You are on page 1of 9

MODUL MANAJEMEN UKM

PERTEMUAN KE-2
RUANG LINGKUP UKM
KARAKTERISTIK UKM

PEMBAHASAN TENTANG USAHA Kecil—Menegah (UKM) meliputi pengelompokan


jenis usaha yaitu :
• Jenis industri skala kecil-menengah (ISKM)
• Perdgangan skala kecil-menengah (PSKM)
Hal tersebut karena pemikirannya terfokus pada permasalahan kesempatan atau
lapangan kerja diletakan pada kemampuan pengembangan ISKM/PSKM

Pengelompokan/katagorisasi usaha-usaha/bisnis di negara manapun tentu mempunyai


tujun strategis, antara lain dikaitkan dengan standar-standar kuantitatif tertentu, serta
seberapa jauh dapat dimasukan kedalam jenis-jenis usaha/bisnis. Lazimnya
pengelompokan tersebut menurut jenis usha/bisnisnya disebut industri-industri seperti :
• Tekstil
• Kimia
• Pariwisata
• Perhotelan
• Perbankan
• Dan lain sebagainya

Tujuan pengelompokan usaha/bisnis dapat disebutkan beragam dan pada intinya


mencakup 4 macam tujuan, yaitu sebagi berikut :
a. Untuk keperluan analisis yang dikaitkan dengan ilmu pengetahuan (teoritis)
b. Untuk keperluan penentuan kebijakan-kebijakan pemerintah
c. Untuk menyakinkan pemilik modal atau pengusaha tentang posisi
perusahaannya.
d. Untuk pertimbangan badan tertentu berkaitan dengan antisipasi kinerja
perusahaan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB ABDUL ROSID,SE,MM


MANAJEMEN USAHA KECIL,
MENENGAH DAN KOPERASI
Suatu komite untuk pengembangan ekonomi (Committe of Economic Development)
mengajukan konsep tentang usaha kecil/menengah dengn lebih menekankan pada
kualitas/mutu daripada keriteria kuantitatif untuk membedakan perusahaan usaha kecil-
menengah dan besar.
Ada empat aspek yang dapat dipergunakn dalam konsep usaha kecil-menengah
tersebut yaitu :
a. Kepemilikan
b. Operasinya terbatas pada lingkungan atau kumpulan pemodal.
c. Wilayah operasinya terbatas pada lingkungan sekitarnya, meskipun pemasaran
dpat melampaui wilayah lokal
d. Ukuran dari perusahaan dalam bersangkutan lebih kecil dibandingkan dengan
perusahaan lainnya dalam bidang usaha yang sama.
Ukuran yang dimaksud bisa jumlah pekerja/karyawan atau satuan lainnya yang
signifikan.

Menurut hasil penelitian Balton (1971), menyatakan bahwa pimpinan/pengurus


perusahaan skala kecil-menengah pada umumnya kurang atau tidak
mengenyampendidikan formal atau mempunyai pendapat yang lemah terhadap
perlunya pendidikan dan pelatihan.
Diantara usaha kecil terdapat jenis kegiatan yang disebut karajinan yang bermutu tinggi
dan yang bermutu rendah. Kerajinn yang bermutu mempunyai nilai seni yang tinggi dan
pembelinya dari kalangan tertentu, sedangkan yang bermutu rendah untuk dijual lokal
dengan hargaa yang relatif lebih murah.

Faktor Pembentuk dan Pendorong UKM :


 Adanya talent ( bakat ) kewirausahaan dari pemiliknya
 Kemampuan menciptakan dan mengembangkan sebuah produk.
 Kemampuan memasarkan sebuah produk.
 Adanya modal
 Lingkungan yg mendukung ( Cluster / sentra )
 Peran pemerintah sebagai fasilisator
 Lembaga keuangan sebagai penyedia modal.
 Peran Lembaga pendidikan tinggi sbg akselator dan inkubator.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB ABDUL ROSID,SE,MM


MANAJEMEN USAHA KECIL,
MENENGAH DAN KOPERASI
 BUMN & Perusahaan besar sebagai bapak angkat.
 NGO yang berfokus pada pengembangan UKm. Contoh : Swisscontact, TAFF
Foundation, dll

Karakteristik Umum UKm di Indonesia :


1. Kuatnya peran “one man show” si pemilik / pendiri.
2. Usaha keluarga dan turun temurun
3. Umumnya tumbuh dari usaha tradisionil.
4. Keterbatasan modal
5. Keterbatasan akses pasar
6. Proses “up-grade” yang lambat ( manajerial, organisasi, sistem, produk, etc )
7. Memiliki kekebalan alami terhadap perubahan makro
8. Luwes dan ramping
9. Sebaran yg luas dan sistem cluster serta jaringan yg belum kuat

