Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
n = 2 H / h3
dan jumlah titik maksimum di dalam masing-masing cell adalah n.
1.3 Tujuan
Dari permasalahan di atas, maka adapun tujuan yang ingin kami capai adalah
sebagai berikut.
1.3.1 Untuk menjelaskan peluang thermodinamika pada statistik Fermi-Dirac.
1.3.2 Untuk menjelaskan fungsi distribusi Fermi-Dirac.
1.3.3 Untuk menjelaskan fungsi distribusi kecepatan, kelajuan, dan energi.
1.3.4 Untuk menjelaskan panas jenis menurut statistik Fermi-Dirac.
1.3.5 Untuk menjelaskan emisi termionik menurut statistik Fermi-Dirac
1.4 Manfaat
Manfaat yang ingin kami peroleh dalam pembuatan makalah ini adalah untuk
mengetahui statistik Fermi-Dirac pada permasalahan fisika.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Cell i Wi = 4
Cell j Wj = 4
Gambar 1: Susunan titik fase yang berbeda di dalam sebuah cell di dalam ruang fase
menurut statistik Fermi-Dirac.
Peluang thermodinamika masing-masing cell adalah:
Wi = 4 dan Wj = 4
Untuk setiap susunan di dalam cell i kita dapat memiliki salah satu susunan di dalam
cell j. Dengan demikian jumlah total kemungkinan susunan atau peluang
thermodinamika dari makrostate adalah:
W = Wi Wj = 16
Berbeda dengan hasil statistik Maxwell-Bolzmann untuk kasus yang sama di mana
diperoleh W = 4, serta untuk statistik Bose-Einstein W = 80.
Secara umum untuk sejumlah cell dalam statistik Fermi-Dirac dapat
dirumuskan:
W = P Wi
Penurunan pernyataan untuk sembarang Wi lebih mudah daripada untuk
statistik Bose-Einstein. Untuk n kompartemen dari sebuah cell, jika ada N, yang
ditempati, maka ada (n - Ni) yang tak ditempati (kosong). Perhitungan jumlah cara
untuk n kompartemen yaitu dapat dibagi di dalam dua kelompok, satu kelompok
dengan kompartemen yang ditempati, dan kelompok yang lain untuk kompartemen
yang kosong.
3
Jumlah cara untuk N partikel yang didistribusikan di antara cell-cell dalam
ruang fase, dengan N1, N2, N3, dst. Jumlah tersebut yaitu:
N! N!
=
N 1 ! N 2 !N 3 !... ΠN i !
Secara umum, persamaan di atas memberikan jumlah cara untuk sesuatu N
yang disusun dalam suatu kelompok, jumlah N1, N2, N3 dst. menyatakan jumlah di
dalam tiap-tiap kelompok. Di dalam statistik Maxwell-Boltzmann “sesuatu” yang
disusun adalah titik fase, jumlah “kelompok “ sama dengan jumlah cell di dalam ruang
fase, dan jumlah cara dari susunan “sesuatu” disebut peluang thermodinamika dari
makrostate.
Dengan cara yang sama, peluang thermodinamika untuk cell tertentu
didefinisikan sebagai jumlah cara kompartemen yang berbeda dapat dibagi ke dalam
dua kelompok, yaitu kelompok yang ditempati dan kelompok yang kosong. Jumlah
kompartemen total adalah n, yang ditempati adalah Ni, dan yang kosong adalah n - Ni.
dengan demikian cara berbeda dalam pembagian kompartemen ke dalam kelompok
ditempati dan kelompok kosong, atau peluang thermodinamika Wi, adalah:
n!
W i=
N i !(n−N i )! (1)
Misalkan, Ni = 3, Nj = 1, n = 4, maka akan diperoleh:
4!
W i= =4
3 !(4−3 )!
4!
W i= =4
1 !( 4−1)!
Sehingga, sesuai dengan hasil yang diperoleh dengan cara menghitung. Secara
umum pernyataan untuk peluang thermodinamika dari makrostate tertentu dalam
statistik Fermi-Dirac adalah:
n!
W=Π
N i !(n−N i )!
