You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN

Distosia adalah persalinan yang sulit. Sebab-sebabnya dapat dibagi dalam 3


golongan, yakni : kelainan tenaga (kelainan his). Distosia karena kelainan tenaga (his)
adalah his yang tidak normal,baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat
kelancaran persalinan. Distosia karena kelainan jalan lahir misalnya panggul sempit,
tumor-tumor yang mempersempit jalan lahir. Distosia karena kelainan letak atau
kelainan anak, misalnya letak lintang, letak dahi, hydrocephalus atau monstrum.

Inersia uteri (hipoaktif uteri) insiden proporsionalnya 44%, his inkoordinasi


hiperaktif 44%, inefisiensi normotonik (his lemah) 10% dan distosia servikalis 2%.

Baik di negara maju maupun di negara berkembang, seseorang disebut


menderita anemia bila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr%, disebut anemia
berat, atau bila kurang dari 6 gr%, disebut anemia gravis.

Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12-15 gr% dan
hematokrit 35-54%. Angka-angka tersebut juga berlaku untuk ibu hamil, terutama
wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan
hematokrit dan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan
antenatal. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali
pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan 1 dan sekali lagi pada triwulan terakhir.

Laporan-laporan dari seluruh dunia menyebutkan bahwa frekuensi anemia


dalam kehamilan cukup tinggi, terutama di negara-negara berkembang, yaitu 10-20%.
Karena defisiensi makanan memegang peranan yang sangat penting dalam timbulnya
anemia maka dapat difahami bahwa frekuensi itu lebih tinggi lagi di negeri-negeri yang
sedang berkembang, dibandingkan dengan negeri-negeri yang sudah maju.menurut
penyelidikan Hoo Swie Tjiong frekuensi anemia dalam kehamilan setinggi 18,5%,
pseudoanemia 57,9%, dan wanita hamil dengan Hb 12 g/100 ml atau sebanyak 23,6%;
Hb rata-rata 12,3 g/ml dalam trimester I, 11,3 g/100 ml dalam trimester II, dan 10,8
g/100 ml dalam trimester III. Hal itu disebabkan karena pengenceran darah menjadi

1
makin nyata dengan lanjutnya umur kehamilan, sehingga frekuensi anemia dalam
kehamilan meningkat pula.

2
BAB II

KERANGKA TEORI

Persalinan yang normal (Eutocia) ialah persalinan dengan presentasi belakang


kepala yang berlangsung spontan di dalam 24 jam, tanpa menimbulkan kerusakan yang
berlebih pada ibu dan anak.

Baik tidaknya his dinilai dengan :

1. Kemajuan persalinan

2. Sifatnya his : frekuensi, kekuatan dan lamanya his. Kekuatan his dinilai dengan
menekan dinding rahim pada puncak kontraksi.

3. Besarnya caput succedaneum

Kemajuan persalinan dinilai dari kemajuan pembukaan serviks, kemajuan


turunnya bagian terendah janin, dan bila janin sudah sampai di bidang Hodge III atau
lebih rendah dinilai dari ada atau tidak adanya putaran paksi dalam. Penilaian kekuatan
his dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, yakni menilai secara manual sifat-sifat
his dengan palpasi atau bantuan CTG (Cardin tocograplzy).

Kekuatan his tidak boleh dinilai dari perasaan nyeri penderita. His diketahui kurang
kuat kalau :

• Terlalu lemah

• Terlalu pendek

• Terlalu jarang

His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan rintangan
pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi, sehingga
persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.

3
Jenis-jenis kelainan his

1. Inertia uteri. Kelainannya terletak dalam hal kontraksi uterus yaitu lebih
singkat, dan jarang daripada biasanya. Keadaan umum penderita biasanya baik,
dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak
banyak bahaya, baik bagi ibu maupun bagi janin, kecuali jika persalinan
berlangsung terlalu lama. Keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau
hypotonic uterine contraction. Kalau timbul setelah berlangsungnya his kuat
untuk waktu yang lama, hal itu dinamakan inersia uteri sekunder.

Diagnosis inersia uteri paling sulit dalam masa laten. Kontraksi uterus yang
disertai rasa nyeri, tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa persalinan
sudah mulai. Untuk sampai pada kesimpulan ini, diperlukan kenyataan bahwa
sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks, yakni pendataran
dan/atau pembukaan. Kesalahan yang sering dibuat ialah mengobati seorang
penderita untuk inersia uteri, padahal persalinan belum mulai (false labour).

