You are on page 1of 24

Ê     




›    ›    

›   
 



c


c


›  



   c
c


 

›  

      

   
  



c
c
c
› ›

   


 ›  

Akhir-akhir ini, banyak orang tua yang mengeluhkan tutur bahasa anak-anaknya
yang amburadul, sulit dimengerti dan semakin jauh dari sopan santun. Memang bahasa
anak muda zaman sekarang cenderung lebih ³arogan´ jika di bandingkan dengan zaman
dulu, tapi itulah yang namanya perubahan. Arus teknologi dan pengetahuan kini sudah
semakin maju, begitu juga cara berpikir anak-anak muda zaman sekarang juga semakin
³melaju´ cepat.

Bahasa gaul penuh rahasia. Hanya remaja yg bisa mengkomunikasikan secara


aktif. Hal ini di sebabkan bahasa remaja hasil campur aduk berbagai bahasa dengan
berbagai perubahan. Dalam kacamata psikologi, remaja merupakan masa tumbuh adoles
cence (tumbuh menjadi dewasa). Dilapangan,sistem tidak memihak remaja. Guru-guru
kita mewasiatkan penggunaan bahasa yg baik dan benar. Celakanya, banyak guru yang
menjejali konsep ejaan yang disempurnakan(EYD) dalam berkomunikasi. Hasilnya
penggunaan bahasa terkesan kaku dan formal. Akhirnya para remaja mencoba keluar
dari kekakuan bahasa ini, yaitu dengan menggunakan bahasa gaul.

Mengingat semakin berkembangnya arus komunikasi, maka siswa telah


mengesahkan pemakaian bahasa gaul di setiap situasi dan tidak memperhatikan keadaan
dengan siapa dan dimana mereka menggunakan bahasa tersebut. Kalau hal itu sampai
dibiarkan terus terjadi, maka sikap kesopanan berbahasa sebagai bentuk kesopanan
terhadap orang yang lebih tua sudah terabaikan.

Bahasa gaul bukan hanya milik anak kota, anak desapun fasih melafalkanya.
Berarti bahasa gaul merupakan gejala sosial dan fenomenal. Karya seni tulis seperti
puisi, naskah drama, dan novel pun banyak yang berbahasa gaul. Jangkauan bahasa gaul
semakin luas dengan bertebaranya produk tren budaya pop-film dan musik. Begitulah
bahasa remaja, berkembang seiring dinamisasi zaman. Terus bergerak seiring jalanya
peradaban.

Bahasa gaul remaja sebagai variasi bahasa mempunyai karakteristik tersendiri


yang membedakan tutur remaja dengan tutur bahasa yang lain. Karakteristik bahasa
gaul remaja tampak pada pilihan kosakata, ungkapan, pola, dan strukturnya.

c
c
c
•emaja sebagai kelompok sosial tertentu yang ada di dalam masyarakat
menggunakan bahasa gaul tidak hanya ketika berkomunikasi dengan anggota
kelompoknya, tetapi juga dengan kelompok generasi tua. Selain itu, bahasa gaul rermaja
memiliki keunikan-keunikan yang bersifat kreatif dan memiliki nilai sosial tersendiri.
Oleh karena itu, makalah kami yang berjudul ³›       ›   
  sangatmenarik untuk disimak.

 !   

•umusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1). Bagaimana perkembangan bahasa gaul sebagai tutur bahasa remaja di Indonesia saat
ini?

2). Bagaimana sejarah pemakaian bahasa gaul sebagai tutur bahasa remaja di Indonesia?

3). Bagaimana ciri-ciri bahasa gaul sebagai tutur bahasa remaja di Indonesia?

4). Bagaimana bahasa gaul sebagai tutur bahasa remaja menjadi solidaritas kaum muda
di Indonesia?

5). Bagaimana distribusi geografis bahasa gaul sebagai tutur bahasa remaja di
Indonesia?

" 

Secara umum, tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk memeriksa
pemakaian bahasa gaul sebagai tutur bahasa remaja. Secara khusus, tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah:

1). Mendiskripsikan perkembangan bahasa gaul sebagai tutur bahasa remaja di


Indonesia saat ini.

2). Mendiskripsikan sejarah pemakaian bahasa gaul sebagai tutur bahasa remaja di
Indonesia.

3). Mendiskripsikan ciri-ciri bahasa gaul sebagai tutur bahasa remaja di Indonesia.

c
c
c
4). Mendiskripsikan bahasa gaul sebagai tutur bahasa remaja dapat menjadi pengikat
solidaritas kaum muda di Indonesia.

5). Mendiskripsikan distribusi geografis bahasa gaul sebagai tutur bahasa remaja di
Indonesia?

#! $ 

Secara operasional, manfaat yang diharapkan dari makalah ini adalah manfaat
teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoristis yang diharapkan adalah memperkaya
kajian sosiolinguistik khususnya tentang variasai bahasa, serta dapat menghasilkan
deskripsi mengenai bahasa gaul sebagai bahasa remaja.

Manfaat praktis yang dapat diharapkan dari makalah ini adalah bagi guru
khususnya yaitu untuk bahan pengajaran. bagi pembaca, makalah ini dapat menambah
pemahaman berbagai bahasa di dalam masyarakat, dan bagi penulis, makalah ini dapat
digunakan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah kajian kebahasaan.

c
c
c
› ›

  %


  ›   

Menurut Chaer (dalam Massofa, 2009) bahasa adalah suatu sistem lanuang
berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja
sama, berkornunikasi, dan mengindenfikasi diri. Menurut pendapat di atas rnaka dapat
disimpulkan bahwa bahasa adalah berupa bunyi yang digunakan oleh rnasyarakat untuk
berkornunikasi.

Keraf (dalam Massofa, 2009) mengatakan bahwa bahasa mencakup dua bidang,
yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap berupa arus bunyi dan yang mempunyai
makna. Bahasa sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat terdiri atas dua
bagian utama yaitu bentuk (arus ujaran) dan makna (isi). Menurut pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap yang
merupakan alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa bentuk dan makna.


