You are on page 1of 16

c c

   


 c  
Mikrobiologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari makhluk
hidup yang berukuran mikro atau tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Kajian yang dimasukkan dalam disiplin ilmu ini adalah bakteri, virus, protista,
fungi dan protein penginfeksi (prion) yang memiliki ukuran yang kecil.
Pengaplikasian bidang ilmu ini sangat luas, mulai dari dunia medis, M  ,
konservasi hingga dunia boga (Caprette, 2009).
Teknik-teknik laboratorium dalam bidang mikrobiologi sangat beragam,
namun yang seharusnya dikenal oleh praktikan mikrobiologi adalah persiapan
media, sterilisasi dan teknik aseptis (Caprette, 2009):
À Media merupakan tempat bakteria untuk tumbuh dan karakterisasi
bakteri. Media yang sering digunakan adalah dalam bentuk agar (padat)
atau M
 (cair) dengan berbagai macam kandungan nutrisi tergantung
dari mikroba yang akan dibiakkan.
À £terilisasi berarti penghancuran atau pembebasan media atau alat dari
segala mikroba beserta dengan sporanya secara total (WHO, 2006).
£terilisasi dapat dilakukan secara mekanik (filtrasi), fisik (suhu, autoklaf)
atau secara kimia (detergen).
À Teknik aseptis merupakan teknik pemindahan mikroba dengan menjaga
kemurnian mikroorganisme yang dipindah agar tidak terkontaminasi
dengan mikroba lain. Biasanya dengan menggunakan loop yang dibakar
dengan pembakar Bunsen (Caprette, 2009; Jacob dan Thompson, 2000)
Teknik-teknik tersebut merupakan teknik dasar yang sudah seharusnya
diketahui oleh praktikan mikrobiologi. Oleh karena itu, mempelajari dan
memahami teknik tersebut merupakan suatu keharusan untuk melakukan
praktikum atau penelitian lebih lanjut di bidang mikrobiologi.

      
Permasalahan yang muncul pada praktikum ini adalah :
1. Bagaimana cara sterilisasi, persiapan media dan teknik aseptis
dilakukan?
2. Apakah untuk setiap alat atau media berbeda memiliki perlakuan
sterilisasi dan persiapan serta teknik yang berbeda-beda?

   
Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui
berbagai cara sterilisasi ruang kerja atau laboratorium dan peralatan serta media
pertumbuhan organisme, mengetahui jenis-jenis media serta cara pembuatannya
dan sterilisasinya.

    
Manfaat yang diharapkan untuk didapatkan setelah melakukan praktikum
ini adalah praktikan dapat melakukan sterilisasi ruangan kerja atau laboratorium,
peralatan dan media pertumbuhan organisme dengan baik dan benar.
Pengaplikasian yang dapat dilakukan adalah dapat mengimplikasikan pengalaman
praktikum ini dalam kehidupan nyata dan pekerjaan, seperti sterilisasi peralatan
bedah.

c c
  ! " 

Praktek mikrobiologi tidak pernah terlepas dari adanya pembiakan
bakteri atau yang biasa disebut dengan kultur bakteri. Melakukan hal tersebut
dibutuhkan suatu media yang memberikan nutrisi bagi mikroba yang akan
dibiakkan (Leboffe dan Pierce, 2006). Kebanyakan mikrobiologist tidak
mengetahui nutrisi-nutrisi apa yang dibutuhkan untuk mengembangkan suatu
kultur mikroba, oleh karena itu terkadang media yang digunakan adalah media
yang kaya akan nutrisi dari ekstrak hewan maupun tanaman yang dapat menyuplai
semua kebutuhan vitamin, asam amino, monosakarida, lipid, dan faktor lain yang
dibutuhkan oleh mikroba itu untuk tumbuh. Media seperti itu disebut dengan
media kompleks dikarenakan komposisi pasti dari kandungan nutrisinya tidak
dapat diketahui (Brown, 2005). Contoh yang paling sering digunakan adalah
 