2. His terlampau kuat. His terlampau kuat atau juga disebut hypertonic uterine
contraction. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan
selesai dalam waktu yang sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari
tiga jam, dinamakan partus presipitatus : sifat his normal, tonus otot di luar his
juga biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. Bahaya partus presipitatus
bagi ibu ialah terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir, khususnya serviks uteri,
vagina dan perineum, sedangkan bayi bisa mengalami perdarahan dalam
tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang
singkat.

Batas antara bagian atas dan segmen bawah atau lingkaran retraksi menjadi
sangat jelas dan meninggi. Dalam keadaan demikian lingkaran dinamakan
lingkaran retraksi patologik atau lingkaran Bandl. Ligamentum rotundum
menjadi tegang serta lebih jelas teraba, penderita merasa nyeri terus menerus dan

4
menjadi gelisah. Akhirnya, apabila tidak diberi pertolongan, regangan segmen
bawah uterus melampaui kekuatan jaringan; terjadilah ruptur uteri.

3. Incoordinate uterine action. Disini sifat his berubah. Tonus otot uterus
meningkat, juga diluar his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa
karena tidak ada sinkronasi antara kontraksi bagian-bagiannya. Tidak adanya
koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his
tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.

Disamping itu tonus otot uterus menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih
keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His
jenis ini juga disebut sebagai uncoordinate hypertonic uterine contraction.
Kadang-kadang pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah,
kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi
penyempitan cavum uteri pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi
atau lingkaran kontriksi. Secara teoritis, lingkaran ini dapat terjadi dimana-
mana, akan tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dan segmen
bawah uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat ketahui dengan pemeriksaan
dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap, sehingga tangan dapat
dimasukkan ke dalam cavum uteri. Oleh sebab itu, jika pembukaan belum
lengkap, biasanya tidak mungkin mengenal kelainan ini dengan pasti.
Adakalanya persalinan tidak maju karena kelainan pada serviks yang dinamakan
distosia servikalis. Kelainan ini bisa primer atau sekunder. Distosia servikalis
dinamakan primer kalau serviks tidak membuka karena tidak mengadakan
relaksasi berhubung dengan incoordinate uterine action. Penderita biasanya
seorang primigravida. Kala I menjadi lama, dan dapat diraba jelas pinggir
serviks yang kaku. Kalau keadaan ini dibiarkan, maka tekanan kepala terus
menerus dapat menyebabkan nekrosis jaringan serviks dan dapat mengakibatkan
lepasnya bagian tengah serviks secara sirkuler. Distosia servikalis sekunder
disebabkan oleh kelainan organik pada serviks,misalnya karena jaringan parut
atau karena karsinoma. Dengan his kuat serviks bisa robek, dan robekan ini
dapat menjalar ke bagian bawah uterus. Oleh karena itu, setiap wanita yang

5
pernah mengalami operasi pada serviks, selalu harus diawasi persalinannya di
rumah sakit.

ETIOLOGI

Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida


tua. Pada multipara lebih banyak ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri. Faktor
herediter mungkin memegang peranan pula dalam kelainan his. Satu sebab yang penting
dalam kelainan his, khususnya inertia uteri, ialah apabila bagian bawah janin tidak
berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus seperti misalnya pada kelainan letak
janin atau pada disproporsi sefalopelvik. Peregangan rahim yang berlebihan pada
kehamilan ganda maupun hidramnion juga dapat merupakan penyebab dari inersia uteri
yang murni. Akhirnya gangguan dalam pembentukan uterus pada masa embrional,
misalnya uterus bikornis unikolis, dapat pula mengakibatkan kelainan his. Akan tetapi
pada sebagian besar kasus, kurang lebih separuhnya, penyebab inersia uteri ini tidak
diketahui.