&›   '  ! (  

Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam hidup manusia. Manusia
sudah menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi antarsesamanya sejak berabad-
abad silam. Bahasa hadir sejalan dengan sejarah sosial komunitas-komunitas
masyarakat atau bangsa. Pemahaman bahasa sebagai fungsi sosial menjadi hal pokok
manusia untuk mengadakan interaksi sosial dengan sesamanya.

Bahasa bersifat arbitrer. Oleh karena itu, bahasa sangat terkait dengan budaya
dan sosial ekonomi suatu masyarakat penggunanya. Hal ini memungkinkan adanya
diferensiasi kosakata antara satu daerah dengan daerah yang lain.

Perkembangan bahasa tergantung pada pemakainya. Bahasa terikat secara sosial,


dikontruksi, dan direkonstruksi dalam kondisi sosial tertentu daripada tertata menurut
hukum yang diatur secara ilmiah dan universal. Oleh karena itu, bahasa dapat dikatakan
sebagai keinginan sosial (Kompas.com: 2006).

Disamping fungsi sosial, bahasa tidak terlepas dari perkembangan budaya


manusia. Bahasa berkembang sejalan dengan perkembangan budaya manusia. Bahasa

c
c
c
dalam suatu masa tertentu mewadahi apa yang terjadi di dalam masyarakat. Sehingga,
bahasa dapat disebut sebagai cermin zamannya.

Sumarsono dan Paini Partana (dalam Grafura0 2006) menyatakan bahwa bahasa
sebagai produk sosial atau produk budaya. Bahasa tidak dapat dipisahkan dengan
kebudayaan manusia. Sebagai produk sosial atau budaya, bahasa berfungsi sebagai
wadah aspirasi sosial, kegiatan dan perilaku masyarakat, dan sebagai wadah
penyingkapan budaya termasuk teknologi yang diciptakan oleh masyarakat pemakai
bahasa itu.

Keraf (dalam Grafura, 2006) yang menyatakan bahwa bahasa apabila ditinjau
dari dasar dan motif pertumbuhannya, bahasa berfungsi sebagai (1) alat untuk
menyatakan ekspresi diri, (2) alat komunikasi, (3) alat untuk mengadakan integrasi dan
adaptasi sosial, dan (4) alat untuk mengadakan kontrol sosial.

Bahasa sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri dipergunakan untuk


mengkespresikan segala sesuatu yang tersirat di dalam pikiran dan perasaan penuturnya.
Ungkapan pikiran dan perasaan manusia dipengaruhi oleh dua hal yaitu oleh keadaan
pikiran dan perasaan itu sendiri. Ekspresi bahasa lisan dapat dilihat dari mimik,
lagu/intonasi, tekanan, dan lain-lain. Ekspresi bahasa tulis dapat dilihat dengan diksi,
pemakaian tanda baca, dan gaya bahasa. Ekspresi diri dari pembicaraan seseorang
memperlihatkan segala keinginannya, latar belakang pendidikannya, sosial, ekonomi.
Selain itu, pemilihan kata dan ekspresi khusus dapat menandai indentitas kelompok
dalam suatu masyarakat.

Menurut Pateda (dalam Grafura, 2006) bahwa bahasa merupakan saluran untuk
menyampaikan semua yang dirasakan, dipikirkan, dan diketahui seseorang kepada
orang lain. Bahasa juga memungkinkan manusia dapat bekerja sama dengan orang lain
dalam masyarakat. Hal tersebut berkaitan erat bahwa hakikat manusia sebagai makhluk
sosial memerlukan bahasa untuk memenuhi hasratnya.

Sebagai alat komunikasi, bahasa mempunyai fungsi sosial dan fungsi kultural.
Bahasa sebagai fungsi sosial adalah sebagai alat perhubungan antaranggota masyarakat.
Sedangkan sebagai aspek kultural, bahasa sebagai sarana pelestarian budaya dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Hal ini meliputi segala aspek kehidupan manusia yang
tidak terlepas dari peranan kehidupan manusia yang tidak terlepas dari peranan bahasa
sebagai alat untuk memperlancar proses sosial manusia.

c
c
c
Bahasa berperan meliputi segala aspek kehidupan manusia. Termasuk salah satu
peran tersebut adalah untuk memperlancar proses sosial manusia. Hal ini sejalan dengan
pendapat Nababan (dalam Grafura, 2006) bahwa bahasa adalah bagian dari kebudayaan
dan bahasalah yang memungkinkan pengembangan kebudayaan sebagaimana kita kenal
sekarang.

Bahasa dapat pula berperan sebagai alat integrasi sosial sekaligus alat adaptasi
sosial, hal ini mengingat bahwa bangsa Indonesia memiliki bahasa yang majemuk.
Kemajemukan ini membutuhkan satu alat sebagai pemersatu keberseragaman tersebut.
Di sinilah fungsi bahasa sangat diperlukan sebagai alat integrasi sosial. Bahasa disebut
sebagai alat adaptasi sosial apabila seseorang berada di suatu tempat yang memiliki
perbedaan adat, tata krama, dan aturan-aturan dari tempatnya berasal. Proses adaptasi
ini akan berjalan baik apabila terdapat sebuah alat yang membuat satu sama lainnya
mengerti, alat tersebut disebut bahasa. Dari uraian ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa
bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia.

Salah satu butir sumpah pemuda adalah menjunjung tinggi bahasa persatuan,
bahasa Indonesia. Dengan dengan demikian bahasa dapat mengikat anggota-anggota
masyarakat pemakai bahasa menjadi masyarakat yang kuat, bersatu, dan maju.

")  ›   

’ariasi atau ragam bahasa merupakan bahasan pokok dalam studi


sosiolinguistik. Bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi bukan hanya penuturnya
yang tidak homogen tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan
sangat beragam.

