You are on page 1of 5

Pendahuluan

Pelaksanaan fungsi pertahanan negara merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa dan
negara. Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan komponen utama yang didukung oleh
komponen cadangan dan komponen pendukung. Komponen cadangan adalah warga negara,
sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional.

Warga negara merupakan bagian sistem pertahanan yang dibekali melalui wajib militer yang
mampu meningkatkan nasionalisme dan patriotisme, sehingga mampu melaksanakan fungsi
pertahanan negara. Sebagaimana tujuan pertahanan negara, warga negara bertugas menjaga dan
melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan dari ancaman.
Ancaman tersebut bersifat militer dan non-militer, bersifat internal maupun eksternal, fisik dan
non-fisik serta berifat multidimensional, meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya.

Dalam era globalisasi, kualitas ancaman semakin meluas dan melampui wilayah internal negara.
Ancaman pertahanan keamanan bersifat eksternal terkait dengan kejahatan internasional, berupa
terorisme, imigran gelap, bahaya narkotika, pencurian kekayaan alam, bajak laut perusakan
lingkungan, agresi maupun pelanggaran wilayah. Hubungan ketergantungan dalam sistem global
menimbulkan erosi kedaulatan negara. Pemanfaatan teknologi dan informasi memungkinkan
potensi ancaman semakin menyebar.

Komponen utama sistem pertahanan negara belum mampu melaksanakan fungsi pertahanan
secara menyeluruh. Hal ini disebabkan keterbatasan alat utama sistem senjata, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas. Atas dasar itu, komponen cadangan menjadi pendukung utama
komponen utama. Meski demikian, tidak mudah memosisikan komponen cadangan tersebut
dalam situasi global. Ketersediaan sarana dan prasarana, regulasi serta sinergi kebijakan antara
lembaga pengelola negara dibutuhkan dalam memadukan kekuatan komponen cadangan sebagai
bagian dari sistem pertahanan negara.

Landasan Teori

Sistem pertahanan negara yang terkait dengan komponen cadangan memerlukan unsur
nasionalisme. Nasionalisme melandasi filosofi pertahanan negara yang menjadi landasan
filosofis bangunan negara-bangsa.

1. Nasionalisme. Paham yang menyatakan bahwa kesatuan unsur-unsur kesamaan turunan,


bahasa, daerah, kesatuan politik, adat-istiadat dan tradisi atau agama menyatukan
kehendak untuk bersama. Negara kebangsaan adalah cita dan satu-satunya bentuk sah
organisasi politik. Terbentuknya suatu bangsa melalui persamaan karakteristik itu
menimbulkan rasa nasionalisme untuk mempertahankan bangsa.
2. Pertahanan Negara. Fungsi pokok sebuah negara adalah melindungi seluruh rakyatnya
dari ancaman bahaya yang datang dari luar dan memelihara keteraturan dan stabilitas
nasional. Keamanan dari ancaman bisa terwujud jika sistem pertahanan dan keamanan
dipusatkan pada integritas wilayah dan kemandirian politik. Suatu negara melindungi
seluruh rakyat dari berbagai ancaman, termasuk mempertahankan kedaulatan dan
keutuhan wilayah negara. Hal ini terwujud dalam sistem pertahanan negara yang
berorientasi pada capability based defence. Karena itu, perlu mengoptimalkan seluruh
komponen sistem pertahanan negara, salah satunya komponen cadangan.
3. Pemberdayaan Masyarakat. Memberdayakan masyarakat sebagai bagian dari
komponen cadangan adalah memberdayakan sistem pertahanan negara. Tedapat 5 (lima)
prinsip dasar sistem permberdayaan  masyarakat:

 Mempertahankan eksistensi masyarakat.


 Melibatkan partisipasi masyarakat, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan.
 Menyatukan kegiatan pelatihan dan pembangunan fisik.
 memaksimalkan sumber daya, dalam hal dana dari pemerintah maupun swasta.
 Memfungsikan diri sebagai katalis yang menghubungkan antara kepentingan pemerintah
yang bersifat makro dan kepentingan masyarakat yang bersifat mikro.