Tingkat Perkembangan UKm


Fase pertumbuhan :
1. Usaha/produknya relatif baru
2. Permodalan yg belum kuat
3. Pasarnya belum terbentuk secara jelas dan aksesnya masih sangat terbatas.
4. Organisasinya sederhana
5. Mencari bentuk dan fokus usahanya belum jelas.
6. Self help to growth

Fase pembangunan :
1. Usaha/produknya sudah mulai tumbuh dan dikenal
2. Sudah memiliki askses permodalan ( Perbankan, LKBB )
3. Memiliki badan hukum
4. Pasarnya mulai terbentuk
5. Sudah memiliki Organisasi yg jelas
6. Sudah menemukan fokus usahanya sebagai kegiatan utamanya.
7. Memiliki Jaringan, baik dengan supliernya, pasarnya dan Usaha sejenis.
8. Kemampuan manajerialnya sudah baik

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB ABDUL ROSID,SE,MM


MANAJEMEN USAHA KECIL,
MENENGAH DAN KOPERASI
Fase Matang :
1. Usaha/produknya sudah dikenal luas
2. Memiliki badan hukum
3. Memiliki modal yg cukup dan askses permodalan yg cukup luas ( Perbankan,
LKBB )
4. Pasarnya berkembang dan terus tumbuh
5. Sudah memiliki Organisasi sesuai dengan azas manajemen modern
6. Fokus usaha dan mulai melakukan ekspansi.
7. Memiliki Jaringan, baik dengan supliernya, pasarnya dan Usaha sejenis.
8. Kemampuan manajerial yg baik serta didukung dengan dasar pengetahuan
bisnis yg cukup.

Tantangan bagi pengembangan UKM :


 Peran pemerintah yg harus dapat menciptakan dan mendorong
berkembanganya iklim berusaha yg sehat. ( modal – produk – pasar – akses
informasi ).
 Pengenalan Ukm terhadap ilmu pengetahuan yg dapat mendukung
pengembangan usahanya ( teknologi produksi, manajerial, pengelolaan
keuangan )
 Akses yang terbuka dari lembaga keuangan kepada Ukm.
 Pelatihan bagi pengelola / pemilik Ukm pada bidang-bidang yg secara alamiah
tdk dimiliki olek Ukm. ( peran : Universitas, BDS, NGO )
 Adanya jaringan yg kuat dari Ukm.
 Keinginan untuk terus maju dari di Pemilik usaha. ( wawasan dan pandangan si
Pemilik

CONTOH KASUS
Sumber dan Alokasi Permodalan Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Propinsi
Banten

Berdasarkan data survei Biro Perekonomian Pemerintah Daerah Propinsi Banten


tahun 2005, sumber permodalan utama dalam pengembangan Industri Kecil dan
Menengah (IKM) Propinsi Banten berasal dari alokasi dana Badan Usaha Milik Negara

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB ABDUL ROSID,SE,MM


MANAJEMEN USAHA KECIL,
MENENGAH DAN KOPERASI
(BUMN) yang ada di Propinsi Banten. Jumlah BUMN yang menyalurkan kredit untuk
pembinaan IKM di Propinsi Banten ada 18 BUMN yang bergerak dibidang perbankan,
insdustri dan jasa.
Jumlah kredit yang disalurkan oleh BUMN untuk pembinaan IKM di Propinsi
Banten sampai dengan bulan September 2005 sebesar Rp.395.279.961.277,- yang
merupakan bagian terbesar dari rencana penyaluran kredit. Realisasi penyalurkan kredit
terjadi sisa tunggakkan sebesar ± 34% dari jumlah kredit yang disalurkan.
Jumlah IKM Binaan yang ada di Propinsi Banten tersebar di lima Kabupaten /
Kota yaitu Kota Cilegon, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kabupaten
Tangerang dan Kota Tangerang. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Tabel
3.2 berikut:

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB ABDUL ROSID,SE,MM


MANAJEMEN USAHA KECIL,
MENENGAH DAN KOPERASI
Tabel 3.1
Dana BUMN dan IKM Binaan di Propinsi Banten