Chaer dan Agustina (dalam Massofa, 2009) mengatakan bahwa variasi bahasa
itu pertama-tama kita bedakan berdasarkan penutur dan penggunanya. Berdasarkan
penutur berarti, siapa yang mengunakan bahasa itu, dirnana tempat tinggalnya,
bagaimana kedudukan sosialnya dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan
bahasa itu digunakan. Berdasarkan penggunanya berarti, bahasa itu digunakan untuk
apa, dalam bidang apa, apa jalur dan alatnya, dan bagaimana situasi keformalannya.

Adapun penjelasan variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:

‘  


a. ’ariasi bahasa idiolek

c
c
c
’ariasi bahasa idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep
idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing.
b. ’ariasi bahasa dialek
’ariasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya
relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Umpamanya, bahasa
Jawa dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya
c. ’ariasi bahasa kronolek atau dialek temporal
Bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh
sekelompok sosial pada masa tertentu. Umpamanya, variasi bahasa Indonesia pada masa
tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan variasi bahasa pada
masa kini.
d. ’ariasi bahasa sosiolek
’ariasi bahasa sosiolek adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan,
dan kelas sosial para penuturnya. ’ariasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi
para penuturnya, seperti usia, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat
kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain sebagainya.

× 
  
 
Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh raja (keturunan
raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosakata, seperti kata mati digunakan
untuk masyarakat biasa, sedangkan para raja menggunakan kata mangkat.

 
   
 

’ariasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi bahasa
yang mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan
hanya saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan sebagaimana halnya dengan
tingkat kebangsawanan. Misalnya, seseorang yang mempunyai tingkat ekonomi yang
tinggi akan mempunyai variasi bahasa yang berbeda dengan orang yang mempunyai
tingkat ekonomi lemah. Berkaitan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat golongan,
status dan kelas sosial para penuturnya dikenal adanya variasi bahasa akrolek, basilek,
vulgal, slang, kolokial, jargon, argot, dan ken (Chaer, dan Agustina dalam Massofa,
2009).

Adapun penjelasan tentang variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:


a. akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi dari
variasi sosial lainya.

b. basilek adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan dipandang
rendah.

c
c
c
c. vulgal adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pada pemakai bahasa yang
kurang terpelajar atau dari kalangan yang tidak berpendidikan.

d. slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia


e. kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang
cenderung menyingkat kata karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok
(dokter), prof (profesor), let (letnan), dll.
f. jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara lerbatas oleh kelompok sosial
tertentu. misalnya, para tukang batu dan bangunan dengan istilah disiku, ditimbang, dll.
g. argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh profesi tertentu dan
bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet: daun dalam arti uang.
h. ken adalah variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek penuh
dengan kepura-puraan. Misalnya, variasi bahasa para pengemis.

d  


’ariasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek
atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk
keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan,
pendidikan, dan sebagainya. ’ariasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tanpak
cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai
kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain. Misalnya, bahasa dalam karya
sastra biasanya menekan penggunaan kata dari segi estetis sehingga dipilih dan
digunakanlah kosakata yang tepat.
•agam bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat
sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah
komunikatif karena jurnalis harus menyampaikan berita secara tepat dan ringkas karena
keterbatasasan ruang (dalam media cetak), dan keterbatasan waktu (dalam media
elektronik). Intinya ragam bahasa yang dimaksud diatas, adalah ragam bahasa yang
menunjukan perbedaan ditinjau dari segi siapa yang menggunakan bahasa tersebut.

  


’ariasi bahasa berdasarkan tingkat keformalannya, Chaer (dalam Massofa,
2009) membagi variasi bahasa atas lima macam gaya, yaitu:

a. Gaya atau ragam beku (frozen);


Gaya atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan pada
situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah dimasjid, dan
sebagainya.
b. Gaya atau ragam resmi (formal);

c
c
c
Gaya atau ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato
kenegaraan, rapat dinas, dan lain sebagainya.
c. Gaya atau ragam usaha (konsultatif);
Gaya atau ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim dalarn
pembicaraan biasa di sekolah, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau
produksi.
d. Gaya atau ragam santai (casual);
Gaya bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang
tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu
istirahat dan sebagainya.
e. Gaya atau ragam akrab (intimate);
Gaya atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur
yang hubungannya sudah akrab antar anggota keluarga atau antar teman yang sudah
karib.

M  
 
’ariasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan.
Misalnya, telepon, telegraf, radio yang menunjukkan adanya perbedaan dari variasi
bahasa yang digunakan, salah satunya adalah ragam atau variasi bahasa lisan dan bahasa
tulis yang pada kenyataannya menunjukan struktur yang tidak sama.

c
c
c
› ›

!›   

"
›    

Terdapat dua situasi yang menggolongkan pemakaian bahasa di dalam


masyarakat, yaitu situasi resmi dan tidak resmi. Bahasa yang digunakan pada situasi
resmi menuntut penutur untuk menggunakan bahasa baku, bahasa formal. Penggunaan
bahasa resmi terutama disebabkan oleh keresmian suasana pembicaraan atau
komunikasi tulis yang menuntut adanya bahasa resmi. Contoh suasana pembicaraan
resmi adalah pidato, kuliah, rapat, ceramah umum, dan lain-lain. Dalam bahasa tulis
bahasa resmi banyak digunakan dalam surat dinas, perundang-undangan, dokumentasi
resmi, dan dan lain-lain.

Situasi tidak resmi akan memunculkan suasana penggunaan bahasa tidak resmi
juga. Kuantitas pemakian bahasa tidak resmi banyak tergantung pada tingkat keakraban
pelaku yang terlibat dalam komunikasi. Dalam situasi tidak resmi, penutur bahasa tidak
resmi mengesampingkan pemakaian bahasa baku atau formal. Kaidah dan aturan dalam
bahasa-bahasa baku tidak lagi menjadi perhatian. Prinsip yang dipakai dalam bahasa
tidak resmi adalah asal orang yang diajak bicara bisa mengerti. Situasi semacam ini
dapat terjadi pada situasi komunikasi remaja di sebuah mal, interaksi penjual dan
pembeli, dan lain-lain. Dari ragam bahasa tidak resmi tersebut, selanjutnya
memunculkan istilah yang disebut dengan istilah bahasa gaul.

