You are on page 1of 15

Anika Kartika

0906619176
Lembar Tugas Mandiri Keperawatan Gawat Darurat
Ekstensi sore 2009

Stabilisasi dan transportasi pasien

Stabilisasi adalah proses untuk menjaga kondisi dan posisi penderita/ pasien agar
tetap stabil selama pertolongan pertama.

Prinsip Stabiliasi :
- Menjaga korban supaya tidak banyak bergerak sehubungan dengan keadaan yang dialami
- Menjaga korban agar pernafasannya tetap stabil
- Menjaga agar posisi patah tulang yang telah dipasang bidai tidak berubah
- Menjaga agar perdarahan tidak bertambah.
- Menjaga agar tingkat kesadaran korban tidak jatuh pada keadaan

Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat
tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah
tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit.

Pembidaian adalah Suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma sistim
muskuloskeletal untuk mengistirahatkan ( immobilisasi) bagian tubuh kita yang mengalami
cedera dengan menggunakan suatu alat.

Tujuan pembidaian:
- Untuk mencegah gerakan fragmen patah tulang atau sendi yang mengalami dislokasi
- Untuk meminimalisasi / mencegah kerusakan pada jaringan lunak sekitar tulang yang
patah
- Untuk mengurangi perdarahan & bengkak yang timbul
- Untuk mencegah terjadinya syok
- Untuk mengurangi nyeri
Jenis Pembidaian
a. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara
- Dilakukan di tempat cedera sebelum penderita dibawa ke rumah sakit
- Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya
- Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan menghindarkan kerusakan yang lebih
berat
- Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip dan teknik dasar
pembidaian
b. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitif
- Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan (klinik atau rumah sakit)
- Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur/dislokasi
- Menggunakan alat dan bahan khusus sesuai standar pelayanan (gips, dll)
- Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih

Prinsip pembidaian
1. Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan
dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan ke
tandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan dan
pembidaian.
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan
dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan setiap terjadi
kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
Tanda dan gejala patah tulang:
- Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga terjadi patah tulang:
pembengkakan, memar, rasa nyeri.
- Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan yang arahnya sejajar dengan tulang yang patah
akan memberikan nyeri yang hebat pada penderita.
- Deformitas: apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang sehat terlihat tidak sama
bentuk dan panjangnya.
- Bagian tulang yang patah tidak dapat berfungsi dengan baik atau sama sekali tidak
dapat digunakan lagi.
3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.

Prinsip umum dalam tindakan pembidaian


- Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal daerah
fraktur). Sendi yang masuk dalam pembidaian adalah sendi di bawah
dan di atas patah tulang. Sebagai contoh, jika tungkai bawah
mengalami fraktur, maka bidai harus bisa mengimobilisasi pergelangan
kaki maupun lutut.

- Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur
maupun dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai
memaksakan gerakan. Jika terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka
pembidaian dilakukan apa adanya.
Pada trauma sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang di
bagian proksimal dan distal.

- Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu
dengan traksi atau tarikan ringan ketika pembidaian. Jika saat dilakukan
tarikan terdapat tahanan yang kuat, krepitasi, atau pasien merasakan
peningkatan rasa nyeri, jangan mencoba untuk melakukan traksi. Jika
anda telah berhasil melakukan traksi, jangan melepaskan tarikan
sebelum ekstremitas yang mengalami fraktur telah terfiksasi dengan
baik, karena kedua ujung tulang yang terpisah dapat menyebabkan
tambahan kerusakan jaringan dan beresiko untuk mencederai saraf
atau pembuluh darah.

- Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai
terutama pada daerah tubuh yang keras/peka(lutut,siku,ketiak,dll),
yang sekaligus untuk mengisi sela antara ekstremitas dengan bidai.

- Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat di


bagian yang luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan pada
bidai, yakni pada beberapa titik yang berada pada posisi :
a. superior dari sendi proximal dari lokasi fraktur

b. diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan pertama

c. inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur


d. diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan ketiga (point c)

- Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehingga
mengganggu sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwa
pemasangan bidai telah mampu mencegah pergerakan atau
peregangan pada bagian yang cedera.

- Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat

- Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan dalam


tindakan pembidaian. Sebagai contoh, jika tidak ditemukan bahan yang
sesuai untuk membidai, cedera pada tungkai bawah seringkali dapat
dilindungi dengan merekatkan tungkai yang cedera pada tungkai yang
tidak terluka. Demikian pula bisa diterapkan pada fraktur jari, dengan
merekatkan pada jari disebelahnya sebagai perlindungan sementara.