4
ln W =∑ [ n ln()n)!−ln N i !−ln(n−N i )! ]
(3)
Karena jumlah cell sangat besar, dengan demikian n dan Ni merupakan bilangan yang
sangat besar, kita dapat pergunakan pendekatan Stirling.
ln W =∑ [ n ln(n )-N i ln N i -n ln(n-N i )-N i ln( n-N i )]
Misalkan Wo menyatakan probabilitas maksimum, dan Nio berkaitan dengan jumlah
titik-titik dalam cell ke i, dan n adalah konstan, maka:
n−N oi
δ ln W =∑ ln
[ N oi ] δN i =0
(4)
Jika jumlah partikel dan energi total adalah konstan, kita mempunyai persamaan
kondisi:
δN =∑ δN i =0 , δU =∑ w i δN i=0
Kalikan persamaan pertama dengan -ln B dan persamaan ke dua dikalikan dengan
-b, kemudian tambahkan dengan pers (4), maka diperoleh:
n−N oi
∑ [ ln
N oi ]
−ln B−βwi δN i =0
5
1
β=
kT
6
Dengan kata lain, pada nol absolut kerapatan titik-titik representatif dalam ruang
2V
3
momentum adalah konstan dan sama dengan h , di dalam semua cell yang energinya w
< wmo.
Di lain pihak, jika w lebih besar daripada wmo dan T = 0K, maka suku di dalam
kurung siku pada persamaan (7) adalah + ∞ , dan karena exp(+ ∞ )= ∞ , maka akan
diperoleh:
ρ0 =0 ( T =0 K , w> wmo ) (8)
Interpretasi fisis dari wmo adalah merupakan energi maksimum dari elektron-
elektron pada nol absolut.
Hubungan antara energi w dan momentum p dapat dinyatakan sebagai berikut:
2
1 2 p
mv =w= , p2 =2 mw
2 2m
Energi maksimum wmo berkaitan dengan momentum maksimum yang diberikan
oleh:
1
pmo =( 2 mw mo ) 2
dan, di dalam ungkapan secara geometri, kita dapat mengatakan bahwa pada ruang
momentum nol absolut populasinya secara uniform dalam sebuah bola yang jejarinya pmo
da n tidak ada titik-titik fase di luar bola ini. Proses integrasi kerapatan untuk seluruh ruang
momentum dapat direduksi menjadi perkalian kerapatan konstan ro dengan volume bola
yang jejarinya pmo, dan perkalian ini sama dengan jumlah total dari elektron N.
2V 4
× π p 3mo=N
h3 3
Selanjutnya akan diperoleh :
1
3 Nh3
pmo = ( )
8 πV
3
dan
2
h2 3 N
w mo=
8 m πV[ ] 3
(9)
Marilah kita coba hitung besarnya wmo dari persamaan (9).
Konstanta h adalah konstanta Planck yang besarnya 6,62 x 10-34 Joule-sekon, dan
m adalah massa elektron, 9x10-31 kg. Jumlah elektron per satuan volume tidak dapat diukur
7
secara langsung. Asumsi umum yang digunakan yaitu atom-atom masing-masing
memberikan kontribusi jumlah elektron yang sama untuk gas elektron. Kita juga akan
memprediksi jumlah ini kecil, mungkin 1 untuk atom valensi 1, 2 untuk atom valensi 2,
dst. Hal ini merupakan pembuktian secara tidak langsung, bahwa asumsi itu benar.
Misalkan kita hitung untuk perak, asumsikan satu elektron untuk satu atom, maka N/V =
5,86×1028 elektron bebas/m3, dan dari persamaan (4.9),
2 2
( 6 , 62×10−34 ) 3
w mo= −31
8×9×10
×5 , [
86×10 28 3
π ]
= 9,0 x 10-19 Joule
= 5,6 elektron-volt.
Harga ini merupakan energi kinetik maksimum dari elektron bebas pada nol
absolut. Energi rata-rata w pada nol absolut (lihat pasal 7) adalah 3/5 dari energi
maksimum, yakni :
3
w=( 5 ) ( 5,6 )=3 , 46 eV =5 , 75×10−19 joule
Menurut statistik Maxwell-Boltzmann, energi kinetik rata-rata dari molekul gas
adalah 3kT/2 dan berharga nol pada suhu nol absolut. Bila kita terapkan statistik Maxwell-
Boltzmann, maka untuk energi 5,75 x 10-19 Joule, diperlukan temperatur 27.000K.