Lubis Grafura (Grafura, 2009) mengkhawatirkan terkikisnya bahasa Indonesia


yang baik dan benar di tengah arus globalisasi. Kecenderungan masyarakat ataupun para
pelajar menggunakan bahasa asing dalam percakapan sehari-hari semakin tinggi. Dan
yang lebih parah makin berkembangnya bahasa gaul yang mencampuradukkan bahasa
daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.

Saat ini bahasa gaul telah banyak terasimilasi dan menjadi umum. Bahasa gaul
sering digunakan sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan
sosial bahkan dalam media-media populer serperti T’, radio, dunia perfilman nasional,
dan digunakan sebagai publikasi yang ditujukan untuk kalangan remaja oleh majalah-
majalah remaja populer.

c
c
c
Seperti halnya bahasa lain, bahasa gaul juga mengalami perkembangan.
Perkembangan tersebut dapat berupa penambahan dan pengurangan kosakata. Tidak
sedikit kata-kata yang akan menjadi kuno (usang) yang disebabkan oleh tren dan
perkembangan zaman. Maka dari itu, setiap generasi akan memiliki ciri tersendiri
sebagai identitas yang membedakan dari kelompok lain. Dalam hal ini, bahasalah
sebagai representatifnya.

Dari segi fungsinya, bahasa gaul memiliki persamaan antara slang, dan prokem.
Kosa kata bahasa remaja banyak diwarnai oleh bahasa prokem, bahasa gaul, dan istilah
yang pada tahun 1970-an banyak digunakan oleh para pemakai narkoba (narkotika,
obat-obatan dan zat adiktif). Hampir semua istilah yang digunakan bahasa rahasia di
antara mereka yang bertujuan untuk menghindari campur tangan orang lain. Bahasa
gaul remaja merupakan bentuk bahasa tidak resmi.

Oleh karenanya bahasa gaul remaja berkembang seiring dengan perkembangan


zaman, maka bahasa gaul dari masa ke masa berbeda. Tidak mengherankan apabila
bahasa gaul remaja digunakan dalam lingkungan dan kelompok sosial terbatas, yaitu
kelompok remaja. Hal ini berarti bahwa bahasa gaul hanya digunakan pada kelompok
sosial yang menciptakannya. Anggota di luar kelompok sosial tersebut sulit untuk
memahami makna bahasa tersebut.

"      ›    

Bahasa gaul tidak hanya muncul belakangan ini saja, tetapi sudah muncul sejak
awal 1970-an. Waktu itu bahasa khas anak muda biasa disebut bahasa prokem atau
bahasa okem. Salah satu kosakata bahasa prokem yang masih sering dipakai sampai
sekarang adalah "bokap".

Bahasa prokem awalnya digunakan oleh para preman yang kehidupannya dekat
sekali dengan kekerasan, kejahatan, narkoba, dan minuman keras. Istilah-istilah baru
mereka ciptakan agar orang-orang di luar komunitas mereka tidak mengerti. Dengan
begitu, mereka tidak perlu lagi bersembunyi untuk membicarakan hal negatif yang
akan maupun yang telah mereka lakukan.

Karena begitu seringnya mereka menggunakan bahasa sandi mereka itu di


berbagai tempat, lama-lama orang awam pun mengerti yang mereka maksud. Akhirnya
mereka yang bukan preman pun ikut menggunakan bahasa ini dalam obrolan sehari-

c
c
c
hari sehingga bahasa prokem tidak lagi menjadi bahasa rahasia. Istilah dalam bahasa
prokem seperti mokal, mokat, atau bokin dan lain-lain.

Dalam bahasa prokem, kata dibentuk dengan menyisipkan "ok" di tengah kata
yang bagian akhirnya dibuang. Contoh: preman, dibuang "an"-nya dan disisipkan "ok"
di tengah, dan preman pun berubah menjadi prokem. Sepatu yang menjadi sepokat dan
duit jadi doku. Juga ada kata yang dibolak-balik seperti pusing menjadi suping.
(Wikipedia: 2005)

Pada tahun 1970-an, Dengan motif yang kurang lebih sama dengan para preman,
kaum waria juga menciptakan sendiri bahasa rahasia mereka. Sampai sekarang kita
masih sering mendengar istilah "bencong" untuk menyebut seorang banci. Pada
perkembangannya, konon para waria atau banci inilah yang paling rajin berkreasi
menciptakan istilah-istilah baru yang kemudian memperkaya khasanah perbendaharaan
bahasa gaul. Anak muda 1970-an memperkenalkan asoy untuk asyik dan ajojing untuk
berdisko. Pada masa itu, Teguh Esha, lewat novel Ali Topan Anak Jalanan (1972) dan
sekuelnya, Ali Topan: Detektif Partikelir (1973), mempopulerkan bahasa prokem yang
aslinya dari bahasa para preman (Tajudin, Tempo: 2007).

Pada 80-an bahasa gaul anak muda makin marak. •adio salah satu sumbernya.
Sandiwara radio Catatan Si Boy (Cabo) di Prambors banyak menyumbang istilah baru.
"Cabo harus bermain di kalimat karena radio hanya menjual suara," ujar Wanda
Tumanduk, salah satu penulis naskahnya dalam buku Tempat Anak Muda Mangkal.
Prambors juga mempopulerkan kata-kata lama bahasa Jawa seperti tembang untuk lagu,
dan anyar untuk baru, juga kawula dan wadyabala (Tajudin, Tempo: 2007).