Kondisi Saat Ini

Saat ini, komponen cadangan yang terdiri dari warga negara atau masyarakat belum terorganisir
dalam pengaturan yang lebih konkret. Data jumlah warga negara yang dibekali latihan dasar
militer atau sejenisnya yang memperkuat komponen utama, juga belum tersedia. Demikian juga
sumber komponen cadangan utama lainnya, seperti sumber daya alam, buatan, maupun sarana
dan prasarana nasional.

Meski secara yurudis, UUD 1945, Pasal 30 ayat 2, menyatakan bahwa rakyat sebagai kekuatan
pendukung dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, dan Pasal 7 ayat 2 UUD No. 3 tahun
2002 tentang pertahanan negara yang menyatakan sistem pertahanan negara dalam menghadapi
ancaman militer menempatkan TNI sebagai komponen utama dengan didukung komponen
cadangan yang termobilisir, namun pengaturan sebagai pendukung belum memiliki ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Posisi strategis secara geografis menempatkan Indonesia sebagai negara yang rawan ancaman.
Selain sistem pertahanan dan keamanan yang didukung oleh komponen utama tidak mampu
memenuhi kriteria ideal pertahanan dan keamanan, komponen cadangan pun mengalami kendala
yang sama. Aspek demokgrafi yang menjadi sumber pertahanan dan keamanan, juga belum
terorganisir dengan baik. Penyebaran penduduk yang tidak merata, rendahnya kualitas
pendidikan dan tingginya angka pengangguran berpotensi pada rendahnya mutu komponen
cadangan.

Secara politis, dukungan politik terhadap peningkatan kualitas dan kuantitas komponen cadangan
belum diolah secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari output politik negara melalui
pembentukan peraturan perundang-undangan, khususnya tentang pembentukan komponen
cadangan maupun komponen pendukung.

Kondisi anggaran keuangan untuk mendukung sistem pertahanan negara yang meliputi
komponen utama, cadangan maupun pendukung, baru terealisir sebesar sekita 30% dari
kebutuhan minimal (minimum essential force).

Upaya dan Solusi


Kondisi dunia yang dinamis telah menghubungkan realitas kehidupan global, regional serta
nasional. Ancaman global dan regional akan mempengaruhi kondisi nasional. Segenap
komponen bangsa membutuhkan sinergitas sesuai dengan fungsinya masing, dalam mewujudkan
sistem pertahanan dan keamanan negara. Oleh karena itu, komponen cadangan yang merupakan
salah satu komponen sistem pertahanan negara perlu dibentuk dan diberdayakan secara
organisatoris.

Urgensi pembentukan dan pemberdayaan tersebut berlandaskan 8 (delapan) alasan:

1. Geografis. Indonesia merupakan negara kepulauan yang strategis di tengah peta ekonomi
maupun politik global. Posisi tersebut rentang terhadap ancaman militer melului pintu
masuk darat, laut maupun udara. Ketiga matra tersebut belum secara intensif memiliki
sistem operasi dan penjagaan yang maksimal.
2. Demografi. Jumlah penduduk yang besar menjadi potensi yang mendukung pelaksanaan
pembanguna nasional, termasuk pembangunan pertahanan. Tingkat kemiskinan dan
pengangguran yang tinggi tidak berarti menghambat pelaksanaan hak dan kewajiban
usaha bela negara. Kondisi ini bisa dibarengi dengan peningkatan wawasan kebangsaan
yang menyadarkan pentingnya hidup rukun dan damai sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Persatuan dan kesatuan yang dilandasi nilai Pancasila akan
meningkatkan rasa nasionalisme. Keinginan untuk bela negara dilandasi atas kesadaran,
didukung oleh pemberdayaan dari pemerintah.
3. Kekayaan Alam. Kondisi kekayaan alam yang berlimpah menjadi penyemangat sistem
pertahanan negara untuk mewujudkan capability based defence. Kebocoran kekayaan
yang mencapai 20 – 25 trilun rupiah per tahun menunjukkan rendahnya kualitas
penjagaan dan perhatian seluruh komponen pertahanan negara. Prinsip perhatian dan
penjagaan tersebut bersandar pada prinsip berkelanjutan (sustainable), keragaman dan
produktivitas lingkungan hidup.
4. Ideologi. Pembangunan komponen cadangan bersumber pada landasan idiil Pancasila.
Landasan itu menjiwai perumusan cita-cita perjuangan bangsa secara keseluruhan.
Pengejawantahan nilai-nilai Pancasila terealisasi dalam nilai-nilai keselarasan,
keseimbangan dan keserasian, kesatuan dan persatuan, kekeluargaan dan kebersamaan.
Ideologi itu menjadi pedoman penataan hidup berbangsa, sebagai pola pikir, sikap dan
tindakan dalam penyelenggaraan seluruh fungsi pemerintahan negara, termasuk
pelaksanaan fungsi sistem pertahanan negara.
5. Politik. Pengaturan keterlibatan dan keikutsertaan dalam sistem pertahanan negara harus
memiliki dukungan politik. Realisasi undang-undang akan menjadi dukungan seluruh
kekuatan politik, sehingga tidak mudah diakomodasi secara politik oleh negara-negara
ataupun kepentingan lain. Bagi insitusi kenegaraan, komponen cadangan memiliki peran
penting dalam stabilitas kepentingan pemerintahan.
6. Ekonomi. Globalisasi ekonomi berpengaruh pada relasi ekonomi global dengan ekonomi
nasional. Pemberlakuan pasar bebas tidak berarti melemahkan kepentingan pasar dalam
negeri. Tata kelola ekonomi negara tetap bersumber pada Pasal 30 UUD 1945.
Kepentingan nasional memiliki porsi utama dalam pertimbangan ekonomi global.
Peningkatan ekonomi nasional tidak terlepas dari dukungan pertahanan negara, karena
terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya kekayaan alam dan
pemanfaatan kondisi geografis. Peningkatan komponen cadangan akan meningkatkan
ikatan nasionalisme yang menjadi alat kontrol bagi pelaku ekonomi nasional, yang secara
langsung memperkuat pertahanan negara.
7. Sosial dan Budaya. Interaksi global turut mempengaruhi sistem kehidupan sosial dan
budaya nasional. Hal ini berpotensi memunculkan sikap ambivalensi dalam unsur bela
negara. Kepentingan nasional akan berbenturan dengan pengaruh kepentingan luar. Peran
aspek sosial dan budaya pada ketahanan nasional sangat dibutuhkan, sebab akan
menjamin terwujudnya pembangunan nasional dengan baik. Pendekatan nilai-nilai
budaya kebangsaan memperteguh tujuan bela negara yang diperankan oleh komponen
cadangan. Upaya tersebut dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat dan pranata
sosial dalam pembangunan nasional. Komponen cadangan yang dilandasi atas nilai-nilai
itu, mampu mengatasi ancaman militer dan non-militer, meningkatkan patriotisme dan
nasionalisme.
8. Pertahanan dan Keamanan. Kondisi pertahanan tidak lepas dari pengaruh lingkungan
strategik. Hal ini ditandani dengan bergesernya kekuatan bipolar menjadi multipolar
yang memunculkan major power.  Kondisi ini memunculkan ancaman militer, nirmiliter
dan non-state actor. Konsep pertahanan nasional tidak hanya mengandalkan TNI, tapi
juga seluruh komponen bangsa. Sinergi kompenen pertahanan tersebut mampu
menhadapi ancaman yang bersifat eskalatif dan luas. Jumlah penduduk yang semakin
bertambah dengan anggaran pertahanan yang relatif kecil mengharuskan pentingnya
maksimalisasi potensi komponen cadangan. Sumber daya nasional dalam berbagai aspek
diarahkan untuk mendukung pertahanan dan keamanan negara. Hal itu dilakukan melalui
proses transformasi segala sumber daya menjadi kekuatan pertahanan.    

Komponen cadangan adalah kekuatan pengganda bagi komponen utama. Komponen tersebut
dibentuk dan disipakan sejak dini dengan memberdayakan potensi sumber daya nasional menjadi
kekuatan pertahanan. Komponen cadangan membantu komponen utama dalam bentuk komponen
cadangan matra darat, laut dan udara. Ketiganya selalu siap dimobilisasi pada saat dibutuhkan.