Jumlah IKM Jumlah Dana


No. Nama BUMN Binaan % Alokasi (Rp) %
32,199,004,84
1 PT. KRAKATAU STEEL 565 15.50% 3 8.15%
3,945,142,00
2 PT. PERTAMINA 123 3.37% 0 1.00%
1, 3,495,283,24
3 PT. ANGKASA PURA II 684 46.18% 7 0.88%
3.495.283.24
4 PT. SUCOFINDO 183 5.02% 7 0.88%
3,725,207,22
5 PT. JASA MARGA 236 6.47% 3 0.94%
649,700,00
6 PT. BANK MANDIRI CABANG CILEGON 49 1.34% 0 0.16%
488,500,00
7 PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII 24 0.66% 0 0.12%
1,146,500,00
8 PT. PELABUHAN INDONESIA II 91 2.50% 0 0.29%
338,378,901,37
9 PT. BRI CABANG SERANG 77 2.10% 4 85.60%
590,000,00
10 PT. JASA RAHARJA 45 1.23% 0 0.15%
1,034,000,00
11 PT. ASURANSI EKSPOR INDONESIA 44 1.21% 0 0.26%
1,195,500,00
12 PT. PANN 43 1.18% 0 0.30%
1,689,224,34
13 PT. PERUM PERURI 174 4.77% 3 0.43%
713,465,00
14 PT. POS INDONESIA CABANG SERANG 120 3.29% 0 0.18%
165,000,00
15 PT. ASDP INDONESIA FERRY 19 0.52% 0 0.04%
627,000,00
16 PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN 34 0.93% 0 0.16%
1,721,000,00
17 PT. TASPEN 135 3.70% 0 0.44%

18 PT. BATAN TEKNOLOGI 1 0.03% 21,250,000 0.01%


Jumlah 3,647 100% 395,279,961,277 100%

Sumber: Biro Perekonomian Pemda Propinsi Banten Tahun 2005 (Diolah)


Dari Tabel 3.1 PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Serang merupakan BUMN
yang menyalurkan dana terbesar yaitu Rp.338.378.901.374,- atau 85,60% dari jumlah

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB ABDUL ROSID,SE,MM


MANAJEMEN USAHA KECIL,
MENENGAH DAN KOPERASI
dana alokasi kredit untuk 77 IKM Binaan. Sedangkan PT. Batan Teknologi merupakan
BUMN yang penyaluran dana terkecil yaitu Rp.21.250.000,- atau 0,01% dari jumlah
dana alokasi kredit untuk 1 IKM Binaan.
Perbandingan alokasi dana BUMN dan IKM Binaan di Propinsi Banten dapat
dilihat pada Grafik 3.1 dan Grafik 3.2 berikut:

Grafik 3.1
IKM Binaan BUMN di Propinsi Banten

2,000

1,500

1,000

500

- 1

PT. KRAKATAU STEEL PT. PERTAMINA


PT. ANGKASA PURA II PT. SUCOFINDO
PT. JASA MARGA PT. BANK MANDIRI CABANG CILEGON
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII PT. PELABUHAN INDONESIA II
PT. BRI CABANG SERANG PT. JASA RAHARJA
PT. ASURANSI EKSPOR INDONESIA PT. PANN
PT. PERUM PERURI PT. POS INDONESIA CABANG SERANG
PT. ASDP INDONESIA FERRY PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN
PT. TASPEN PT. BATAN TEKNOLOGI

Sumber: Biro Perekonomian Pemda Propinsi Banten Tahun 2005 (Diolah)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB ABDUL ROSID,SE,MM


MANAJEMEN USAHA KECIL,
MENENGAH DAN KOPERASI
Grafik3.2
Alokasi DanaBUMNdi Propinsi Banten
( 000)
350,000,000

300,000,000

250,000,000

200,000,000
( Rp)
150,000,000

100,000,000

50,000,000

-
1

PT. KRAKATAUSTEEL PT. PERTAMINA PT. ANGKASAPURA II


PT. SUCOFINDO PT. JASA MARGA PT. BANKMANDIRI CABANGCILEGON
PT. PERKEBUNANNUSANTARA VIII PT. PELABUHANINDONESIAII PT. BRI CABANGSERANG
PT. JASA RAHARJA PT. ASURANSI EKSPORINDONESIA PT. PANN
PT. PERUMPERURI PT. POSINDONESIACABANGSERANG PT. ASDPINDONESIAFERRY
PT. PEMBANGUNANPERUMAHAN PT. TASPEN PT. BATANTEKNOLOGI

Sumber: Biro Perekonomian Pemda Propinsi Banten Tahun 2005 (Diolah)