PENATALAKSANAAN

Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apapun, keadaan wanita yang
bersangkutan harus diawasi dengan seksama. Tekanan darah diukur tiap empat jam,.
Denyut jantung janin dicatat tiap setengah jam dalam kala I dan lebih sering dalam kala
II. Sebaiknya diberikan infus larutan glukosa 5% dan larutan NaCl isotonik secara
intravena berganti-ganti. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan pethidin 50 mg
yang dapat diulangi; pada permulaan kala I dapat diberi 10 mg morfin. Apabila
persalinan berlangsung dalam 24 jam tanpa kemajuan yang berarti, perlu diadakan
penilaian yang seksama tentang keadaan. Selain penilaian keadaan umum, perlu
ditetapkan apakah persalinan benar-benar sudah mulai atau masih dalam tingkat false
labour, apakah ada inersia uteri atau incoordinate uterine action; dan apakah ada
disproporsi sefalopelvik biar pun ringan.

6
Inersia uteri. Setelah diagnosis inersia uteri ditetapkan, harus diperiksa keadaan
serviks, presentasi serta posisi janin, turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul. Kemudian harus disusun rencana menghadapi persalinan yang lamban ini.
Apabila ada disproporsi sefalopelvik yang berarti, sebaiknya diambil keputusan untuk
melakukan seksio sesarea. Apabila tidak ada disproporsi atau ada disproporsi ringan
dapat dilakukan sikap lain. Keadaan umum penderita sementara itu diperbaiki, dan
kandung kencing serta rektum dikosongkan. Apabila kepala atau bokong janin sudah
masuk ke dalam panggul, penderita disuruh berjalan-jalan. Tindakan sederhana ini
kadang-kadang menyebabkan his menjadi kuat, dan selanjutnya persalinan berjalan
lancar. Pada waktu pemeriksaan dalam, ketuban boleh dipecahkan. Memang sesudah
tindakan ini persalinan tidak boleh berlangsung terlalu lama, namun hal tersebut dapat
dibenarkan oleh karena dapat merangsang his, dan dengan demikian mempercepat
jalannya persalinan. Kalau diobati dengan oksitosin, 5 unit dimasukkan ke dalam
larutan glukosa 5% dan diberikan secara infus intravena dengan kecepatan kira-kira 12
tetes permenit, yang perlahan-lahan dapat dinaikkan sampai kira-kira 50 tetes. Kalau 50
tetes tidak membawa hasil yang diharapkan, maka tidak banyak gunanya untuk
memberikan oksitosin dalam dosis yang lebih tinggi. Kekuatan dan kecepatan his,
keadaan dan denyut jantung janin harus diperhatikan secara teliti. Infus harus dihentikan
kalau kontraksi uterus berlangsung lebih dari 60 detik, atau kalau denyut jantung janin
menjadi cepat atau menjadi lambat.

Maksud pemberian oksitosin ialah memperbaiki his, sehingga serviks dapat


membuka. Sebaiknya oksitosin diberikan beberapa jam saja; kalau tidak ada kemajuan,
pemberiannya dihentikan, supaya penderita dapat beristirahat. Kemudian dicoba lagi
untuk beberapa jam; kalau masih tidak ada kemajuan, lebih baik dilakukan seksio
sesarea.

His yang terlalu kuat. Kalau seorang wanita pernah mengalami partus
presipitatus, kemungkinan besar kejadian ini akan berulang pada persalinan berikutnya.
Bila his kuat dan ada rintangan yang menghalangi lahirnya janin, dapat menimbulkan
lingkaran retraksi patologik, yang merupakan tanda bahaya akan terjadi ruptur uteri.
Dalam keadaan demikian janin harus segera dilahirkan dengan cara yang memberikan
trauma sedikit-sedikitnya bagi ibu dan anak.

7
Incoordinate uterine action. Kelainan ini hanya dapat diobati secara simptomatis
karena belum ada obat yang dapat memperbaiki koordinasi fungsional antara bagian-
bagian uterus. Usaha yang dapat dilakukan ialah mengurangi tonus otot dan mengurangi
ketakuan penderita. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian analgetika, seperti
morfin, petidin, dan lain-lain.

ANEMIA

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam
kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Berbagai penyulit
dapat timbul akibat anemia, seperti :

1. Abortus,

2. Partus prematurus,

3. Partus lama karena inersia uteri,

4. Pedarahan post partum karena atonia uteri,

5. Syok,

6. Infeksi; baik intra partum maupun post partum,

7. Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/100 ml dapat


menyebabkan dekompensasi kordis.

Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada
persalinan sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan.

Bila terjadi anemia,pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah :

1. Kematian mudigah (keguguran),

2. Kematian janin dalam kandungan,

3. Kematian janin waktu lahir (stillbirth),

4. Kematian perinatal tinggi,

5. Prematuritas,

8
6. Dapat terjadi cacat bawaan,

7. Cadangan besi kurang

Jadi anemia dalam kehamilan merupakan sebab potensial morbiditas mortalitas ibu dan
anak.

Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan :

1. Anemia defisiensi besi (62,3%)

2. Anemia megaloblastik (29,0%)

3. Anemia hipoplastik (8,0%)

4. Anemia hemolitik (sel Sickle) (0,7%)

ANEMIA DEFISIENSI BESI

Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hipokromik serta paling
banyak dijumpai. Merupakan penyebab anemia pada umumnya.

Diagnosis

Diagnosis anemia defisiensi besi yang berat tidak sulit karena ditandai ciri-ciri
yang khas bagi defisiensi besi, yakni mikrositosis dan hipokromasia. Anemia yang
ringan tidak selalu menunjukkan ciri-ciri khas itu, bahkan banyak yang bersifat
normositer dan normokrom. Sifat lain yang khas bagi defisiensi besi ialah :

a. Kadar besi serum rendah

b. Daya ikat besi serum tinggi

c. Protoporfirin eritrosit tinggi, dan

d. Tidak ditemukan hemosiderin (stainable iron) dalam sumsum tulang

Pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan eritropoesis yang normoblastik tanpa tanda-


tanda hipoplasia eritropoesis.

9
Penatalaksanaan

Apabila pada pemeriksaan kehamilan hanya Hb yang diperiksa dan Hb itu


kurang dari 10 g/100 ml, maka wanita dapat dianggap sebagai menderita anemia
defisiensi besi, baik yang murni maupun yang dimorfis.

Keperluan zat besi untuk wanita non-hamil, hamil dan dalam laktasi yang di
anjurkan adalah :

• FNB Amerika Serikat (1958) : 12 mg – 15 mg – 15 mg

• LIPI Indonesia : 12 mg – 17 mg – 17 mg.

Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per os. Biasanya diberikan
garam besi sebanyak 600-1000 mg sehari, seperti sulfas-ferrosus atau glukonas ferrosus.
Terapi parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan dengan obat besi per os,
ada gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan, atau apabila kehamilannya
sudah tua. Besi parenteral diberikan dalam bentuk ferri. Secara intramuskular dapat
disuntikkan dekstran besi (Imferon) atau Sorbitol besi (Jectofer). Juga secara intravena
perlahan-lahan besi dapat diberikan, seperti ferrum oksidum sakkaratum, sodium
differat, dan dekstran besi.

Darah secukupnya harus tersedia selama persalinan, yang segera harus diberikan
apabila terjadi perdarahan yang lebih dari biasa, walaupun tidak lebih dari 1000 ml.

Prognosis

Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan
anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau
komplikasi lain. Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat
menyebabkan partus lama, perdarahan post partum, dan infeksi. Walaupun bayi yang
dilahirkan dari ibu yang menderita anemia defisiensi besi tidak menunjukkan Hb yang
rendah, namun cadangan besinya kurang, yang baru beberapa bulan kemudian tampak
sebagai anemia infantum.

10
ANEMIA MEGALOBLASTIK

Anemia megaloblastik biasanya berbentuk mekrositik atau pernisiosa.


Penyebabnya adalah karena kekurangan asam folik, jarang sekali akibat karena
kekurangan vitamin B12. Biasanya karena malnutrisi atau infeksi yang kronik.

Diagnosis

Diagnosis anemia megaloblastik dibuat apabila ditemukan megaloblas atau


promegaloblas dalam darah atau sumsum tulang. Sifat khas sebagai anemia makrositer
dan hiperkrom tidak selalu dijumpai, kecuali bila anemianya sudah berat. Diagnosis
pasti baru dapat dibuat dengan percobaan penyerapan (absorption test) dan percobaan
pengeluaran (clearence test) asam folik. Pengobatan percobaan dengan asam folik dapat
pula menyokong diagnosis; naiknya jumlah retikulosit dan kasar Hb menunjukkan
defisiensi asam folik.

