You are on page 1of 15

Makalah

PERBEDAAN MAKKIYAH DAN


MADANIYAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mandiri


Dalam Mata Kuliah Aswaja

DOSEN: Dr. H. IHWANUDIN

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD IBNU SOIM

NPM: 10130011

JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI SI. PERBANKAN SYARIAH
SEMESTER II

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) MA’ARIF


METRO-LAMPUNG
2010/2011
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat melaksanakan makalah ini sebagai
tugas kelompok dalam Mata Kuliah Aswaja.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,
sehingga kami dapat berusaha lebih baik lagi sesuai kemampuan yang kami miliki
dalam penyusunan tugas di masa yang akan datang. Atas kritik dan saran dari para
pembaca kami ucapkan terimakasih.

Metro, Maret 2011

PENULIS
BAB I
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MAKKIYAH DAN MADANIYAH


Para sejarawan muslim mengemukakan empat perspektif dalam
mendefinisikan terminologi Makkiyah dan Madaniyah. Keempat perspektif itu
adalah ; masa turun (zaman an-nuzul), tempat turun (makan an-nuzul), objek
pembicaraan (mukhathab) dan tema pembicaraan (maudu) .
Dari prespektif masa turun, mereka mendefinisikan kedua terminologi di atas
sebagai berikut:

Artinya:
“Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum Rasulullah hijrah ke madinah,
kendatipun bukan turun di mekah, sedangkan madaniyah adalah ayat-ayat yang
turun sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah, kendatipun bukan turun di Madinah.
Ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut. Madaniyah walaupun turun
di mekkah atau arafah.
Dengan demikian, surat an-nisa’ [4]:58 termasuk kategori Madaniyah
kendatipun di turunkan di Makah, yaitu pada peristiwa terbukanya kota Mekah
(fath makkah). Begitu pula, surat Ala-Ma’idah [5]:3 termasuk kategori Madaniyah
kendatipun tidak di turunkan di Madinah karena ayat itu diturunkan pada
peristiwa haji wada .’
Dari perspektif tempat turun, mereka mendefinisikan kedua terminologi di atas
sebagai berikut:

Artinya:
Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun di Mekah dan sekitarnya seperti Mina,
Arafah, dan Hudaibiyah, sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat yang turun di
Madinah dan sekitarnya seperti Uhud, Quba’ dan Sul’a.
Tempat celah kelemahan dari pendefinisian di atas sebab terdapat ayat-ayat
tertentu, yang tidak diturunkan di Mekah dan di Madinah dan sekitarnya.
Misalnya surat At-Taubah [9]:42 diturunkan di Tabuk, surat Az-Zukhruf [43]:45
diturunkan di tengah perjalanan antara Mekah dan Madinah. Kedua ayat tersebut,
jika melihat definisi kedua, tidak dapat dikategorikan ke dalam Makiyah dan
Madaniyah.
Dari perspektif objek pembicaraan, mereka mendefinisikan kedua
terminologi di atas sebagai berikut: “Makkiyah adalah ayat-ayat yang menjadi
khitab bagi orang-orang Mekah. Sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat yang
menjadikan khitab bagi orang-orang Madiinah”. Pendefinisian diatas di rumuskan
para sarjana muslim berdasarkan asumsi bahwa kebanyakan ayat Al-Qur’an di
mulai dengan ungkapan “Ya ayyuha ala-naas” yang menjadi kriteria Makkiyah,
namun tidak selamanya asumsi ini benar. Surat al-Baqarah [2], misalnya,
termasuk kategori Madaniyah , pendahal di dalamnya terdapat salah satu ayat,
yaitu ayat 21 dan ayat 168, yang dimulai dengan ungkapan ‘Yaa Ayyuha An-
Nas”. Lagi pula, banyak ayat Al-Qur’an yang tidak dimulai dengan dua ungkapan
di atas.
Adapun pendefinisian Makkiyah dan Madaniyah dari perspektif tema
pembicaraan akan di singgung leih terinci dalam uraian karakteristik kedua
klasifikasi tersebut.
Kendatipun mengunggulkan pendefinisian Makkiyah dan Madaniyah dari
perspektif masa turun, Subhi Shalih melihat komponen-komponen serupa dalam
tiga pendefinisian. Pada ketiga versi itu terkandung komponen masa tempat dan
orang. Bukti lebih lanjut dari tesis Shalih diatas bisa dilihat dalam kasus surat Al-
Mumtahanah [60]. Bila dilihat dari perspektif tempat turun, surat itu termasuk
Madaniyah karena diturunkan sesudah peristiwa hijrah. Akan tetapi dalam
perspektif objek pembicaraan surat itu termasuk Makkiyah karena menjadi khitab
bagi orang-orang Makkah. Oleh karena itu, para sarjana muslim memasukan surat
itu kedalam ”Ma Nuzila bi Al-Madinah wa hukmuhu makki” (ayat-ayat yang
diturunkan di Madinah, sedangkan hukumnya termasuk ayat-ayat yang diturunkan
di Mekkah)”.