 
atau  
 M
. Kedua jenis media ini sering digunakan untuk
mengkultur bakteri yang bervariasi (Leboffe dan Pierce, 2006). Untuk beberapa
organisme yang telah diketahui nutrisi spesifik yang dibutuhkan untuk tumbuh
seperti   disebut dengan media terdefinisi. Komposisi nutrisi yang
dikandungnya sudah diketahui secara pasti terukur dengan baik (Brown, 2005).
Media dapat dipersiapkan dalam bentuk cair maupun padat berdasarkan
aplikasi penggunaannya (Caprette, 2009). Media cair digunakan untuk
menumbuhkan mikroba dalam jumlah banyak dan biasa digunakan untuk
mempelajari fermentasi,       dan tes metal merah dan Voges-
Proskauer. Isolasi dan 
  mikroba dilakukan pada media padat. Untuk
mendapatkan media padat diperlukan penambahan agar, suatu polisakarida
kompleks yang diekstrak dari rumput laut dan ditambahkan ke media cair dalam
konsentrasi 1,5%. Media agar memiliki properti unik yang membuatnya ideal
untuk digunakan dalam mikrobiologi (Brown, 2005):
1. Meleleh pada suhu 100oC namun tidak akan mengeras di bawah suhu
45oC. Bakteri mudah diinokulasikan pada suhu ini tanpa membunuh sel.
2. Agar bukan merupakan nutrisi pada kebanyakan mikroba, kecuali
mikroba yang ditemukan di laut.
3. Konsentrasi agar yang ditambahkan dapt diatur. Dalam konsentrasi lebih
rendah (0,4%) dapat membentuk media semisolid yang dapat digunakan
untuk mempelajari motilitas.
£egala jenis media, kompleks maupun terdefinisi, cair maupun agar,
harus menyuplai beberpa nutrisi dasar yang dibutuhkan untuk sel agar dapat
tumbuh dan berkembang. Nutrisi-nutrisi dasar tersebut adalah (Brown, 2005):
1. £umber karbon
Organisme dapat dibagi menjadi 2 yaitu organisme heterotrof yang
mendapatkan karbon dari komponen organic seperti polisakarida,
karbohidrat dan protein. Untuk organisme ini biasanya ditambahkan
ekstrak daging atau tumbuhan dalam medianya. Organisme yang
menyuplai karbon dari fiksasi karbon dioksida disebut dengan organisme
autotrof. Bakteri autotrof dapat menyuplai karbonnya sendiri dari udara,
sehingga yang dilakukan adalah mengatur aerasinya dengan  
.
2. |nergi
£el bakteri membutuhkan energi dalam proses biosintesisnya. Bakteri
kemoorganotrof menyuplai energinya dari membongkar molekul organic
dengan cara fermentasi atau respirasi atau yang sering juga disebut
dengan bakteri metabolit. Media dapat diberikan ekstrak hewan atau
tumbuhan agar dapat tetap tumbuh. Bakteri kemolitotrof mendapatkan
energi dengan mengoksidasi ion organik seperti nitrat atau besi.
Contohnya adalah bakteri nitrifikasi. Media dapat ditumbuhkan ion-ion
anorganik sesuai dengan bakterinya agar tetap tumbuh. Bakteri
fotoautotrof yang mengandung pigmen fotosintetik dapat mensintesa
energi dari konversi energi matahari. Untuk bakteri fotoautotrof tidak
perlu ditambahkan sumber energi, namun perlu disuplai dalam bentuk
pencahayaan. Beberapa bakteri fotosintetik membutuhkan suplai karbon
dari media disebut dengan fotoautotrof, sehingga dalam media
dibutuhkan sumber karbon. Bakteri ungu adalah contoh dari bakteri
fotoheterotrof.
3. Nitrogen
Nitrogen dibutuhkan untuk membentuk molekul organik yang
dibutuhkan untuk bertahan hidup, seperti protein dan asam amino.
Beberapa bakteri dapat mensintesa nitrogen dengan intermediet karbon
dan mengkatabolis sumber nitrogen anorganik. Beberapa bakteri lain
mendapatkan dengan mengkatabolisme molekul organik. Oleh karena itu,
ektrak daging dan pepton dimasukkan dalam media untuk mensuplai
kebutuhan nitrogen. Beberapa bakteri lain dapat memfiksasi nitrogen dari
udara.
4. Mineral
Mineral merupakan nutrisi penting karena peran mineral adalah sebagai
kofaktor pada reaksi enzimatis dan merupakan bagian integral dari
molekul-molekul seperti sitokrom dan vitamin. Beberapa mineral yang
dibutuhkan adalah sodium, potassium, kalsium, besi, seng dan lain
sebagainya. Kebanyakan dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk reaksi
katalitik.
5. Vitamin dan faktor penumbuh
Vitamin dibutuhkan sebagai koenzim dalam metabolism. Beberapa
bakteri seperti 
  ataupun  M    membutuhkan
vitamin karena tidak dapat mensintesa sendiri, tidak seperti  . Faktor
penumbuh kadang dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan kultur
mikroba. Banyak mikroba pathogen dapat tumbuh subur di dalam media
yang mengandung serum ataupun darah.
6. Air
Air mutlak diperlukan karena 70-80% komponen sel adalah air dan
lingkungan berair dibutuhkan untuk melakukan reaksi-reaksi enzimatis
dan transport. £aat mempersiapkan media, akuades adalah sumber air
yang baik. Air biasa dapat mengandung berbagai macam mineral yang
dapat bereaksi dengan pepton sehingga dapat menimbulkan presipitasi
yang tidak diinginkan.
£elain faktor nutrisi, mutlak diperlukan untuk pengendalian pH dari
media. Beberapa bakteri dapat tumbuh optimal pada pH 7, sedangkan fungi lebih
optimal pada pH 5. Pengaturan pH dapat dilakukan dengan menambahkan HCl
atau NaOH (Brown, 2005).
Media juga dapat dibuat dengan komponen-komponen yang dapat
menyeleksi media yang akan tumbuh. Media tersebut disebut dengan media
selektif. Komponen yang biasa ditambahkan untuk membuat media selektif adalah
antibiotik, zat warna dan senyawa penghambat lainnya. Bakteri gram positif tidak
dapat tumbuh pada media |MB yang dicampur dengan pewarna eosin dan
d  M  namun bakteri gram negatif dapat tumbuh dengan baik (Brown,
2005).
Media diferensial merupakan media yang memiliki kandungan yang
dapat membuat bakteri memiliki tampilan yang berbeda dengan bakteri lain.
   