- Kantong es dapat dipasang dalam bidai dengan terlebih dahulu


dibungkus dengan perban elastis. Harus diberikan perhatian khusus untuk
melepaskan kantong es secara berkala untuk mencegah “cold injury”
pada jaringan lunak. Secara umum, es tidak boleh ditempelkan secara
terus menerus lebih dari 10 menit. Ekstremitas yang mengalami cedera
sebaiknya sedikit ditinggikan posisinya untuk meminimalisasi
pembengkakan.

Prosedur Pembidaian
1. Siapkan alat-alat selengkapnya
2. Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat lukanya
dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.
3. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur dahulu
pada sendi yang sehat.
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara bagian
yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau penekanan
syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.
5. Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dll) dimulai dari sebelah
atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas bagian fraktur.
Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh yang
dibidai.
6. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara
keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
7. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
8. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.

Teknik Pembidaian pada berbagai lokasi cedera

a. Fraktur cranium dan tulang wajah

Pada fraktur cranium dan tulang wajah, hindarilah melakukan penekanan pada tempat
yang dicurigai mengalami fraktur. Pada fraktur ini harus dicurigai adanya fraktur tulang
belakang, sehingga seharusnya dilakukan imobilisasi tulang belakang. Ada beberapa bidai
khusus yang digunakan untuk fiksasi fraktur tulang wajah (bersifat bidai definitif), namun
tidak dibahas pada sesi ini karena biasanya dilakukan oleh para ahli.

b. Pembidaian leher
Dalam kondisi darurat, bisa dilakukan pembidaian dengan pembalutan. Pembalutan
dilakukan dengan hati-hati tanpa menggerakkan bagian leher dan kepala. Pembalutan
dianggap efektif jika mampu meminimalisasi pergerakan daerah leher.
Jika tersedia, fixasi leher paling baik dilakukan menggunakan cervical Collar

c. Tulang klavikula
Terapi definitif untuk fraktur klavikula biasanya dilakukan secara konservatif yaitu dengan
“ransel bandage” (lihat gambar 2). Pembebatan yang efektif akan berfungsi untuk traksi
dan fiksasi, sehingga kedua ujung fragmen fraktur bisa bertemu kembali pada posisi yang
seanatomis mungkin, sehingga memungkinkan penyembuhan fraktur dengan hasil yang
cukup baik.

d. Tulang iga

Perhatian utama pada kondisi suspect fraktur costae adalah upaya untuk mencegah bagian
patahan tulang agar tidak melukai paru. Upaya terbaik yang bisa dilakukan sebagai
pertolongan pertama di lapangan sebelum pasien dibawa dalam perjalanan ke rumah sakit
adalah memasang bantalan dan balutan lembut pada dinding dada, memasang sling untuk
merekatkan lengan pada sisi dada yang mengalami cedera sedemikian sehingga menempel
secara nyaman pada dada.

e. Lengan atas

- Pasanglah sling untuk gendongan lengan bawah, sedemikian sehingga sendi siku
membentuk sudut 90%, dengan cara :

- Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak
dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan bawah
sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk sudut 10°).
ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan sisipkan di
sisi siku.

- Posisikan lengan atas yang mengalami fraktur agar menempel rapat pada bagian sisi
lateral dinding thoraks.

- Pasanglah bidai yang telah di balut kain/kassa pada sisi lateral lengan atas yang
mengalami fraktur.

- Bebatlah lengan atas diantara papan bidai (di sisi lateral) dan dinding thorax (pada sisi
medial).

- Jika tidak tersedia papan bidai, fiksasi bisa dilakukan dengan pembebatan menggunakan
kain yang lebar.

f. Lengan bawah

- Imobilisasi lengan yang mengalami cedera

- Carilah bahan yang kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara siku
sampai ujung telapak tangan

- Carilah tali untuk mengikat bidai pada lengan yang cedera


- Flexi-kan lengan yang cedera, sehingga lengan bawah dalam posisi membuat sudut 90°
terhadap lengan atas. Lakukan penekukan lengan secara perlahan dan hati-hati.