B. FAEDAH MENGETAHUI MAKKI DAN MADANI


Pengetahuan tentang makkiah dan madani banyak faedahnya diantaranya
yaitu sebagai berikut ini:

1. Pertama
Untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan Al-Qur’an, sebab
pengetahuan mengenai tempat turun ayat dapat membantu memahami ayat
tersebut dan menafsirkannya dengan tafsiran yang benar. Sekalipun yang menjadi
pegangan adalah pengertian umum lafadz, bukan sebab yang khusus. Berdasarkan
hal itu seseorang dapat membedakan antara ayat yang nasikh dengan yang
mansukh, bila diantara kedua ayat terdapat makna yang kontradiktif. Yang datang
kemudian tentu merupakan nasikh yang terdahulu.
2. Kedua
Meresapi gaya bahasa Qur’an dan memanfaatkannya dalam metode
dakwah menuju jalan Allah. Sebab setiap situasi mempunyai bahasa tersendiri.
Memperhatikan apa yang dikehendaki oleh situasi merupakan arti paling khusus
dalam retorika. Karakteristik gaya bahasa makki dan madani dalam Qur’an pun
memberikan kepada orang yang mempelajarinya sebuah metode dalam
penyampaian dakwah ke jalan Allah yang sesuai dengan kewajiban lawan
berbicara dan menguasai pikiran dan perasaanya serta menguasai apa yang ada
dalam dirinya dengan penuh kebijak sanaan. Setiap tahapan dakwah mempunyai
topik dan pola penyampaian tersendiri. Pola penyampaian itu berbeda-beda.
Sesuai dengan perbedaan tata cara, keyakinan dan kondisi lingkungan. Hal yang
demikian nampak jelas dalam berbagai cara Qur’an menyeru berbagai golongan;
orang yang beriman, yang musyrik, yang munafik dan ahli kitab.

3. Ketiga
Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Qur’an. Sebab turunya
wahyu kepada Rasulullah SAW sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala
peristiwanya, baik dalam periode mekkah maupun madinah. Sejak permulaan
turun turun wahyu hingga ayat terakhir diturunkan. Qur’an adalah sumber pokok
bagi peri hidup Rosulullah SAW peri hidup beliau yang diriwayatkan ahli sejarah
harus sesuai dengan Qur’an dan Qur’an pun memberikan kata putus terhadap
perbedaan riwayat yang mereka riwayatkan.

4. Mengetahui Hikmah disyariatkannya sesuai hukum (hikmah tasrie’).


Sebab dengan ilmu Makki dan Madani dapat diketahui Tarikh Tasyrie’
yang dalam mensyariatkan hukum-hukum islam itu secara bertahap, sehingga
dapat pula diketahui mengapa sesuatu hukum itu disyariatkan hukum-hukum
islam itu secara demikian. Seperti diharamkannya minuman keras, yang penetapan
hukumnya itu secara bertahap. Mula-mula hanya diterangkan ada bahayanya yang
lebih besar dari pada manfaatnya, dilarang menjelang shalat, kemudian secara
tegas diharamkan dan dilarangnya.

5. Mengetahui Perbedaan Dan Tahap-Tahap Dakwah Islamiyah


Tahap-tahap dakwah islamiyah yang diterangkan dalam ayat-ayat
Makkiyah adalah berbeda dengan isi dan ajaran dari ayat-ayat Madaniyah, seperti
yang telah di terangkan dalam tanda-tanda surah Makkiyah dan Madaniyah di
atas.

6. Mengetahui Perbedaan Uslub-Uslub (Bentuk Bahasa)


Al-Qur’an yang dalam surah-surah Makkiyah berbeda dengan yangdalam
surah-surah madaniyah. Sebab dalam surah-surah Makiyah yang ditujukan kepada
orang-orang kafir Qurays, yang banyak pakar ahli bahasa Arabnya memakai uslub
singkat padat sedang dalam surah-surah Madaniyah yang ditunjukan kepada
penduduk Madaniyah yang heterogen, yang banyak orang-orang asing belum
mengenal bahasa arab, menggunakan ungkapan panjang lebar agar mudah di
resapi mereka.
BAB II
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata Makki dan madani tidak hanya
dibedakan oleh tempat turunnya, tetapi juga dibedakan oleh isi, uslub dan lafadz
yang digunakan. Selain itu, tidak seluruh surat masuk kedalam makkiyah atau
madaniyah. Tetapi ada beberapa perincian lebih lanjut sesuai kondisi ayat-ayat
dan kejadian yang mengiri turunnya ayat tersebut.
Oleh karena itu mengetahui makki dan madani merupakan suatu hal yang penting,
baik dalam penafsiran dalam al-Qur’an pelaksanaan dakwah islam maupun
perjalanan sejarah pesyaratan hukum-hukum islam.