Dari Grafik 3.1 dan Grafik 3.2 di atas tampak bahwa jumlah dana yang disalurkan untuk
IKM di Propinsi Banten yang bersumber dari BUMN sangat besar. Jumlah tersebut
tentunya sangat berarti bagi sektor IKM bila penyalurannya tepat sasaran dan tidak
mengalami kebocoran. Kebijakan untuk mengutamakan penyaluran dana kepada sektor
IKM yang berada disekitar lokasi BUMN bisa memberikan arti positif karena BUMN yang
bersangkutan tentu lebih memahami kondisi masyarakat disekitar lokasi BUMN dan apa
yang dibutuhkan oleh sektor IKM. Namun demikian kebijakan ini tetap harus
mempertimbangkan aspek pemerataan, dalam arti mungkin saja ada BUMN yang
memiliki kemampuan menyalurkan dana cukup besar, tetapi jumlah IKM yang ada
disekitar BUMN tersebut hanya sedikit atau sebaliknya.

Usaha kecil baik penerima KUK maupun bukan sebagian memiliki keterkaitan yang
terjadi karena mereka merasakan saling mendapat keuntungan (84,62%); usaha kecil
merasakan mendapat pembinaan (53,85%), yakni dalam bentuk bantuan teknologi (20%),
manajemen (50%), pemasaran (14,29%), atau modal (10%). Usaha kecil penerima KUK
sebagian besar melakukan kemitraan untuk memenuhi anjuran pemerintah (76,92%).
Bentuk kemitraan berupa kesepakatan yang tertulis, baik dengan usaha besar/menengah
(84,62%) maupun dengan bank (23,08%). Usaha kecil bukan penerima KUK hanya
25,64% yang mendapat pembinaan, bentuk pembinaannya yang paling banyak berupa

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB ABDUL ROSID,SE,MM


MANAJEMEN USAHA KECIL,
MENENGAH DAN KOPERASI
bantuan manajemen (50%). Mereka bermitra sebagai respon atas anjuran pemerintah
(43,59%) selain bersepakat juga secara tertulis melakukan kemitraan dengan usaha
besar/menengah (61,54%) dan dengan bank (23,08%).

Di antara usaha kecil dan menengah penerima KUK, 76,92% menyatakan


kemitraannya dengan BUMN atau perusahaan swasta bermanfaat, 15,38% biasa saja,
dan 7,69% tidak bermanfaat. Tidak manfaatnya itu terjadi karena tidak adanya komitmen
atas kemitraan yang telah disepakati oleh mereka (100%). Usaha kecil dan menengah
yang mendapat manfaat dari kemitraan mengakui adanya kenaikan omset (80%), untung
(70%), atau adanya diversifikasi (20%). Usaha kecil bukan penerima KUK lebih rendah
yang mendapat manfaat dari kemitraan (64,10%); 35,64% di antara mereka menganggap
kemitraan itu biasa saja dampaknya, bahkan 10,26% menyatakan tidak bermanfaat.
Kemitraan tidak bermanfaat, menurut mereka, karena dapat merugikan (25%), tidak
adanya komitment (100%), atau tidak terealisasi sama sekali (100%). Usaha kecil yang
mendapat manfaat dari kemitraan mengakui telah mengalami kenaikan omset (96%),
beruntung (96%), atau mendapatkan diversifikasi usaha (40%).

Diketahui bahwa 66,27% usaha kecil dan menengah penerima KUK tidak
berkelompok dan di antara mereka 49,09% menganggap berkelompok itu d iperlukan,
bentuknya koperasi (66,67%), paguyuban (29,63%), atau lainnya (3,70%). Usaha kecil
yang tidak berkelompok berjumlah lebih banyak lagi (74,06%), 50,34% di antaranya
menganggap perlu adanya kelompok yaitu berupa koperasi (54,73%), paguyuban
(39,19%), atau lainnya (6,08%).

Penerima KUK yang telah berkelompok mencapai 33,73%, bentuknya koperasi


(25%), paguyuban (46,43%), atau lainnya (28,57%). Mereka mendapat pembinaan
(71,43%) dari dinas (55%), BUMN (25%), atau lainnya bukan LSM (20%). Kelompok
beperan aktif (46,43%) dan dirasakan bermanfaat (50%). Usaha kecil bukan penerima
KUK baru 25,94% yang berkelompok, bentuk koperasi dan paguyuban diminati lebih
sedikit daripada oleh penerima KUK. Bukan penerima KUK ini mendapat pembinaan
(83,50%) dari dinas, BUMN, LSM, atau lainnya dan kelompok dirasakan lebih aktif
(71,84%) dan bermanfaat (69,90%) daripada yang dirasakan usaha kecil penerima KUK.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB ABDUL ROSID,SE,MM


MANAJEMEN USAHA KECIL,
MENENGAH DAN KOPERASI

You might also like