Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
RESTU PUTRI ASTUTI
201010260311023
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
pengetahuan dan teknologi penangkapan ikan, retribusi hasil tangkapan ikan juga
bertambah serta sektor ekonomi bertumbuh lebih cepat. Pada umumnya
masyarakat nelayan di kawasan Kabupaten Malang beranggapan ikan tidak akan
habis dan tidak sadar daerah fishing ground (daerah penangkapan ikan) semakin
jauh. Mereka juga mengetahui manfaat kelestarian lingkungan tetapi tetap saja
sebagian dari mereka menangkap ikan yang tidak ramah lingkungan, seperti
penggunaan potasium sianida. Nelayan tidak begitu peduli dengan ukuran ikan
kecil maupun ikan matang gonad yang terpenting adalah mendapat hasil
tangkapan yang memadai.
Peran pengambak, orang yang memiliki modal dan memberikan pinjaman
(kredit) secara perorangan kepada nelayan skala kecil serta membeli hasil
tangkapan tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebenarnya nelayan bisa meminjam
modal dari Bank tetapi tidak menguntungkan bagi nelayan. Karena proses
birokrasi yang dirasa menyulitkan dan terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan
nelayan. Nelayan lebih memilih pinjaman modal dari pengambak karena lebih
efektif dan efisien. Jadi tidak selamanya pengambak merugikan. Tentunya hal ini
menjadi dilematis.
Pendapatan nelayan umumnya didapatkan dari sistem bagi hasil lokal.
Sistem bagi hasil yang dilakukan pada nilai produksi bersih yaitu setelah
dikurangi semua biaya variabel, kemudian dibagi dua 50% untuk juragan pemilik
alat dan 50% untuk semua ABK. Tentu saja upah yang didapatkan tergantung
pada penggunaan alat tangkap, jumlah tenaga kerja, atau struktur sosial
masyarakat nelayan. Sistem bagi hasil perikanan sebenarnya sudah disahkan
Pemerintah sejak tahun 1964 tetapi tidak pernah diterapkan dalam masyarakat
nelayan tradisional.
Potensi sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang meliputi ikan
pelagis (besar dan kecil) berjumlah 15 jenis ikan, ikan demersal dan ikan karang
berjumlah 8 jenis ikan serta sumberdaya perikanan laut lainnya. Beberapa jenis
ikan yang dapat ditangkap diwilayah pantai Malang Selatan antara lain layang,
kembung, layur, tembang, tongkol, tuna, tenggiri, lemuru, kakap, hiu, teri, cumi-
cumi, lobster dan lain-lain. Potensi perikanan di wilayah Kabupaten Malang
sebesar 457.038, 179 ton ikan per tahun tetapi pemanfaatan rata-rata oleh nelayan
3
hanya sekitar 3.274,93 ton (tahun 1996-2001). Diperkirakan jumlah uang yang
beredar di sektor perikanan setiap harinya mencapai Rp. 811.913.000,-.
Tingkat pengusahaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan laut di Kabupaten
Malang bila dibandingkan dengan potensi sumberdaya perikanan (dihitung
sepanjang pantai selatan Malang sampai dengan ZEE) hanya sebesar 0,69%.
Rendahnya tingkat pemanfaatan potensi perikanan tangkap disebabkan oleh
kurangnya armada dan alat bantu penangkapan, ketersediaan ABK serta
keterbatasan fasilitas penunjang kegiatan perikanan.
Salah satu cara yang dinilai akan sangat membantu dalam mencapai
keberhasilan pembangunan serta dalam mencapai tujuan dan sasaran adalah
adanya Rencana Pengembangan Pelabuhan Sendang Biru yang merupakan
rencana jangka panjang dalam tahun 2003 – 2018.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Manajemen keuangan meliputi kegiatan mengelola keuangan dalam suatu
usaha. Di dalamnya sudah termasuk pula cara mendapatkan dan mengalokasikan
dana untuk suatu rangkaian usaha atau bisnis ( Jeffri, 2010)
Pengembangan kawasan perikanan dilakukan dengan tujuan :
1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia perikanan dan pendapatan
petani nelayan melalui upaya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya ikan dengan
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berwawasan lingkungan serta
peningkatan nilai tambah hasil – hasil usaha perikanan.
2. Meningkatkan penyediaan dan distribusi bahan pangan komoditas
perikanan dalam rangka meningkatkan kualitas konsumsi gizi masyarakat.
3. Mendorong dan meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan
berusaha yang produktif bagi masyarakat sekitar kawasan.
4. Mendorong peningkatan pertumbuhan industri dalam negeri melaui
penyediaan bahan baku dan penerimaan devisa (Sutawi dan Hermawan, 2008).
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
Kabupaten Malang agar mendapatkan hasil yang diharapkan dan meningkatkan
taraf hidup masyarakatnya.
