You are on page 1of 3

Peristiwa Gempa Bumi Di Indonesia

Selama ini, tindakan dalam usaha penanggulangan bencana dilakukan oleh pemerintah yang
pelaksanaanya kemudian dilakukan bersama antara pemerintah daerah dengan organisasi-organisasi
terkait dan masyarakat yang tertimpa bencana. Pada saat mengahadapi bencana, masyarakat yang
belum mampu untuk menanganinya sendiri harus menunggu bantuan yang kadang-kadang tidak
segera datang.

Perlu disadari bahwa pada detik-detik pertama saat bencana terjadi adalah saat yang paling penting
dalam usaha mengurangi dampak bencana yang lebih besar. Dengan terulangnya bencana gempa
bumi yang terjadi di Yogyakarta, Sumatera Barat, Jawa Barat maupun di wilayah Indonesia lainnya
dan didasari oleh pemikiran tersebut dan sejalan dengan program pengembanagan masyarakat yang
mandiri, masyarakat sendiri perlu mengetahui secara menyeluruh semua upaya tindakan
penanggulangan bencana supaya bisa segera mengambil tindakan yang tepat pada waktu bencana
terjadi. Untuk mengurangi kemungkinan bencana disuatu wilayah, tindakan pencegahan bencana
perlu dilakukan oleh masyarakat. Pada saat bencana terjadi, korban yang timbul umumnya
disebabkan oleh kurangnya persiapan. Persiapan yang baik akan bisa membantu masyarakat untuk
melakukan tindakan yang tepat guna dan tepat waktu.
Bencana bisa menimbulkan kerusakan dan korban jiwa. Dengan mengetahui cara pencegahannya
masyarakat bisa mengurangi risiko ini. Penangulangan bencana ini hendaknya menjadi tanggung
jawab bersama antara masyarakat dan pihakpihak yang terkait. Kerjasama ini sangat penting untuk
memperlancar proses penanggulangan bencana.
Tabel Kejadian gempa bumi di Indonesia dalam
kurun waktu 200 tahun serta jumlah korban jiwa.

Sumber: Kompas, 5 Oktober 2009

Dengan terulangnya bencana gempa bumi yang terjadi di Indonesia, yang telah menimbulkan korban
jiwa dan harta benda, serta masih menyisakan masalah relokasi pengungsi dan penyediaan akses
dan ruang belajar untuk anak adalah suatu fakta bahwa kita belum banyak belajar dari peristiwa
bencana sebelumnya. Berbagai bencana itu semestinya menjadi pelajaran bagi masyarakat bahwa
siapa pun tanpa terkecuali harus selalu siap siaga dalam menghadapi bencana. Kesiapsiagaan ini
merupakan suatu kemampuan dalam mengantisipasi dan mengurangi dampak yang diakibatkan
bencana.
Adapun stakeholders yang terlibat dan sangat berpengaruh dalam upaya mengurangi dampak
terjadinya bencana antara lain individu, keluarga/rumah tangga, pemerintah, dan lembaga pendidikan.
Individu dan rumah tangga merupakan ujung tombak, subjek dan objek dari kesiapsiagaan, karena
berpengaruh secara langsung terhadap risiko bencana.
Pemerintah juga mempunyai peran dan tanggung jawab yang sangat penting, terutama dalam kondisi
social ekonomi masyarakat yang masih memerlukan peran pemerintah, terutama yang berkaitan
dengan pendidikan masyarakat yang berkaitan dengan bencana, penyediaan fasilitas, sarana dan
prasarana publik untuk keadaan darurat. Sedangkan komunitas sekolah mempunyai potensi yang
sangat besar sebagai sumber pengetahuan, penyebarluasan pengetahuan tentang bencana dan
petunjuk praktis apa yang harus dipersiapkan sebelum terjadinya bencana dan apa yang harus
dilakukan pada saat dan setelah terjadinya bencana (Hidayati, dkk, 2006).
Masyarakat sekolah merupakan salah satu stakeholders yang penting dalam meningkatkan
kesiapsiagaan masyarakat dalam bencana. Dengan peningkatan kesiapsiagaan sekolah, maka akan
meingkatkan kesiapsiagaan masyarakat secara umum. Kesiapsiagaan tersebut perlu dimiliki oleh
warga sekolah dan lingkungan. Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari upaya peningkatan
kapasitas. Peningkatan kapasitas tersebut dapat melalui pendidikan yang berlangsung di sekolah
yaitu melalui pendidikan pengurangan risiko bencana (PRB).
Adapun tujuan dari pendidikan pengurangan risiko bencana (PRB) adalah mengurangi risiko bencana
dengan cara mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas individu/rumah tangga/komunitas
dalam menghadapi dampak bencana, termasuk dampak bencana yang tidak dapat dihindarkan,
sehingga berkelanjutan dan kemandirian dapat terwujud. Pendidikan ini dapat diselenggarakan
dengan terintegrasi pada kurikulum yang telah dilaksanakan oleh sekolah dan yang disesuaikan
dengan parameter kesiapsiagaan.
Model pendidikan terkait kebencanaan yang meluas adalah pendidikan kesiapsiagaan. UN/ISDR
(International Strategy for Disaster Reduction) menyatakan pendidikan kesiapsiaagaan adalah
aktivitas-aktivitas dan langkah-langkah yang diambil sebelumnya untuk memastikan respon yang
efektif terhadap dampak bahaya, termasuk dengan mengeluarkan peringatan dini yang tepat waktu
dan efektif dan dengan memindahkan penduduk dan harta benda untuk sementara dari lokasi yang
terancam.
Dalam kaitan dengan kondisi geografis Indonesia yang rawan bencana alam, peserta didik perlu
dibekali dengan pengetahuan tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana secara rutin agar mereka
mampu beradaptasi dengan kondisi tersebut dan mengetahui secara tepat apa yang harus dilakukan
saat bencana datang, mengetahui bagaimana menyelamatkan diri secara tepat sehingga sewaktu
bencana datang mereka dapat menghadapi bencana secara tenang. Peserta didik juga perlu
diajarkan tentang kondisi geografis dan sosial wilayah Indonesia dan diajarkan secara rinci mengenai
panduan-panduan praktis dan tepat yang mesti mereka lakukan saat bencana terjadi. Pembelajaran
tidak mesti harus dalam mata pelajaran tersendiri tetapi dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran
yang sesuai.

You might also like