- Letakkan gulungan kain atau benda lembut lainnya pada telapak tangan agar berada
dalam posisi fungsional

- Pasanglah bidai pada lengan bawah sedemikian sehingga bidai menempel antara siku
sampai ujung jari

- Ikatlah bidai pada lokasi diatas dan dibawah posisi fraktur. Pastikan bahwa pergelangan
tangan sudah terimobilisasi

- Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai

- Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi pembidaian,
untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat

- Pasanglah sling untuk menahan bagian lengan yang dibidai, dengan cara :

Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak
dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan bawah
sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk sudut 10°).
ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan sisipkan di
sisi siku.

g. Fraktur Tangan dan Pergelangan Tangan

Ekstremitas ini seharusnya dibidai dalam “posisi dari fungsi mekanik”, yakni posisi yang
senatural mungkin. Posisi natural tangan adalah pada posisi seperti sedang menggenggam
sebuah bola softball. Gulungan pakaian atau bahan bantalan yang lain dapat diletakkan
pada telapak tangan sebelum tangan dibalut.

h. Tulang jari
Fraktur jari bisa dibidai dengan potongan kayu kecil atau difiksasi dengan merekatkan
pada jari di sebelahnya yang tidak terkena injury (buddy splinting)

i. tulang punggung
Pasien yang dicurigai menderita fraktur tulang belakang/punggung, harus dibidai
menggunakan spine board atau bahan yang semirip mungkin dengan spine board.

j. Fraktur Panggul

Fraktur panggul lebih sering terjadi pada orang tua. Jika seseorang yang berusia tua
terjatuh dan mengeluhkan nyeri daerah panggul, maka sebaiknya dianggap mengalami
fraktur. Apalagi jika pasien tidak bisa menggerakkan tungkai, atau ditemukan pemendekan
dan atau rotasi pada tungkai (biasanya kearah lateral).

Pemindahan pasien yang dicurigai menderita fraktur panggul harus menggunakan tandu.
Tungkai yang mengalami cedera diamankan dengan merapatkan pada tungkai yang tidak
cedera sebagai bidai. Anda bisa melakukan penarikan/traksi untuk mengurangi rasa nyeri,
jika perjalanan menuju rumah sakit cukup jauh, dan terdapat orang yang bisa
menggantikan anda saat anda sudah kelelahan.

k. Tungkai atas
Pada fraktur femur, bidai harus memanjang antara punggung bawah sampai dengan di
bawah lutut pada tungkai yang cedera. Traksi pada cedera tungkai lebih sulit, dan resiko
untuk terjadinya cedera tambahan akibat kegagalan traksi seringkali lebih besar. Sebaiknya
jangan mencoba untuk melakukan traksi pada cedera tungkai kecuali jika orang yang
membantu pembidaian telah siap untuk memasang bidai.

l. Fraktur/dislokasi sendi lutut

Cedera lutut membutuhkan bidai yang memanjang antara pinggul sampai dengan
pergelangan kaki. Bidai ini dipasang pada sisi belakang tungkai dan pantat.

m. Tungkai bawah

1. Imobilisasikan tungkai yang mengalami cedera untuk mengurangi nyeri dan mencegah
timbulnya kerusakan yang lebih berat
2. Carilah bahan kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara telapak tangan
sampai dengan diatas lutut.

3. Carilah bahan yang bisa digunakan sebagai tali untuk mengikat bidai

4. Pastikan bahwa tungkai berada dalam posisi lurus

5. Letakkan bidai di sepanjang sisi bawah tungkai, sehingga bidai dalam posisi memanjang
antara sisi bawah lutut sampai dengan dibawah telapak kaki

6. Pasanglah bidai pasangan di sisi atas tungkai bawah sejajar dengan bidai yang dipasang
di sisi bawah tungkai

7. Ikatlah bidai pada posisi diatas dan di bawah lokasi fraktur. Pastikan bahwa lutut dan
pergelangan kaki sudah terimobilisasi dengan baik

8. Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai

9. Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi pembidaian,
untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat

n. Fraktur/dislokasi pergelangan kaki

1. Cedera pergelangan kaki terkadang bisa diimobilisasi cukup dengan menggunakan


pembalutan. Gunakan pola “figure of eight”: Dimulai dari sisi bawah kaki, melalui sisi
atas kaki, mengelilingi pergelangan kaki, ke belakang melalui sisi atas kaki, kesisi bawah
kaki, dan demikian seterusnya.

2. Bidai penahan juga bisa dipasang sepanjang sisi belakang dan sisi lateral pergelangan
kaki untuk mencegah pergerakan yang berlebihan. Saat melalukan tindakan imobilisasi
pergelangan kaki, posisi kaki harus selalu dijaga pada sudut yang benar.

o. Fraktur/dislokasi jari kaki


Sebagai tindakan pertama, cedera pada jari kaki sebaiknya dibantu dengan merekatkan jari
yang cedera pada jari di sebelahnya.
Transportasi adalah proses usaha untuk memindahkan dari tempat satu ke tempat lain
tanpa atau mempergunakan alat. Tergantung situasi dan kondisi di lapangan.

