You are on page 1of 9

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

STERILISASI

OLEH:

NAMA : WIDYANA SAGITA PUTRI


NIM : 0908505008
GOLONGAN :I
KELOMPOK :2
ASISTEN : IDA AYU GEDE MUTIARA A.
TANGGAL PRAKTIKUM : 31 MARET 2011

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2011
I. PENDAHULUAN

1.1. Dasar Teori

Sterilisasi atau suci hama yaitu suatu proses membunuh segala bentuk kehidupan
mikroorganisme yang ada dalam sampel/contoh, alat-alat atau lingkungan tertentu
(Gabriel, 1996). Sterilisasi dapat dilakukan baik secara fisik ataupun kimia. Metode fisik
didasarkan pada tindakan pemanasan (proses autoclaving, sterilisasi termal kering atau
sterilisasi termal basah), iradiasi, atau pemisahan secara mekanis melalui filtrasi. Cara
kimia mencakup sterilisasi gas dengan etilen oksida atau gas lainnya dan menyampurkan
agen pensteril (misalnya, glutaraldehid) pada larutan desinfektan (WHO, 1999).

Metode sterilisasi secara fisik dapat dipakai bila selama sterilisasi dengan bahan kimia
tidak akan berubah akibat suhu yang tinggi atau tekanan yang tinggi. Cara kerja dari
panas tersebut, bahwa panas membunuh mikroba karena mendenaturasi protein, terutama
enzim dan membran sel. Panas kering membunuh bakteri karena oksidasi komponen-
komponen sel. Daya bunuh panas kering tidak sebaik panas basah. Hal ini dibuktikan
dengan memasukkan biakan mikroba dalam air mendidih akan cepat mematikan daripada
dipanasi secara kering (Waluyo, 2005). Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk
proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan
interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV. Sterilisaisi secara kimiawi biasanya
menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol (anonim, 2008).

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui teknik-teknik sterilisasi suatu alat dan bahan.
2. Untuk mengetahui pengaruh dan perbandingan efektivitas zat kimia terhadap
sterilisasi suatu objek.
3. Untuk mengetahui perbandingan populasi mikroba pada bagian-bagian tubuh
tertentu.
4. Untuk mengetahui pengaruh sinar UV terhadap sterilisasi medium.
II. MATERI DAN METODE

2.1. Sterilisasi dengan alkohol


Medium nutrien agar (NA) tegak yang telah dicairkan dituangkan ke dalam dua
cawan petri dan dibiarkan membeku pada suhu kamar kemudian masing-masing cawan
petri dibagi menjadi dua bagian yang ditandai pada cawan petri. Jarum direndam pada
larutan alkohol dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 40%, 70%, dan 96% selama 10
menit. Jarum kemudian dicuci dengan air steril dan diletakkan pada medium. Sebagai
kontrol, pada satu bagian medium diletakkan jarum yang tidak diberikan perlakuan
apapun. Cawan petri tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 28°-30°C. Pertumbuhan
mikroba diamati setelah 24 jam dan 48 jam.

2.2. Sterilisasi dengan bahan kimia


Sterilisasi dengan bahan kimia dilakukan pada dua jenis antibakterial berbeda, yaitu
handsanitizer (bahan kimia I) dan pembersih lantai (bahan kimia II). Pertama, disiapkan
3 buah cawan petri yang berisi medium NA. Kemudian satu cawan petri dibagi menjadi
tiga bagian yang ditandai pada cawan petri untuk bahan kimia I dan dua cawan petri
masing-masing dibagi menjadi dua bagian yang ditandai pada cawan petri untuk bahan
kimia II. Sebelum sterilisasi, jarum dipegang terlebih dahulu selama beberapa menut.
Kemudian untuk bahan kimia I, jarum masing-masing direndam pada detol dan antis
selama 5 menit. Sedangkan untuk bahan kimia II, jarum masing-masing direndam pada
wipol, soklin, dan superpel selama 5 menit. Jarum kemudian dicuci dengan air steril dan
diletakkan pada medium. Sebagai kontrol, pada satu bagian medium di cawan petri
bahan kimia I dan II diletakkan jarum yang tidak diberikan perlakuan apapun. Kedua
cawan petri tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 28°-30°C. Pertumbuhan mikroba
diamati setelah 24 jam dan 48 jam.

