You are on page 1of 42

MANAJEMEN PENDIDIKAN

BIDANG GARAPAN MANAJEMEN


PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :

1. Khurnia Utami (091644009)


2. Ayu Wulandari (091644038)
3. Mustika Mufidaniati (091644046)
4. Era Budi Waluyo (091644047)
5. Rima Khasnia L. (091644240)
6. Hanif Fikri B. (091644247)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2010

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pendidikan adalah suatu pembinaan yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap
anak (yang dianggap belum dewasa) untuk mencapai tingkat kedewasaan. Pendidikan
hakikatnya adalah upaya membantu manusia agar mampu mewujudkan diri sesuai
kodrat dan martabat kemanusiaannya, atau mampu melaksanakan berbagai peranan
sesuai dengan statusnya berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang diakuinya.

Untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah harus dilakukan manajemen


pendidikan yang meliputi manajemen kurikulum, manajemen kesiswaan, manajemen
sarana dan prasarana , manajemen layanan khusus, manajemen keuangan, dan
manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat. Apabila seluruh komponen tersebut
dapat dikelola dengan baik maka tujuan pendidikan yang diharapkan akan tercapai.

Oleh karena itu, dalam makalah ini penyusun mencoba untuk membahas tentang
bidang-bidang garapan manajemen pendidikan. Tidak lain penyusunan makalah ini
bertujuan untuk menambah referensi para guru dan calon guru agar dapat lebih
memahami berbagai aspek bidang garapan manajemen pendidikan. Dengan begitu guru
dan calon guru dapat melakukan manajemen pendidikan dengan benar dan dapat
mencapai tujuan pendidikan seperti yang diharapkan.

Saat ini, tujuan pendidikan di Indonesia masih belum tercapai sepenuhnya. Hal
tersebut terjadi karena terdapat beberapa faktor yang menjadi kendala dan masalah
dalam tercapainya tujuan pendidikan nasional. Salah satu kendala dan masalah tersebut
yaitu belum dilaksanakannya pengelolaan pendidikan di Indonesia dengan baik dan
optimal. Seperti kita ketahui bersama, kurangnya sumber informasi yang lengkap dan
terpercaya dapat menjadi salah satu penyebab para guru tidak memahami bagaimana
hakikat manajemen pendidikan tersebut. Maka dengan disusunnya makalah ini dapat
menjadi salah satu referensi untuk menambah wawasan tentang bidang garapan
manajemen pendidikan dan bagaimana merealisasikannya dalam praktek di sekolah.
Sehingga dapat memajukan pendidikan di Indonesia.

2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa saja ruang lingkup bidang garapan manajemen pendidikan dan
bagaimanakah penjelasannya?
1.2.2 Apa yang dimaksud manajemen Kurikulum pendidikan dan bagaimana
penjelasannya?
1.2.3 Apa yang dimaksud manajemen kesiswaan dan bagaimana penjelasannya?
1.2.4 Apa yang dimaksud manajemen sarana dan prasarana pendidikan dan
bagaimana penjelasannya?
1.2.5 Apa yang dimaksud manajemen keuangan sekolah dan bagaimana
penjelasannya?
1.2.6 Apa yang dimaksud hubungan sekolah dengan masyarakat dan bagaimana
penjelasannya?
1.2.7 Apa yang dimaksud manajemen layanan khusus dan bagaimana penjelasannya?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Menjelaskan ruang lingkup bidang garapan manajemen pendidikan.
1.3.2 Menjelaskan secara lebih mendalam manajemen kurikulum pendidikan.
1.3.3 Menjelaskan secara lebih mendalam manajemen kesiswaan.
1.3.4 Menjelaskan secara lebih mendalam manajemen sarana dan prasarana
pendidikan.
1.3.5 Menjelaskan secara lebih mendalam manajemen keuangan sekolah.
1.3.6 Menjelaskan secara lebih mendalam manajemen hubungan sekolah dengan
masyarakat.
1.3.7 Menjelaskan secara lebih mendalam manajemen layanan khusus.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 BIDANG GARAPAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

Manajemen pendidikan secara umum memiliki bidang garapan yang lebih luas
daripada manajemen sekolah. Manajemen pendidikan tidak hanya menyangkut penataan
pendidikan formal (sekolah,madrasah dan perguruan tinggi), tetapi juga pendidikan luar
sekolah atau pendidikan non formal, seperti TPA/TPQ, pondok pesantren, lembaga-
lembaga kursus maupun lembaga-lembaga pendidikan yang berkembang di masyarakat:
majelis taklim, PKK, karang taruna, pembinaan wanita dan lainnya.

Bidang garapan manajemen organisasi secara garis besar dapat dibagi 2 kegiatan.
Pertama, manajemen administratif. Bidang kegiatan ini disebut juga management of
administrative function, yakni kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengarahkan agar
semua orang dalam organisasi/kelompok kerja sama mengerjakan hal-hal yang tepat
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Kedua, manajemen operatif. Bidang kegiatan ini disebut juga management of


operative function, yakni kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengarahkan dan membina
agar setiap orang yang melaksanakan pekerjaannya yang menjadi tugas masing-masing
dengan tepat dan benar.

Adapun bidang garapan manajemen pendidikan ini secara lebih rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut:

2.1.1 Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran

Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup kegiatan


perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kurikulum. Kurikulum mencakup
kurikulum nasional dan kurikulum muatan local. Perencanaan dan pengembangan
kurikulum nasional umumnya dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional
tingkat pusat. Sedangkan kurikulum muatan local merupakan kurikulum yang
disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan, yang disusun oleh Dinas

4
Pendidikan Propinsi dan/atau Kabupaten/Kota. Level sekolah yang paling penting
adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum sesuai kebutuhan
masyarakat dan lingkungan.

Pengembangan kurikulum muatan local telah dilakukan sejak


kurikulum1984, khususnya di sekolah dasar. Muatan local lebih diintensifkan lagi
pada kurikulum 1994. Pengembangan kurikulum muatan lokal dimaksudkan untuk
mengimbangi kelemahan-kelemahan pengembangan kurikulum sentralisasi, dan
bertujuan agar peserta didik mencintai dan mengenal lingkungannya serta mau dan
mampu melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam, kualitas social dan
kebudayaan pendukung pembangunan nasional, pembangunan regional, maupun
pembangunan local.

Pada hakikatnya perwujudan kurikulum muatan loakal pada pasal 38 ayat I


Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional ( UUSPN ) berbunyi “ pelaksanaan
kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang
berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan serta
kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan.”

Sekolah merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum, baik kurikulum


nasional maupun local, yang diwujudkan melalui proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional, institusional, kulikuler dan instruksional.agar
proses belajar mengajar dan kegiatan pengajaran terlaksana secara evektif dan
efisien.

Manajer sekolah diharapkan dapat membimbing dan mengarahkan


pengembangan kurikulum dan program pengajaran serta mengawasi dalam
pelaksanaannya serta tidak membatasi diri pada pendidikan dalam arti sempit.

Manajer disekolah harus mempunyai rasa tanggung jawab terhadap


perencanaan pelaksanaan dan penilaian perubahan atau perbaikan program
pengajaran disekolah. Untuk itu sedikitnya terdapat empat langkah yang harus
dilakukan yaitu :

1. Menilai kesesuaian yang ada dengan tuntutan yang ada dan kebutuhan
murid.
2. Meningkatkan perencanaan program.

5
3. Memilih dan melaksanakan program.
4. Menilai perubahan program.

Untuk menjami efektivitas pengembangan kurikulum dan program


pengajaran kepala sekolah bersama guru – guru harus lebih rinci mengembangkan
kurikulumsebelum melakukan kegiatan belajar mengajar.

Beberapa adalah prinsip yang telah diperinci yang harus diperhatikan :

1. Tujuan yang dikenhendaki harus jelas.


2. Program itu harus sederhana dan fleksibel.
3. Program – program yang telah disusun dan dikembangkan harus sesuai
tujuan.
4. Program yang dikembangakan harus menyeluruh dan jelas
pencapaiannya.
5. Harus ada koordinasi antar komponen palaksana program disekolah.

Untuk itu peru dilakukan pembagian tugas guru untuk penyusunan kalender
pendidikan dan jadwal pelajaran, pembagian waktu, penetapan pelaksanaa evaluasi
belajar, penetapan penilaian, penetapan norma kenaikan kelas, pencatatan
kemajuan belajar peserta didik, serta peningkatan perbaikan pengajaran.