Dekade berikutnya, bahasa komunitas banci masuk dalam bahasa pergaulan


anak muda secara umum. Debby Sahertian, bintang Lenong •umpi, mengabadikan
bahasa itu dalam Kamus Bahasa Gaul. Dari sana sejumlah kata berubah arti, seperti
ember (memang), sutra (sudah), akika (aku), dan sebagainya. Kata-kata bahasa Inggris
juga makin marak disisipkan dalam percakapan sehari-hari.(Tajudin, Tempo: 2007)

Belakangan, kita sering menemukan pemakaian kata "secara" yang kurang tepat.
Tidak hanya dalam percakapan, kesalahkaprahan pemakaiannya juga bisa dijumpai
dalam sejumlah tulisan. Contohnya kalimat: "Secara kita tuh makhluk sosial, kita pun
dituntut untuk belajar bersosialisasi." Pemakaian kata "secara" di kalimat itu jelas salah,
dan bisa diganti dengan karena atau mengingat. Parahnya lagi, pemakaian kata itu
kadang juga tidak terdeteksi sebagai sebuah kesalahan. Dalam versi ini, kata "secara"
biasanya muncul sebagai kemubaziran. Misalnya: "Secara akar musik emo bermula dari

c
c
c
punk dan hardcore punk." harusnya kalimat itu bisa ditulis: "Akar musik emo adalah
punk dan hardcore punk," atau: "Musik emo berakar pada punk dan hardcore punk."
Contoh lain: "Padahal, secara jarak tempuh, rumah Anda yang lebih jauh dari rumah
sahabat Anda." Seharusnya kalimat itu bisa lebih singkat: "Padahal, rumah Anda yang
lebih jauh dari rumah sahabat Anda.´

Tentu saja, masih banyak kata yang populer dalam pergaulan kaum muda. Tidak
selamanya bahasa gaul memiliki pola khas seperti bahasa prokem, kadang malah
dicomot dari sumber yang susah dilacak. Misalnya, kata tajir untuk kata kaya. Tajir
sebenarnya berasal dari bahasa Arab yang berarti pedagang. Ada jayus yang berarti
kegagalan dalam melucu. Konon, itu dicomot dari nama seseorang yang sering gagal
melucu.

Kosakata bahasa gaul yang berkembang belakangan ini sering tidak beraturan
dan cenderung tidak terumuskan. Bahkan kita tidak dapat mempredeksi bahasa apakah
yang berikutnya akan menjadi bahasa gaul.

Bahasa gaul memiliki sejarah sebelum penggunaannya popular seperti sekarang


ini. Sebagai bahan teori, berikut adalah sejarah dari beberapa kata dalam bahasa gaul
tersebut:

1). Nih Yee...

Ucapan ini terkenal di tahun 1980-an, tepatnya November 1985. pertama kali
yang mengucapkan kata tersebut adalah seorang pelawak bernama Diran. Selanjutnya
dijadikan bahan lelucon oleh Euis Darliah dan popular hingga saat ini (Grafura, 2006).

2) Memble dan Kece

Kata memble dan kece merupakan kata-kata ciptaan khas Jaja Mihardja. Pada
tahun 1986, muncul sebuah film berjudul ³Memble Tapi Kece´ yang diperankan oleh
Jaja Mihardja ditemani oleh Dorce Gamalama (Grafura, 2006).

3) Booo....

Kata ini popular pada pertengahan awal 1990-an. Penutur pertama kata
Boo«adalah grup GSP yang beranggotakan Hennyta Tarigan dan •ina Gunawan.
Kemudian kata-kata dilanjutkan oleh Lenong •umpi dan menjadi popular di lingkungan
pergaulan kalangan artis. Salah seorang artis bernama Titi DJ kemudian disebut sebagai
artis yang benar-benar mempopulerkan kata ini (Grafura, 2006).

4) Nek...
c
c
c
Setelah kata Boo... popular, tak lama kemudian muncul kata-kata Nek... yang
dipopulerkan anak-anak SMA di pertengahan 90-an. Kata Nek... pertama kali di
ucapkan oleh Budi Hartadi seorang remaja di kawasan kebayoran yang tinggal bersama
neneknya. Oleh karena itu, lelaki yang latah tersebut sering mengucapkan kata
Nek...(Grafura, 2006).

5) Jayus

Di akhir dekade 90-an dan di awal abad 21, ucapan jayus sangat popular. Kata
ini dapat berarti sebagai µlawakan yang tidak lucu¶, atau µtingkah laku yang disengaca
untuk menarik perhatian, tetapi justru membosankan¶. Kelompok yang pertama kali
mengucapkan kata ini adalah kelompok anak SMU yang bergaul di sekitar Kemang.

Asal mula kata ini dari Herman Setiabudhi. Dirinya dipanggil oleh teman-
temannya Jayus. Hal ini karena ayahnya bernama Jayus Kelana, seorang pelukis di
kawasan Blok M. Herman atau Jayus selalu melakukan hal-hal yang aneh-aneh dengan
maksud mencari perhatian, tetapi justru menjadikan bosan teman-temannya. Salah satu
temannya bernama Sonny Hassan atau Oni Acan sering memberi komentar jayus
kepada Herman. Ucapan Oni Acan inilah yang kemudian diikuti teman-temannya di
daerah Sajam, Kemang lalu kemudian merambat populer di lingkungan anak-anak SMU
sekitar (Urbanus, 2009).

6. Jaim

Ucapan jaim ini di populerkan oleh Bapak Drs. Sutoko Purwosasmito, seorang
pejabat di sebuah departemen, yang selalu mengucapkan kepada anak buahnya untuk
menjaga tingkah laku atau menjaga image (Urbanus, 2009).

7. Gitu Loh...

Kata Gitu Loh pertama kali diucapin oleh Gina Natasha seorang remaja SMP di
kawasan Kebayoran. Gina mempunyai seorang kakak bernama •onny Baskara seorang
pekerja event organizer. Sedangkan •onny punya teman kantor bernama Siska Utami.
Suatu hari Siska bertandang ke rumah •onny. Ketika dia bertemu Gina, Siska bertanya
dimana kakaknya, lantas Gina menjawab di kamar, Gitu Loh. Esoknya si Siska di kantor
ikut-ikutan latah dia ngucapin kata Gitu Loh...di tiap akhir pembicaraan (Grafura,
2006).