Untuk selanjutnya kita akan mengevaluasi wm pada temperatur selain 0K. Hasil
yang diperoleh oleh Sommerfeld adalah:
2 2
w m=w mo 1−
{ π kT
12 wmo( ) }
+. .. .
(10)
Bila T=0 K, akan direduksi menjadi wmo. Demikian pula dengan penambahan
temperatur, perbedaan antara wm dan wmo adalah kecil, karena suku kT hanya beberapa
seper elektron-volt, sedangkan wmo dalam orde 2 sampai 10 elektron-volt. Jadi, di dalam
mengevaluasi fungsi distribusi ρ pada peramaan (7), sama halnya pada temperatur tinggi
beberapa ribu derajat Kelvin, akan terjadi kesalahan kecil untuk substitusi wmo dengan
wm.
Gambar 2 adalah grafik fungsi distribusi yang diplot sebagai fungsi w.
dNv x v y v z
dv x dv y dv z
8
T=0K
T1
T2
wmo wm
Koefisen dari elemen volume dvx, dvy, dan dvz dalam persamaan (11) adalah jumlah titik
refresentatif persatuan volume atau kerapatan dalam ruang kecepatan
Fungsi distribusi speed (kelajuan) dapat diturunkan dari fakta bahwa distribusinya adalah
distribusi adalah simetri bola, dengan demikian jumlah titik representatif di dalam kulit
tipis di dalam ruang kecepatan dengan jejari v sama dengan hasil kerapatan di dalam ruang
kecepatan dengan volume kulit 4πv2dv,
dv
9
dengan demikian:
2m 3 V 1
d 3 Nv x v y v z =4 πv 2 dv
[
3
h3 exp [ ( w−wm ) / kT +1 ]
dv x dv y dv z
]
∬ d 3 Nv x v y v z= 8h 3πm V ∬ 1exp dv x dv y dv z
[ ( w−wm ) /kT +1 ]
8 πm 3 V v 2
dNv= dv
h3 exp [ ( w−wm ) /kT +1 ] …………………………. 12
1 2w
w= mv 2 ⇒ v 2 =
Telah diketahui bahwa 2 m , sehingga persamaan di atas menjadi:
2
16 πm V w
dNv= 3
dv
h exp [ ( w−w m) /kT + 1 ]
……………………………..13.
Pada T= 0 K,
dNv 8 πm 3 V 2
= 3 v ( v <v mo )
dv h
dNv 16 πm 2 V
= 3 w ( w < wmo )
dv h
dNv
dv
=0 ( v >v mo , w >w mo )
Fungsi distribusi speed (kelajuan) diplot pada gambar (4-3a) sebagai fungsi v, dan gambar
(4-3b) sebagai fungsi w. Pada T = 0 K dan pada dua temperatur yang lebih tinggi
T =0 K
T1
T2
Gambar 4-3a. Fungsi distribusi kelajuan menurut statistik Fermi-Dirac
T =0 K
T1
T2
10
Gambar 4-3a. Fungsi distribusi kelajuan
1
2w
Dengan mengganti harga
v=
m ( ) 2
, Fungsi distribusi energi dapat dinyatakan sebagai
berikut
3
4 πV w1/ 2
dNw= 3 ( 2 m) 2 dw
h exp [ ( w−wm ) / kT +1 ]
………………….14
Koefisien dw, atau fungsi distribusi energi diplot pada gambar 4-c sebagai fungsi w
dNw/dw
T1
T =0 K
T2
wmo
Gambar 4-3c. Fungsi Distribusi Energi
Untuk memperoleh distribusi di dalam salah satu komponen kecepatan, katakanlah v, maka
kita dapat menggunakan persamaan (11) dan dengan mengintegrasi seluruh nilai v y dan vz
sebagai berikut:
3 ∞ ∞
2m V 1
dN v w = 3
x
h [ ∫∫
−∞ −∞ exp ([ w−wm ) ¿kT +1 ] ]
dv y dv z dv x
1
w= m ( v 2x + v 2y + v 2z )
Dengan 2
Maka akan diperoleh persmaan sebagai berikut.
4 π Vm 2 kT
dN vx = ln {exp [ ( w−wm ) ¿ kT ] +1 } dv x
h3 ……………………….15
Untuk melihat bagaimana bentuk ungkapan ini pada T = 0 K, dimana pada persmaan 15 T
muncul pada koefisien suku logaritme dan pada penyebut suku eksponensial, dengna
demikian bila T = 0. ini berarti T harus mempunyai harga berhingga tetapi sangat kecil.