2.1.2 Manajemen Kesiswaan (Peserta Didik)

Di lingkungan sekolah, peserta didik merupakan unsur inti kegiatan


pendidikan. Karena itu, jika tidak ada peserta didik, tentunya tidak akan ada
kegiatan pendidikan. Lebih-lebih di era persaingan antarlembaga pendidikan yang
begitu ketat seperti sekarang, sekolah harus berjuang secara sungguh-sungguh
untuk mendapatkan peserta didik.

a. Pengertian
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia jalur,
jenjang dan jenis pendidikan tertentu (UUSPN:2003). Sedangakan manajemen
kesiswaan(peserta didik) adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan
dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap

6
seluruh peserta didik (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar
dapat mengikuti proses PBM dengan efektif dan efisien.
Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan
dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan
lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, bidang manajemen kesiswaan sedikitnya
memiliki 3 tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru,
kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin.
Berdasarkan 3 tugas utama tersebut, Sutisna (1985) menjabarkan
tanggung jawab kepala sekolah dalam mengelola bidang kesiswaan berkaitan
dengan hal-hal berikut:
1) Kehadiran siswa di sekolah dan masalah-masalah yang berhubungan
dengan itu.
2) Penerimaan, orientasi, klasifikasi, dan penunjukkan murid ke kelas dan
program studi.
3) Evaluasi dan pelaporan kemajuan belajar.
4) Program supervisi bagi murid yang mempunyai kelainan, seperti
pengajaran, perbaikan, dan pengajaran luar biasa.
5) Pengendalian disiplin murid.
6) Program bimbingan dan penyuluhan.
7) Program kesehatan dan keamanan.
8) Penyesuaian pribadi, sosial, dan emosional.

Penerimaan siswa baru perlu dikelola sedemikian rupa mulai dari


perencanaan penentuan daya tampung sekolah atau jumlah siswa baru yang
akan diterima, yaitu dengan mengurangi daya tampung dengan jumlah anak
yang tinggal kelas atau menggulang. Kegiatan penerimaan siswa baru biasanya
dikelola oleh panitia penerimaan siswa baru (PSB) atau panitia penerimaan
murid baru (PMB). Dalam kegiatan ini kepala sekolah membentuk panitia atau
menunjuk seorang guru untuk bertanggung jawab dalam tugas tersebut.
Setelah para siswa diterima lalu dilakukan pengelompokan dan orientasi
sehingga secara fisik, mental, emosional siap untuk megikuti pendidikan
disekolah.

7
Keberhasilan, kemajuan dan prestasi belajar para siswa memerlukan data
yang otentik, dapat dipercaya, dapat memiliki keabsahan. Data ini diperlukan
untuk mengetahui dan mengontrol keberhasilan atau prestasi kepala sekolah
sebagai manajer pendidikan disekolahnya. Kemajuan siswa ini secara periodik
harus dilaporkan kepada orang tua, sebagai masukan untuk berpartisipasi
dalam proses pendidikan dan membimbing anaknya belajar, baik di rumah
maupun di sekolah. Selain itu, di sekolah perlu dilakukan pencatatan dan
ketatalaksanaan kesiswaan, dalam bentuk buku induk, buku klapper, buku
laporan keadaan siswa, buku presensi siswa,buku rapor, daftar kenaikan kelas,
buku mutasi dan sebagainya.

Dalam manajemen pendidikan peserta didik disekolah, dapat diambil


poin-poin penting sebagai berikut:

1) Peserta didik mempunyai hak mendapat perlakuan sesuai dengan bakat,


minat, dan kemampuannya.
2) Memperoleh pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya.
3) Mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan
berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri maupun
untuk memperoleh pengangkuan tingkat pendidikan tertentu yang telah
dibakukan.
4) Mendapat bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan lain sesuai
dengan persyaratan yang berlaku.
5) Pindah sekolah yang sejajar atau yang tingkatnya lebih tinggi sesuai
dengan persyaratan penerimaan siswa pada sekolah yang hendak
dimasuki.
6) Memperoleh penilaian hasil belajarnya.
7) Menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang telah
ditentukan.
8) Mendapatkan pelayanan khusus apabila menyandang kecacatan.

Adapun kewajiban peserta didik adalah:


1) Untuk ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan kecuali
siswa yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan ketentuan
peraturan undang-undang yang berlaku.

8
2) Mematuhi ketentuan peraturan yang berlaku.
3) Menghormati tenaga kependidikan.
4) Ikut memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan dan ketertiban
serta keamanan sekolah yang bersangkutan.
b. Kegiatan-Kegiatan Dalam Manajemen Peserta Didik
Manajemen peserta didik meliputi dua kegiatan, yaitu:
a) Kegiatan di luar kelas, meliputi penerimaan peserta didik, pencatatan
peserta didik, pembagian seragam sekolah, penyediaan sarana olah raga
dan seni, perpustakaan dan lain-lain.
b) Kegiatan di dalam kelas, meliputi pengelolaan kelas, interaksi belajar
mengajar yang positif, penyediaan media pembelajaran dan lain-lain.

Dalam manajemen peserta didik, ada hal-hal penting yang harus


diperhatikan, yaitu:

1) Pembinaan peserta didik. Pembinaan ini sesuai dengan pendidikan


nasional yang tertuang dalam UUSPN, bahwasanya peserta didik sebagai
kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional harus
dipersiapkan sebaik-baiknya serta dihindarkan dari segala kendala yang
merusaknya dengan memberikan bekal secukupnya dalam kepemimpinan
Pancasila, pengetahuan dan keterampilan.
2) Menangkal kenakalan anak/remaja.
3) Masalah ganja, narkotika dan lain sebagainya.
Dalam pasal 12 ayat 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
tahun 2003, disebutkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapat pendidikan agama yang dianutnya, mendapat
pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat dan minatnya, serta mendapat
beasiswa bagi yang berprestasi.

2.1.3 Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, manajemen diartikan sebagai proses


penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran (Depdikbud,
1988). Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususunya proses belajar

9
mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media
pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas
yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran,
seperti halaman, kebun, taman, sekolah islam, jalan menuju sekolah islam, tetapi
jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman
sekolah islamuntuk pengajaran biologi, halaman sekolah islam, sebagai sekaligus
lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan (Mulyasa,
2007: 49)

Dari beberapa uraian tersebut, manajemen sarana dan prasarana pendidikan


dapat didefinisikan sebagai proses kerja sama pendayagunaan semua sarana dan
prasarana pendidikan secara efektif dan efisien.( bafadal,2003). Definisi ini
menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di sekolah perlu
didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran di sekolah.
Pengelolaan itu dimaksudkan agar dalam menggunakan sarana dan prasarana di
sekolah bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Pengelolaan sarana dan prasarana
merupakan kegiatan yang sangat penting di sekolah, karena keberadaannya akan
sangat mendukung terhadap suksesnya proses pembelajaran di sekolah.

Seiring dengan perubahan pola pemerintahan setelah diberlakukannya


otonomi daerah, maka pola pendekatan manajemen sekolah saat ini berbeda pula
dengan sebelumnya, yakni lebih bernuansa otonomi. Untuk mengoptimalkan
penyediaan, pendayagunaan, perawatan dan pengendalian sarana dan prasarana
pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan, diperlukan penyesuaian
manajemen sarana dan prasarana. Sekolah dituntut memiliki kemandirian untuk
mengatur dan mengurus kepentingan sekolah menurut kebutuhan dan kemampuan
sendiri serta berdasarkan pada aspirasi dan partisipasi warga sekolah dengan tetap
mengacu pada peraturan dan perundangan-undangan pendidikan nasional yang
berlakuUntuk mewujudkan dan mengatur hal tersebut, maka pemerintah melalui
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tetang Standar Nasional Pendidikan yang
menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional pada Bab VII
Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa; (1) Setiap satuan pendidikan wajib
memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan,
buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

10
(2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang
kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang
kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat
bermain, tempat bekreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Dalam mengelola sarana dan prasarana di sekolah dibutuhkan suatu proses
sebagaimana terdapat dalam manajemen yang ada pada umumnya, yaitu : mulai
dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pemeliharaan dan pengawasan.
Apa yang dibutuhkan oleh sekolah perlu direncanakan dengan cermat berkaitan
dengan sarana dan prasarana yang mendukung semua proses pembelajaran. Sarana
pendidikan ini berkaitan erat dengan semua perangkat, peralatan, bahan dan
perabot yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan prasarana pendidikan berkaitan dengan semua perangkat kelengkapan
dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pembelajaran di
sekolah seperti: ruang, perpustakaan, kantor sekolah, UKS, ruang osis, tempat
parkir, ruang laboratorium, dll.

Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan


sekolah yang bersih, rapi, indah, sehingga menciptakan kondisi yang
menyenangkan baik bagi guru maupun siswa untuk berada di sekolah. Di samping
itu juga diharapkan tersedianya alat-alat fasilitas belajar yang memadai secara
kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan
secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh
guru sebagai pengajar maupun murid-murid sebagai pelajar.

Prinsip-Prinsip Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan

Dalam Mengelola Sarana dan prasarana sekolah, terdapat sejumlah prinsip


yang perlu diperhatikan agar tujuan bisa tercapai dengan maksimal. Prinsip-prinsip
tersebut menurut Bafadal (2003) adalah :

1. Prinsip pencapaian tujuan, yaitu sarana dan prasarana pendidikan di sekolah


harus selalu dalam kondisi siap pakai apabila akan didayagunakan oleh personel
sekolah dalam rangka pencapaian tujuan proses pembelajaran di sekolah.