Untuk dapat melaksanakan manajemen perikanan di kawasan Pesisie
Sendang Biru Kabupaten Malang diperlukan beberapa upaya, antara lain :
1. Perbaikan sistem pengelolaan sumberdaya ikan
Seperti perbaikan sistem pencatatan hasil produksi, informasi harga
komoditas secara aktual dan perbaikan sistem pelelangan ikan. Memberikan
penyuluhan dan aplikasinya kepada nelayan untuk mengelola sumberdaya ikan
yang baik dan benar. Mewajibkan nelayan mencatat kegiatan operasi
penangkapan.
2. Peningkatan sumberdaya manusia
Pelaksananan pelatihan pemanfaatan sumberdaya ikan, teknik
penangkapan yang lebih efektif dan ramah lingkungan, mendorong tumbuhnya
usaha pengolahan ikan agar nelayan memiliki penghasilan lain selain melaut, serta
memberikan penyuluhan tentang pentingnya menjaga ekosistem yang ada. Selain
itu juga mendorong masyarakat di kawasan Kabupaten Malang untuk mengenyam
pendidikan minimal SMK Perikanan maupun hingga tingkat Sarjana. Untuk
mendapatkan sumberdaya manusia yang mampu mengerti secara teoritis, dapat
mempraktekkan dan dapat menjadi pencerahan dalam perikanan tangkap dan
pengolahan. Selain itu, perlunya penguatan kelembagaan/organisasi. Seperti
KUB, KUD, pelayanan kesehatan, pendidikan, kelompik nelayan, kelompok tani,
pemerintahan dan lain – lain.
3. Pengembangan armada dan teknologi yang sesuai dengan potensi dan
karakteristik sumberdaya yang ada.
Zona penangkapan diarahkan hingga wilayah ZEE untuk mendapatkan
hasil yang lebih besar dengan jenis alat tangkap mini longline, pole and line,
tonda, troll line serta gill net. Pengembangan armada untuk mendapatkan hasil
yang lebih maksimal dengan efektif dan efisien yaitu pengadaan kapal induk
untuk menampung ikan sementara di tengah laut. Sehingga meningkatkan hasil
produksi ikan. Teknologi penangkapan harus sesuai dengan sifat dan tingkah laku
ikan sasaran, seperti penggunaan alat penangkap yang sesuai dengan perilaku
ikan. Ada lima macam alat penangkap tuna dan cakalang yaitu longline, pole and
8
line, handline, pukat cincin dan jaring insang. Penggunaan rumpon (suatu alat
yang dikonstruksi menyerupai pepohonan di perairan yang berfungsi sebagai
tempat berlindung, mencari makan dan berkumpulnya ikan) perlu digiatkan dan
dioptimalkan. Nelayan Malang Selatan mengadopsi teknologi dari nelayan
pendatang (andon).
4. Pembangunan fasilitas pendukung
Proses kegiatan perikanan tangkap maupun perikanan budidaya pada
akhirnya akan bermuara dalam proses kegiatan pengolahan. Hampir sebagian
besar hasil tangkapan ikan laut di kawasan pesisir Sendang Biru dijual dalam
bentuk segar untuk diolah ditempat lain. Jenis ikan yang diolah merupakan ikan
yang nilai jualnya tidak begitu tinggi dan ikan hasil sampingan. Dengan adanya
kegiatan pengolahan dan potensi yang belum dioptimalkan akan meningkatkan
perekonomian. Fasilitas yang diperlukan seperti penambahan armada kapal
penangkap ikan dan alata tangkap, pembangunan perusahaan inti, penambahan
lembaga keuangan dan perbankan, pelabuhan pendaratan, penambahan armada
darat, pabrik es, pabrik untuk pembuatan packing untuk hasil tangkapan maupun
pengolahan ikan, akses jalan raya yang memadai, listrik dan air bersih yang cukup
serta SPBU.
Hal tersebut akan memberikan lapangan pekerjaan baru bagi warga sekitar
maupun pendatang. Tingkat pengangguran dapat ditekan. Dan pada akhirnya
meningkatnya pendapatan per kapita dan kondisi perekonomian masyarakat. Jika
semua faktor penunjang dapat dipenuhi, para investor tertarik untuk
mengembangkan usaha di Kabupaten Malang. Serta hasil tangkapan ikan maupun
industri pengolahan hasil dari kawasan Pesisir Sendang Biru dapat memenuhi
permintaan pasar nasional hingga internasional. Saat ini dalam mencapai
pembangunan sektor perikanan telah dirumuskan Rencana Pengembangan
Pelabuhan Sendang Biru Kabupaten Malang. Didalamnya terdapat tahap
pelaksanaan pembangunan dalam tahun 2003 – 2018.