Jika wz < wm, suku eksponensial sangt besra sehingga komponen 1 dapat diabaikan. Karena
ln [exp (x)] = x, maka untuk T sangat kecil:
11
4 π Vm 2
dN vx = ( w−w m ) dv x
h3
Persamaan ini merupakan fungsi distribusi pada T = 0 K, yang mana grafiknya seperti
gambar berikut
wmo wx
Energi rata-rata w untuk sebuah elektron didefinisikan dengan cara yang sudah
umum yaitu:
∞
∫ wdN w
0
w̄= ∞
∫ dN w
0
Pada nol absolut, batas limit atas integral dapat diambil karena pada temperatur ini tidak
ada elektron dengan energi yang lebih besar daripada wmo . Untuk w < w mo, dan pada T =
0K, maka dari persamaan (14) akan diperoleh:
4 πV
dN w = 3
( 2 m )3 /2 √wdw
h
Jadi :
3
w̄ 0= wmo
5
12
Energi rata-rata pada sembarang temperatur diperoleh dengan cara yang sama,
dengan menggunakan perluasan deret untuk wm sebagai fungsi T dan integrasi dari 0
sampai ∞ sehingga diperoleh:
3 5 π 2 kT 2
5 [ ( ) ]
w̄= w mo 1+
12 w mo
+…
13
4 π mekT
dJv x= ln exp [ ( wm−w x ) /kT ] +1 dv x
{ }
h3 (19)
dimana : vx dvx telah diganti dengan dwx/m.
Pada semua permukaan konduktor ada suatu yang disebut potensial barrier yaitu
suatu daerah sempit dalam mana medan listrik mengarahkan sedemikian elekteron
bergerak pelan ke bawah mendekati permukaan dari dalam. Hanya elektron-elektron
dengan energi yang cukup besar dapat mengatasi potensial barrier, melompati permukaan,
dan memberi kontribusi terhadap arus emisi. Elektron dengan energi yang lebih kecil akan
kembali ke dalam logam. Misalkan wB adalah energi kinetik minimum, normal terhadap
permukaan, yang mana elektron-elektron harus melawan potensial barrier. Kerapatan arus
saturasi (jenuh) diperoleh dengan mengintegrasi pers (19) dari wB sampai tak hingga.
4 π mekT ∞
J sat = ∫ ln exp [ ( wm−w x )/kT ] +1 dw x
{ }
h3 w B
(20)
Dalam rentangan integrasi, wx selalu lebih besar daripada wB. Selanjutnya, kita
harus menganggap harus lebih besar daripada wB, karena pada temperatur biasa, elektron-
elektron di dalam logam tidak lepas secara spontan. Jadi, (w m-wx)/kT, dalam rentangan
integrasi adalah bilangan negatif besar, suku eksponensial adalah kecil, dan dengan
menggunakan aproksimasi ln(x+1) = x, maka pers (20) menjadi :
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pembahasan makalah ini dapat ditarik suatu simpulan yang dapat dijabarkan
sebagai berikut.
a. Sad
b. Statistik Fermi-Dirac mengikuti aturan larangan Pauli, namun lebih ketat daripada
staristik Bose-Einstein dan Maxwell-Boltzmann.
o
Ni 1
=
c. Fungsi distribusi Fermi-Dirac adalah n B exp ( βwi )+1 .
3
4 πV w1/ 2
dNw= 3 ( 2 m) 2 dw
h exp [ ( w−wm ) / kT +1 ]
2
π kTR
cv =
e. Besarnya panas jenis gas elektron menurut statistik Fermi-Dirac adalah 2 wmo .
15
f. Emisi termionik merupakan elektron-elektron dalam konduktor yang muncul di
permukaan kondyktor dengan energi yang cukup, sehingga dapat melewati permukaan.
3.2 Saran
Penulis menyadari ketebatasan yang dimiliki dalam penyajian makalah ini. Oleh
karena itu, setelah membaca dan mengkaji makalah ini, kami selaku penulis mengharapkan
agar pembaca juga dapat mencari berbagai sumber lain sebagai bahan bandingan dan
referensi yang terkait dengan materi dalam makalah ini.
16