  yang ditumbuhkan dalam media Mannitol-salt agar akan
memfermentasi mannitol dan mengubah indikator pH dari merah ke kuning
disekitar koloni. Contoh lain adalah bakteri gram negatif tidak dapat
memfermentasi laktosa pada medium |MB sehingga koloni akan tumbuh dengan
warna hijau metalik (Brown, 2005).
£terilisasi mutlak dilakukan sebelum melakukan penggunaan alat
maupun media dalam praktek mikrobiologi. Tujuan dari sterilisasi adalah untuk
menghancurkan segala jenis mikroorganisme dalam bentuk vegetatif maupun
endospora secara total pada media maupun alat. Prosedur ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara, secara mekanik (filtrasi), fisik (suhu, autoklaf) atau secara
kimia (detergen). £terilisasi yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan
autoklaf. (WHO, 2008).
Autoklaf membentuk panas tinggi yang cukup untuk membunuh bakteri
dan endosporanya. Panas tersebut dihasilkan dari uap air bertekanan 15lbs/inchi
atau 5 atm dengan suhu 121oC. material-material yang dapat disterilkan dalam
autoklaf haruslah material yang dapat bertahan dari panas dan tekanan yang tinggi
tanpa rusak maupun meleleh. Media, barang-barang kaca dan penutup dari kapas
adalah benda-benda yang biasa disterilkan dalam autoklaf. Tabung reaksi dan
petri plastik dapat disterilkan dalam autoklaf dalam kantong-kantong yang dapat
diautoklaf. £terilisasi dengan autoklaf dapat dilkukan dalam waktu 15 menit
(Lammert, 2007).