5. Pengendalian perikanan tangkap
Tindakan dalam manajemen perikanan tangkap adalah mekanisme untuk
mengatur, mengendalikan dan mempertahankan kondisi sumber daya ikan pada
tingkat tertentu yang diinginkan. Pengendalian perikanan tangkap dilakukan
9
dengan aturan yang bersifat teknis, bersifat manajemen upaya penangkapan dan
manajemen hasil tangkapan dan pengendalian ekosistem.
Pengaturan bersifat teknis mencakup pengaturan alat tangkap dan
pembatasan daerah maupun musim perikanan tangkap. Pembatasan alat tangkap
lebih pada spesifikasi untuk menangkap ikan spesies tertentu atau meloloskan
ikan bukan tujuan tangkap serta efek terhadap ekosistem. Guna melindungi
komponen stok ikan diberlakukan pembatasan daerah dan musim perikanan
tangkap sekaligus daerah perlindungan laut bagi jenis ikan yang kehidupannya
relatif menetap.
Manajemen upaya penangkapan umumnya dilakukan dengan pembatasan
jumlah dan ukuran kapal, jumlah waktu penangkapan atau upaya penangkapan.
Pengendalian ini lebih mudah dan lebih murah dari sisi pemantauan dan
penegakan aturan dibandingkan pengendalian hasil tangkapan. Namun penentuan
jumlah upaya masing-masing unit penangkapan merupakan hambatan dalam
memakai aturan pengendalian ini.
Manajemen hasil tangkapan untuk membatasi jumlah hasil tangkapan yang
diperbolehkan bagi suatu area dalam waktu tertentu dan selanjutnya menjadi
pembatasan jumlah hasil tangkapan setiap unit penangkapan. Diperlukan
pendekatan manajemen yang inovatif dan alternatif untuk mencapai tujuan
tersebut.
6. Melaksanakan rencana tata ruang di kawasan Pelabuhan Sendang Biru
Kegiatan utama pada kawasan Pesisir Sendang Biru adalah perikanan
tangkap, maka diperlukan ketersediaan sarana untuk pendaratan ikan. Tangkapan
ikan dan produksi yang dihasilkan mendorong adanya kegiatan pengolahan ikan.
Serta kegiatan wisata yang bisa dikembangkan. Salah satu strategi yang dilakukan
untuk mengembangkan kawasan Sendang Biru dengan pembagian zona kawasan.
Yang bertujuan untuk mempermudah alokasi fasilitas utama dan penunjang sesuai
dengan kesesuaian lahan. Semua bertujuan untuk pengembangan Pelabuhan
Nusantara Sendang Biru. Zona utama sebagai kawasan kegiatan pelabuhan,
sedangkan zona pendukung seperti industri, perdagangan, permukiman,
pergudangan, kawasan konservasi dan lain – lain.
10
7. Pemerintah membuat regulasi tentang perikanan tangkap dan
pengolahan ikan.
Dalam peraturan tersebut diatur dan dijelaskan secara mendetail agar tidak
terjadi kesalahpahaman dalam menelaah dan melaksanakan peraturan tersebut.
Bahkan peraturan tidak hanya menjadi peraturan tertulis, diharapkan peraturan
tersebut sesuai dengan kenyataan di lapangan. Hal itu agar peraturan dapat
ditegakkan. Manajemen perikanan menjamin kegiatan penangkapan ikan dan
pengolahan dilaksanakan sesuai dengan kaidah untuk meminimalkan dampak
negatif terhadap lingkungan, mengurangi limbah dan menjaga mutu ikan hasil
tangkap. Pemerintah juga perlu menetapkan prosedur penegakan hukum. Dengan
menegakkan pengadilan perikanan. Negara perlu menggunakan informasi sains
terbaik yang tersedia dalam menyiapkan kebijakan serta mempertimbangkan
kegiatan penangkapan ikan tradisional. Jika informasi yang tersedia terbatas,
negara perlu bertindak sangat hati-hati dalam menetapkan batasan perikanan
tangkap.
Untuk mencapai pengelolaan sumberdaya perikanan yang
berkesinambungan yang harus diperhatikan adalah kelestarian dan hasil yang
efisien serta tidak terjadi pemborosan sumberdaya perikanan. Pengelolaan
sumberdaya ini tidak hanya menyangkut komoditas ikan itu tetapi yang paling
penting adalah aspek sumberdaya. Manajemen sumberdaya perikanan
sesungguhnya dilaksanakan oleh manusia sebagai titik mula, lingkungan biologis,
efisiensi usaha perikanan, teknologi penangkapan, kebijakan dan penerapannya
serta pengendalian. Kelestarian sangatlah penting dalam kegiatan perikanan
tangkap. Tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan
keuntungan semata tetapi untuk kelestarian stok sumberdaya ikan dan ekosistem
lingkungan.
11
BAB IV
PENUTUP
12
DAFTAR PUSTAKA
13