11
2. Prinsip efisiensi, yaitu pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
harus di lakukan melalui perencanaan yang seksama, sehingga dapat diadakan
sarana dan prasarana pendidikan yang baik dengan harga yang murah. Demikian
juga pemakaiannya harus dengan hati-hati sehingga mengurangi pemborosan.

3. Prinsip administratif, yaitu manajemen sarana dan prasana pendidikan di


sekolah harus selalu memperhatikan undang-undang, peraturan, intruksi, dan
petunjuk teknis yang diberlakukan oleh pihak yang berwenang.

4. Prinsip kejelasan tanggung jawab, yaitu manajemen sarana dan prasarana


pendidikan di sekolah harus di delegasikan kepda personel sekolah yang mampu
bertanggung jawab, apabila melibatkan banyak personel sekolah dalam
manajemennya, maka perlu adanya deskripsi tugas dan tanggung jawab yang
jelas untuk setiapa personel sekolah.

5. Prinsip kekohesifan, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan di


sekolah itu harus direalisasikan dalam bentuk proses kerja sekolah yang sangat
kompak.

Manajemen sarana prasarana difokuskan pada:


1) Merencanakan kebutuhan fasilitas (bangunan, peralatan, perabot, lahan,
infrastruktur) sekolah sesuai dengan rencana pengembangan sekolah;
2) Mengelola pengadaan fasilitas sesuai dengan peraturan yang berlaku;
3) Mengelola pemeliharaan fasilitas, baik perawatan preventif maupun perawatan
terhadap kerusakan fasilitas sekolah;
4) Mengelola kegiatan inventaris sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan
sistem pembukuan yang berlaku.

Proses Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan

Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan menggambarkan


sebelumnya hal-hal yang akan dikerjakan kemudian dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini perencanaan yang dimaksud adalah
merinci rancangan pembelian, pengadaan, rehabilitasi, distribusi atau pembuatan
peralatan dan perlengkapan sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian
perencanaan sarana dan prasarana persekolahan dapat didefinisikan sebagai

12
keseluruhan proses perkiraan secara matang rancangan pembelian, pengadaan,
rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang sesuai
dengan kebutuhan sekolah.
Pada dasarnya tujuan diadakannya perencanaan sarana dan prasarana
pendidikan persekolahan adalah: (1) Untuk menghindari terjadinya kesalahan dan
kegagalan yang tidak diinginkan, (2) Untuk meningkatkan efektifitas dan
efesiensi dalam pelaksanaannya. Salah rencana dan penentuan kebutuhan
merupakan kekeliruan dalam menetapkan kebutuhan sarana dan prasarana yang
kurang/tidak memandang kebutuhan ke depan, dan kurang cermat dalam
menganalisis kebutuhan sesuai dengan dana yang tersedia dan tingkat
kepentingan.
Pengadaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan semua
jenis sarana dan prasarana pendidikan persekolahan yang sesuai dengan
kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam konteks
persekolahan, pengadaan merupakan segala kegiatan yang dilakukan dengan cara
menyediakan semua keperluan barang atau jasa berdasarkan hasil perencanaan
dengan maksud untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar berjalan secara
efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pengadaan sarana dan
prasarana merupakan fungsi operasional pertama dalam manajemen sarana dan
prasarana pendidikan persekolahan. Fungsi ini pada hakikatnya merupakan
serangkaian kegiatan untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan
persekolahan sesuai dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan
spesifikasi, jumlah, waktu maupun tempat, dengan harga dan sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan untuk
melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana selalu
dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdayaguna dan berhasil
guna dalam mencapai tujuan pendidikan. Pemeliharaan merupakan kegiatan
penjagaan atau pencegahan dari kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut
kondisinya baik dan siap digunakan. Pemeliharaan mencakup segala daya upaya
yang terus menerus untuk mengusahakan agar peralatan tersebut tetap dalam
keadaan baik. Pemeliharaan dimulai dari pemakaian barang, yaitu dengan cara
hati-hati dalam menggunakannya. Pemeliharaan yang bersifat khusus harus

13
dilakukan oleh petugas yang mempunyai keahlian sesuai dengan jenis barang
yang dimaksud.
Tujuan pemeliharaan adalah: (1) untuk mengoptimalkan usia pakai
peralatan. Hal ini sangat penting terutama jika dilihat dari aspek biaya, karena
untuk membeli suatu peralatan akan jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan
merawat bagian dari peralatan tersebut; (2) untuk menjamin kesiapan operasional
peralatan untuk mendukung kelancaran pekerjaan sehingga diperoleh hasil yang
optimal; (3) untuk menjamin ketersediaan peralatan yang diperlukan melalui
pencekkan secara rutin dan teratur; dan (4) untuk menjamin keselamatan orang
atau siswa yang menggunakan alat tersebut.
Manfaat pemeliharaan adalah:
1) Jika peralatan terpelihara baik, umurnya akan awet yang berarti tidak perlu
mengadakan penggantian dalam waktu yang singkat.
2) Pemeliharaan yang baik mengakibatkan jarang terjadi kerusakan yang berarti
biaya perbaikan dapat ditekan seminim mungkin.
3) Dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka akan lebih terkontrol sehingga
menghindar kehilangan.
4) Dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka enak dilihat dan dipandang.
5) Pemeliharaan yang baik memberikan hasil pekerjaan yang baik.

Inventarisasi berasal dari kata “inventaris” (dalam bahasa Latin:


inventarium) yang berarti daftar barang-barang, bahan dan sebagainya.
Inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan adalah pencatatan atau pendaftaran
barang-barang milik sekolah ke dalam suatu daftar inventaris barang secara tertib
dan teratur menurut ketentuan dan tata cara yang berlaku. Barang inventaris
sekolah adalah semua barang milik negara (yang dikuasai sekolah) baik yang
diadakan/dibeli melalui dana dari pemerintah, DPP maupun diperoleh sebagai
pertukaran, hadiah atau hibah serta hasil usaha pembuatan sendiri di sekolah guna
menunjang kelancaran proses belajar mengajar.
Tiap sekolah wajib menyelenggarakan inventarisasi barang milik negara
yang dikuasai/diurus oleh sekolah masing-masing secara teratur, tertib dan
lengkap. Kepala sekolah melakukan dan bertanggung jawab atas terlaksananya
inventarisasi fisik dan pengisian daftar inventaris barang milik negara yang ada di
sekolahnya.
14
Secara umum, inventarisasi dilakukan dalam rangka usaha penyempurnaan
pengurusan dan pengawasan yang efektif terhadap sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh suatu sekolah. Secara khusus, inventarisasi dilakukan dengan
tujuan-tujuan sebagai berikut.
1) Untuk menjaga dan menciptakan tertib administrasi sarana dan prasarana
yang dimiliki oleh suatu sekolah.
2) Untuk menghemat keuangan sekolah baik dalam pengadaan maupun untuk
pemeliharaan dan penghapusan sarana dan prasarana sekolah.
3) Sebagai bahan atau pedoman untuk menghitung kekayaan suatu sekolah
dalam bentuk materil yang dapat dinilai dengan uang.
4) Untuk memudahkan pengawasan dan pengendalian sarana dan prasarana
yang dimiliki oleh suatu sekolah.
Daftar inventarisasi barang yang disusun dalam suatu organisasi yang
lengkap, teratur dan berkelanjutan dapat memberikan manfaat, yakni sebagai
berikut.
1) Menyediakan data dan informasi dalam rangka menentukan kebutuhan dan
menyusun rencana kebutuhan barang.
2) Memberikan data dan informasi untuk dijadikan bahan/pedoman dalam
pengarahan pengadaan barang.
3) Memberikan data dan informasi untuk dijadikan bahan/pedoman dalam
penyaluran barang.
4) Memberikan data dan informasi dalam menentukan keadaan barang ( tua,
rusak, lebih) sebagai dasar untuk menetapkan penghapusannya.
5) Memberikan data dan informasi dalam rangka memudahkan pengawasan dan
pengendalian barang.
Sedangkan penghapusan sarana dan prasarana merupakan kegiatan
pembebasan sarana dan prasarana dari pertanggungjawaban yang berlaku dengan
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara lebih operasional penghapusan
sarana dan prasarana adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk
mengeluarkan/menghilangkan sarana dan prasarana dari daftar inventaris, karena
sarana dan prasarana tersebut sudah dianggap tidak berfungsi sebagaimana yang
diharapkan, terutama untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
Penghapusan sarana dan prasarana dilakukan berdasarkan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku. Penghapusan sebagai salah satu fungsi
15
manajemen sarana dan prasarana pendidikan persekolahan harus
mempertimbangkan alasan-alasan normatif tertentu dalam pelaksanaannya. Oleh
karena muara berbagai pertimbangan tersebut tidak lain adalah demi efektivitas
dan efisiensi kegiatan persekolahan.
Penghapusan sarana dan prasarana pada dasarnya bertujuan untuk:
1) mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi kerugian/pemborosan
biaya pemeliharaan sarana dan prasarana yang kondisinya semakin buruk,
berlebihan atau rusak dan sudah tidak dapat digunakan lagi.
2) meringankan beban kerja pelaksanaan inventaris.
3) membebaskan ruangan dari penumpukan barang-barang yang tidak
dipergunakan lagi.
4) membebaskan barang dari tanggung jawab pengurusan kerja.
Ada beberapa alasan yang harus diperhatikan untuk dapat menyingkirkan
atau menghapus sarana dan prasarana. Beberapa alasan tersebut yang dapat
dipertimbangkan untuk menghapus sesuatu sarana dan prasarana harus memenuhi
sekurang-kurangnya salah satu syarat di bawah ini.
1) Dalam keadaan sudah tua atau rusak berat sehingga tidak dapat diperbaiki
atau dipergunakan lagi.
2) Perbaikan akan menelan biaya yang besar sehingga merupakan pemborosan.
3) Secara teknis dan ekonomis kegunaannya tidak seimbang dengan besarnya
biaya pemeliharaan.
4) Tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini.
5) Penyusutan di luar kekuasaan pengurus barang (misalnya barang kimia).
6) Barang yang berlebih jika disimpan lebih lama akan bertambah rusak dan tak
terpakai lagi.
7) Dicuri, terbakar, musnah sebagai akibat bencana alam.
Setelah serangkaian proses manajemen sarana dan prasarana telah
dilakukan dengan baik, maka ada 1 tahap lagi yang harus dilakukan. Penggunaan
sarana prasarana inventaris sekolah harus dipertanggungjawabkan dengan jalan
membuat laporan penggunaan barang-barang tersebut yang ditujuakn kepada
instansi terkait. Laporan tersebut sering disebut dengan mutasi barang. Pelaporan
dilakukan sekali dalam setiap triwulan, terkecuali bila di sekolah itu ada barang
rutin dan barang proyek maka pelaporan pun seharusnya dibedakan.