Gambar 1. Autoklaf (UN£, 2010)


Praktek mikrobiologi harus dilakukan dalam keadaan tidak
terkontaminasi atau yang biasa disebut dengan aseptis. Bila dilakukan dengan
tidak steril dapat terjadi kontaminasi sehingga hasil praktek akan jauh dari
harapan. Teknik aseptis merupakan teknik yang dilakukan untuk menjaga agar
tidak terjadi kontaminasi pada media maupun kultur nantinya (Leboffe dan Pierce,
2006).
£ebelum melaksanakan transfer dengan teknik aseptis, perlu diperhatikan
bahwa tujuan transfer tersebut haruslah jelas. £ampel berasal dari mana, jenis
sampel, tujuan transfer dan jenis instrumen yang digunakan. Umumnya, transfer
dilakukan (Leboffe dan Pierce, 2006):
1. Dari kultur cair ke tabung berisi media cair
2. Dari tabung kultur media agar ke tabung media agar
3. Dari cawan agar ke tabung agar.
Beberapa prosedur standar yang sering dilakukan adalah sebagai berikut
(Brown, 2005):
1. Disinfeksi area kerja
Area kerja harus disinfeksi dengan desinfektan sebelum memulai transfer.
Desinfektan yang biasa digunakan adalah alkohol 70%. Proses ini akan
membunuh sel vegetatif maupun virus, namun tidak dengan endospora.
2. £terilisasi ose ataupun enten
Transfer dilakukan dengan jarum ose (bakteri) atau dengan enten
(kapang). Alat tersebut harus disterilkan dengan cara dibakar hingga
membara pada pembakar Bunsen. Proses ini akan membunuh semua
organisme dan endospora yang mungkin mengkontaminasi.
3. £terilisasi tabung kultur dan inokulasi
£ebelum memasukkan jarum ke dalam tabung reaksi, tutup tabung reaksi
dilepas dan mulutnya dibakar dengan pembakar Bunsen. Bila media di
dalam tabung media cair, jarum dimasukkan ke dalam tabung dan
diputar-putar beberapa kali agar organisme dapat berpindah. Bila tabung
berisi media agar, inokulasi dilakukan dengan mengoleskan permukaan
jarum dari bagian atas dan bawah. Untuk  M  
, jarum (biasanya
enten) dimasukkan ke dalam agar dengan cara ditusukkan. £etelah kultur
terinokulasi, mulut tabung dibakar kembali.
4. £terilisasi akhir ose atau enten
£etelah inokulasi selesai, jarum dibakar kembali hingga membara di
pembakar Bunsen untuk membunuh organisme yang ada pada alat
tersebut. £elanjutnya diletakkan pada tempatnya, bukan pada permukaan
meja.
5. Inokulasi cawan petri
Jarum ose biasanya digunakan untuk menginokulasi media agar pada
cawan petri. Tutup cawan petri dibuka sebagian untuk menghindari
kontaminasi dari udara. 
  dilakukan secara lembut agar media tidak
rusak. £etalah itu tepi cawan petri dibakar dan jarum ose juga dibakar.
6. Disinfeksi terakhir area kerja
£etelah semua kerja dilakukan, disinfeksi terakhir untuk area kerja
dilakukan untuk memastikan semua organisme yang mungkin tersisa
terbunuh.

c c
## #$


 %  & ' 
Praktikum mikrobiologi umum dengan judul ³Persiapan Media,
£terilisasi dan Teknik Aseptis´ dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 16 Maret
2011 pukul 13.00 WIB hingga selesai. Praktikum bertempat di Laboratorium
Mikrobiologi Umum, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya.

   Ô  " 
 