8. Cupu

Sebutan ini lazim ditujukan untuk seseorang yang berpenampilan kuno, jadul
(jaman dulu). Dengan kata lain dianggap tidak mencerminkan kekinian, misalnya
c
c
c
berkacamata tebal dan modelnya tidak trendy, kutu buku, kurang bergaul di kalangan
anak muda. Cupu sendiri merupakan kependekan dari kalimat ³culun punya´. Culun
dapat berarti ³lugu-lugu bego´, punya dapat berarti ³benar-benar´, jika digabung
menjadi : benar-benar lugu/bego (Urbanus, 2009).

Selama ini bahasa anak muda cuma dianggap bahasa cakapan temporer yang
tidak baku dan harus ditulis miring. Bahasa itu dianggap seperti tren pakaian anak muda
yang terus berganti bersama musim atau sebagai satu bentuk pemberontakan dan
keisengan anak muda, atau cara mereka keluar dari kekakuan bahasa baku. Artinya
biarkan bahasa itu berkembang di koridor yang berbeda.

Bersikap seperti itu adalah pilihan gampang, tapi cenderung tidak mau repot.
Saya tidak sedang ingin mengatakan harus ada aturan yang melarang penggunaan
bahasa-bahasa itu, meski memang banyak yang menganggapnya sebagai perusak tata
bahasa Indonesia. Justru sebaliknya, kita sebenarnya memanfaatkan kedinamisan anak
muda dalam menciptakan bahasa itu sebagai salah satu sumber penambahan kata dan
perkembangan bahasa baku. Meski bahasa gaul memiliki dunianya sendiri, tidak ada
salahnya mengadopsi atau mengambil kata baru dari mereka, apalagi jika tidak dimiliki
bahasa baku. Dan ketika itu terjadi, kata-kata itu tak perlu ditulis miring atau diberi
tanda "Cak" (cakapan) dalam kamus.

Misalnya, jayus atau garing, karena agak susah mencari kata yang berarti gagal
melucu dalam bahasa baku. Meski garing berasal dari bahasa Jawa dan berarti kering,
tapi tetap saja arti "obrolannya kering," dan "obrolannya garing," tidak sama. Begitu
pula kata dugem yang tidak bisa diganti dengan kongko atau disko. Nuansanya lebih
luas.

Tentu saja tidak semua bisa diangkut. Harus ada seleksi ketat. Kata-kata yang
dibolak-balik sebaiknya tidak diambil. Juga kata-kata yang ada di bahasa baku tapi
dipakai untuk maksud yang menyimpang, seperti pemakaian "secara" yang amburadul
tadi.

" "*+*›    

•agam bahasa gaul memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan kreatif. Kata-kata
yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang akan diperpendek

c
c
c
melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih pendek seperti
permainan menjadi mainan, pekerjaan menjadi kerjaan.

Kalimat-kalimat yang digunakan kebanyakan berstruktur kalimat tunggal.


Bentuk-bentuk elip juga banyak digunakan untuk membuat susunan kalimat menjadi
lebih pendek sehingga seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang tidak lengkap. Dengan
menggunakan struktur yang pendek, pengungkapan makna menjadi lebih cepat yang
sering membuat pendengar yang bukan penutur asli bahasa Indonesia mengalami
kesulitan untuk memahaminya (Grafura, 2006).

Ada banyak ragam bentukan bahasa gaul. Berikut ini penjelasan singkat
beberapa metode atau rumus dalam membentuk atau memodifikasi kata, anatara lain:

‘     

Dalam bahasa prokem, kata dibentuk dengan menyisipkan "ok" di tengah kata
yang bagian akhirnya dibuang. Contoh: preman, dibuang "an"-nya dan disisipkan "ok"
di tengah, dan preman pun berubah menjadi prokem. Sepatu yang menjadi sepokat dan
duit jadi doku (Wikipedia: 2005).

Contoh lainnya:
Mati - mokat
Bini - bokin
Beli - bokel
Bisa - bokis

×  
 

Kata bencong itu bentukan dari kata banci yang disisipi bunyi e dan ditambah
akhiran ong. Huruf vokal pada suku kata pertama diganti dengan e. Huruf vokal pada
suku kata kedua diganti ong (Magnum, 2006).

Contoh lain:
Makan - mekong
Sakit - sekong
Laki - lekong
Lesbi - lesbong
Mana - menong
Ada juga waria yang kemudian mengganti tambahan ong dengan es sehingga bentukan
katanya

c
c
c
Banci - bences
Laki - lekes

      


 

Setiap kata dimodifikasi dengan penambahan pa/pi/pu/pe/po pada setiap suku


katanya. Maksudnya bila suku kata itu bervokal a, maka ditambahi pa, bila bervokal i
ditambahi pi, begitu seterusnya (Magnum, 2006).

Contoh:
Mati - ma (+pa) ti(+pi) - mapatipi
Cina - ci (+pi) na (+pa) - cipinapa
Gila - gi (+pi) la(+pa) - gipilapa
Tilang - ti (+pi) la(+pa)ng - tipilapang

d    
Pernah dengar istilah lines? Lines itu artinya ¶lesbi¶. •umusnya, setiap suku kata
pertama disisipi in. Kata les-bi disisipi -in jadi l(in)es b(in)I = linesbini. Biar gampang
sering disingkat jadi lines saja (Magnum, 2006).
Contoh lain:
Banci - b(in)an-c(in)i - binancini
Mandi - M(in)an-d(in)i -- Minandini
Toko - t(in)o-k(in)o - tinokino
Homo - h(in)o-m(in)o ± hinomino

Contoh-contoh di atas bisa dibilang pembentukan kata yang beraturan. Ada juga
bentukan kata yang tidak beraturan, jadi tidak bisa dibuat rumusnya. Misalnya kata
cabut yang kemudian jadi bacut. Artinya pergi atau berangkat. Bisa juga diartikan lari
atau kabur bila diucapkan dengan intonasi tinggi dan panjang (Cabuuut«!). Susah kan,
menghubung-hubungkan kata pergi, berangkat, lari, atau kabur dengan kata cabut.
Istilah dalam bahasa gaul sekarang ini cenderung ke arah yang tidak beraturan
itu atau dengan menyingkat kata. Misalnya kalau kita mendengar ada orang yang bilang
"macan tutul di Gedung MP•, pamer paha di jalan tol" tentu itu bukan menunjukkan
arti sebenarnya. tidak ada macan tutul di MP• dan tidak ada cewek-cewek pakai rok
mini di jalan tol. Tapi maksud dari kalimat tersebut: "macet total di depan Gedung MP•
dan padat merayap tanpa harapan di jalan tol".

c
c
c
" #›      ,'  - !' 