16
2.1.4 Manajemen Keuangan Sekolah
a. Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan (financial management) adalah segala aktivitas
organisasi yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh
dana,menggunakan dana,dan mengelola aset sesuai tujuan organisasi secara
menyeluruh.

Terkait dengan penyelanggaraan kegiatan disuatu organisasi kerja


manajemen keuangan dapat dilihat dari dua aspek,pertama manajemen
keuangan dalam arti sempit yang mengandung pengertian segala pencatatan
masuk dan keluarnya keuangan dalam membiayai kegiatan organisasi berupa
tata usaha atau tata pembukuan keuangan.Kedua,manajemen keuangan dalam
arti luas mengandung pengertian penentuan kebijaksanaan dalam pengadaan
dan penggunaan keuangan untuk mewujudkan kegiatan organisasi kerja.

b. Manajemen Keuangan Sekolah


Adalah,seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan
dilaksanakan/diusahakan secara sengaja dan sungguh-sungguh,serta
pembinaan secara kontinu terhadap biaya operasional sekolah sehingga
kegiatan pendidikan lebih efekti dan efisien serta membantu pencapaian tujuan
pendidikan.

Adapun prosedur manajemen sekolah adalah :

a) Dana masukan (input).


b) Budgetting (perencanaan anggaran),meliputi kegiatan penentuan
RAPBS diajukan ke kakanwil provinsi,disetujui oleh BP3,disahkan
oleh gubernur, APBS yang sah.
c) Throwput (pelaksanaan proses/operasional).
d) Output (hasil uasaha).

c. Fungsi Manajemen Keuangan


Di setiap organisasi biasanya terdapat bagian keuangan.Bagian ini
merupakan titik pusat dalam pengambilan keputusan di tingkat pemimpin
puncak (top management).Demikian juga pada setiap sekolah yang telah

17
memfungsikan organisasi pendidikan akan terdapat bagian keuangan.Orang
yang memimpin bagian keuangan disebut manajer/bagian keuangan.Manajer
keuangan ini mempunyai dua tugas yaitu,sumber dana dan penggunaan dana.

Selain dua tugas diatas,manajer/bagian keuangan memiliki kegiatan


penting lainnya,ada 4 aspek yaitu :

 Dalam perencanaan dan perkiraan,manajer/bagian keuangan harus bekerja


sama dengan manajer lainnya yang ikut bertanggung jawab atas
perencanaan umum organisasi.
 Manajer/bagian keuangan harus memusatkan perhatian pada berbagai
keputusan investasi dan pembiayaannya,serta segala hal yang berkaitan
dengannya.
 Manajer/bagian keuangan harus bekerja sama dengan manajer lainnya yang
ada di organisasi supaya dalam melaksanakan kegiatannya dapat seefisien
mungkin.
 Memanfaatkan pasar uang dan pasar modal sebagai sumber dana bagi
organisasi.
Bagian keuangan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh
bendaharawan(treasurer) dan bagian akuntansi (controller).Dengan demikian,
fungsi bagian keuangan dipisahkan menjadi dua jabatan,yaitu :

 Bendaharawan (Treasurer)
Bendaharawan bertanggung jawab dalam hal :
- Pengadaan uang tunai.
- Perolehan (akuisi) dana dan pengamanannya.
- Membuat laporan posisi kas dan modal kerja.
- Menyusun anggaran kas.
- Manajemen kredit,asuransi dan urusan pensiun.
 Akuntansi
Bagian akuntansi bertugas mencatat(recording)dan membat
laporan(reporting) tentang informasi keuangan organisasi.Tanggung jawab
controller adalah :
- Menyusun anggaran dan laporan keuangan.
- Urusan penggajian.

18
- Menghitung pajak.
- Memeriksa internal inside corp.

Tugas manajemen keuangan dibagi menjadi tiga fase,yaitu :


- Financial planning, Jones(1985) mengemukakan bahwa financial
planning disebut juga budgetting yang merupakan kegiatan
mengkoordinasi semua sumber daya yang tersedia untuk mencapai
sasaran yang diinginkan secara sistematis tanpa menyebabkan efek
samping yang merugikan.
- Implementation involves accounting (pelaksanaan anggaran) ialah
kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat dan lemungkinan
terjadi penyesuaian jika diperlukan.
- Evaluation involves, merupakan proses evaluasi terhadap pencapaian
sasaran.

Dalam pelaksanaannya,manajemen keuangan ini menganut asas


pemisahan tugas antara fungsi otorisator,ordinator dan bendaharawan.Kepala
sekolah,sebagai manajer berfungsi sebagai otorisator, yang dilimpahi fungsi
ordonator untuk memerintahkan pembayaran. Namun tidak dibenarkan
melaksanakan fungsi bendaharawan karena berkewajiban melakukan
pengawasan ke dalam.Demikian juga dengan posisi bendaharawan, disamping
mempunyai fungsi-fungsi bendaharawan, juga dilimpahi fungsi ordonator
untuk menguji hak atas pemabayaran.
d. Komponen Utama Manajemen Keuangan
Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan
merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. Komponen keuangan dan
pembiayaan pada suatu sekolah merupakan suatu komponen produksi yang
menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar-mengajar
disekolah bersama dengan komponen-komponen lain.
Komponen utama manajemen keuangan, meliputi :
- Prosedur anggaran.
- Prosedur akuntansi keuangan.
- Pembelajaran,perguadangan,dan prosedur pendistribusian.
19
- Prosedur investasi.
- Prosedur pemeriksaan.
e. Sumber Keuangan dan Pembiayaan
Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis
besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber,yaitu :
a) Pemerintah,baik pemerintah pusat,daerah maupun kedua-duanya,yang
bersifat umum atau khusus yang diperuntukkan bagi kepentingan
pendidikan.
b) Orang tua atau peserta didik.
c) Masyarakat,baik mengikat maupun tidak mengikat
Adapun dimensi pengeluaran meliputi :

a) Biaya rutin,adalah biaya yang harus dikeluarkan dari tahun


ketahun,seperti gaji pegawai(guru dan non guru),serta biaya
operasional,biaya pemeliharaan gedung,fasilitas dan alat-alat
pengajaran(barang-barang habis pakai).
b) Biaya pembangunan,misalnya biaya pembelian atau pengembangan
tanah,pembangunan gedung,perbaikan atau rehab gedung,penambahan
furniture,serta biaya atau penegeluaran lain untuk barang-barang yang
tidak habis pakai.

2.1.5 Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat


a. Pentingnya Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses


pendidikan di sekolah dan tersedianya sarana dan prasarana saja, tetapi
juga ditentukan oleh lingkungan keluarga dan atau masyarakat. Karena itu
pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara sekolah, keluarga dan
masyarakat. Ini berarti mengisyaratkan bahwa orang tua murid dan
masyarakat mempumyai tanggung jawab untuk berpartisipasi, turut
memikirkan dan memberikan bantuan dalam penyelenggaraan pendidikan
di sekolah.