 ( ' (
Praktikum kali ini mendemokan teknik aspetis yang biasa dilakukan
dalam praktek di bidang mikrobiologi. Hal pertama yang dilakukan adalah
membersihkan meja kerja dengan menggunakan alkohol 70%. Meja kerja
disemprot dengan alkohol 70% dan disapu dengan tissue secara satu arah.
Pembakar Bunsen dinyalakan di atas meja yang telah disetrilkan. Tangan
praktikan disterilkan pula menggunakan alkohol 70%. £imulasi kali ini
menunjukkan cara transfer bakteri dari tabung reaksi ke cawan petri berisi media
dengan menggunakan jarum ose. Jarum ose dibakar hingga
  d  dari ujung
ke pangkal secara merata. £etelah itu tabung reaksi berisi kultur bakteri diambil
dan tutupnya diambil dengan menggunakan jari kelingking tangan yang
memegang ose dan tetap dipegang, tidak ditaruh di meja. Mulut tabung dibakar
dan jarum ose dimasukkan ke dalam tabung untuk mengambil bakteri. Diusahakan
tidak mengenai tepi tabung. £etelah itu mulut tabung dibakar kembali dan ditutup.
Cawan petri yang berisi media diambil dan dibakar seluruh tepinya dengan cara
memutar cawan petri di dekat api Bunsen. Tutupnya dibuka sebagian kecil dan
ose di
  di atas media yang ada di dalam cawan. Cawan petri ditutup kembali
dan dibakar lalu diletakkan di meja. Ose yang telah dipakai dibakar kembali dari
pangkal ke ujung hingga membara merata. £eluruh prosedur dilakukan tanpa
berbicara sedikitpun dan disarankan untuk memakai masker.

    ( ' &( 


Media yang dipersiapkan pada praktikum ini ada 2 jenis. Yaitu media
Nutrient Agar (NA) secara konvensional dan instan dan media Potato Dextrose
Agar (PDA) secara konvensional dan instan. £elain itu juga disiapkan larutan
Garfis (garam fisiologis).

  
 ) &( *+(* , &  -
Pembuatan media secara konvensional memiliki tahapan yang sama
antara kedua jenis media. Yang membedakan adalah komposisi dan pH dari kedua
media tersebut. Untuk 100ml NA dibutuhkan daging 50g, pepton 0,5g, bacto agar
1,5g dan akuades 100ml. Untuk 100ml PDA dibutuhkan kentang 20g, D-glukosa
atau dekstrose 1g, bacto agar 1,5g dan akuades 100ml. Praktikum ini membuat
250ml dari masing-masing media sehingga perhitungan bahan berbeda. Untuk NA
125g daging, 1,25g pepton, bacto agar 3,75g dan akuades 250ml. Untuk PDA
dibutuhkan kentang 50g, D-glukosa atau dekstrose 2,5g, bacto agar 3,75g dan
akuades 250ml.
Tahapan awal adalah mencindang daging (NA) dan kentang (PDA), lalu
direbus dalam 250ml akuades hingga mendidih. £elama perebusan diusahakan
volume tetap 250ml dengan cara ditambahkan akuades. £etelah itu disaring dan
ditampung di dalam |rlenmeyer 250ml lalu dipindahkan ke dalam beaker glass.
Langkah selanjutnya adalah penambahan pepton sebanyak 1,25g untuk NA dan
dekstrose 2,5g untuk PDA dan diaduk. £elanjutnya adalah penyesuaian pH. Untuk
NA pH yang dibutukan adalah 7 sedangkan PDA adalah 6-6,5. Pengaturan pH
dilakukan dengan penambahan HCl atau NaOH dan pengukuran dilakukan dengan
pH meter. £etelah pH yang dikehendaki didapatkan, selanjutnya adalah
penambahan bacto agar sebanyak 3,75g (sama untuk kedua media), kemudian
dididihkan sambil diaduk. Media yang sudah cair kemudian ditunggu sebentar
agar agak dingin lalu dipindahkan ke dalam 6 tabung reaksi masing-masing 5ml
dan sisanya dimasukkan ke dalam 2 erlenmeyer secara rata. 3 tabung reaksi
dimiringkan untuk pembuatan agar miring.

     ) &( ( , &  -


Pembuatan media instan menggunakan media bubuk yang sebelumnya
telah dibuat oleh pabrik. Untuk membuat 1L media NA dibutuhkan 23g NA instan
dan 1L akuades. Untuk 1L media PDA, dibutuhkan 39g PDA instan. Praktikum
kali ini membuat 200ml sehingga hanya dibutuhkan 4,6g NA instan untuk media
NA dan 7,8g PDA instan untuk PDA. Tahapan pembuatannya sama, yaitu bahan
media dimasukkan dalam 200ml akuades lalu dididihkan dan diaduk. £elanjutnya
media yang sudah cair kemudian ditunggu sebentar agar agak dingin lalu
dipindahkan ke dalam 6 tabung reaksi masing-masing 5ml dan sisanya
dimasukkan ke dalam 2 erlenmeyer secara rata. 3 tabung reaksi dimiringkan untuk
pembuatan agar miring.