Terlepas merusak bahasa baku atau tidak, istilah dan kosakata baru (bahasa gaul)
semakin memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Para pengguna Bahasa Indonesia
harus mampu membedakan antara yang baku dan yang berkembang (bahasa gaul). Kita
semua tahu bahwa bahasa Indonesia telah memiliki format yang baik dan benar. Namun
tidak bisa dipungkiri, akibat perubahan jaman yang begitu cepat melesat, munculah
istilah-istilah baru. Entah siapa yang menciptakan dan mempopulerkan, tiba-tiba saja
kita sering diperdengarkan oleh kosakata-kosakata yang tidak pernah kita dengar
sebelumnya.

Kalangan orang tua seringkali merasa prihatin terhadap fenomena bahasa gaul,
mereka menganggap jaman sekarang semakin anak bergaul, efek buruknya anak
berpotensi lebih menyerap kata kata yang tidak pantas dan sopan.

Dari sekian banyaknya kosakata bahasa gaul sejak awalnya dulu, sejalan dengan
perubahan jaman dan generasi, bahasa gaul pun juga ikut mengalami perubahan sesuai
dengan selera generasinya.

Beberapa contoh bahasa gaul :

Garink : tidak lucu Bapuk : jelek/buluk


Jablay : jarang dibelai Caur : hancur
Pasutri : pasukan suami takut istri Gazebo : Gak zelas bo..(tidak jelas)
Cimut : ciuman maut Nembak : menyatakan cinta
Kemek : makan Jadian : pacaran
Hasem : ingin merokok Tase : bermesraan
Skull : sekolah Tababmerematahua : (udah yang palng jelek!)
Kull : kuliah AA Gym GTL : agak agak gimana gitu loh!
Meneketehe : mana aku tahu Bokis : bohong
Kemsi : Kemek siang (makan siang) Jorki : Joker (jorok)
Parno : Paranoid Pewe : Posisi (Wu)enak
Sherina : Serius na Songong : belagu
Marsyanda : Masa oloh serius na Pecun : perek culun
Tp : tebar pesona SMS : suka sama suka
Gaptek : gagap teknologi Sodokur : sodara (saudara)
Neting : Negatif Thinking Titi kamal : hati-hati kalau malam
Doror : Double eror Balon : bakal calon

c
c
c
Tajir : Orkay (orang kaya) bekibolang : belok kiri boleh
jadul : jaman dulu brondong : lebih muda
Ciamik : bagus brownis : brondong manis
Cingcay lah : lumayan lah cemat : cewek matre
Jarpul : jarang pulang cemen : gak ada nyali (takut)
SMP : sehabis makan pulang CDMA : cape deh males ah
Capcus : cabut (pulang/pergi) Ember : iya (benar/setuju)
Makaci : terimakasih Macacci : masa sih

Menyimak asal muasal bahasa gaul, ada sebuah penafsiran bahwa dalam dunia
muda berlaku simbol-simbol yang ³simple´, mudah diucapkan, akrab ditelinga, dan
spontan. Jika ada sebuah kata yang dianggap baru dan tepat untuk menggambarkan
suatu keadaan maka dengan cepat akan segera diadopsi. Bisa jadi ucapan-ucapan
tersebut berawal dari ´celetukan´ spontan saja, namun karena dianggap memenuhi
unsur-unsur tersebut diatas, maka segera akan menjadi populer. Bisa juga berasal dari
singkatan dari beberapa kata (Urbanus, 2009).

Biasanya bahasa gaul akan mengalami masa ³pasang-surut´, tiap generasi


memiliki selera dan dinamikanya sendiri, tidak perlu dipersoalkan secara serius sebagai
sebuah ancaman rusaknya tatanan bahasa, karena hanya bersifat sementara, datang dan
pergi dan selalu akan begitu. Bahasa gaul hanya digunakan sebagai bahasa komunitas
kaum muda yang mencoba membangun solidaritas dan bertahan ditengah-tengah jaman
yang semakin cepat berlar (Urbanus, 2009).

" .›    '-     

•emaja khususnya para pelajar dan mahasiswa dituntut menggunakan bahasa


Indonesia yang baik dalam berbicara dengan orang lain agar bahasa persatuan tersebut
dapat berkembang, karena ada kecenderungan kini banyak pelajar dan mahasiswa
menggunakan bahasa gaul.

Dosen Program Studi Bahasa Indonesia dan Sastra Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumut, Drs M Isman, MHum di Medan, •abu,
28 oktober 2009, mengatakan, kebanyakan remaja maupun mahasiswa kurang
menerapkan penggunaan bahasa Indonesia yang baku sesuai dengan kaidahnya karena
tidak dibiasakan dalam kehidupan sehari-harinya.

c
 c
c
"Sebagian mahasiswa memang lebih banyak menggunakan bahasa gaul karena
pembendaharaan katanya lebih gampang untuk digunakan, tapi apabila penggunaan
bahasa Indonesia dibiasakan dan ada kemauan pasti bisa," kata Drs M Isman, MHum
(Kompas.com: 2009).