Tingkat partisipasi masyarakat/keluarga dalam proses pendidikan


di sekolah memberikan pengaruh yang besar bagi kemajuan sekolah dan

20
kualitas pelayanan pembelajaran di sekolah yang pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap kemajuan dan prestasi belajar anak-anak di sekolah.
Hal ini dinyatakan oleh Husen (1988) dalam penelitiannya bahwa siswa
dapat belajar banyak karena dirangsang oleh pekerjaan rumah yang
diberikan oleh guru dan akan berhasil dengan baik berkat usaha orang tua
mereka dalam memberikan dukungan. Levine & Hagigust (1988) juga
menyatakan bahwa Lingkungan keluarga, cara perlakuan orang tua murid
terhadap anaknya sebagai salah satu cara/bentuk partisipasi mereka dalam
pendidikan dapat meningkatkan intelektual anak. Pentingnya keterlibatan
orang tua/masyarakat akan keberhasilan pendidikan ini telah dibuktikan
kebenarannya oleh Richard Wolf dalam penelitiannya yang
menyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang sangat signifikan antara
lingkungan keluarga dengan prestasi belajar.

Hoyneman dan Loxley menyatakan bahwa di negara berkembang


sebagian besar keluarga belum dapat diharapkan untuk lebih banyak
membantu dan mengarahkan belajar murid, sehingga murid di negara
berkembang sedikit waktu yang digunakan dalam belajar. Hal ini
disebabkan banyak masyarakat/orang tua murid belum paham makna
mendasar dari peran mereka terhadap pendidikan anak. Bahkan Made
Pidarta menyatakan di daerah pedesaan yang tingkat status sosial ekonomi
yang rendah, mereka hampir tidak menghiraukan lembaga pendidikan dan
mereka menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab pendidikan anaknya
kepada sekolah.

Sejak lama Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan itu


berlangsung pada tiga lingkungan yaitu lingkungan Keluarga, Sekolah dan
Masyarakat. Artinya pendidikan tidak akan berhasil kalau ketiga
komponen itu tidak saling bekerjasama secara harmonis. Kaufman
menyebutkan patner/mitra pendidikan tidak hanya terdiri dari guru dan
siswa saja, tetapi juga para orang tua/masyarakat.

Lembaga pendidikan bukanlah lembaga yang berdiri sendiri dalam


membina pertumbuhan dan perkembangan putra-putra bangsa, melainkan
ia merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat yang

21
luas, dan bersama masyarakat membangun dan meningkatkan segala
upaya untuk memajukan sekolah. Hal ini dapat tercipta apabila lembaga
pendidikan mau membuka diri dan menjelaskan kepada masyarakat
tentang apa dan bagaimana masyarakat dapat berperan dalam upaya
membantu sekolah/lembaga pendidikan memajukan dan meningkatkan
kualitas penyelenggaraan pendidikan.

Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan


suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan
pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Dalam hal ini, sekolah
sebagai sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang
lebih besar, yaitu masyarakat. Sekolah dan masyarakat memiliki
hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau
pendidikan secara efektif, efisien dan prokduktif.

b. Tujuan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat


Hubungan sekolah dengan masyarakat dibangun dengan tujuan
popularitas sekolah di mata masyarakat. Popularitas sekolah akan tinggi
jika mampu menciptakan program-program sekolah yang bermutu dan
relevan dengan kebutuhan dan cita-cita bersama dan dari program tersebut
mampu melahirkan sosok–sosok individu yang mapan secara intelektual
dan spiritual. Dengan popularitas ini sekolah eksis dan semakin maju.
Tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat diantaranya sebagai berikut:
a. Memberi penjelasan tentang kebijaksanaan penyelenggaraan sekolah
situasi dan perkembangannya.
b. Menampung sarana-sarana dan pendapat-pendapat dari warga sekolah
dalam hubungannya dengan pembinaan dan pengembangan sekolah.
c. Dapat memelihara hubungan yang harmonis dan terciptanya kerja
sama antar warga sekolah sendiri.

Menurut Elsbree dan McNally (1959, dalam Purwanto, 1995:190), Tujuan


hubungan sekolah dengan masyarakat dibagi menjadi tiga tujuan pokok,
yaitu:
a. Untuk mengembangkan mutu belajar dan pertumbuhan anak-anak.
b. Untuk mempertinggi tujuan-tujuan dan mutu kehidupan masyarakat.

22
c. Untuk mengembangkan pemahaman dan antusiasme masyarakat
dalam membantu pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Sedangkan menurut Mulyasa (2007: 50), Tujuan dari hubungan
sekolah dengan masyarakat adalah:
a. Memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik;
b. Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan
penghidupan masyarakat; dan
c. Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan
sekolah.
Secara lebih konkret menurut Purwanto, tujuan
diselenggarakannya hubungan sekolah dengan masyarakat adalah untuk:
1. Mengenalkan pentingnya sekolah bagi masyarakat.
2. Mendapatkan dukungan dan bantuan moral maupun finansial yang
diperlukan bagi pengembangan sekolah.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang inti dan
pelaksanaan program sekolah.
4. Memperkaya atau memperluas program sekolah sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
5. Mengembangkan kerja sama yang lebih erat antara keluarga dan
sekolah dalam mendidik anak-anak.
c. Model Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
1. Melalui Komite Sekolah
Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran
serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan
efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada
pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur
pendidikan di luar sekolah (Kepmendiknas nomor: 044/U/2002).
Tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah:
a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta prakarsa masyarakat
dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan
di satuan pendidikan.
b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

23
c. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan
yang bermutu di satuan pendidikan (Kepmendiknas nomor:
044/U/2002).
Adapun fungsi Komite Sekolah, sebagai berikut:
a) Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat
terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
b) Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/
dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
c) Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai
kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.
d) Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada
satuan pendidikan mengenai:
1) kebijakan dan program pendidikan
2) rencana anggaran pendidikan dan belanja sekolah
(RAPBS)
3) kriteria kinerja satuan pendidikan
4) kriteria tenaga kependidikan
5) kriteria fasilitas pendidikan, dan
6) hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan
7) Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi
dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu
dan pemerataan pendidikan
8) Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
9) Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap
kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran
pendidikan di satuan pendidikan (Kepmendiknas nomor:
044/U/2002).