     )  (


Pembuatan garfis dilakukan dengan menambahkan 6,8g NaCl ke dalam
800ml akuades. Diaduk-aduk hingga rata. £elanjutnya larutan garfish 0,85% yang
telah jadi dimasukkan dalam 8 botol kultur masing-masing 45ml dan 40 tabung
reaksi masing-masing 9 ml.

    ! (( (&   * 


Media yang telah dibuat sebelumnya dibungkus dengan kertas bungkus
dan dibuat tutupnya dengan kapas. Cawan petri, botol kultur dan pipet ukur yang
akan disterilkan juga dibungkus dengan menggunakan kertas bungkus berwarna
coklat. £eluruh peralatan dilabel sesuai dengan kelompoknya dan dikaret agar
tidak tercecer. £eluruh barang yang akan disterilisai diletakkan dan ditata dalam
ansang autoklaf. Lalu dimasukkan dalam autoklaf yang sebelumnya sudah diisi
dengan akuades hingga batas. £terilisasi dilakukan selama 2 jam dengan suhu
121 oC dan tekanan 5 atm.

c c.
 !  c  ! 


  ( *&


 ( ' (
Demo teknik aseptis pada praktikum ini adalah demo teknik aseptis yang
umu m dilakukan. Penyemprotan dengan alcohol bertujuan untuk membunuh sel
vegetatif maupun virus, namun tidak dengan endospora yang mungkin akan
mengkontaminasi. Pembakar Bunsen merupakan salah satu alat pensterilisasi
dengan panas. £eluruh perlakuan dilakukan di dekat api Bunsen agar
meminimalisir kontaminasi yang berasal dari udara karena suhu api Bunsen
sangat tinggi (Leboffe dan Pierce, 2006). Pembakaran jarum ose hingga membara
dari ujung hingga pangkal adalah untuk memastikan tidak adanya organisme
kontaminan pada alat tersebut. Tujuan dari pembakaran mulut tabung reaksi dan
tepi cawan petri adalah sama dengan tujuan pembakaran jarum ose. Pengambilan
penutup tabung dengan tangan dan tidak ditaruh di meja adalah agar tidak
terkontaminasi. Pembukaan cawan petri sebagian kecil bertujuan untuk menjaga
agar tidak terkontaminasi mikroba di udara. Ose yang dibakar kembali adalah
prosedur pensterilan jarum ose (Brown, 2005). Berbicara tidak diperbolehkan
dalam transfer aseptis disebabkan oleh dalam mulut terdapat flora mikroba yang
akan tersebar ke udara saat kita berbicara, oleh karena itu, resiko kontaminasi
dapat diturunkan dengan tidak berbicara saat melakukan transfer aseptis atau
dengan menggunakan masker (Lammert, 2007).


  ( ' &(
£eluruh media konvensional disiapkan dengan cara mendidihkan.
Pendidihan ditujuankan untuk mengekstrak nutrisi dari daging maupun kentang,
sehingga nutrisi akan terlarut pada akuades. Penambahan pepton bertujuan
sebagai sumber nitrogen. Penambahan bacto agar adalah agar memadatkan
media nantinya sehingga akan berbentuk agar. Pengaturan pH adalah untuk
mendapatkan pH yang optimal bagi mikroba yang kan dikulturkan pada media
tersebut (Brown, 2005; Lammert, 2007). Pembagian media yang telah dibuat
adalah untuk keperluan praktikum selanjutnya. Pengadukan pada pembuatan
garfis adalah agar NaCl yang dilarutkan lebih larut.


  ! (( (&   * 
Tujuan dari pembungkusan seluruh material yang akan disterilkan
dengan autoklaf adalah agar hasilnya lebih steril. Penggunaan pembungkus kertas
lebih sering digunakan karena bila menggunakan  d  d  , uap air tidak
dapat menembusnya. Akuades merupakan sumber uap air nantinya dalam proses
sterilisasi dengan autoklaf (Lammert, 2007). Pelabelan adalah agar tidak lupa
dengan peralatan kelompoknya. Lamanya waktu sterilisasi adalah karena lamanya
mencapai kondisi suhu dan tekanan yang diinginkan. Menurut Lammert (2007),
waktu sterilisasinya sendiri adalah kurang lebih 15 menit.