2.3. Sterilisasi dengan sabun


Dua cawan petri berisi medium NA disiapkan dan masing-masing dibagi menjadi
dua bagian yang ditandai pada cawan petri. Ujung jari tangan yang belum dicuci
diapuskan pada permukaan medium dalam cawan petri sebagai kontrol. Kemudian kedua
tangan dicuci dengan sabun A (Dettol) dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan.
Ujung jari yang telah bersih diapuskan pada medium agar dalam cawan petri yang kedua.
Hal yang sama dilakukan pada sabun B (Lifebuoy). Medium diinkubasi pada temperatur
28°-30°C. Pertumbuhan mikroba diamati setelah 24 jam dan 48 jam.

2.4. Pemeriksaan mikroba dengan swab


Tiga cawan petri berisi medium NA disiapkan. Swab (cotton bad) dicelupkan
kedalam air steril yang telah diapuskan pada permukaan pipi, tangan, dan belakang
telinga lalu diapuskan pada permukaan medium dalam cawan petri dengan hati-hati.
Medium diinkubasi pada temperatur 28°-30°C. Pertumbuhan mikroba diamati setelah
24 jam dan 48 jam.

2.5. Sterilisasi dengan radiasi UV


Empat cawan petri berisi medium agar disiapkan. Keempat media dalam cawan
petri tersebut dibuka dan dibiarkan kontak dengan udara luar selama 3 menit. Setelah
dibiarkan di udara terbuka selama 3 menit, pada cawan petri 1 disinari dengan lampu UV
selama 1 menit, pada cawan petri 2 disinari dengan lampu UV selama 5 menit, pada
cawan petri 2 disinari dengan lampu UV selama 10 menit, dan pada cawan petri 4 tidak
disinari (sebagai kontrol). Kemudian ketiga media dalam cawan petri tersebut diinkubasi
pada suhu 28°-30°C. Pertumbuhan mikroba diamati setelah 24 jam dan 48 jam.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Tabel 1. Tabel hasil pengamatan pertumbuhan bakteri dan sterilisasi.
PERTUMBUHAN MIKROBA
NO STERILISASI PERLAKUAN
24 JAM 48 JAM
1 Alkohol Kontrol + ++
Alkohol 40% - +
Alkohol 70% + +
Alkohol 96% ++ +++
2 Bahan Kimia I Kontrol + ++
Dettol ++ +++
Antis + +
3 Bahan Kimia II Kontrol ++++ ++++
Wipol + ++
Soklin - +
Superpel - +
4 Sabun Kontrol A ++ +
Sabun A +++ +++
Kontrol B ++ +++
Sabun B ++ +++
5 Swab Pipi ++ +++
Tangan +++ +++
Balakang telinga + ++++
6 Sinar UV Kontrol ++ +++
1 menit + ++
5 menit + ++
15 menit ++ +++

