Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12-15 gr% dan
hematokrit 35-54%. Angka-angka tersebut juga berlaku untuk ibu hamil, terutama
wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan
hematokrit dan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan
antenatal. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali
pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan 1 dan sekali lagi pada triwulan terakhir.
1
makin nyata dengan lanjutnya umur kehamilan, sehingga frekuensi anemia dalam
kehamilan meningkat pula.
2
BAB II
KERANGKA TEORI
1. Kemajuan persalinan
2. Sifatnya his : frekuensi, kekuatan dan lamanya his. Kekuatan his dinilai dengan
menekan dinding rahim pada puncak kontraksi.
Kekuatan his tidak boleh dinilai dari perasaan nyeri penderita. His diketahui kurang
kuat kalau :
• Terlalu lemah
• Terlalu pendek
• Terlalu jarang
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan rintangan
pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi, sehingga
persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.
3
Jenis-jenis kelainan his
1. Inertia uteri. Kelainannya terletak dalam hal kontraksi uterus yaitu lebih
singkat, dan jarang daripada biasanya. Keadaan umum penderita biasanya baik,
dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak
banyak bahaya, baik bagi ibu maupun bagi janin, kecuali jika persalinan
berlangsung terlalu lama. Keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau
hypotonic uterine contraction. Kalau timbul setelah berlangsungnya his kuat
untuk waktu yang lama, hal itu dinamakan inersia uteri sekunder.
Diagnosis inersia uteri paling sulit dalam masa laten. Kontraksi uterus yang
disertai rasa nyeri, tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa persalinan
sudah mulai. Untuk sampai pada kesimpulan ini, diperlukan kenyataan bahwa
sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks, yakni pendataran
dan/atau pembukaan. Kesalahan yang sering dibuat ialah mengobati seorang
penderita untuk inersia uteri, padahal persalinan belum mulai (false labour).
2. His terlampau kuat. His terlampau kuat atau juga disebut hypertonic uterine
contraction. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan
selesai dalam waktu yang sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari
tiga jam, dinamakan partus presipitatus : sifat his normal, tonus otot di luar his
juga biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. Bahaya partus presipitatus
bagi ibu ialah terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir, khususnya serviks uteri,
vagina dan perineum, sedangkan bayi bisa mengalami perdarahan dalam
tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang
singkat.
Batas antara bagian atas dan segmen bawah atau lingkaran retraksi menjadi
sangat jelas dan meninggi. Dalam keadaan demikian lingkaran dinamakan
lingkaran retraksi patologik atau lingkaran Bandl. Ligamentum rotundum
menjadi tegang serta lebih jelas teraba, penderita merasa nyeri terus menerus dan
4
menjadi gelisah. Akhirnya, apabila tidak diberi pertolongan, regangan segmen
bawah uterus melampaui kekuatan jaringan; terjadilah ruptur uteri.
3. Incoordinate uterine action. Disini sifat his berubah. Tonus otot uterus
meningkat, juga diluar his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa
karena tidak ada sinkronasi antara kontraksi bagian-bagiannya. Tidak adanya
koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his
tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Disamping itu tonus otot uterus menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih
keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His
jenis ini juga disebut sebagai uncoordinate hypertonic uterine contraction.
Kadang-kadang pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah,
kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi
penyempitan cavum uteri pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi
atau lingkaran kontriksi. Secara teoritis, lingkaran ini dapat terjadi dimana-
mana, akan tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dan segmen
bawah uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat ketahui dengan pemeriksaan
dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap, sehingga tangan dapat
dimasukkan ke dalam cavum uteri. Oleh sebab itu, jika pembukaan belum
lengkap, biasanya tidak mungkin mengenal kelainan ini dengan pasti.