    (  (
 
 ü(&( , / & $ (-
Media NA ( 
 
) merupakan media kompleks yang paling
sering digunakan dalam praktek mikrobiologi di laboratorium. Penambahan
ekstrak daging dan pepton berarti mikroba yang dapat hidup dalam media ini bisa
mikroba yang heterotrof namun tidak menutup kemungkinan untuk bakteri
autotrof juga dapat tumbuh di media ini. Menurut Brown (2005), media kompleks
memang dibuat untuk menumbuhkan berbagai macam mikroba karena banyak
sekali nutrisi yang terkandung di dalamnya dan tidak dapat diketahui secara pasti
komposisinya.
Media PDA (  
 
) merupakan media yang dikhususkan
untuk menumbuhkan fungi (khamir ataupun kapang). Media ini dapat
ditambahkan antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri sehingga
dapat secara spesifik dapat menumbuhkan fungi. Media ini memiliki komposisi
dehidrat kentang dan dekstrose yang menstimuli pertumbuhan fungi. Asam tartar
biasa digunakan untuk menurunkan pH medium sehingga bakteri tidak dapat
tumbuh. (Neogen Corp. 2008)
Garfis (garam fisioogis) bukanlah media, melainkan larutan isotonis
dengan sel, baik itu sel bakteri, fungi, sampai hewan. £el yang dimasukkan ke
dalam larutan ini akan terjaga kondisi fisiologisnya sehingga tidak akan lisis.
Penggunaannya dalam bidang mikrobiologi adalah sebagai pelarut saat dilakukan
dilusi atau pengenceran. Bila menggunakan akuades maka sel akan meletus (lisis)
karena banyaknya air yang masuk ke dalam sel (kondisi hipertonis) (Lammert,
2007).

    ü()  ' & &( ( & *+(* 
Bahan-bahan yang terkandung dalam media instan adalah bahan-bahan
yang sama dengan media konvensional. Perbedaannya, media instan dipersiapkan
dalam bentuk bubuk oleh pabrik. Bahan-bahan pada media konvensional
memilikifungsi masing-masing untuk media tersebut. |kstrak daging pada media
NA adalah sebagai sumber nutrisi yang kompleks, seperti asam amino, protein
dan sebagainya. Pepton adalah sumber nitrogen esensial pada media. Media PDA
mengandung kentang, sumber nutrisi kompleks bagi media PDA. Dekstrose
adalah sumber nitrogen bagi media. Media PDA menjadi lebih spesifik pada fungi
adalah karena kentang dan dekstrose lebih menstimuli perkembangan fungi
daripada bakteri, selain itu media PDA dapat diatur pH dan diberi antibiotik
(Neogen corp. 2008). Bacto agar merupakan agen pemadat dari media sehingga
akan berbentuk agar. Agar adalah suatu polisakarida kompleks yang diekstrak dari
rumput laut dan ditambahkan ke media cair dalam konsentrasi 1,5% (Brown,
2005).

    ")( &   &( ( & *+(* 


Media instan merupakan media yang praktis dan cepat dibuat bila
membutuhkan waktu yang lebih sedikit daripada membuat media sendiri dengan
cara konvensional. Kekurangannya adalah media ini harus didapatkan dengan cara
memesan ke pabrik dengan harga yang mahal dan tidak menutup kemungkinan
tidak dapat langsung didapatkan karena harus menunggu terlebih dahulu. Media
konvensional merupakan media yang tidak praktis, karena harus membuat terlebih
dahulu dan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pembuatannya.
Komposisi yang dimasukkan juga harus tepat. Meskipun begitu, media ini lebih
murah daripada yang instan dan lebih murah dari segi biaya.