Hal yang harus diperhatikan:


- Pasien tetap selamat sampai tujuan, kondisi tidak makin buruk
- Cara mengangkat begini merusak tulang belakang yang cedera
- Pertahankan posisi korban tetap datar selama diangkut
Persiapan Transportasi:
- Penderita
- Tempat Tujuan
- Sarana Alat Personil

Penilaian Lain Pindah Kondisi “Stabil”


- A – Airway (jalan napas)
- B – Breathing (pernapasan)
- C – Circulation (aliran darah)
- D – Disability (kesadaran)

Mengangkat yang aman


- Digunakan otot yang kuat antara lain : otot paha,otot pinggul dan otot bahu
- Ikuti cara-cara berikut :
- Pikirkan cara masak-masak sebelum mengangkat korban
- Berdiri sedekat mungkin dengan pasien atau alat-alat angkat
- Pusatkan kekuatan pada lutut
- Atur punggung tegak namun tidak kaku
- Gunakan kaki untuk menopang tenaga yang diperlukan
- Selanjutnya bergeraklah secara halus

Aturan dalam penanganan dan pemindahan korban:


- Pemindahan korban dilakukan apabila diperlukan betul dan tidak membahayakan
penolong
- Terangkan kepada korban secara jelas tentang apa yang akan dilakukan sehingga korban
kooperatif
- Libatkan penolong lain. Yakinkan penolong lain mengerti apa yang akan dikerjakan
- Pertolongan pemindahan korban dibawah satu komando agar dapat dikerjakan bersamaan
- Pakailah cara mengangkat korban dengan benar
- Perlengkapan Pertolongan Pertama
- Jangan melepaskan stabilisasi manual pada tulang yang cedera sampai pembidaian
sempurna dilakukan
- Jangan coba-coba mereposisi atau menekan fragmen tulang yang keluar kembali
ketempat semula
- Expose / buka pakaian yang menutupi tulang yang patah sebelum memasang bidai
- Lakukan balut tekan pada fraktur terbuka sebelum memasang bidai
- Bidai harus melewati sendi proksimal dan sendi distal dari tulang yang patah
- Bila sendi yang cedera ,lakukan pembidaian pada tulang proksimal & distal
- Bila ekstremitas sangat bengkak, cynnotik , nadi distal tak teraba ? realignment
deformitas dengan melakukan tarikan (Gentle traction) sebelum memasang bidai
- Berikan padding ( Bantalan ) pada tulang yang menonjol
- Lakukan penilaian nadi, sensasi & Gerakan distal
tempat yang fraktur

Perlengkapan dasar :
- Tempat/ kotak tak tembus air
- Berbagai ukuran pembalut
- Kassa steril
- Pembalut segi tiga
- Peniti
- Sarung tangan

Perlengkapan tambahan:
- Pembalut elastic
- Gunting
- Desinfektan
- Kapas
- Plester perekat
- alat tulis dan tabel
- Alat pelindung diri
- Selimut, alas dari plastik, lampu

KOMPLIKASI
1. Dapat menekan jaringan pembuluh darah / syaraf dibawahnya bila bidai terlalu ketat
2. Bila bidai terlalu longgar
- Masih ada gerakan pada tulang yang patah
- Menghambat aliran darah ? iskemi jaringan ? Nekrosis
- Memperlambat transportasi penderita bila terlalu lama melakukan pembidaian

Tanpa Alat
Proses pemindahan dilakukan oleh satu penolong, dua penolong atau lebih tanpa
menggunakan alat.
- Oleh satu orang : diseret, dipapah, ditimang, digendong
- Oleh dua penolong : . Dua tangan menyangga paha, dua tangan menyangga punggung .
Satu penolong mengangkat korban dari punggung, penolong yang lain menyangga
tungkai
- Oleh tiga/ empat orangà diangkat

1. Cara Menolong Satu Orang


Cara mengangkat yang aman :
- Pikir masak-masak sebelum mengangkat/ konsentrasi
- Berdiri sedekat mungkin dengan korban
- Pusatkan kekuatan pada lutut
- Atur punggung tegak namun tidak kaku
- Gunakan kaki untuk menopang tenaga yang diperlukan
- Selanjutnya bergeraklah secara
a. Human Crutch
- Berdiri disamping korban disisi yang cidera atau yang lemah, rangkulkan satu lengan
pasien pada leher penolong dan gaitlah tangan korban atau pergelangannya
- Rangkulkan tangan penolong yang lain dari arah belakang menggait pinggang korban
- Bergeraklah pelan-pelan maju
- Selanjutnya selundupkan kedua tongkat masing-masing di kiri dan kanan tepi kanvas
yang sudah dilipat dan dijahit

b. Cara Drag (diseret)