Keterangan :
+ : Sedikit Bakteri ++++ : Sangat Banyak
++ : Sedang Sabun A : Dettol
+++ : Banyak Sabun B : Lifebuoy
3.2. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan sterilisasi secara fisik, kimia dan pemeriksaan
mikroba tubuh. Secara fisik digunakan sinar UV; secara kimia digunakan alkohol,
antibakterial, dan sabun; dan pemeriksaan mikroba tubuh dilakukan dengan
menggunakan swab.
Pada sterilisasi dengan menggunakan alkohol, jarum yang direndam dengan
alkohol 70% dan 40% terlihat pertumbuhan mikroba lebih sedikit dibandingkan dengan
alkohol 96% dan kontrol setelah 48 jam. Menurut pustaka, konsentrasi etanol antara
60% sampai 90% terlihat lebih cepat membunuh mikroorganisme. Hal tersebut sesuai
dengan hasil praktikum yang menunjukkan pertumbuhan mikroba yang sedikit pada
alkohol 70%. Sedangkan untuk alkohol 96%, konsentrasi alkohol 96% cepat menguap
ke udara bebas sehingga tidak dapat bertahan lama untuk membunuh mikroba dan
kurang efektif untuk membunuh bakteri. Alkohol bekerja sebagai desinfektan dengan
cara merusak lipid pada membran sel mikroba dan juga mendenaturasi protein yang
dimiliki oleh bakteri tersebut (Lim, D., 1998).
Pada sterilisasi bahan kimia I yaitu detol dan antis terlihat pertumbuhan mikroba pada
jarum dari paling sedikit sampai paling banyak berturut-turut adalah antis, detol, lalu
pada kontrol. Pertumbuhan mikroba ditemukan paling sedikit pada antis kemungkinan
karena antis sudah memenuhi persyaratan sebagai desinfektan yang ideal diantaranya
mempunyai toksisitas yang tinggi terhadap mikroba, kelarutannya tinggi, dan
stabilitasnya tinggi (Entjang, 2003). Di sekitar jarum terdapat mikroorganisme lain
berwarna putih yang kemungkinan terjadi kontaminasi pada media akibat pengerjaan
yang kurang hati-hati. Pada sterilisasi bahan kimia II yaitu wipol, soklin, dan superpel
terlihat pertumbuhan mikroba pada jarum dari superpel dan soklin paling sedikit diikuti
dengan wipol dan paling banyak pada kontrol. Kemungkinan penyebab pertumbuhan
bakteri yang banyak pada wipol adalah kosentrasi fenolnya yang agak pekat (melebihi
2%) sehingga tidak efektif sebagai antibakterial dalam keadaan pekatnya.
Pada sterilisasi dengan sabun, pertumbuhan mikroba yang diamati pada kontrol
A, sabun A, kontrol B, dan sabun B sama banyaknya. Hal tersebut kemungkinan terjadi
karena kuman yang terdapat pada media adalah flora normal yang terdapat pada manusia
dan zat aktif dari sabun tidak dapat membunuh seluruh mikroba yang ada.
Pada pemeriksaan mikroba tubuh dengan menggunakan swab yang dilakukan pada
permukaan kulit bagian pipi, belakang telinga, dan tangan, didapatkan pertumbuhan
mikroba dari yang paling banyak adalah pada tangan, pipi, dan belakang telinga. Pada
bagian tangan paling banyak ditemukan pertumbuhan mikroba karena aktivitas
dilakukan dengan tangan sehingga banyak tercemar oleh mikroba. Sedangkan pada
belakang telinga pertumbuhan mikrobanya paling sedikit kemungkinan karena jarang
kontak dengan lingkungan atau benda-benda yang merupakan sumber mikroba.
Pada sterilisasi dengan sinar UV, pertumbuhan mikroba pada media yang telah
disinari UV selama 15 menit paling banyak dibandingkan pertumbuhan mikroba pada
media yang disinari UV selama 1 menit, 5 menit, dan pada media kontrol bahkan
pertumbuhan mikroba pada media kontrol lebih banyak dari pada media yang disinari
UV selama 1 menit dan 3 menit. UV mempunyai sifat germisida yaitu dapat membunuh
mikroorganisme dan sinar UV dapat diserap oleh basa purin dan pirimidin dan dapat
mendenaturasi protein (Entjang, 2003). Hal tersebut dapat dilihat pada penyinaran UV
selama 1 menit dan 5 menit yang menunjukkan pertumbuhan mikroba lebih sedikit
dibandingkan kontrol. Sedangkan pada penyinaran UV selama 15 menit didapatkan
pertumbuhan paling banyak kemungkinan karena penyinaran UV tidak efektif lagi jika
terlalu lama dan mungkin pula karena tedapat kontaminan.
IV. KESIMPULAN

1. Sterilisasi dapat dilakukan secara fisik dengan menggunakan radiasi sinar UV dan
secara kimia dengan menggunakan alkohol, antibakterial, dan sabun.
2. Pada sterilisasi secara kimia didapatkan bahwa alkohol 70% dan antibakterial antis,
soklin, dan superpel paling efektif untuk membunuh bakteri, dan dengan adanya
sabun dapat mengurangi pertumbuhan bakteri.
3. Pertumbuhan populasi bakteri di tubuh manusia berbeda-beda tergantung pada kontak
yang terjadi pada bagian tubuh tersebut dengan lingkungan luar.
4. Sinar UV memiliki efektivitas sterilisasi yang cukup baik karena UV mempunyai sifat
germisida yaitu dapat membunuh mikroorganisme. Namun, penyinaran UV yang
terlalu lama mengurangi efektivitasnya dalam sterilisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Dasar. Purwokerto: Fakultas Biologi


UNSOED.
Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC
Lim, D. 1998. Microbiology 2nd Edition. McGraw Hill : United States of America.
WHO. 1999. Safe Management of Wastes from Health-Care Activities. Terjemahan oleh
Munaya Fauziah. Jakarta: EGC.
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. UMM Press: Malang

You might also like