Adakalanya persalinan tidak maju karena kelainan pada serviks yang dinamakan
distosia servikalis. Kelainan ini bisa primer atau sekunder. Distosia servikalis
dinamakan primer kalau serviks tidak membuka karena tidak mengadakan
relaksasi berhubung dengan incoordinate uterine action. Penderita biasanya
seorang primigravida. Kala I menjadi lama, dan dapat diraba jelas pinggir
serviks yang kaku. Kalau keadaan ini dibiarkan, maka tekanan kepala terus
menerus dapat menyebabkan nekrosis jaringan serviks dan dapat mengakibatkan
lepasnya bagian tengah serviks secara sirkuler. Distosia servikalis sekunder
disebabkan oleh kelainan organik pada serviks,misalnya karena jaringan parut
atau karena karsinoma. Dengan his kuat serviks bisa robek, dan robekan ini
dapat menjalar ke bagian bawah uterus. Oleh karena itu, setiap wanita yang
5
pernah mengalami operasi pada serviks, selalu harus diawasi persalinannya di
rumah sakit.
ETIOLOGI
PENATALAKSANAAN
Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apapun, keadaan wanita yang
bersangkutan harus diawasi dengan seksama. Tekanan darah diukur tiap empat jam,.
Denyut jantung janin dicatat tiap setengah jam dalam kala I dan lebih sering dalam kala
II. Sebaiknya diberikan infus larutan glukosa 5% dan larutan NaCl isotonik secara
intravena berganti-ganti. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan pethidin 50 mg
yang dapat diulangi; pada permulaan kala I dapat diberi 10 mg morfin. Apabila
persalinan berlangsung dalam 24 jam tanpa kemajuan yang berarti, perlu diadakan
penilaian yang seksama tentang keadaan. Selain penilaian keadaan umum, perlu
ditetapkan apakah persalinan benar-benar sudah mulai atau masih dalam tingkat false
labour, apakah ada inersia uteri atau incoordinate uterine action; dan apakah ada
disproporsi sefalopelvik biar pun ringan.
6
Inersia uteri. Setelah diagnosis inersia uteri ditetapkan, harus diperiksa keadaan
serviks, presentasi serta posisi janin, turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul. Kemudian harus disusun rencana menghadapi persalinan yang lamban ini.
Apabila ada disproporsi sefalopelvik yang berarti, sebaiknya diambil keputusan untuk
melakukan seksio sesarea. Apabila tidak ada disproporsi atau ada disproporsi ringan
dapat dilakukan sikap lain. Keadaan umum penderita sementara itu diperbaiki, dan
kandung kencing serta rektum dikosongkan. Apabila kepala atau bokong janin sudah
masuk ke dalam panggul, penderita disuruh berjalan-jalan. Tindakan sederhana ini
kadang-kadang menyebabkan his menjadi kuat, dan selanjutnya persalinan berjalan
lancar. Pada waktu pemeriksaan dalam, ketuban boleh dipecahkan. Memang sesudah
tindakan ini persalinan tidak boleh berlangsung terlalu lama, namun hal tersebut dapat
dibenarkan oleh karena dapat merangsang his, dan dengan demikian mempercepat
jalannya persalinan. Kalau diobati dengan oksitosin, 5 unit dimasukkan ke dalam
larutan glukosa 5% dan diberikan secara infus intravena dengan kecepatan kira-kira 12
tetes permenit, yang perlahan-lahan dapat dinaikkan sampai kira-kira 50 tetes. Kalau 50
tetes tidak membawa hasil yang diharapkan, maka tidak banyak gunanya untuk
memberikan oksitosin dalam dosis yang lebih tinggi. Kekuatan dan kecepatan his,
keadaan dan denyut jantung janin harus diperhatikan secara teliti. Infus harus dihentikan
kalau kontraksi uterus berlangsung lebih dari 60 detik, atau kalau denyut jantung janin
menjadi cepat atau menjadi lambat.
His yang terlalu kuat. Kalau seorang wanita pernah mengalami partus
presipitatus, kemungkinan besar kejadian ini akan berulang pada persalinan berikutnya.
Bila his kuat dan ada rintangan yang menghalangi lahirnya janin, dapat menimbulkan
lingkaran retraksi patologik, yang merupakan tanda bahaya akan terjadi ruptur uteri.
Dalam keadaan demikian janin harus segera dilahirkan dengan cara yang memberikan
trauma sedikit-sedikitnya bagi ibu dan anak.
7
Incoordinate uterine action. Kelainan ini hanya dapat diobati secara simptomatis
karena belum ada obat yang dapat memperbaiki koordinasi fungsional antara bagian-
bagian uterus. Usaha yang dapat dilakukan ialah mengurangi tonus otot dan mengurangi
ketakuan penderita. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian analgetika, seperti
morfin, petidin, dan lain-lain.
