Professional Documents
Culture Documents
listrik utama ke suatu beban seperti ke rumah-rumah, ke gedung-gedung, dan lain sebagainya.
Dalam setiap penyaluran daya listrik ke beban pasti terdapat rugi-rugi daya yang diakibatkan
oleh faktor-faktor tertentu seperti jarak saluran listrik ke beban yang terlalu jauh, yang juga akan
berakibat bertambah besarnya tahanan saluran kabel yang digunakan.
Besarnya rugi-rugi daya pada jaringan tiga fasa adalah sebagai berikut :
P Loss = 3 x I2 x R x L
atau
P Loss = P2 x R x L / (V2 x (Cos φ)2)
Keterangan :
P LOSS = Rugi-rugi Daya (Watt)
P = Daya yang disalurkan (Watt)
V = Tegangan kerja sistem (Volt)
I = Arus yang disalurkan (Amper)
R = Tahanan Saluran (Ohm/ meter)
L = Panjang Saluran (meter)
Cos φ = Faktor kerja
dimana:
I = arus jala-jala transmisi (ampere)
R = Tahanan kawat transmisi perfasa (ohm)
arus pada jala-jala suatu transmisi arus bolak-balik tiga fase adalah:
I = P/V3.Vr.Cos φ ……(2)
dimana:
P = Daya beban pada ujung penerima transmisi (watt)
Vr = Tegangan fasa ke fasa pada ujung penerima transmisi (volt)
Cos φ = Faktor daya beban
V3 disini adalah akar 3
jika persamaan (1) disubstitusi ke persamaan (2), maka rugi-rugi daya transmisi dapat ditulis
sebagai berikut:
ΔPt = P^2.R/Vr^2.cos^2 φ
Terlihat bahwa rugi-rugi daya transmisi dapat dikurangi dengan beberapa cara, antara lain:
1. meninggikan tegangan transmisi
2. memperkecil tahanan konduktor
3. memperbesar faktor daya beban
1. Jika ingin memperkecil tahanan konduktor, maka luas penampang konduktor harus diperbesar.
sedangkan luas penampang konduktor ada batasnya.
2. jika ingin memperbaiki faktor daya beban, maka perlu dipasang kapasitor kompensasi (shunt
capacitor). perbaikan faktor daya yang diperoleh dengan pemasangan kapasitor pun ada
batasnya.
3. rugi-rugi transmisi berbanding lurus dengan besar tahanan konduktor dan berbanding terbalik
dengan kuadrat tegangan transmisi, sehingga pengurangan rugi-rugi daya yang diperoleh karena
peninggian tegangan transmisi jauh lebih efektif daripada pengurangan rugi-rugi daya dengan
mengurangi nilai tahanan konduktornya.
Pertimbangan yang ketiga, yaitu dengan menaikkan tegangan transmisi adalah yang cenderung
dilakukan untuk mengurangi rugi-rugi daya pada saluran transmisi. Kecenderungan itupun dapat
terlihat dengan semakin meningkatnya tegangan transmisi di eropa dan amerika, seperti
ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Pada penerapannya, peninggian tegangan transmisi harus dibatasi karena dapat menimbulkan
beberapa masalah, antara lain:
1. Tegangan tinggi dapat menimbulkan korona pada kawat transmisi. korona ini pun akan
menimbulkan rugi-rugi daya dan dapat menyebabkan gangguan terhadap komunikasi radio.
2. Jika tegangan semakin tinggi, maka peralatan transmisi dan gardu induk akan membutuhkan
isolasi yang volumenya semakin banyak agar peralatan-peralatan tersebut mampu memikul
tegangan tinggi yang mengalir. Hal ini akan mengakibatkan kenaikan biaya investasi.
3. Saat terjadi pemutusan dan penutupan rangkaian transmisi (switching operation), akan timbul
tegangan lebih surja hubung sehingga peralatan sistem tenaga listrik harus dirancang untuk
mampu memikul tegangan lebih tersebut. Hal ini juga
mengakibatkan kenaikan biaya investasi
4. Jika tegangan transmisi ditinggikan, maka menara transmisi harus semakin tinggi untuk
menjamin keselamatan makhluk hidup disekitar trasnmisi. Peninggian menara transmisi akan
mengakibatkan trasnmisi mudah disambar petir. Seperti telah kita ketahui, bahwa sambaran petir
pada transmisi akan menimbulkan tegangan lebih surja petir pada sistem tenaga listrik, sehingga
peralatan-peralatan sistem tenaga listrik harus dirancang untuk mampu memikul tegangan lebih
surja petir tersebut.
5. Peralatan sistem perlu dilengkapi dengan peralatan proteksi untuk menghindarkan kerusakan
akibat adanya tegangan lebih surja hubung dan surja petir. Penambahan peralatan proteksi ini
akan menambah biaya investasi dan perawatan.
kelima hal diatas memberi kesimpulan, bahwa peninggian tegangan transmisi akan menambah
biaya investasi dan perawatan, namun dapat megurangi kerugian daya. Namun jika ditotal biaya
keseluruhan, maka peninggian tegangan transmisi lebih ekonomis karena member biaya total
minimum, dan tegangan ini disebut tegangan optimum.
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah
energy listrik satu atau lebih rangkaian listrik satu atau lebih rangkaian listrik ke
rangkaian listrik yang lain, melalui suatu gendeng magnet berdasarkan prinsip
induksi-elektromagnet. Transformator adalah alat yang digunakan untuk mengubah
tegangan bolak balik (ac) dari suatu nilai tertentu ke nilai yang kita inginkan terdiri
dari kumparan primer dan sekunder.