Penatalaksanaan

Dalam pengobatan anemia megaloblastik dalam kehamilan sebaiknya bersama-


sama dengan asam folik diberikan pula besi. Tablet asam folik diberikan dalam dosis
15-30 mg perhari.

Apabila anemia megaloblastik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12, maka


penderita harus diobati dengan vitamin B12 dengan dosis 100-1000 mikrogram sehari,
baik per os maupun parenteral. Transfusi darah kadang diperlukan apabila tidak cukup
waktu karena kehamilan dekat aterm, atau apabila pengobatan dengan berbagai obat
penambah darah biasa tidak berhasil.

Prognosis

Anemia megaloblastik dalam kehamilan umumnya mempunyai prognosis cukup


baik. Pengobatan dengan asam folik hampir selalu berhasil. Apabila penderita mencapai
masa nifas dengan selamat dengan atau tanpa pengobatan, maka anemianya akan
sembuhdan tidak akan timbul lagi. Hal ini disebabkan karena dengan lahirnya anak
keperluan akan asam folat jauh berkurang. Sebaliknya, anemia pernisiosa memerlukan
pengobatan yang terus menerus, juga diluar kehamilan. Anemia megaloblastik dalam

11
kehamilan yang berat yang tidak diobati mempunyai prognosis kurang baik. Angka
kematian bagi ibu mendekati 50% dan bagi anak 90%.

ANEMIA HIPOPLASTIK

Anemia hipoplasti disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-


sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan :

• Darah tepi lengkap,

• Pemeriksaan pungsi sternal,

• Pemeriksaan retikulosit, dll.

Gambaran darah tepi : normositik dan normokromik. Sumsum tulang


memberikan gambaran normoblastik dan hipoplasia ertiropoiesis. Penyebabnya belum
diketahui, kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat (sepsis), keracunan, dan sinar
rontgen atau sinar radiasi. Karena obat-obatan penambah darah tidak memberikan hasil,
maka satu-satunya cara untuk memperbaiki keadaan penderita ialah transfusi darah,
yang sering perlu diulang sampai beberapa kali.

Anemia aplastik dan anemia hipoplastik berat yang tidak diobati mempunyai
prognosis buruk, baik bagi ibu maupun bagi anak.

ANEMIA HEMOLITIK

Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/pemecahan sel darah merah yang


lebih cepat dari pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh :

a. Faktor intrakorpuskuler : dijumpai pada anemia hemolitik herediter, talasemia,


anemia sickle (sabit), hemoglobinopati C, D, G, H, I ; dan paraksismal nokturia
hemoglobinuria.

12
b. Faktor ekstrakorpuskuler : disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam, dan
dapat beserta obat-obatan; leukimia, penyakit hodgkin, dan lain-lain.

Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah,


kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ –organ
vital.

Pengobatan bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila


disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diobati dan diberikan obat-obat penambah
darah. Namun, pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberikan hasil. Maka
transfusi darah yang berulang dapat membantu penderita ini.

ANEMIA-ANEMIA LAIN

Seorang wanita yng menderita anemia, misalnya berbagai jenis anemia


hemolitik herediter atau yang diperoleh seperti anemia karena malaria, cacing tambang,
penyakit ginjla menahun, penykit hati, tuberkulosis, sifilis, tumor ganas, dan
sebagainya, dpat menjadi hamil. Dalam hal ini anemianya menjadi lebih berat dan
mempunyai pengaruh tidak baik terhadap ibu dalam masa kehamilan, persalinan, nifas,
serta bagi anak dalam kandungan.

Pengobatan ditujukan kepada sebab pokok anemianya, misalnya antibiotika


untuk infeksi, obat-obat anti malaria, anti sifilis, obat cacing, dan lain-lain.

Prognosis bagi ibu dan anak tergantung pada berat dan sebab anemianya, serta
berhasil-tidaknya pengobatan.

