAS
c. DPA-SKPD
d. RKPD
a. Indikator Kinerja
b. Sekretaris Daerah
d. Kepala Daerah
a. DPRD Provinsi
d. Presiden
BAB V
PELAKSANAAN, PENATAUSAHAAN,
PELAPORAN DAN
PERTANGGUNGJAWABAN APBD
Pada akhir pemelajaran ini peserta dapat memahami siklus anggaran,
khususnya proses pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban APBD.
A. PELAKSANAAN APBD
1. PPKD paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah peraturan daerah tentang
APBD ditetapkan, memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar
menyusun rancangan DPA-SKPD.
tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD. Setiap SKPD
dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran daerah untuk
tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD. Pengeluaran
belanja daerah menggunakan prinsip hemat, tidak mewah, efektif,
efisien dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah
mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih. Pengeluaran
kas yang mengakibatkan beban APBD tidak dapat dilakukan sebelum
rancangan peraturan daerah tentang APBD ditetapkan dan
ditempatkan dalam lembaran daerah. Pengeluaran kas tersebut tidak
termasuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat
wajib.
Khusus untuk biaya pegawai diatur bahwa gaji pegawai negeri sipil
daerah dibebankan dalam APBD. Pemerintah daerah dapat
memberikan tambahan penghasilan kepada pegawai negeri sipil
daerah berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan
memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan memperoleh
persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu sesuai ketentuan
perundang-undangan.
1. Penatausahaan Penerimaan
2. Penatausahaan Pengeluaran
a. Penyediaan Dana
b. Permintaan Pembayaran
c. Perintah Membayar
d. Pencairan Dana
2. neraca;
2. neraca; dan
2. Laporan Tahunan
E. LATIHAN
a. Sekretaris Daerah.
b. Kepala Daerah.
d. DPRD.
4. Penerbitan SPM atas SPP yang telah lengkap dan sah dilakukan
oleh:
b. Bendahara Pengeluaran.
BAB VI
TUNTUTAN PERBENDAHARAAN DAN
TUNTUTAN GANTI RUGI
Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta diklat mampu menjelaskan
pengertian Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi serta mampu
menerapkan dalam pelaksanaan tugas pengawasan.
A. UMUM
1. Pengertian Merugikan
i) Penyalahgunaan wewenang/jabatan,
a) Kesengajaan.
Tuntutan ini berlaku untuk bendahara yang dalam hal ini adalah seseorang
yang ditugaskan untuk menerima, menyimpan dan membayar atau
menyerahkan uang daerah, surat-surat berharga dan barang milik daerah,
serta bertanggung-jawab kepada kepala daerah. Yang merupakan objek dari
Dalam hal ini dapat diselesaikan melalui 4 (empat) cara, yaitu: upaya
damai, tuntutan perbendaharaan biasa, tuntutan perbendaharaan
khusus, dan pencatatan.
a. Upaya Damai
a) Identitas pelaku.
d. Pencatatan
Tuntutan Ganti Rugi adalah suatu proses tuntutan terhadap pegawai dalam
kedudukannya bukan sebagai bendahara, dengan tujuan menuntut
penggantian kerugian disebabkan oleh perbuatannya melanggar hukum
dan/atau melalaikan kewajibannya atau tidak melaksanakan kewajibannya
sebagaimana mestinya sehingga baik secara langsung maupun tidak
langsung daerah menderita kerugian.
1. Pegawai daerah
4. Pekerja daerah
Dalam hal ini dapat diselesaikan melalui 3 (tiga) cara, yaitu Upaya
Damai, Tuntutan Ganti Rugi Biasa, dan Pencatatan.
a. Upaya Damai
a) Identitas pelaku
c. Pencatatan
4) Nilai taksiran jumlah harga benda yang akan diganti rugi dalam
bentuk uang maupun barang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
F. DALUWARSA TP/TGR
Contoh :
G. PENGHAPUSAN
H. PEMBEBASAN
I. PENYETORAN
Khusus penyetoran kerugian daerah yang berasal dari Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD), setelah diterima kas daerah segera dipindahbukukan ke
rekening BUMD yang bersangkutan.
J. PELAPORAN
K. LAIN-LAIN
1. Tingkat Provinsi
Ketua : Sekwilda
2. Tingkat Kabupaten/Kota
Ketua : Sekwilda
N. SOAL LATIHAN
b. Tuntutan perbendaharaan.
c. Upaya damai.
d. Tuntutan khusus.