ANEMIA
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam
kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Berbagai penyulit
dapat timbul akibat anemia, seperti :
1. Abortus,
2. Partus prematurus,
5. Syok,
Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada
persalinan sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan.
5. Prematuritas,
8
6. Dapat terjadi cacat bawaan,
Jadi anemia dalam kehamilan merupakan sebab potensial morbiditas mortalitas ibu dan
anak.
Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hipokromik serta paling
banyak dijumpai. Merupakan penyebab anemia pada umumnya.
Diagnosis
Diagnosis anemia defisiensi besi yang berat tidak sulit karena ditandai ciri-ciri
yang khas bagi defisiensi besi, yakni mikrositosis dan hipokromasia. Anemia yang
ringan tidak selalu menunjukkan ciri-ciri khas itu, bahkan banyak yang bersifat
normositer dan normokrom. Sifat lain yang khas bagi defisiensi besi ialah :
9
Penatalaksanaan
Keperluan zat besi untuk wanita non-hamil, hamil dan dalam laktasi yang di
anjurkan adalah :
Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per os. Biasanya diberikan
garam besi sebanyak 600-1000 mg sehari, seperti sulfas-ferrosus atau glukonas ferrosus.
Terapi parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan dengan obat besi per os,
ada gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan, atau apabila kehamilannya
sudah tua. Besi parenteral diberikan dalam bentuk ferri. Secara intramuskular dapat
disuntikkan dekstran besi (Imferon) atau Sorbitol besi (Jectofer). Juga secara intravena
perlahan-lahan besi dapat diberikan, seperti ferrum oksidum sakkaratum, sodium
differat, dan dekstran besi.
Darah secukupnya harus tersedia selama persalinan, yang segera harus diberikan
apabila terjadi perdarahan yang lebih dari biasa, walaupun tidak lebih dari 1000 ml.
Prognosis
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan
anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau
komplikasi lain. Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat
menyebabkan partus lama, perdarahan post partum, dan infeksi. Walaupun bayi yang
dilahirkan dari ibu yang menderita anemia defisiensi besi tidak menunjukkan Hb yang
rendah, namun cadangan besinya kurang, yang baru beberapa bulan kemudian tampak
sebagai anemia infantum.
10
ANEMIA MEGALOBLASTIK
Diagnosis
Penatalaksanaan
Prognosis
11
kehamilan yang berat yang tidak diobati mempunyai prognosis kurang baik. Angka
kematian bagi ibu mendekati 50% dan bagi anak 90%.
ANEMIA HIPOPLASTIK
Anemia aplastik dan anemia hipoplastik berat yang tidak diobati mempunyai
prognosis buruk, baik bagi ibu maupun bagi anak.
ANEMIA HEMOLITIK
12
b. Faktor ekstrakorpuskuler : disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam, dan
dapat beserta obat-obatan; leukimia, penyakit hodgkin, dan lain-lain.
ANEMIA-ANEMIA LAIN
Prognosis bagi ibu dan anak tergantung pada berat dan sebab anemianya, serta
berhasil-tidaknya pengobatan.
13
BAB III
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS
II. ANAMNESA
14
Tgl 28/11/10 jam 10.00 Keluar air-air pergi ke puskesmas saran rawat RS
Asma :-
Hipertensi :-
DM :-
Jantung :-
Riwayat Obstetri :
2 Pr/preterm/1800/dokter/spt - Meninggal
3 Pr/preterm/1700/dokter/spt - Meninggal
4 Lk/preterm/1700/dokter/spt - Meninggal
7 Sekarang
HPHT : 03-03-10
HPL : 10-12-10
15
III. PEMERIKSAAN FISIK :
2. Tanda vital :
Nadi : 93 x/menit
Respirasi : 21 x/menit
o
Suhu : 36,3 C
7. Edema :
− −
− −
Pemeriksaan Luar :
TFU : 29 cm
16
DJJ : 136 x/menit
His :-
Pemeriksaan Dalam :
Pembukaan : 5-6 cm
Ketuban :+
Hodge :I
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
VI. RESUME
17
Pasien sendiri datang dengan keluhan
mulas dan keluar air-air sejak dini hari.