- Jongkoklah dibelakang korban
- Susupkan kedua lengan penolong di bawah ketiak kiri dan kanan korban, gapai dan
pegang kedua pergelangan tangan korban
- Bila korban pakai jaket buka semua kancingnya

c. Cara Cradle (dipopong)


- Jongkoklah dibelakang korban letakkan satu lengan penolong merangkul dibawah
punggung korban sedikit diatas pinggang.
- Letakkan tangan yang lain dibawah paha korban tepat dilipatan lutut. Berdirilah pelan-
pelan dan bersamaan mengangkat korban

d. Cara Pick A Back (Ngaplok di Punggung)


- Jongkoklah didepan korban dengan punggung menghadap korban. Anjurkan korban
meletakkan kedua tangannya merangkul diatas pundak penolong
- Gapai dan peganglah paha korban, pelan-pelan angkat

2. Tenaga Penolong 2 Orang

a. Cara Ditandu dengan kedua lengan penolong ( Cara The Two – Handed Seat )
-Kedua penolong jongkok dan saling berhadapan disamping kiri dan kanan korban,
lengan kanan penolong kiri dan lengan kiri penolong kanan menyilang dibelakang
punggung korban, menggapai dan menarik ikat pinggang korban
-Kedua tangan penolong yang menerobos dibawah lutut korban saling bergandengan
dan mengait dengan cara saling memegang pergelangan tangan
-Makin mendekatlah para penolong. Tahan dan atur punggung penolong tegap.

b. Cara The Fore and Aft Carry


-Dudukkan pasien. Kedua lengan menyilang di dada. Rangkul dengan menyusupkan
lengan penolong dibawah ketiak korban
-Pegang pergelangan tangan kiri pasien oleh tangan kanan penolong. Dan tangan
kanan penolong ke tangan kiri korban
-Penolong yang lain jongkok disamping korban setinggi lutut dan mencoba
mengangkat kedua paha korban

3. Tenaga penolong 4 Orang


Memakai Tandu/ Stretcher
- Peraturan umum membawa korban dengan usungan kepala korban diarah belakang,
Kecuali keadaan2 tertentu :
a. korban kedinginan yang amat sangat, kerusakan tungkai berat, menuruni tangga/ bukit.
b. korban stroke, trauma kepala, letak kepala harus lebih tinggi dari letak kaki
- Setiap pengangkat siap di keempat sudut, Apabila hanya ada 3 penolong dua penolong
berada di bagian kepala
- Masing-masing pengangkat jongkok dan menggapai masing-masing pegangan dengan
kokoh Dibawah komando salah satu pengangkat di bagian kepala, keempat
mengangkat bersamaan
- Selanjutnya komando berikutnya pengangkat bergerak maju perlahan- lahan

Dengan bantuan alat Bisa dilakukan oleh dua/ empat orang dengan menggunakan alat
bantu :
- Dengan menggunakan kursi kayu
- Dengan menggunakan tandu/ usungan
- Dengan menggunakan kursi beroda atau tandu beroda

Log Roll
Melakukan Log Roll Dengan komando dari pemegang kepala Perhatikan posisi tangan para
penolong,tangan saling menyilang

Prinsip Melakukan Immobilisasi Tulang & Log Roll


- Long Spine Board
- Spine board hanya tali pengikat untuk transfer
- In Line Immobilisasi penderita kepala leher kolar
- Bantal pasir dikiri servikal semi rigid dan kanan kepala
- Lengan penderita leher dan diikat diluruskan dan diletakkan disamping badan

Bahaya pemakaian long spine board:


- Tungkai bawah diluruskan dalm posisi lebih dari 2 jam kesegarisan
- kedua dikubitus di pergelangan kaki diikat oksiput
- skapula,sakr satu sama lain dengan um,tumit plester

Sumber:

http://asnamusad.wordpress.com/2008/08/03/pembalutan-dan-pembidaian/

http://belajarkedokteran.blogspot.com/2009/01/v-behaviorurldefaultvml-o.html

http://blog.ilmukeperawatan.com/593.html

http://www.slideshare.net/puskesmasmojoagung/stabilisasi-presentation>

You might also like