3. Dalam hal tuntutan ganti rugi tidak dapat dijalankan dan diberikan
“Pembebasan”, hal tersebut terlebih dahulu disetujui oleh :
a. Presiden.
a. Hukuman percobaan.
b. Hukuman disiplin.
c. Hukuman kurungan.
d. Hukuman denda.
DAFTAR PUSTAKA
3. Kansil CST, Prof. Drs., S.H.dan Kansil Christine S.T., S.H., M.H. 2001.
Kitab Undang-Undang Otonomi Daerah 1999 – 2001; Kitab 2. Jakarta:
PT Pradnya Paramita.
10. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum.
15. Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah.
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1997 tentang Tuntutan Ganti
Rugi dan Tuntutan Perbendaharaan Keuangan dan Barang Daerah.
24. Soediyono, Prof. DR. MBA. 1989. Ekonomi Makro, Pengantar Analisis
Pendapatan Nasional. Edisi ke-5. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
34. Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan.
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN
5. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan
hak dan kewajiban daerah tersebut.
9. Kepala Daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi atau bupati bagi
daerah kabupaten atau walikota bagi daerah kota.
11. PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan Daerah) adalah kepala satuan kerja
pengelola keuangan daerah yang mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah.
12. BUD (Bendahara Umum Daerah) adalah PPKD yang bertindak dalam
kapasitas sebagai bendahara umum daerah.
13. Kuasa BUD adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan tugas
bendahara umum daerah.
14. SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) adalah perangkat daerah pada
pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/barang.
15. Unit Kerja adalah bagian SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa
program.
16. PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan) adalah pejabat pada unit
kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu
program sesuai dengan bidang tugasnya.
19. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk
melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD.
21. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang
ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung seluruh penerimaan
daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah.
22. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang
daerah yang ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung seluruh
penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank
yang ditetapkan.
25. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau
lebih entitas akuntansi, yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa
laporan keuangan.
28. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.
29. Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
30. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
31. Surplus Anggaran Daerah adalah selisih lebih antara pendapatan daerah
dan belanja daerah.
34. SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) adalah selisih lebih realisasi
penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.
39. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah
dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan
kualitas yang terukur.
42. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang
berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang
disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.
43. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau
lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran
terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan
pengerahan sumber daya baik yang berupa personal (sumber daya
manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau
kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut
sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam
bentuk barang/jasa.
44. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau
keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan.
45. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan
yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan
program dan kebijakan.
49. TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah) adalah tim yang dibentuk
dengan keputusan kepala daerah dan dipimpin oleh sekretaris daerah
yang mempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan kebijakan kepala
daerah dalam rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri pejabat
perencana daerah, PPKD, dan pejabat lainnya sesuai dengan kebutuhan.
51. KUA (Kebijakan Umum APBD) adalah dokumen yang memuat kebijakan
bidang pendapatan,belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang
mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.
55. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) adalah dokumen yang digunakan
sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD berdasarkan
SPM.
58. UP (Uang Persediaan) adalah sejumlah uang tunai yang disediakan untuk
satuan kerja dalam melaksanakan kegiatan operasional sehari-hari.
62. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada
pemerintah daerah dan/atau hak pemerintah daerah yang dapat dinilai
dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan
peraturan perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah.
63. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh
atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
64. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah daerah
dan/atau kewajiban pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang
berdasarkan peraturan perundang-undangan, perjanjian, atau berdasarkan
sebab lainnya yang sah.
67. Kerugian Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang
yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum
baik sengaja maupun lalai.
68. BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) adalah SKPD/unit kerja pada
SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa
yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.
71. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) adalah surat yang oleh
wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau
pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta
dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan Daerah.
72. SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak.
73. SKPDN (Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil) adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan
jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
74. SKPDKB (Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar) adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah
kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.
75. SKPDLB (Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar) adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak
karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau
tidak seharusnya terutang.
76. SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah) adalah surat yang oleh wajib pajak
digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang
terutang ke kas daerah atau ke tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh
kepala daerah.
78. STPD (Surat Tagihan Pajak Daerah) adalah surat untuk melakukan
tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
80. SKRDLB (Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar) adalah surat
ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang
terutang atau tidak seharusnya terutang.