Komponen cadangan tidak dilaksanakan sebagaimana wajib militer, namun kewajiban mengikuti
latihan dasar kemiliter bagi warga negara yang telah memenuhi syarat psikis dan fisik (berumur
18 tahun) dan memiliki pekerjaan tetap. Bagi mereka yang belum memiliki pekerjaan tetap,
dapat secara sukarela mendaftarkan diri sebagai anggota komponen cadangan sesuai dengan
kebutuhan.

Pelibatan komponen cadangan melalui pemanfaatan sumber daya alam dilakukan dengan
mengarahkan melibatkan semesta sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan strategis.
Sumber daya yang terkait dengan komponen utama dan memiliki kualifikasi seperti yang
dikehendaki harus dilibatkan dalam pembangunan komponen utama. Pengelolaan komponen
cadangan yang memiliki kualifikasi komponen utama, jauh kebih ekonomis dibandingkan
dengan pengelolaan komponen utama dengan kuantitas yang sama. Sehingga mampu
mendudukan komponen cadangan dalam keduduk strategis dalam kondisi perekonomian negara
yang masih sulit.

Terkait dengan itu, ada beberapa hal yang perlu dilakukan:


1. Transformasi sumber daya nasional menjadi potensi kekuatan pertahanan negara. Hal
dilakukan dengan cara:
o Transformasi potensi sumber daya manusia menjadi prajurit TNI (komponen
utama), menjadi warga negara yang siap melakukan bela negara sesuai
profesinya, atau sebagai bentu perlindungan masyarakat dari bencana (komponen
pendukung).
o Transformasi potensi sumber daya alam atau buatan yang memiliki nilai strategik,
baik di darat, laut maupun udara.
o Transformasi sarana dan prasarana nasional menjadi komponen cadangan dan
pendukung dalam perlawanan bersenjata maupun tidak bersenjata.
o Transformasi kekuatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) nasional
menjadi kekuatan pertahanan negara. Kemempuan IPTEK nasional dan industri
strategis untukmemproduksi barang dan jasa, penelitian dan pengembangan dalam
mendukung kebutuhan peralatan atau alat utama sistem senjata (alutsista).
o Transformasi wilayah negara dengan penataan wilayah menjadi tata ruang yang
mampu mendukung sistem pertahanan yang efektif dan efisien.
2. Pembentukan komponen cadangan dengan dukungan regulasi dan keputusan politik.
Sehingga komponen cadangan memiliki nilai strategis dan berkelanjutan.
3. Penyusunan konsep komponen cadangan yang melibatkan seluruh instansi yang terkait
dengan pertahanan dan keamanan dengan berbasis kultural, geopolitik dan geostrategi.
4. Pembentukan dan pembinaan komponen cadangan yang memperhatikan kemampuan
keuangan negara.
5. Pembinaan komponen cadangan yang bisa dimobilisasi, meningkatkan nasionalisme dan
mengantisipasi ancaman militer dan non-militer.

Kesimpulan

Sumber daya nasional memiliki potensi besar untuk mendukung sistem pertahanan dan negara.
Selain sebagai kebutuhan, komponen cadangan memiliki peran penting dalam mengantisipasi
berbagai bentuk ancaman saat ini dan masa akan datang. Kondisi kehidupan global, regional
secara sistemik akan mempengaruhi kondisi kehidupan nasional. Eskalasi ancaman yang terus
meningkatkan membutuhkan peran seluruh komponen bangsa dalam upaya bela negara sesuai
dengan profesi dan kemampuan masing-masing.

Oleh karena itu, payung hukum yang menjadi pedoman pelaksanaan dan tugas komponen
cadangan menjadi urgen saat ini. Regulasi tersebut harus mengakomodasi persoalan threat
assessment, besaran dan jenis kebutuhan yang tersusun dalam defence planning, ketersediaan
sumber daya nasional serta implikasinya terhadap struktur kekuatan militer. Komponen
cadangan menjadi bagian penting dalam konsep umum (blue print) pertahanan negara, yang
sesuai dengan kebutuhan anggaran, kebijakan dan kegiatan-kegiatan pertahanan.

You might also like