13
BAB III

ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS

Nama istri : Ny. Y / SMP Nama suami : Tn. R/ SMP

Umur : 33 tahun Umur : 37 tahun

Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : wiraswasta

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Sunda Suku : Sunda

Alamat : Kepongpongan Talun

Tanggal masuk : 28 -11-2010 jam 17.50

Rujukan Puskesmas : G7P6A0 parturient aterm kala I fase aktif memanjang

II. ANAMNESA

Keluhan Utama : mulas, keluar air-air

Riwayat penyakit sekarang :

Wanita G7P6A0 merasa hamil 9 bulan,masih merasakan pergerakan janin. Wanita


mengatakan :

Tgl 27/11/10 jam 03.00  mulas-mulas

Jam 06.00  pergi ke dokter  dokter tidak di tempat

14
Tgl 28/11/10 jam 10.00  Keluar air-air  pergi ke puskesmas saran rawat RS

Jam 17.55  datang ke vk

Riwayat penyakit dahulu :

Asma :-

Hipertensi :-

DM :-

Jantung :-

Riwayat Obstetri :

No Kehamilan, Partus, Abortus Umur Keadaan Anak

1 Pr/preterm/2200/dokter/spt 14 tahun Hidup

2 Pr/preterm/1800/dokter/spt - Meninggal

3 Pr/preterm/1700/dokter/spt - Meninggal

4 Lk/preterm/1700/dokter/spt - Meninggal

5 Lk/preterm/1700/dokter/spt 9 tahun Hidup

6 Pr/preterm/1700/dokter/spt 5 tahun Hidup

7 Sekarang

HPHT : 03-03-10

HPL : 10-12-10

15
III. PEMERIKSAAN FISIK :

1. Keadaan umum : Sedang

2. Tanda vital :

Tekanan Darah : 130/90 mmHg

Nadi : 93 x/menit

Respirasi : 21 x/menit

o
Suhu : 36,3 C

3. Mata : Konjungtiva : Anemis

Sklera : Tidak ikterik

4. Mammae : Puting menonjol, simetris

5. Jantung : BJ I-II reguler, Murmur (-), Gallop (-)

6. Paru : vesikuler di seluruh lapang paru, Rh (-/-), Wh (-/-)

7. Edema :
− −
− −

IV. PEMERIKSAAN OBSTETRI :

Pemeriksaan Luar :

TFU : 29 cm

Letak anak : memanjang, pres kep, puki

16
DJJ : 136 x/menit

His :-

Pemeriksaan Dalam :

Vulva/vagina : tidak ada kelainan

Portio : tebal lunak

Pembukaan : 5-6 cm

Ketuban :+

Bagian terendah : Kepala

Hodge :I

V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Lab darah tanggal (28-11-2010)


• Hb : 7,7 g/dL
• Leukosit : 16.700/mm3
• Ht : 25,8 L %
• Trombosit : 248.000/mm3
• HIV : (-)
• HbsAg : (-)

VI. RESUME

Keluhan utama : mulas, keluar air-air dari jalan lahir

Riwayat penyakit sekarang : Pasien G7P6A0 merasa hamil 9 bulan,


masih merasakan pergerakan janin, datang
dikirim oleh puskesmas dengan keluhan
keluar air-air dan mulas yang jarang.

17
Pasien sendiri datang dengan keluhan
mulas dan keluar air-air sejak dini hari.
Lalu pasien ke puskesmas dan dirujuk ke
RSUD Gunung Jati.

Status present tanggal 28 November 2010

Keadaan umum : Sedang

Tanda vital : Tekanan Darah : 130/90 mmHg

Nadi : 93 x/menit

Respirasi : 21 x/menit

o
Suhu : 36,3 C

Mata : Konjungtiva : Anemis

Sklera : Tidak ikterik

Mammae : Puting menonjol, simetris

Jantung : BJ I-II reguler, Murmur (-), Gallop (-)

Paru : vesikuler di seluruh lapang paru, Rh (-/-), Wh (-/-)

PEMERIKSAAN OBSTETRI :

Pemeriksaan Luar :

TFU : 29 cm

Letak anak : memanjang, pres kep, puki

DJJ : 136 x/menit

His :-

Pemeriksaan Dalam :

18
Vulva/vagina : tidak ada kelainan

Portio : tebal lunak

Pembukaan : 5-6 cm

Ketuban :+

Bagian terendah : Kepala

Hodge :I

VII. DIAGNOSA

G7P6A0 parturient aterm (37-38 minggu) kala I fase aktif + anemia

VIII. PENATALAKSANAAN

• Transfusi

• Amniotomi

• Antibiotik

• Drip oksitosin

IX. PROGNOSIS

Ibu : Quo ad Vitam : bonam


: Quo ad Functionam : bonam
Janin : Quo ad Vitam : bonam
: Quo ad Functionam : bonam

X. KRONOLOGIS

19
27 November 2010 Pukul 03.00 mulas-mulas lalu pergi ke dokter tetapi dokter
tidak di tempat.

