Professional Documents
Culture Documents
f. Ekstraksi
Ekstraksi ini digunakan untuk memisahkan dua zat yang tidak bercampur atau mempunyai sifat
kelarutan yang berbeda. Proses ekstraksi ini menggunakan pelarut tertentu misalnya menggunakan air
atau pelarut organik).
Proses Konversi (Conversion Processes)
Hampir 70% dari minyak mentah di proses secara konversi, mekanisme reaksi yang terjadi adalah
pembentukan "ion karbonium" dan "radikal bebas". Berikut ini beberapa contoh reaksi konversi dasar
yang cukup penting dalam pengolahan minyak mentah.
a. Cracking atau Pyrolisis
Cracking atau pyirolisis merupakan proses pemecahan molekul-molekul hidrokarbon yang besar menjadi
molekul-molekul yang lebih kecil dengan pemanasan atau menggunakan katalis.
Dengan adanya pemanasan yang cukup tinggi dan menggunakan katalis hidrokarbon alkana dengan
rantai yang panjang akan pecah menjadi dua atau lebih senyawa dan salah satunya dapat berupa olefin.
Reaksi cracking merupakan reaksi endotermik dan melibatkan energi yang tinggi. Proses cracking
meliputi:
1) Proses cracking thermis murni
Pada proses ini terjadi pemecahan molekul-molekul yang besar dari zat hidrokarbon dan dilakukan pada
suhu tinggi. Proses cracking ini biasanya selain menghasilkan bensin (gasoline), akan menghasilkan
molekul-molekul yang lebih kecil (gas) dan molekul-molekul yang lebih besar (memiliki titik didih yang
lebih tinggi dari bensin).
Fungsi dari proses cracking adalah untuk menghasilkan fraksi-fraksi bensin yang berat sehingga pada
cracking bensin berat akan diperoleh suatu perbaikan dalam kualitas bahan pembakarnya yang
disebabkan oleh 2 hal, yaitu penurunan titik didih rata-rata dan terbentuknya alkena. Hal ini
menyebabkan bilangan oktan dapat meningkat dengan sangat tinggi, misalnya dari 45-50 hingga 75-80.
2) Proses cracking thermis dengan katalisator
Dengan adanya katalisator maka reaksi cracking dapat terjadi pada suhu yang lebih rendah. Keuntungan
dari proses thermis-katalisator adalah:
a) Perbandingan antara bensin terhadap gas adalah sangat baik karena disebabkan oleh pendeknya
waktu cracking pada suhu yang lebih rendah.
b) Bensin yang dihasilkan menunjukkan angka oktan yang lebih baik.
Dengan adanya katalisator dapat terjadi proses isomerisasi, dimana alkena¬ dengan rantai lurus diubah
menjadi alkana bercabang, selanjutnya juga akan terjadi aromatik-aromatik dalam fraksi bensin yang
lebih tinggi akan dapat mempengaruhi bilangan oktan.
3) Proses cracking dengan chlorida-aluminium (AlCl3) yang bebas air
Bila minyak dengan kadar aromatik rendah dipanaskan dengan AlCl3 bebas air pada suhu 180-2000C
maka akan terbentuk bensin. Bahan yang tidak mengandung aromatik (misalnya alkana murni) dengan 2
atau 5% AlCl3 dapat mengubah sebagian besar (90%) dari bahan itu menjadi fraksi bensin, sisanya akan
menjadii arang dalam ketel. Pada proses ini bensin yang dihasilkan tidak mengandung alkena tetapi
masih memiliki bilangan oktan yang cukup baik. Beberapa kelemahan dari dari proses ini adalah :
a) Mahal karena AlCl3 yang dipakai akan menyublim dan mengurai.
b) Bahan-bahan yang dapat dikerjakan jumlahnya terbatas.
c) Pada saat reaksi berlangsung, banyak sekali gas asam garam sehingga harus memakai alat-alat yang
tahan terhadap korosi.
2. Polimerisasi
Terbentuknya polimer antara molekul yang sama,
Proses polimerisasi akan merubah produk samping yaitu gas hidrokarbon yang dihasilkan pada proses
cracking menjadi hidrokarbon cair yang dapat digunakan sebagai bahan bakar motor dan penerbangan
yang memiliki bilangan oktan tinggi, serta digunakan untuk bahan baku petrokimia.
Sebagai bahan dasar dalam proses polimerisasi adalah olefin yang diperoleh dari proses cracking. 3.
3.Alkilasi
Proses alkilasi merupakan proses penggabungan olefin dengan hidrokarbon alkana.
Proses alkilasi termasuk reaksi eksotermik dan pada dasarnya sama dengan polimerisasi, hanya berbeda
pada reaktannya, pada polimerasasi molekulnya sama sedangkan pada alkilasi molekulnya berbeda.
Sebagai hasilnya adalah produk alkilat yang tidak mengandung olefin dan memiliki bilangan oktan yang
tinggi. Metode ini didasarkan pada reaktifitas dari karbon tersier dari isobutan dengan olefin, seperti
propilen, butilen dan amilen.4. Hidrogenasi
Proses ini adalah penambahan hidrogen pada olefin. Katalis hidrogenasi adalah logam, dan jenis logam
yang dipilih tergantung pada senyawa yang akan di reduksi dan pada kondisi hidrogenasi, Logam yang
umumnya dipakai adalah Pt, Pd, Ni, dan Cu.
Disamping untuk menjenuhkan ikatan rangkap (tak jenuh), hidrogenasi dapat digunakan untuk
mengeliminasi (menghilangkan) atom-atom selain C dan H seperti atom oksigen, nitrogen, halogen dan
sulfur sehingga diperoleh rantai hidrokarbon.5. Hydrocracking
Proses hydrocracking merupakan penambahan hidrogen pada proses
cracking.
6. Isomerisasi
Proses isomerisasi mengubah rumus struktur dari atom dalam molekul tanpa adanya perubahan jumlah
atom.
Proses ini menjadi penting karena dapat menghasilkan iso-butana.7. Reforming atau Aromatisasi
Reforming merupakan proses konversi dari naptha untuk memperoleh produk yang memiliki bilangan
oktan yang tinggi, dalam proses ini biasanya menggunakan katalis rhenium, platinum dan chromium.
CH3CH2CH2CH2CH2CH2CH3 + 4 H2