B. Saran
Dari beberapa penjelasan di atas tentang penulisan makkiyah dan
madaniyah pasti tidak terlepas dari esahan penulisan dan rangkaian kalimat dan
penyusunan makalah ini menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan seperti yang diharapakan oleh para pembaca dalam khusunya
pembimbing mata kuliah ilmu ulumul quran , oleh karena itu penulis makalah ini
mengharap kepada para pembaca mahasiswa dan dosen pembimbing mata kuliah
ini terdapat kritik dan saran yang sifatnya konstruktif dalam terselesainya makalah
ini yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Almanhaj, Surat-Surat Makkiyah dan Mdaniyah, (Online) 2010.


(http://www.almanhaj.or.id/content/2197/slash/0, diakses tanggal 19 Desember
2010.

Ar-Rumi, Fhad bin Abdurrahman, Ulumul Qur’an (Studi Kompleksitas al-


Qur’an), Terj. Amirul Hasan dan Muhammad Halabi, Cet. I: Yogyakarta: Titian
Illahi,1996.

Hadi, Syamsuol, Ayat-Ayat Makkiyah Wal Madaniyah, (Online) 2010.


(http://www.hadirukiyah.blogspot.com/2010/06/ayat-ayat Makkiyah-
walmadaniyah.html, diakses tanggal 29 Maret 2010.
BAB I
PEMBAHASAN

A. TANDA-TANDA MAKKIYAH DAN MADANIYAH


Dalam kitab Shahih Bukhori diriwayatkan dari Umar Radhiyallahu ‘anhu
bahwasanya dia mengatakan: “Kami tahu hari itu dan tempat wahyu tersebut turun
kepada Nabi Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Wahyu tersebut turun sementara
Rasulullah sedang berdiri berkutbah hari jum’at di padang Arafah.
Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun di Makkah dan sekitarnya seperti Mina,
Arafah, dan Hudabiyah, sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat yang turun di
Madinah dan Sekitarnya seperti Uhud, Quba dan Sul’a. Dari perpektif objek
pembicaraan, mereka mendefinisikan kedua terminologi di atas sebagai berikut:
“Makkiyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Makkah,
sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat yang menjadi Khitab bagi orang-orang
Madinah”

B. CIRI-CIRI KHAS AYAT-AYAT MAKKIYAH DAN MADANIYAH


a. Tanda-Tanda Surat Makkiyah
Sesuatu surah/ayat adalah Makkiyah, kalau ayat itu mempunyai tanda-
tanda sebagai berikut:

1. Dimulai dengan nida “Ya Ayyuhan Naasu” dan sejenisnya contoh: dalam surat
Al-Baqarah ayat 21 yang berbunyi

Artinya: Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakan kalian dan
orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. (Q.S. Al-Baqarah ayat
21).

2. Di dalamnya terdapat lafadz “Kalla”

”..................Sekali-kali tidak, sesungguhnya itu adalah yang diucapkannya


saja.............”
3. Didalamnya terdapat ayat-ayat sajdah, ada 15 ayat sajdah, (sunnah bersujud
tilawah) antara lain dalam surat al –A’raf:206

Artinya:
Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa
enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nya
lah mereka bersujud. (Q.S. Al-A’raf 206).

4. Didalamnya berisi cerita-cerita terhadap kemusyrikan dan penyembahan-


penyembahan kepada selain Allah SWT.

Artinya:
Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka
melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu
takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan). (Q.S.Al-
A’raf:116).

5. Didalamnya berisi penjelasan dengan bukti-bukti argumentasi dari alam ciptaan


Allah swt yang dapat menyadarkan orang-orang kafir yang menggunakan bukti-
bukti rasional dan ayat-ayat kauniyah.