24
2. Membina Kerjasama Dengan Pemerintah/masyarakat secara umum
Dalam era otonomi sekolah, khususnya dengan implementasi
pendekatan manajemen sekolah berbasis masyarakat, sekolah memang
memiliki keleluasaan dan atau otonomi yang lebih luas. Otonomi
pemerintahan yang berbasis pada pemerintah daerah Kabupaten/Kota
meletakkan pembinaan dan penyelenggaraan pendidikan berada di
tingkat Kabupaten dan Kota, sehingga nampaknya peranan Pemerintah
provinsi dan pusat tidak dominan. Meskipun demikian bukan berarti
pusat dan propinsi tidak memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan.
Dalam paradigm otonomi seperti sekarang diperlukan
kemampuan sekolah (kepala sekolah) untuk membangun kerjasama
yang
harmonis dengan berbagai institusi pemerintahan mulai dari tingkat
pusat sampat dengan tingkat Kabupaten/kota/Kecamatan bahkan
kelurahan.
Hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam kerjasama ini adalah
jangan sampai sekolah larut dan dapat dibawa kepada masalah-masalah
lain selain untuk kepentingan pendidikan. Sekolah tdak boleh terbawa
arus kepada kegiatan politik praktis dan kepentingan kelompok
tertentu.
Kerjasama dengan berbagai institusi tersebut di atas menjadi
kemutlakan bagi sekolah dalam upaya mengembangkan sekolah secara
optimal, sebab sekolah adalah lembaga interaksi social yang tidak bisa
lepas dari masyarakat secara keseluruhan, khususnya masyarakat di
sekitarnya. Banyak hal yang tidak dapat dilakukan sekolah tanpa
bantuan masyarakat tersebut, katakannlah sekolah mengadakan
perayaan ulang tahun sekolah, untuk menjaga keamanan, maka sekolah
mutlak meminta bantuan kepolisian atau petugas keamanan lingkungan
setempat.
Berbagai bentuk kerjasama yang dapat dikembangkan dengan
berbagai institusi tersebut antara lain:
1) Pemberian dan atau penggunaan fasilitas bersama.
Berbagai fasilitas yang tidak dimiliki oleh sekolah mungkin saja
terdapat dan dimiliki oleh lembaga tertentu. Untuk menunjang
25
kegiatan pendidikan sekolah dapat membangun kerjasama dengan
pemilik fasilitas tersebut. Misalnya tempat pameran, gedung olah
raga dan lain-lain.
2) Pelaksanaan kegiatan peningkatan kemampuan siswa.
Misalnya sekolah ingin meningkatkan pemahaman dan kemampuan
siswa tentang kesehatan, dapat bekerjasama dengan puskesmas
dalam memanfaatkan berbagai fasilitas termasuk fasilitas SDM,
ingin
melaksanakan pentas seni sekolah dapat bekerjasama dengan
lembaga kesenian di masyarakat untuk memanfaatkan berbagai
fasilitas kesenian (alat-alat seni, seperti seni tradisional).
3) Pemanfaatan sumber daya manusia secara saling menguntungkan.
sekolah dapat memanfaatkan sumber daya manusia di masyarakat
dan sebaliknya masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya
manusia yang dimiliki sekolah.
3. Kerjasama Sekolah dengan Organisasi Masyarakat
Pada saat ini sangat banyak masyarakat yang mengikat dirinya
dalam satu kelompok organisasi, baik yang bersifat organisasi sosial,
organisasi profesi, organisasi untuk community tertentu yang bersifat
kedaerahan maupun organisasi yang mementingkan laba.
Dari berbagai organisasi tersebut di atas banyak sekali yang
sangat peduli terhadap pendidikan, tetapi tidak sedikit juga organisasi
yang menjadi kurang peduli pada dunia pendidikan. Di sadari bahwa
organisasi-organisasi tersebut sangat besar peranannya dalam
membantu pendidikan apabila diberdayakan secara optimal dan murni.
Organisasi tersebut sangat besar manfaatnya apabila sekolah
mampu menjadikannya sebagai mitra bagi pengembangan dan
peningkatan mutu sekolah. Misalnya kalau sekolah menyelenggarakan
ekstra kurikuler seni tari musik atau drama, dapat dilakukan kerjasama
dengan kelompok seni tari, musik atau drama. Dalam kenyataan sehari-
hari sering terjadi organisasi masyarakat melaksanakan kegiatannya
justru menggunakan sekolah sebagai sasarannya, seperti pengabdian
masyarakat mereka tentang penyuluhan NARKOBA, hal ini harus
dimanfaatkan oleh sekolah sebagai peluang dalam pembinaan siswa di
26
sekolahnya. Oleh sebab itu tidak salah kalau sekolah selalu
memprogramkan berbagai kegiatan tersebut sebagai upaya
meningkatkan mutu di sekolah.
d. Bentuk Opersional Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
a. Di bidang Sarana Akademik
Tinggi rendahnya prestasi lulusan (kualitas maupun kuantitas),
penelitian, karya ilmiah (lokal, nasional, internasiona), jumlah dan
tingkat kesarjanaan pendidiknya, sarana dan prasarana akademik
termasuk laboratorium dan perpustakaan serta teknologi instruksional
yang mendukung PBM, termasuk ukuran prestasi dan prestise-nya.
b. Di bidang Sarana Pendidikan
Gedung atau bangunan sekolah termasuk ruang belajar, ruang
praktikum, kantor dan sebagainya beserta perabot yang memadai akan
memiliki daya tarik tersendiri bagi popularitas sekolah.
c. Di bidang Sosial
Partisipasi sekolah dengan masyarakat sekitarnya, seperti kerja bakti,
perayaan-perayaan hari besar nasional atau keagamaan, sanitasi dan
sebagainya akan menambah kesan masyarakat sekitar akan
kepedulian sekolah terhadap lingkungan sekitar sebagai anggota
masyarakat yang senantiasa sadar lingkungan demi baktinya terhadap
pembangunan masyarakat.
d. Kegiatan Karya Wisata
Kegiatan karya wisata juga bisa dijadikan sarana hubungan sekolah
dengan masyarakat, seperti membawa spanduk serta atribut sekolah
sampai keluar daerah menyebabkan nama sekolah dapat dikenal lebih
luas sampai luar kota. Bahkan tertib sopan santun para siswanya di
perjalanan akan mendapat kesan tersendiri dari masyarakat yang
disinggahi dan dilaluinya.
e. Kegiatan Olah Raga dan Kesenian
Juga dapat merupakan sarana hubungan sekolah dengan masyarakat,
misalnya dalam porseni dan lomba antar sekolah akan membawa
keunggulan sekolah dan membawa nama harum sekolah tersebut.
f. Menyediakan fasilitas sekolah untuk kepentingan masyarakat sekitar
sepanjang tidak mengganggu kelancaran PBM, demikian sebaliknya
27
fasilitas yang ada di masyarakat sekitarnya dapat digunakan untuk
kepentingan sekolah.
g. Mengikutsertakan tokoh-tokoh masyarakat dalam kegiatan kurikuler
dan ekstra kurikuler sekolah, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dan masih banyak lagi kegiatan operasional hubungan
sekolah dengan masyarakat yang dikreasikan sesuai situasi, kondisi
serta kemampuan pihak-pihak terkait.

Tabel manajemen hubungan masyarakat pada lembaga pendidikan

No Jenis Kegiatan Visi Misi Tujuan Pelaksanaan


1 Orientasi Menjadi ajang Program Membentuk Acara awal
Siswa Baru kreativitas dan peningkatan nilai-nilai tahun ajaran
kemandirian kecintaan dan rasa kepribadian baru
peserta didik. memiliki terhadap peserta didik
almamater.
2 Upacara Membina Membiasakan Bagi siswa Tiap minggu
Bendera kesadaran kedisiplinan bagi untuk terbiasa pada hari
berbangsa dan warga sekolah tepat waktu senin atau
bernegara dan teratur hari besar
nasional
3 Kegiatan Meningkatkan Membiasakan rasa Dengan Setiap awal
olahraga nilai-nilai percaya diri, kompetisi semester dan
sportivitas peserta semangat berjuang yang teratur menjelang
didik dan saling akan HUT RI
menghargai mempengaruh
i
pembentukan
watak
4 Kegiatan Menyadari Membentuk rasa Terbiasa Dilaksanakan
Pramuka, kekuasaan dan cinta lingkungan untuk setiap
Kamping, dan kemahaesaan mengatasi semester
pecinta alam Allah melalui masalah dan sekali
pemahaman alam memecahkan
secara

28
mandiri
maupun
berkelompok
5 Pameran Meningkatkan Memacu peserta Sosialisasi Pada saat ada
kreasi dan didik untuk selalu hasil karya acara PHBI
kreativitas peserta berkarya peserta didik dan PHBN
didik dalam kepada maupun even
berkarya masyarakat tertentu
sehingga pada
akhirnya
mampu terjun
ke
masyarakat
6 Menyebarkan Media Menggalang minat Peningkatan Ketika akan
brosur komunikasi orangtua/wali kualitas dilakukan
tertulis antara murid dan peserta program pendaftaran
sekolah dan orang didik untuk penerimaan dan
tua serta peserta mengikuti penerimaan
didik baru pendidikan di siswa baru
sekolah tsb

2.1.6 Manajemen Layanan Khusus

a. Pengertian Manajemen Layanan Khusus

29
Manajemen layanan khusus di suatu sekolah merupakan bagian
penting dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang efektif dan efisien.
Sekolah merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas dari penduduk bangsa Indonesia. Sekolah tidak hanya
memiliki tanggung jawab dan tugas untuk mlaksanakan proses pembelajaran
dalam mengembangkan ilmu penegetahuan dan teknologi saja, melainkan
harus menjaga dan meningkatkan kesehatan baik jasmani maupun rohani
peserta didik.

Untuk memenuhi tugas dan tanggung jawab tersebut maka sekolah


memerlukan suatu manajemen layanan khusus yang dapat mengatur segala
kebutuhan peserta didiknya sehingga tujuan pendidikan tersebut dapat
tercapai.

Manajemen layanan khusus di sekolah pada dasarnya ditetapkan dan


di organisasikan untuk mempermudah atau memperlancar pembelajaran,
serta dapat memenuhi kebutuhan khusus siswa di sekolah. Pelayanan khusus
diselenggarakan di sekolah dengan maksud untuk memperlancar pelaksanaan
pengajaran dalam rangka pencapain tujuan pendidikan di sekolah.
Pendidikan di sekolah antara lain juga berusaha agar peserta didik
senanatiasa berada dalam keadaan baik. Baik disini menyangkut aspek
jasmani maupun rohaninya.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen layanan


khusus adalah suatu proses kegiatan memberikan pelayanan kebutuhan
kepada peserta didik untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar tujuan
pendidikan bisa tercapai secara efektif dan efisien.

b. Jenis-Jenis Layanan Khusus

Pelayanan khusus yang diberikan sekolah kepada peserta didik,


antar sekolah satu dengan sekolah lainnya pada umumnya sama, tetapi

30
proses pengelolan dan pemanfaatannya yang berbeda. Beberapa bentuk
manajemen layanan khusus yang ada di sekolah antara lain:

 Layanan asrama peserta didik

Bagi para peserta didik khususnya jenjang pendidikan menengah


dan pendidikan tinggi, terutama bagi mereka yang jauh dari orang tuanya
diperlukan diperlukan asrama. Selain manfaat untuk peserta didik, asrama
mempunyai manfaat bagi para pendidik dan petugas asrama tersebut.

 Layanan Perpustakaan Peserta Didik

Perpustakaan mempunyai arti penting sebagai pusat sumber belajar


dan sumber informasi bagi peserta didik. Perpustakaan juga dipandang
sebagai kunci bagi ilmu pengetahuan dan inti setiap proses belajar mengajar
(Imron, 1995:184). Perpustakaan dimanfaatkan peserta didik untuk
mengembangkan dan mendalami pengetahuan yang diperolehnya di kelas
melalui belajar mandiri.