28 November 2010 Pukul 10.00 pasien merasa keluar air-air kemudian pergi ke
puskesmas. Dari puskesmas di sarankan untuk
di rawat di RS.

Pukul 17.55 pasien tiba di vk. Di vk dilakukan pemeriksaan


dalam dan hasilnya terdapat pembukann 5-6
cm tetapi tanpa his

Pukul 19.15 konsul dr. Samsudin, Sp.OG. Advice : drip


oksitosin dan antibiotik

Pukul 23.15 dilakukan pemeriksaan dalam ulang dan


didapatkan hasil :

v/v : t.a.k

p : tebal lunak

pembukaan : 3-4 cm

ketuban : +

kepala : hodge I-II

his : -

29 November 2010 Pukul 05.30 dilakukan pemeriksaan dalam ulang dan


didapatkan hasil :

v/v : t.a.k

p : tebal lunak

pembukaan : 2-3 cm

ketuban : +

kepala : hodge I-II

20
his : -

Pukul 07.15 konsul dr. Samsudin, Sp.OG. Advice : terapi


lanjutkan

Pukul 08.45 dilakukan pemeriksaan dalam dan didapatkan


hasil :

v/v : t.a.k

p : tebal lunak

pembukaan : 3-4 cm

ketuban : +

kepala : hodge I-II

his : -

Pukul 11.00 USG dr. Dadang Hidayat, Sp.OG, hasilnya :


hamil tunggal hidup, presentasi kepala, usia
kehamilan 37-38 minggu, HPL : 17-12-10, TBJ
: 2600 gr, air ketuban cukup, plasenta difundus.

Pukul 13.30 visit dr. Doddy Sismayadi, Sp.OG, dilakukan


pemeriksaan dalam, dan didapatkan hasil :

v/v : t.a.k

p : tebal lunak

pembukaan : 6-7 cm

ketuban : +

kepala : hodge I-II

his : -

Advice : transfusi PRC 1 labu

Pukul 17.30 dilakukan pemeriksaan dalam ulang, dan

21
didapatkan hasil :

v/v : t.a.k

p : tebal lunak

pembukaan : 5-6 cm

ketuban : - , sisa keruh

kepala : hodge II-III

his : -

pukul 22.30 dilakukan pemeriksaan dalam ulang dan


didapatkan hasil :

v/v : t.a.k

p : tebal lunak

pembukaan : 4-5 cm

ketuban : + rembes

kepala : masih tinggi

his : -

30 November 2010 Pukul 02.00 Dilakukan pemeriksaan dalam ulang dan


didapatkan hasil :

v/v : t.a.k

p : tebal lunak

pembukaan : 5-6 cm

ketuban : -

kepala : H I-II

his : 3 x 10’ selama 20”

22
Pukul 02.45 Bayi lahir spontan, segera menangis. Jk laki-
laki, BB 2800 gr, PB 48 cm, kelainan t.a.k

Pervaginam keluar darah banyak

Pukul 02.50 Dilakukan manuallengkap

FU : 2 jari bawah pusat perdarahan ± 200cc

Perineum ruptur di hecting jelujur

Perdarahan banyak  diinspekulo didapatkan


robekan portio arah jam 9 ± 3 cm dan laserasi
pada portio yang aktif mengeluarkan darah
kemudian dilakukan hecting jelujur dan
dipasang tampon 2 roll bersambung

Pukul 07.45 Konsul dr. Doddi Sismayadi, Sp.OG. Advice :


observasi ketat.

23
BAB IV

ANALISA KASUS

Identifikasi Masalah

Klinis

1. Inersia uteri hipotonik

2. Anemia

Non Klinis

1. Faktor pendidikan

2. Faktor ekonomi

Dasar-dasar Diagnosis

1. Inersia Uteri Hipotonik

Pada pasien ini didiagnosis awal inersia uteri hipotonik karena :

• Adanya fase aktif yang memanjang

• His yang semakin jarang

2. Anemia

Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva yang anemis. Setelah itu


dilakukan pengambilan darah untuk melihat Hb. Dari hasil lab menunjukkan bahwa
Hb pasien 7,7 L g/dL.