6. Banyak terdapat lafal sumpah. Ialah ayat-ayat yang turun di Makkah dan
sekitarnya seperti Mina, Arafah dan Hubidiyah.

b. Madaniyah

a) Menjelaskan permasalahan ibadah, muamalah, hudud, bangunan rumah tangga,


warisan, keutamaan jihad, kehidupan sosial, aturan-aturan pemerintah menangani
perdamaian dan peperangan, serta persoalan-persoalan pembentukan hukum
syara’.
b) Didalamnya berisi hukum-hukum faraidh, seperti dalam surat Al-Baqarah, An-
Nisa’ ayat 12 dan Al-Maidah.

c) Di dalamnya berisi izin jihad fisabilillah (berjuang di jalan Allah) dan hukum-
hukumnya, seperti talak, seperti dalam surat Al-Baqarah, Al-Anfal, At-Taubah:70
Dan Al-Hajj.

d) Berisi Da’wah (seruan) kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani serta


penjelasan-penjelasan akidah mereka yang menyimpang, seperti dalam surah: Al-
Baqarah:159-160, Ali Imran, Al-Fath, Al-Hajj dan sebagainya.

e) Berisi hukum-hukum Munakahat (pernikahan). Baik mengenai nikah, talak


seperti dalam surah: Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa’:35, Al-Maidah, An-Nur,
Al-Mumtahanah, At-Thalak dan sebagainya.

f) Berisi ayat-ayat nida’ yang ditujukan kepada penduduk Madaniyah yang islam
dan Khithab (perintah): ” Ya Ayyuhal Ladzina Amanu” yang dalam al-Qur’an ada
219 ayat.

Inilah macam-macam ilmu Qur’an yang pokok, berkisar disekitar makki dan
madani, oleh karenanya dinamakan makki dan madani. Adapun Contoh dari Ayat
Makkiyah dan Maaniyah yaitu sebagai berikut:

1. Yang diturunkan di Mekkah atau Madinah


Pendapat yang paling mendekati kebenaran tentang bilangan surah-surah
makkiyah dan madinah ialah bahwa madaniah ada dua puluh surah; 1)Al-
Baqarah,2) Ali Imran, 3) An-Nisa’, 4) Al- Maidah, 5)Al-Anfal, 6) At –Taubah, 7)
An-Nur, 8) Al-Ahzab, 9) Muhammad, 10) Al-Fath, 11) Al- Hujurat, 12) Al-
Hadid, 13) Al-Mujadalah, 14) Al-Hasyr, 15) Al-Mumtahanah, 16) Al-Jumu’ah,
17) Al-Munafiquun, 18) Al-Talaq, 19) At-Tahrim dan 20) An-Nasr.

2. Yang Diperselisihkan
Sedankan yang diperselisihkan ada dua belas surah 1) Al-Fatihah, 2) Ar-
Ra’ad, 3) Ar-Rahman, 4) As-Shaf, 5) At-Taghabun, 6) At-Tatfif, 7) Al-Qadar, 8)
Al-Bayinah, 9) Az-Zalzalah, 10) Al-Ikhlas, 11) Al-Falaq, 12) An-Nisa’. Selain
yang diperselisihkan yang sudah disebutkan diatas, adalah surat makki, yaitu
delapan puluh surah, maka jumlah surah-surah Qur’an itu semuanya seratus empat
belas surah.
C. CARA-CARA MENGETAHUI MAKKIYAH DAN MADANIYAH
Dalam menetapkan ayat-ayat Al-Qur’an yang termasuk kategori Makkiyah dan
Madaniyah, para sarjana muslim berpegangan teguh pada dua perangkat
pendekatan yaitu:

1. Pendekatan Transmisi (Periwayatan)


Dengan perangkat pendekatan transmisi, para sarjana muslim merujuk
kepada riwayat-riwayat valid (sah) yang berasal dari para sahabat, yaitu orang-
orang yang besar kemungkinan menyaksikan turunya wahyu, atau para generasi
tabiin yang saling berjumpa dan mendengarkan langsung dari para sahabat tentang
aspek-aspek yang berkaitan dengan proses kewahyuan Al-Qur’an termasuk
didalamnya adalah informasi kronologis Al-Qur’an.
Otoritas para sahabat dan para tabiin dalam mengetahui informasi kronologi Al-
Qur’an dapat dilihat dari pernyataan-pernyataannya. Dalam salah satu riwayat Al
Bukhari, Ibn Ma’ud berkata: ”Demi Dzat yang tidak ada Tuhan selain-Nya, tidak
ada salah satupun dari kitab Allah yang turun, kecuali aku tahu untuk siapa dan
dimana diturunkan, seandainya aku tahu tempat orang yang lebih paham dariku
tentang kitab Allah pasti aku akan menjumpainya.”