Menurut Supriyadi (1983) dalam buku Manajemen Peserta Didik


oleh Ali Imron mendefinisikan perpustakaan sekolah sebagai perpustakaan
yang diselenggarakan di sekolah guna menunjang program belajar mengajar
di lembaga pendidikan formal seperti sekolah, baik sekolah tingkat dasar
maupun menengah, baik sekolah umum maupun kejuruan. Selain itu,
perpustakaan sekolah adalah salah satu unit sekolah yang memberikan
layanan kepada peserta didik di sekolah sebagai sentra utama, dengan
maksud membantu dan menunjang proses belajar mengajar di sekolah,
melayani informasi-informasi yang dibutuhkan serta memberikan layanan
rekreatif melalui koleksi bahan pustaka (Imron, 1995:187). Dari definisi-
definisi tersebut tampaklah jelas bahwa perpustakaan sekolah merupakan 
suatu unit pelayanan sekolah guna menunjang proses belajar mengajar di
sekolah.

Adapun tujuan perpustakaan sekolah yakni untuk mempertinggi


daya serap peserta didik terhadap materi-materi pelajaran yang diajarkan di

31
sekolah (Imron, 1995:187). Fungsi-fungsi perpustakaan sekolah
berdasarkan tujuannya yakni sebagai pusat belajar mengajar, sebagai pusat
penelitian dan telaah pustaka, sebagai pusat ilmu pengetahuan, sebagai
pusat rekreasi, dan sebagai pusat apresiasi dan kreasi. Ada dua jenis layanan
perpustakaan kepada peserta didik, yaitu pelayanan sirkulasi dan pelayanan
referensi.

 Layanan Kesehatan Peserta Didik

Salah satu bentuk layanan khusus sekolah adalah tersedianya unit


Kesehatan Sekolah (UKS) yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik
untuk mengecek maupun berkonsultasi tentang kesehatan mereka.

Menurut Jesse Ferring William pada buku Pengelolaan Layanan


Khusus Di sekolah oleh Kusmintardjo (1992) mendefinisikan layanan
kesehatan adalah sebuah klinik yang didirikan sebagai bagian dari
Universitas atau sekolah yang berdiri sendiri yang menentukan diagnosa
dan pengobatan fisik  dan penyakit jiwa dan dibiayai dari biaya khusus dari
semua siswa. Selain itu layanan kesehatan juga dapat diartikan sebagai
usaha sekolah dalam rangka membantu (mungkin bersifat sementara )
murid-muridnya yang mengalami persoalan yang berkaitan dengan
kesehatan.

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa layanan kesehatan


peserta didik adalah suatu layanan kesehatan masyarakat yang dijalankan di
sekolah dan menjadikan peserta didik sebagai sasaran utama, dan personalia
sekolah yang lainnya sebagai sasaran tambahan (Imron, 1995:154).

Maksud diadakannya layanan kesehatan adalah tercapainya keadaan


kesehatan peserta didik beserta lingkungannya secara optimal sehingga
dapat memberikan kondisi yang baik untuk belajar, tumbuh dan
berkembang secara optimal. Guna mencapai tujuan tersebut, beberapa jalan
yang dapat ditempuh oleh sekolah adalah:

32
1. Menanamkan hidup sehat kepada peserta didik dan mendorong kepada
guru dan personalia sekolah memberikan teladan hidup sehat
2. Mencegah dan memberantas penyakit
3. Memperbaiki dan memulihkan kesehatan melalui usaha-usaha seperti:
pengobatan ringan, imunisasi dan vaksinasi, peningkatan dan perbaikan
gizi, penanaman hidup sehat, memperlibatkan guru dalam keseluruhan
usaha kesehatan peserta didik.

Agar layanan kesehatan peserta didik di sekolah mencapai maksud


sebagaimana yang telah diinginkan, diperlukan kerja sama yang baik antara
sekolah dengan lembaga-lembaga instansi-instansi  yang menangani
kesehatan seperti rumah sakit, poliklinik,dan petugas kesehatan. Di 
samping itu perlu juga bekerja sama dengan orang tua dan masyarakat,
karena sebagian besar waktu peserta didik bukanlah di sekolah melainkan
di lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Keluarga dan
masyarakat akan banyak memberikan pengaruh terhadap peserta didik
termasuk dalam hal kesehatan.

Pada dasarnya tujuan layanan kesehatan sekolah adalah,

1. Mengikuti perkembangan dan pertumbuhan anak didik


2. Mengetahui gangguan/kelainan kesehatan sedini mungkin
3. Pencegahan penyakit menular
4. Pengobatan secepat-cepatnya
5. Rehabilitasi

Sedangkan fungsi layanan kesehatan di sekolah adalah,

1. Menafsirkan keadaan kesehatan siswa dan pegawai sekolah


2. Menasehati murid dan orang tua
3. Memberikan semangat dan menyembuhkan penyakit
4. Membantu dalam pendidikan anak-anak
5. Membantu mencegah dan mengkontrol penyakit
6. Memberikan layanan darurat untuk luka atau penyakit yang datang
tiba-tiba.

33
 Layanan Bimbingan dan Konseling Peserta Didik

Bimbingan konseling merupakan layanan yang dapat digunakan


peserta didik untuk berkonsultasi tentang masalah yang dialami peserta
didik.

Bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada


sesorang kepada orang lain agar orang yang dibantu tersebut dapat
mengenal lebih dekat mengenai dirinya sendiri dengan segala kompleksitas
masalahnya, selanjutnya pengenalan atas dirinya sendiri demikian dapat
dijadikan sebagai titik tolak untuk mengembangkan diri dan memecahkan
masalah yang dihadapi dalam hidupnya dengan demikian ia akan sejahtera
dalam hidupnya. Sedangkan bimbingan di sekolah merupakan bantuan
kepada peserta didik oleh seorang guru BK agar lebih mengenal dirinya dan
kompleksitas permasalahan yang dihadapi.

Konseling adalah usaha yang secara langsung berkenaan dengan


masalah-masalah klien, sementara bimbingan lebih diaksentuasikan kepada
bantuan terhadap klien. Konseling ditujukan terutama kepada individu
bermasalah, sementar bimbiangan ditujukan kepada semua individu baik
yang bermasalah maupun individu yang tidak bermasalah. Konseling adalah
salah satu kegiatan bimbingan. Bahkan ada ahli yang menyatakan bahwa
konseling adalah salah satu metode atau teknik bimbingan. Konseling
diberikan kepada siswa ketika ada siswa yang menbutuhkan pelayanan yang
lebih lanjut.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud


dengan bimbingan dan konseling adalah salah satu kegiatan bantuan dan
tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya dan siswa pada
khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya.

Tujuan bimbingan dan konseling secara umum adalah membantu


siswa mengenal bakat, minat, dan kemampuannya serta memilih dan
menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan untuk merencanakan 
karier yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Sedangkan tujuan secara

34
khusus adalah menbantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujaun
perkembangan meliputi aspek pribadi dan sosial, belajar, dan karier.

 Layanan Kafentaria Peserta Didik

Alasan mengapa didirikannya kafentaria sekolah adalah agar para


peserta didik tidak kekurangan energi dalam belajar, yang lebih lanjut dapat
mengurangi konsentrasi belajar karena peserta didik banyak mengeluarkan
aktivitas-aktivitas fisik. Selain itu agar sekolah dapat mengkontrol seluruh
konsumsi peserta didik di sekolah dan bisa turut serta menjaga kebersihan
dan kesehatan peserta didik.

Layanan kafentaria adalah layanan makanan dan minuman yang


dibutuhkan oleh peserta didik disela-sela mengikuti kegiatan belajar
mengajar di sekolah sesuai dengan daya jangkau peserta didik. Makanan
dan minuman yang tersedia di kafentaria tersebut, terjangkau dilihat dari
jumlah uang saku peserta didik, tetapi juga memenuhi syarat kebersihan dan
cukup kandungan gizinya.

Tujuan layanan kafentaria secara umum adalah tersedianya wahana


bagi peserta didik untuk memenuhi energinya pada saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Sedangkan untuk tujuan khususnya, agar peserta
didik mudah mendapatkan makanan dan minuman yang terjamin
kebersihan dan kesehatannya serta memadai kandungan gizinya dan sesuai
dengan daya jangkau uang sakunya. Selain itu juga bisa dijadikan wahana
untuk belajar dan memhami materi yang diajarkan, dan agar peserta didik
terhindar dari efek-efek negatif yang ditimbulkan akibat tersedianya
warung-warung di sekitar sekolah yang tidak terkontrol sekolah.

