You are on page 1of 6

TRANSPIRASI TUMBUHAN

Tujuan : - Mengukur laju transpirasi pada dua jenis tumbuhan, yaitu Acalypha sp. dan
Bauhemia sp.

- Membandingkan laju transpirasi pada dua jenis tumbuhan.

- Mengamati jumlah stomata bagian atas dan bagian bawah daun

PENDAHULUAN

Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses


kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal yang penting
adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun.
Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam
daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk,
dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak
faktor yang mempengaruhi pergerakannya. Besarnya uap air yang ditranspirasikan
dipengaruhi olh beberapa faktor, antara lain: (1) Faktor dari dalam tumbuhan (jumlah
daun, luas daun, dan jumlah stomata); (2) Faktor luar (suhu, cahaya, kelembaban, dan
angin).

Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan dengan larutan dalam
fibrill sel pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir jenuh dengan uap air, padahal
banyaknya udara di luar daun hampir kering. Difusi dapat terjadi jika ada jalur yang
memungkinkan adanya ketahanan yang rendah. Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis
yang berkutikula yang memiliki resistansi (ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air.
Namun stomata memiliki resistansi rendah ketika membuka dan uap air berdifusi ke luar
melalui stomata.
Jumlah difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat kecuraman gradien
konsentrasi uap air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki gradien yang lebih rendah,
dan lapisan pembatas yang tipis memiliki gradien yang lebih curam. Oleh karena itu,
transpirasi melalui lapis pembatas yang tebal lebih lambat dari pada yang tipis. Angin
membawa udara dekat ke daun dan membuta pembatas lebih tipis. Hal ini menunjukkan
mengapa laju transpirasi pada tumbuhan lebih tinggi pada udara yang banyak hembusan
angin.

Struktur anatomi daun memungkinkan penurunan jumlah difusi dengan menstabilkan


lapis pembatas tebal relatif. Misalnya rapatnya jumlah trikoma pada permukaan daun
cenderung meyebabkan lapisan pembatas udara yang reltif tidak bergerak. Stomata yang
tersembunyi menekan permukaan daun sehingga stomata membuka. Udara memiliki efek
penting dalam penjenuhan jumlah udara. Udara hangat membaewa lebih banyak air dari
pada udara dingin. Oleh karena itu, pada saat panan volume udara akan memberikan
sedikit uapa air dengan kelembaban relatif yang lebih rendah daripada saat dingin. Untuk
alasan ini, tumbuhan cenderung kehilangan air lebih cepat pada udara hangat dari pada
udara dingin. Hilangnya uap air dari ruang interseluler daun menurunkan kelembaban
relatif pada ruang tersebut. Air yang menguap dari daun (stomata) ini menimbulkan
kekuatan kapiler yang menarik air dari daerah yang berdekatan dalam daun.

Beberapa penggantian air berasal dari dalam sel daun melalui membran plasma.
Ketika air meninggalkan daun, molekul air menjadi lebih kecil. Hal ini akan mengurangi
tekanan turgor. Jika banyak air yang dipindahkan, tekanan turgor akan menjadi nol. Oleh
karena itu, sel menjadi lunak dan kehilangan kemampuan untuk mendukung daun. Hal ini
dapat terlihat ketika tanaman layu. Untuk mengetahui tingkat efisiensi tumbuhan dalam
memanfaatkan air, sering dilakukan pengukuran terhadap laju transpirasi. Tumbuhan
yang efisien akan menguapakan air dalam jumlah yang lebih sedikit untuk membentuk
struktur tubuhnya (bahan keringnya) dibandingkan dengan tumbuhan yang kurang efisien
dalam memanfaatkan air.

ALAT DAN BAHAN

Alat dan Bahan :

1.Batang/ranting Acalypha sp.


2.Batang /ranting Bauhinia sp.

3.Gunting tanaman

4.Ember

5.Gelas ukur 10 ml

6.Timbangan

7.Minyak kelapa

8.Kuteks bening (cat kuku)

9. Timbangan

10. Kertas kuarto

11. Kertas grafik

12. Gelas obyek dan penutup

15. Rak tabung

14. Mikroskop

CARA KERJA

1. Potonglah batang atau ranting tumbuhan Acalypha sp. dan Bauhinia sp. di bawah
permukaan air. Usahakan potongan selalu berada dalam air, demikian juga sewaktu
memasukkan potongan atau ranting tumbuhan ke dala gelas ukur usahakan selalu
terendam.