2. Pendekatan Analogi (Qiyas)


Ketika melakukan kategorisasi Makkiyah dan Madaniyah, para sarjana
muslim penganut pendekatan analogi bertolak dari ciri-ciri spesifik dari kedua
klasifikasi itu. Misalnya mereka menetapkan tema kisah Nabi dan umat-umat
terdahulu sebagai ciri khusus Makkiyah, tema Faraidh dan ketentuan Had sebagai
ciri khusus Madaniyyah.

D. KEGUNAAN MEMPELAJARINYA

Kegunaan antara lain:


1. Mudah diketahui mana ayat-ayat yang turun lebih dahulu dan mana ayat-
ayat yang turun belakangan dari kitab suci Al-Qur’an.
2. mengetahui dan mengerti sejarah pensyariatan hukum-hukum islam
(Tarikhut Tasysyre’) yang amat bijaksana dalam menetapkan peraturan-
peraturan.
3. Mengetahui perbedaan dan tahap-tahap da’wah islamiyah. Tahap-tahap
da’wah islamiyah yang diterangkan dalam ayat-ayat Makkiyah adalah
berbeda dengan isi dan ajaran dari ayat-ayat Madaniyah, seperti yang teleh
diterangkan dalam tanda-tanda surah Makkiyah dan Madaniyah diatas tadi.
4. Mengetahui perbedaan Uslub-Uslub (bentuk bahasa) Al-Qura’n yang
dalam surah-surah Makkiyah berbeda dengan yang ada dalam surah-surah
Madaniyah.
5. Dengan mengetahui ilmu Makki dan Madani, situasi dan kondisi
masyarakat kota Makkah dan Madinah dapat diketahui, khususnya pada
waktu turunya ayat-ayat al-Qur’an.

Sedangkan, dalam pembahasan lain juga dikutip tentang faedah-faedah


mempelajari surah Makkiyah dan Madaniyah di antaranya yang
berpendapat itu adalah Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin surah
Makkiyah dan Madaniyah yaitu:
a) Nampak jelas sastra Al-Qur’an pada puncak keindahanya, yaitu ketika
setiap kaum diajak berdialog yang sesuai dengan keadaan objek yang
didakwahi; dari ketegasan, kelugasan, kelunakan dan kemudahan.
b) Membedakan antara beliau mengemukakan bahwa ada 4 faedah dalam
mempelajari ansikh dan mansukh ketika terdapat dua ayat Makkiyah dan
Madaniyah, maka lengkaplah syarat-syarat nasakh karena ayat Madaniyah
adalah sebagai nasikh (penghapus) ayat Makkiyah disebabkan Madaniyah
turun setelah ayat Makkiyah.
BAB II
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

 Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun di makkah dan sekitarnya


seperti Mina, Arafah, dan Hudabiyah, sedangkan Madaniyah
adalah ayat-ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya seperti
Uhud, Quba, dan Sul’a.

Ciri-ciri ayat Makkiyah dan ayat Madaniyah yaitu: dimulai dengan
nida’, didalamnya terdapat lafadz ”Kalla”, terdapat ayat-ayat
sajdah, Berisi cerita-cerita terhadap kemusyrikan dan
penyembuhan-penyembuhan kepada selain Allah swt. Berisi
penjelasan dengan bukti-bukti argumentasi dari alam ciptaan Allah
swt, banyak terdapat lafadz sumpah.

Cara mengetahui Makkiyah dan Madaniyah terdapat dua
pendekatan, yaitu pendekatan transmisi (periwayatan) dan
pendekatan analogi (Qiyas).

Klasifikasi ayat-ayat dan surat-surat al-Qur’an yaitu: 1) Surah-
surah Makkiyah murni, 2) Surah-surah Madaniyah Murni, 3)
Surah-surah Madaniyah yang berisi ayat Makkiyah, 4) Surah-surah
Madaniyah yang berisi ayat Makkiyah.

DAFTAR PUSTAKA

Almanhaj, Surat-Surat Makkiyah dan Mdaniyah, (Online) 2010.


(http://www.almanhaj.or.id/content/2197/slash/0, diakses tanggal 19 Desember
2010.

Ar-Rumi, Fhad bin Abdurrahman, Ulumul Qur’an (Studi Kompleksitas al-


Qur’an), Terj. Amirul Hasan dan Muhammad Halabi, Cet. I: Yogyakarta: Titian
Illahi,1996.

Hadi, Syamsuol, Ayat-Ayat Makkiyah Wal Madaniyah, (Online) 2010.


(http://www.hadirukiyah.blogspot.com/2010/06/ayat-ayat Makkiyah-
walmadaniyah.html, diakses tanggal 29 Maret 2010.

You might also like