3. Faktor pendidikan

Tingkat pendidikan yang rendah mungkin menjadi salah satu faktor


penyebabnya, pasien tidak mengetahui bahwa multipara bisa membahayakan

24
keselamatan ibu. Dan anemia bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang
gizi bagi ibu hamil.

4. Faktor ekonomi
Meskipun suami bekerja, keluarga ini merupakan keluarga dengan tingkat
ekonomi yang rendah.. Mungkin asupan gizi yang diperlukan selama kehamilan
tidak tercukupi dengan baik, sehingga ibu mengalami anemia.

Etiologi dan Patofisiologi serta korelasi antar masalah


Pada pasien ini faktor yang mungkin menyebabkan inersia uteri hipotonik
adalah multipara dan anemia. Hal ini karena makin tinggi paritas ibu, makin kurang
baik kondisi dan kontraksi uterus. Dan pengaruh anemia dalam kehamilan ini adalah
partus lama karena inersia uteri dan perdarahan.
Inersia uteri dalam kasus ini merupakan inersia uteri sekunder, karena
sebelumnya sudah terjadi kontraksi his tetapi kemudian his menjadi jarang dan lama
kelamaan menghilang.

Analisa penatalaksanaan
• Pada kasus inersia uteri hipotonik ini diberikan drip oksitosin dalam larutan
dekstrose 5% secara intravena sebanyak 5 unit dengan kecepatan 10-40 tetes
permenit dinaikkan secara bertahap dalam 30 menit. Apabila pemberian drip
pertama masih belum meningkatkan his, berikan drip ulang setelah 2 jam
isirahat. Apabila setelah pemberian drip kedua masih belum meningkatkan
kontraksi his dilakukan persalinan perabdominal yaitu dengan cara seksio
sesarea.

• Pada anemia, di terapi dengan transfusi darah sampai Hb kembali normal.

25
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

I. KESIMPULAN

1. Baik tidaknya his dinilai dari kemajuan persalinan, sifat his (frekuensi,
kekuatan dan lamanya his), besarnya caput succedaneum

2. Inertia uteri adalah pemanjangan fase laten atau fase aktif atau keduanya
dari kala pembukaan

3. Pemanjangan fase laten dapat disebabkan karena serviks yang belum


matang

4. Inersia uteri hipotonis biasanya terjadi di fase aktif

5. Terapi untuk inersia uteri hipotonis adalah dengan pemberian drip


oksitosin sebanyak 5-10 unit.

6. Pada bulan ke 5-6 kehamilan, Hb akan turun karena pada saat ini janin
membutuhkan banyak zat besi.

7. Ibu hamil dengan anemia dapat menyebabkan abortus, partus


prematurus, inersia uteri dan partus lama, atonia uteri, syok, infeksi
intrapartum

8. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah


kematian mudigah, kematian janin dalam kandungan, kematian perinatal,
kematian janin waktu lahir, prematuritas, cacat bawaan, dan cadangan
besi yang kurang.

26
II. SARAN

1. Ibu hamil sebaiknya selalu memeriksakan kehamilannya tiap bulan untuk


mencegah terjadinya penyulit dalam persalinannya

2. Pemberian preparat besi pada ibu hamil dapat mencegah terjadinya


kelainan-kelainan pada kehamilan

3. Pada wanita multipara sebaiknya diberikan penyuluhan untuk dilakukan


sterilisasi agar terhindar dari penyulit-penyulit kehamilan yang biasa
terjadi pada multipara.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran


Bandung. Obstetri Patologi. Bandung: UNPAD.

2. Sarwono Prawirohardjo, Prof, dr, DSOG & Hanifa Wiknjosastro, Prof, dr,
DSOG; Ilmu Kandungan, YBP-SP, Edisi ketiga, cetakan kedelapan, FKUI,
Jakarta; 2006, Hal 448-458 dan Hal 587-594.

3. Rustam Mochtar, Prof, dr, MPH; Sinopsis Obstetri, EGC, Edisi kedua, cetakan
pertama, Jakarta; 1998, Hal 309-311.

28

You might also like