"Guru atau dosen terkadang jarang menegur siswanya apabila mereka salah ketika
mengucapkannya sehingga banyak siswa tidak merasa bersalah. Maka sebagai pengajar
perlu banyak melatih agar mereka terbiasa menggunakannya dalam proses belajar di
kelas," ujarnya. (Kompas.com:2009)

Kurangnya mahasiswa menggunakan bahasa Indonesia yang baik disebabkan


faktor kebiasaan dan kurangnya kesadaran untuk menggunakan bahasa tersebut.Meski
tidak disukai oleh remaja, penggunaan bahasa Indonesia harus dipaksa agar mereka
menggunakan bahasa yang baku. Upaya memotivasi pelajar dan mahasiswa agar
menguasai bahasa Indonesia dilakukan dengan cara belajar dan terus berlatih. Pada saat
mereka berlatih didepan kelas akan diberikan penghargaan dalam bentuk pujian supaya
mereka lebih serius lagi. Sebenarnya tanggungjawab di dalam pengajaran tidak hanya
dibebankan kepada guru atau dosen bahasa Indonesia saja, tetapi juga guru dan dosen
lainnya ikut serta dalam mengembangkan bahasa tersebut agar para siswa menyadari
bahwa hal itu cukup penting.

"Selama ini proses pengajaran hanya dilakukan dalam bentuk teori saja dan prakteknya
kurang sehingga sebagian mahasiswa tidak dapat menggunakannya sesuai dengan
tempatnya," kata M. Isman (Kompas.com:2009).

Agar mahasiswa dapat menguasai penggunaan kata-kata bahasa Indonesia yang


baik, seharusnya proses pengajarannya bukan hanya sebagai formalitas saja tetapi perlu
ditekankan bagaimana peserta didik terampil menggunakannya.

" / , $›    

Bahasa gaul umumnya digunakan di lingkungan perkotaan. Terdapat cukup


banyak variasi dan perbedaan dari bahasa gaul bergantung pada kota tempat seseorang
tinggal, utamanya dipengaruhi oleh bahasa daerah yang berbeda dari etnis-etnis yang
menjadi penduduk mayoritas dalam kota tersebut. Sebagai contoh, di Bandung, Jawa
Barat, perbendaharaan kata dalam bahasa gaulnya banyak mengandung kosakata-
kosakata yang berasal dari bahasa sunda (Grafura, 2006).

c
 c
c
› ›)




#
0 

Dari uraian pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:

1.c Bahasa gaul telah banyak terasimilasi dan menjadi umum. Bahasa gaul sering
digunakan sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan
sosial bahkan dalam media-media popular.
2.c Bahasa gaul sudah muncul sejak awal 1970-an yaitu bahasa prokem. Pada tahun
yang sama kaum waria juga menciptakan bahasa mereka sendiri. Kemudian, bahasa
komunitas banci masuk dalam bahasa pergaulan anak muda secara umum. Kata-kata
bahasa Inggris juga makin marak disisipkan dalam percakapan sehari-hari.
3.c Bahasa gaul memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan kreatif. Kata-kata yang
digunakan cenderung pendek, kata yang agak panjang akan diperpendek melalui
proses morfologi. Kalimat-kalimatnya berstruktur kalimat tunggal. Bentuk-bentuk
elip banyak digunakan untuk membuat susunan kalimat menjadi lebih pendek
sehingga seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang tidak lengkap.
4.c Bahasa gaul mengalami masa ³pasang-surut´, tiap generasi memiliki selera dan
dinamikanya sendiri. Bahasa gaul tidak akan merusak tatanan bahasa, karena hanya
bersifat sementara. Bahasa gaul hanya digunakan sebagai bahasa komunitas kaum
muda untuk membangun solidaritas.
5.c Kebanyakan pelajar maupun mahasiswa kurang menerapkan penggunaan bahasa
Indonesia yang baku sesuai dengan kaidahnya karena tidak dibiasakan dalam
kehidupan sehari-harinya. Sebagian pelajar dan mahasiswa lebih banyak
menggunakan bahasa gaul karena pembendaharaan katanya lebih gampang untuk
digunakan.
6.c Bahasa gaul umumnya digunakan di lingkungan perkotaan. Terdapat cukup banyak
variasi dan perbedaan dari bahasa gaul bergantung pada kota tempat seseorang
tinggal dan bahasa daerah yang berbeda dari etnis-etnis yang menjadi penduduk
mayoritas dalam kota tersebut.

#   

Dari simpulan yang disebutkan di atas, penulis dapat memberikan beberapa


saran anatara lain:

c
c
c
1.c Semua pihak tidak perlu khawatir tentang fenomena bahasa gaul karena bahasa gaul
tidak akan menjadi ancaman yang dapat merusak tatanan bahasa Indonesia yang
baku.
2.c Para remaja khususnya pelajar maupun mahasiswa harus membiasakan menerapkan
penggunaan bahasa Indonesia yang baku sesuai dengan kaidahnya dalam kehidupan
sehari-harinya.
3.c Dalam forum-forum resmi hendaknya masyarakat khususnya para remaja tetap
menggunakan tatanan bahasa Indonesia yang baku.
4.c Media-media cetak maupun elektronik harus tetap menggunakan tatanan bahasa
Indonesia yang baku dalam menyajikan informasi kepada masyarakat.

c
c
c
 &  - 

_______ . 2005. ›      . Wikipedia Indonesia, (online).


(http://id.wikipedia.org diunduh Desember 2009)

______ . 2006.   


  ›      ›   . Kompas.com,
(online). (http://m.kompas.com. Diunduh Desember 2009)

Grafura, Lubis. 2006. ›        . Cerpen Lubis Grafura, (online).


(http://lubisgrafura.wordpress.com diunduh Desember 2009)

Magnum. 2006. ›     



Indoforum, (online).
(http//www.indoforum.org. diunduh Desember 2009)

Massofa. 2009.       ›                



     
Cari Ilmu Online Borneo, (online).
(http://massofa.wordpress.com. Diunduh Desember 2009)

Tajudin, Qaris. 2007.      


Kompas, (online).
(http://groups.yahoo.com. Diunduh Desember 2009)

Urbanus, Doddy. 2009. ›         


. Bahasa Kita, (online).
(http://doddyurbanus.blog.plasa.com diunduh Desember 2009)

c
c
c

You might also like