 Layanan Laboratorium Peserta Didik

Laboratorium adalah suatu tempat baik tertutup maupun terbuka


yang dipergunakan untuk melakukan penyelidikan, pecobaan, pemraktekan,
pengujian, dan pengembangan. Laboratorium sekolah adalah sarana
penunjang proses belajar mengajar baik tertutup maupun terbuka yang

35
dipergunakan untuk melaksanakan praktikum, penyelidikan, percobaan,
pengembangan dan bahkan pembakuan.

Tujuan layanan laboratoriun peserta didik adalah sebagai layanan


khusus yang diberikan sekolah kepada siswa untuk menunjang kegiatan
pembelajaran. Sedangkan tujuan secara khususnya adalah sebagai berikut:

1. Menunjang penguasaan mata pelajaran yang diajarkan guru.


2. Memupuk keberanian pribadi sesuai dengan hak dan hakekat
kebenaran dalam segala aspek yang terdapat dalam lingkungan
hidupnya.
3. Melatih dan mengembangkan ketrampilan guru dan siswa dalam
mengembangkan profesinya.
4. Melatih serta membiasakan siswa belajar secara inovatif baik secara
individual maupun kelompok.

Adapun fungsi laboratorium adalah sebagai berikut:

1. Alat atau tempat untuk menguatkan atau memberikan kepastian


informasi.
2. Alat atau tempat untuk menentukan hubungan sebab dan akibat.
3. Alat atau tempat untuk membuktikan benar tidaknya (verivikasi)
faktor-faktor atau gejala-gejala tertentu.
4. Alat atau tempat untuk mempraktekkan apa sesuatu yang diketahui.
5. Alat atau tempat untuk mengembangkan ketrampilan.
6. Alat atau tempat untuk memberikan latihan.
7. Alat atau tempat untuk membentuk siswa belajar menggunakan metode
omiah dalam pemecahan masalah.
8. Alat atau tempat untuk melanjutkan atau melaksanakan penelitian
perseorangan atau kelompok.

 Layanan Koperasi Peserta Didik

Koperasi sekolah adalah koperasi yang dikembangkan di sekolah,


baik sekolah dasar, sekolah menengah, maupun sekolah dan dalam

36
pengelolannya melibatkan guru dan personalia sekolah. Sedangkan koperasi
peserta didik atau biasa disebut disebut koperasi siswa (Kopsis) adalah
koperasi yang ada di sekolah tetapi pengelolaanya adalah oleh pesera didik,
kedudukan guru di dalam Kopsis adalah sebagai pembimbing saja.

Tujuan umum Kopsis adalah membentuk sifat kegotong-royongan


dan saling membantu di antara sesama peserta didik khususnya yang berada
di sekolah. Sedangkan tujuan khusus Kopsis adalah:

1. Menanamkan rasa solidaritas sosial di antara peserta didik di sekolah.


2. Melatih hidup gotong royong.
3. Mempertinggi rasa kekeluargaan di antara para peserta didik.
4. Untuk melatih peserta didik berorganisasi.
5. Untuk melatih peserta didik menyimpan dan mengembangkan modal
melalui koperasi.
6. Menanamkan pengertian kepada peserta didik akan arti pentingnya
akumulasi dan penyaluran modal sehingga modal tersebut tidak
berhenti dan tercecer.
7. Memberikan bantuan keada peserta didik yang membutuhkan kredit.

Fungsi Kopsis secara umum adalah sebagai wahana pendidikan


koperasi kepada peserta didik. Lebih jauh lagi, fungsi Kopsis adalah
pembentukan kader-kader koperasi di dalam masyarakat.

 Layanan Keamanan Peserta Didik

Layanan keamanan merupakan salah satu layanan yang penting


dibutuhkan oleh peserta didik karena rasa aman saat berada di sekolah akan
berdampak pada proses belajar peserta didik. Salah satu bentuk layanan
keamanan adalah adanya satpam sekolah

c. Kaitan Manajemen Layanan Khusus dengan Sarana dan Prasarana

37
Sarana dan prasarana pendidikan penting artinya guna menunjang
kesuksesan pendidikan di sekolah. Menurut Ali Imron dalam buku Perspektif
Manajemen Berbasis Sekolah oleh Tim Pakar Manajemen Pendidikan (2004),
Sarana pendidikan adalah semua piranti yang secara langsung dipergunakan
dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan adalah
semua piranti yang secara tidak langsung dipergunakan dalam proses
pendidikan di sekolah.

Menurut Bafadal (2003:2), sarana pendidikan adalah semua perangkat


peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses
pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua
perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang
pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Dalam hubungannya dengan sarana
pendidikan, ada sejumlah pakar pendidikan yang mengklasifikasikan menjadi
beberapa macam sarana pendidikan yang ditinjau dari berbagai macam sudut
pandang. Pertama, ditinjau dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana
pendidikan, yaitu sarana pendidikan yang habis pakai dan sarana pendidikan
yang tahan lama. Kedua, ditinjau dari bergerak tidaknya, ada dua macam
sarana pendidikan, yaitu sarana pendidikan yang bergerak dan sarana
pendidikan yang tidak bisa bergerak. Ketiga, ditinjau dari hubungannya
dengan proses belajar mengajar ada dua jenis sarana pendidikan di sekolah,
yaitu sarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses belajar
mengajar, dan sarana pendidikan yang secara tidak langsung berhubungan
dengan  proses belajar mengajar.

Sedangkan prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan


menjadi dua macam. Pertama, prasarana pendidikan yang secara langsung
digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang
perpustakaan, ruang praktik keterampilan, dan ruang laboratorium. Kedua,
prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar
mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar
mangajar. Beberapa contoh tentang prasarana sekolah jenis terakhir tersebut di
antaranya adalah ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju

38
sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala
sekolah, dan tempat parkir kendaraan.

Berdasarkan uraian tentang sarana dan prasarana di atas, serta


penjelasan mengenai layanan khusus di sekolah pada pembahasan sebelumnya,
dapat diketahui kaitan antara pentingnya sarana dan prasarana dengan layanan
khusus di sekolah. Suatu layanan khusus tanpa didukung oleh sarana dan
prasarana maka pelayanan yang diberikan tidak akan maksimal karena tidak
ada fasilitas yang mendukung. Sebagian besar layanan khusus memerlukan
tempat dan peralatan dalam memberikan pelayanannya kepada peserta didik.
Sebagai contoh pelayanan perpustakaan. Pelayanan perpustakaan ini
memerlukan tempat yang berupa ruang perpustakaan serta memerlukan
perabot dan peralatan seperti rak, buku, alamari dan lain-lain untuk melakukan
kegiatan pelayanan kepada peserta didik. Begitu juga dengan layanan-layanan
yang lainnya.

Salah satu contoh dari prasarana pendidikan yang secara langsung


digunakan dalam proses belajar mengajar adalah ruang laboratorium. Ruang
laboratorium ini merupakan ruangan yang digunakan dalam memberikan
layanan khusus yaitu layanan laboratorium peserta didik. Jadi dapat
disimpulkan bahwa layanan khusus memerlukan sarana dan prasarana untuk
memperlancar dan mengefektifkan pemberian layanan kepada peserta didik.

39
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada pembahasan yang diuraikan diatas, dapat ditarik beberapa


kesimpulan yaitu:

1. Bidang garapan manajemen pendidikan meliputi manajemen Kurikulum pendidikan,


manajemen kesiswaan, manajemen sarana dan prasarana pendidikan, manajemen
keuangan sekolah, manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat dan
manajemen layanan khusus.
2. Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian kurikulum.
3. Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang
kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan
teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Bidang manajemen kesiswaan
memiliki 3 tugas utama, yaitu penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan belajar,
serta bimbingan dan pembinaan disiplin.
4. Manajemen sarana dan prasarana diharapkan dapat menciptakan sekolah yang
bersih, rapi, indah, sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi
guru maupun siswa untuk berada di sekolah, serta diharapkan tersedianya alat-alat
fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan
kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses
pendidikan dan pengajaran.

5. Manajemen Keuangan (financial management) adalah segala aktivitas organisasi


yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana,menggunakan dana,dan
mengelola aset sesuai tujuan organisasi secara menyeluruh.
6. Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan sarana yang sangat berperan dalam
membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Sekolah
dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah
atau pendidikan secara efektif, efisien dan prokduktif.

40
7. Manajemen layanan khusus di sekolah pada dasarnya di tetapkan dan di
organisasikan untuk mempermudah atau memperlancar pembelajaran, serta dapat
memenuhi kebutuhan khusus siswa di sekolah. Jenis-jenis layanan khusus di sekolah
antara lain layanan perpustakaan peserta didik, layanan kesehatan peserta didik,
layanan bimbingan dan konseling, layanan kafentaria peserta didik, layanan
laboratorium peserta didik, layanan koperasi peserta didik dan layanan keamanan
peserta didik.

41
DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen UPI. 2008. Manajemen Pendidikan. Bandung: ALFABETA.

Irawan, Benny. 2010. Manajemen Layanan Khusus. Manajemen, (online).


(http://irawanbenny.wordpress.com diunduh Oktober 2010)

42

You might also like