Gambar 1. Transformator
Berkaitan dengan topic yang dikaji yakni kegunaan transformator adalah alat untuk
mengubah tegangan arus bolak balik menjadi lebih tinggi atau rendah.
Transformator terdiri dari pasangan kumparan primer dan sekunder yang diisolasi
(terpisah) secara listrik dan dililitkan pada inti besi lunak. Inti besi lunak dibuat dari
pelat yang berlapis-lapis untuk mengurangi daya yang hilang karena arus pusar.
Kumparan primer dan sekunder dililitkan pada kaki inti besi yang terpisah. Bagian
fluks magnetic bocor tampak bahwa pada pasangan kumparan terdapat fluks
magnetic bocor disisi primer dan sekunder. Secara lebih lengkap bisa dicermati
pada gambar 2.[1]
Gambar 2. Bagan fluks magnetic bocor pada pasangan kumparan
Hasil diatas untuk mengurangi fluks magnet bocor pada pasangan kumparan
digunakan pasangan kumparan seperti gambar diatas. Kumparan sekunder
dililitkan pada kaki inti besi yang sama (kaki yang tengah), dengan lilitan kumparan
sekunder terletak diatas lilitan kumparan primer, ditunjukkan pada fluks magnet
bocornya, maka dapat dicermati pada gambar dibawah ini.
Dengan kata lain, hubungan antara tegangan primer dengan tegangan sekunder
ditentukan oleh perbandingan jumlah lilitan primer dengan lilitan sekunder.
1. Step-Up
2. Step-down
3. Autotransformator
Transformator jenis ini hanya terdiri dari satu lilitan yang berlanjut secara listrik,
dengan sadapan tengah. Dalam transformator ini, sebagian lilitan primer juga
merupakan lilitan sekunder. Fasa arus dalam lilitan sekunder selalu berlawanan
dengan arus primer, sehingga untuk tarif daya yang sama lilitan sekunder bisa
dibuat dengan kawat yang lebih tipis dibandingkan transformator biasa.
Keuntungan dari autotransformator adalah ukuran fisiknya yang kecil dan kerugian
yang lebih rendah daripada jenis dua lilitan. Tetapi transformator jenis ini tidak
dapat memberikan isolasi secara listrik antara lilitan primer dengan lilitan sekunder.
Selain itu, autotransformator tidak dapat digunakan sebagai penaik tegangan lebih
dari beberapa kali lipat (biasanya tidak lebih dari 1,5 kali).
4. Autotransformator Variabel
5. Transformator Isolasi
Transformator isolasi memiliki lilitan sekunder yang berjumlah sama dengan lilitan
primer, sehingga tegangan sekunder sama dengan tegangan primer. Tetapi pada
beberapa desain, gulungan sekunder dibuat sedikit lebih banyak untuk
mengkompensasi kerugian. Transformator seperti ini berfungsi sebagai isolasi
antara dua kalang. Untuk penerapan audio, transformator jenis ini telah banyak
digantikan oleh kopling kapasitor.
6. Transformator Pulsa
Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah sebagai berikut. Ketika Kumparan
primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, perubahan arus listrik
pada kumparan primer menimbulkan medan magnet yang berubah. Medan magnet
yang berubah diperkuat oleh adanya inti besi dan dihantarkan inti besi ke
kumparan sekunder, sehingga pada ujung-ujung kumparan sekunder akan timbul
ggl induksi. Efek ini dinamakan induktansi timbal-balik (mutual inductance).[5]
Pada skema transformator diatas, ketika arus listrik dari sumber tegangan yang
mengalir pada kumparan primer berbalik arah (berubah polaritasnya) medan
magnet yang dihasilkan akan berubah arah sehingga arus listrik yang dihasilkan
pada kumparan sekunder akan berubah polaritasnya.
Gambar 11. Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan
sekunder, dan jumlah lilitan sekunder
Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan sekunder, dan
jumlah lilitan sekunder, dapat dinyatakan dalam persamaan[6]:
Simbol Transformator
Berdasarkan perbandingan antara jumlah lilitan primer dan jumlah lilitan skunder
transformator ada dua jenis yaitu[7]:
1. Transformator step up yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik
rendah menjadi tinggi, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan
sekunder lebih banyak daripada jumlah lilitan primer (Ns > Np).
2. Transformator step down yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-
balik tinggi menjadi rendah, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan
primer lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder (Np > Ns).
Pada transformator (trafo) besarnya tegangan yang dikeluarkan oleh kumparan
sekunder adalah:
1. Sebanding dengan banyaknya lilitan sekunder (Vs ~ Ns).
2. Sebanding dengan besarnya tegangan primer ( VS ~ VP).
3. Berbanding terbalik dengan banyaknya lilitan primer,
Vs ~ 1/Np (7)
Vs = Ns/Np x Vp (8)
Penggunaan transformator
IV. Kesimpulan
V. Referensi
Rumus yang digunakan yaitu fluks magnet yang ditimbulkan lilitan primer. Jenis-
jenis transformator adalah step-up, step-down, autotransformator,
autotransformator variabel, transformator isolasi, transformator pulsa, dan
transformator tiga fasa.
OFF : Kondisi dimana arus tidak mengalir atau biasa disebut sebagai “rangkaian
terbuka” (open circuit), secara ideal mempunyai karakteristik:I = 0 untuk
semua hargaV (yaituR =∞ )
a. Rangkaian Terbuka
Vab = E − I ( R + r )
b. Rangkaian tertutup
E ΣE
I= ⇒ I=
R+r ΣR
Dalam kenyataannya, arus listrik (I) akan ada bila rangkaian tsb merupakan rangkaian tertutup.
Sedangkan untuk rangkaian terbuka tidak ada arus.