Lalu pasien ke puskesmas dan dirujuk ke
RSUD Gunung Jati.
Nadi : 93 x/menit
Respirasi : 21 x/menit
o
Suhu : 36,3 C
PEMERIKSAAN OBSTETRI :
Pemeriksaan Luar :
TFU : 29 cm
His :-
Pemeriksaan Dalam :
18
Vulva/vagina : tidak ada kelainan
Pembukaan : 5-6 cm
Ketuban :+
Hodge :I
VII. DIAGNOSA
VIII. PENATALAKSANAAN
• Transfusi
• Amniotomi
• Antibiotik
• Drip oksitosin
IX. PROGNOSIS
X. KRONOLOGIS
19
27 November 2010 Pukul 03.00 mulas-mulas lalu pergi ke dokter tetapi dokter
tidak di tempat.
28 November 2010 Pukul 10.00 pasien merasa keluar air-air kemudian pergi ke
puskesmas. Dari puskesmas di sarankan untuk
di rawat di RS.
v/v : t.a.k
p : tebal lunak
pembukaan : 3-4 cm
ketuban : +
his : -
v/v : t.a.k
p : tebal lunak
pembukaan : 2-3 cm
ketuban : +
20
his : -
v/v : t.a.k
p : tebal lunak
pembukaan : 3-4 cm
ketuban : +
his : -
v/v : t.a.k
p : tebal lunak
pembukaan : 6-7 cm
ketuban : +
his : -
21
didapatkan hasil :
v/v : t.a.k
p : tebal lunak
pembukaan : 5-6 cm
his : -
v/v : t.a.k
p : tebal lunak
pembukaan : 4-5 cm
ketuban : + rembes
his : -
v/v : t.a.k
p : tebal lunak
pembukaan : 5-6 cm
ketuban : -
kepala : H I-II
22
Pukul 02.45 Bayi lahir spontan, segera menangis. Jk laki-
laki, BB 2800 gr, PB 48 cm, kelainan t.a.k
23
BAB IV
ANALISA KASUS
Identifikasi Masalah
Klinis
2. Anemia
Non Klinis
1. Faktor pendidikan
2. Faktor ekonomi
Dasar-dasar Diagnosis
2. Anemia
3. Faktor pendidikan
24
keselamatan ibu. Dan anemia bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang
gizi bagi ibu hamil.
4. Faktor ekonomi
Meskipun suami bekerja, keluarga ini merupakan keluarga dengan tingkat
ekonomi yang rendah.. Mungkin asupan gizi yang diperlukan selama kehamilan
tidak tercukupi dengan baik, sehingga ibu mengalami anemia.
Analisa penatalaksanaan
• Pada kasus inersia uteri hipotonik ini diberikan drip oksitosin dalam larutan
dekstrose 5% secara intravena sebanyak 5 unit dengan kecepatan 10-40 tetes
permenit dinaikkan secara bertahap dalam 30 menit. Apabila pemberian drip
pertama masih belum meningkatkan his, berikan drip ulang setelah 2 jam
isirahat. Apabila setelah pemberian drip kedua masih belum meningkatkan
kontraksi his dilakukan persalinan perabdominal yaitu dengan cara seksio
sesarea.
25
BAB IV
I. KESIMPULAN
1. Baik tidaknya his dinilai dari kemajuan persalinan, sifat his (frekuensi,
kekuatan dan lamanya his), besarnya caput succedaneum
2. Inertia uteri adalah pemanjangan fase laten atau fase aktif atau keduanya
dari kala pembukaan
6. Pada bulan ke 5-6 kehamilan, Hb akan turun karena pada saat ini janin
membutuhkan banyak zat besi.
26
II. SARAN
27
DAFTAR PUSTAKA
2. Sarwono Prawirohardjo, Prof, dr, DSOG & Hanifa Wiknjosastro, Prof, dr,
DSOG; Ilmu Kandungan, YBP-SP, Edisi ketiga, cetakan kedelapan, FKUI,
Jakarta; 2006, Hal 448-458 dan Hal 587-594.
3. Rustam Mochtar, Prof, dr, MPH; Sinopsis Obstetri, EGC, Edisi kedua, cetakan
pertama, Jakarta; 1998, Hal 309-311.
28