    )&  ( ' (&    ' (


Teknik aseptis adalah teknik yang digunakan untuk mengurangi tingkat
kontaminan pada praktek mikrobiologi dan kesehatan. Teknik ini dapat
diaplikasikan dengan pembakar Bunsen, laminar air flow dan desinfektan seperti
alkohol (Leboffe dan Pierce, 2006). Transfer aseptis adalah pengaplikasian dari
teori teknik aseptis. Praktek pemurnian mikroba dan inokulasi sangat erat dengan
teknik aseptis. Kontaminasi saat melakukan permunian sangat tidak dianjurkan
terjadi, karena merusak kemurnian dari mikroba yang dimurnikan, selain itu tidak
menutup kemungkinan adanya mikroba antagonis dari mikroba yang ingin kita
murnikan.

  0  (('   * 
Autoklaf merupakan alat yang paling sering digunakan dalam
mensterilkan media, barang pecah belah, alat-alat laboratorium, pakaian medis,
limbah M  
 yang tahan terhadap suhu dan tekanan tinggi. Prinsip kerja
autoklaf sama dengan panci presto yang sering digunakan di rumah-rumah.
Autoklaf akan memanaskan akaudes yang berada di dalam autoklaf sehingga
menjadi uap air dengan suhu 100oC. Uap air tersebut akan tetap terperangkap di
dalam autoklaf sehingga akan menghasilkan tekanan sejalan dengan banyaknya
uap air yang terkumpul. Tekanan tersebut akan menaikkan suhu hingga 121oC
pada tekanan 5 atm. Uap air yang berlebih akan dibuang melalui lubang yang ada
di atas autoklaf atau saluran khusus tergantung dari desain autoklaf yang
digunakan. Temperature yang lebih tinggi akan lebih mematikan dan lebih
meyakinkan kesterillannya. Dalam kondisi dan waktu yang tepat, tidak ada
organisme yang akan hidup dalam autoklaf (Lammert, 2007; Heritage, 2006;
Todar, 2009).

Gambar 2. Prinsip kerja autoklaf (Todar, 2009)




c c.


0
 "(' 
£terilisasi untuk ruang kerja laboratorium, peralatan dapat dilakukan
dengan menggunakan desinfektan seperti alkohol, dibakar dengan menggunakan
pembakar Bunsen dan autoklaf dengan tekanan dan suhu tinggi. Media untuk
perkembangbiakan mikroba bermacam-macam, seperti NA dan PDA yang dapat
digunakan untuk berbagai macam mikroba. Pembuatannya dapat dengan cara
konvensional atau dengan menggunakan bubuk media instan. Media dapat
disterilkan dengan menggunakan autoklaf.
0   !  
£ebaiknya dalam praktikum selanjutnya semua praktikan mencoba
melakukan teknik aseptis, pembuatan media dan sterilisasi. Asisten meja juga
sebaiknya diperbanyak agar lebih memudahkan asistensi dan praktikan bila ingin
bertanya.

 ü ! " 

Brown, A.|. 2005. c  
M          . McGraw-
Hill: New York.
Caprette, D.R. 2009.         
M  .
http://www.ruf.rice.edu/~bioslabs/bios318/318manual.htm tanggal akses 15
Maret 2011.
Heritage, J. 2006. 
        .
http://www.bmb.leeds.ac.uk/mbiology/ug/ugteach/icu8/kill/physical.html
tanggal akses 27 Maret 2011.
Jacob, R.J. dan J.M. Thompson. 2000. dd  M



.
http://www.mc.uky.edu/oaa/curriculum/iid98/manual/00labtechniques.htm
tanggal akses 15 Maret 2011.
Lammert, J.M. 2007. ! "    
M  #    $ M. Pearson
|ducation Inc.: £an Francisco.
Leboffe, M.J. dan B.|. Pierce. 2006.  
M   M

# !

    %   . Morton Publishing Company: Colorado.
Neogen Corp. 2008.   
 
&'()*. Neogen Corporation: Lansing.
Todar, K. 2009. ! 
 +  
M  ,
-.
http://textbookofbacteriology.net/themicrobialworld/control.html tanggal
akses 27 Maret 2011.
UN£. 2010.   .. http://infolab.uns.ac.id/?p=850 tanggal akses 27 Maret
2011.
WHO. 2006. ,     
 +
 

 
 
M  .
http://www.searo.who.int/en/£ection10/£ection17/£ection53/£ection482_17
80.htm tanggal akses 15 Maret 2011.

You might also like