2. Untuk setiap perangkat (set) isilah 3 gela ukur 10 ml, dengan air sebanyak 6-7 ml.

3. Masukkan segera potongan ranting tumbuhan tersebut ke dalam 2 gelas ukur dan satu
gelas ukur dibiarkan tanpa tumbuhan (sebagai kontrol). Buatlah tinggi permukaan air
pada ke tiga gelas ukur sama, kemudian ditetesi dengan minyak kelapa sampai
seluruh permukaan tertutup, maksudnya agar air tidak menguap. Setelah itu setiap
perangkat disusun pada rak tabung seperti pada gambar 4 di bawah ini.

4. Catat waktu anda saat memasukkan daun ke dalam gelas ukur.

5. Letakkan perangkat gelas ukur di luar laboratorium yaitu di lapangan terbuka dengan
terik matahari.

6. Amati dan catat perubahan air yang terjadi dalam gelas ukur setiap 30 menit selama 2
jam dengan membaca skala yang ada pada gelas ukur. Catat hasil pengamatan anda
pada tabel data pengamatan (Tabel 1).

7. Catat jumlah air yang diuapkan setiap periode tersebut dan hitunglah nilai rata-ratanya.

8. Ukur luasan daun yang anda gunakan pada percobaan ini dengan salah satu cara dari
kedua metode berikut:

(1) Metode penimbangan:

- Ambil kertas kuarto, timbang bobot kertas kuarto utuh (bk) dan hitung luasnya (lk).

- Gambarlah daun-daun pada ranting yang digunakan pada percobaan di atas di kertas
kuarto (dengan menjiplak daun utuh) lalu potong sesuai ukuran daun tersebut.

- Timbang bobot kertas yang anda potong atau duplikat daun (bd).

- Luas daun (ld) ditentukan dengan rumus: ld = lk x bd / bk

(2) Metode dengan bantuan kertas grafik (mm blok).

- Daun-daun dijiplak pada kertas grafik, lalu dihitung luassan daun pada hasil jiplakan
yang ada pada kertas grafik tersebut.

9. Oleskan kuteks bening pada sisi atas dan bawah daun dan biarkan beberapa menit
hingga mengering.

10. Tarik dengan bantuan pinset kuteks yang telah mengering tersebut secara hati-hati
dan letakkan di tas gelas obyek, beri air sedikit dan tutup dengan gelas penutup.
11. Amati dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran 10 x 40 dan hitung jumlah
stomata/ mm2 luas bidang pandang (mm2 luas daun).

12. Hitung luas bidang pandang (10 x 40) dengan cara sebagai berikut:

- Letakkan penggaris plastik berskala mm di atas meja obyek dan amati pada perbesaran
10 x 10, usahakan untuk mendapatkan bayangan skala mm sejelas mungkin dan
perkirakan diameter bidang pandang tersebut.

Diameter bidang pandang dengan perbesaran kuat (10 x 40) dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

Ǿok = Ǿol x pl /pk

Ǿ ok = diameter bidang pandang dengan obyektif perbesaran kuat

Ǿ ol = diameter bidang pandang dengan obyektif perbesaran lemah

pl = perbesaran lensa obyektif kuat

pk = perbesaran lensa obyektif kuat

- Jika diameter bidang pandang sudah diperoleh, maka jari-jari ® bidang pandang dapat
dihitung. (r =1/2 x diameter). Lalu hitung luas bidang pandang (10x40) dengan
menggunakan rumus luas lingkaran yaitu: L = π r 2, nilai π = 3.14

13. Konversikan jumlah stomata per satuan mm2 luas daun.

Tabel Pengamatan : Percobaan transpirasi tumbuhan.

Waktu Acalypha sp. Bauhemia sp. Kontrol

(menit)
0
30
60
90
Rata-rata air
menguap (cm2)
Luas daun (cm2)
Laju
transpirasi/cm2/jam

PERTANYAAN

1. Dari mana air menguap?

2. Apa fungsi gelas ukur yang tidak berisi tumbuhan (kontrol)?

3. Hitung laju transpirasi masing-masing tumbuhan tersebut per cm2 luas daun per jam.

4. Tumbuhan mana di antara 2 jenis tersebut yang paling banyak menguapkan air?
Mengapa?

5. Faktor –faktor apa saja yang mempengaruhi laju transpirasi?

You might also like