Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Rosita A (0610923058)
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2009
1. PENDAHULUAN
Aluminium berasal dari bahasa latin alumen/alum. Orang-orang Yunani dan Romawi
kuno menggunakan alum sebagai cairan penutup pori-pori dan bahan penajam proses pewarnaan.
Pada tahun 1761 de Morveau mengajukan nama alumine untuk basa alum dan Lavoisier, pada
tahun 1787, menebak bahwa ini adalah oksida logam yang belum ditemukan. Wohler berhasil
mengisolasi logam ini pada 1827, walau aluminium tidak murni telah berhasil dipersiapkan oleh
Oersted dua tahun sebelumnya. Pada 1807, Davy memberikan proposal untuk menamakan logam
aluminum ini (walaupun belum ditemukan saat itu), walaupun pada akhirnya setuju untuk
menggantinya dengan aluminium. Nama yang terakhir ini sama dengan nama banyak unsur
lainnya yang berakhir dengan “ium”. Logam aluminium dibuat melalui pemanasan amonium
klorida dengan amalgam kalium raksa. Pada tahun 1854, Henri Sainte dan Claire Deville
membuat aluminium dari natrium aluminium klorida dengan cara memanaskannya dengan logam
natrium. Pada tahun 1886, Charles Hall mulai memproduksi aluminium dengan proses skala
besar seperti sekarang, yaitu melalui elektrolisis alumina di dalam kriolit lebur. Pada tahun itu
pula Paul Herault mendapat paten Perancis untuk proses serupa dengan proses Hall.
2. ALUMINIUM
Aluminium adalah logam yang terbanyak di dunia. Logam ini merupakan 8% dari bagian
kerak bumi. Akan tetapi aluminium tidak pernah ditemukan secara bebas di alam. Selain pada
mineral, aluminium juga ditemukan pada granit. Aluminium adalah logam yang berwaarna putih
perak dan tergolong ringan yang mempunyai massa jenis 2,7 gr .
(Daryus, Asyari. 2008. Diktat Proses Produksi. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik
Universitas Darma Persada .Jakarta.)
Aluminium ada di alam dalam bentuk silikat maupun oksida, yaitu antara lain :
· sebagai silikat misal feldspar, tanah liat, mika
· sebagai oksida anhidrat misal kurondum (untuk amril)
· sebagai hidrat misal bauksit
· sebagai florida misal kriolit.
3. KEGUNAAN ALUMINIUM
Kombinasi sifat yang ringan dan kuat, membuat aluminium cocok untuk berbagai
penggunaan. Dengan berat yang sama, aluminium mempunyai konduktivitas dua kali lebih baik
dari tembaga, dan keuletannya (ductility) pun tinggi pada suhu tinggi. Aluminium biasa
dipadukan dengan logam seperti tembaga, magnesium, seng, silikon, krom, dan mangan
sehingga kemanfaatannya pun lebih banyak lagi. Logam aluminium atau paduannya (alloy),
terutama paduannya dengan magnesium, banyak digunakan dalam struktur pesawat terbang,
mobil, truk, dan gerbong kereta api, dll. Bila digunakan dengan baik, aluminium tahan korosi.
(http://diniharsanti.blogspot.com/2008/12/pembuatan-logam-aluminium.html)
Aluminium oksida adalah insulator (penghambat) panas dan listrik yang baik. Umumnya
Al2O3 terdapat dalam bentuk kristalin yang disebut corundum atau α-aluminum oksida. Al2O3
dipakai sebagai bahan abrasif dan sebagai komponen dalam alat pemotong, karena sifat
kekerasannya. Aluminium oksida berperan penting dalam ketahanan logam aluminium terhadap
perkaratan dengan udara. Logam aluminium sebenarnya amat mudah bereaksi dengan oksigen di
udara. Aluminium bereaksi dengan oksigen membentuk aluminium oksida, yang terbentuk
sebagai lapisan tipis yang dengan cepat menutupi permukaan aluminium. Lapisan ini melindungi
logam aluminium dari oksidasi lebih lanjut. Ketebalan lapisan ini dapat ditingkatkan melalui
proses anodisasi. Beberapa alloy (paduan logam), seperti perunggu aluminium, memanfaatkan
sifat ini dengan menambahkan aluminium pada alloy untuk meningkatkan ketahanan terhadap
korosi. Al2O3 yang dihasilkan melalui anodisasi bersifat amorf, namun beberapa proses oksidasi
seperti plasma electrolytic oxydation menghasilkan sebagian besar Al2O3 dalam bentuk kristalin,
yang meningkatkan kekerasannya.
Secara alami, aluminium oksida terdapat dalam bentuk kristal corundum. Batu mulia rubi
dan sapphire tersusun atas corundum dengan warna-warna khas yang disebabkan kadar
ketidakmurnian dalam struktur corundum. Aluminium oksida, atau alumina, merupakan
komponen utama dalam bauksit bijih aluminium yang utama. Pabrik alumina terbesar di dunia
adalah Alcoa, Alcan, dan Rusal. Perusahaan yang memiliki spesialisasi dalam produksi dari
aluminium oksida dan aluminium hidroksida misalnya adalah Alcan dan Almatis. Bijih bauksit
terdiri dari Al2O3, Fe2O3, and SiO2 yang tidak murni. Campuran ini dimurnikan terlebih dahulu
melalui Proses Bayer.
(www.geocities.com/bkusumoh/pdf/kimiasehari2.pdf )
4. BAUKSIT
Bauksit
(http://extractivemetallurgy.blogspot.com/2008/12/proses-pengolahan-bijih-bauksit.html)
Bauksit yang terkandung di Indonesia, jenis mineralnya adalah gibsit, dengan kadar
utamanya alumina, kuarsa dan silica aktif. Bijih bauksit laterit terjadi di daerah tropis dan
subtropis serta membentuk perbukitan landai, yang memungkinkan terjadinya pelapukan yang
cukup kuat. Bauksit dapat terbentuk dari batuan yang mempunyai kadar aluminium relatif tinggi,
kadar Fe rendah dan sedikit kadar kuarsa ( SiO2) bebas. Batuan yang memenuhi persyaratan itu
antara lain nepelin syenit dan sejenisnya yang berasal dari batuan beku, batuan lempung/serpih.
Batuan di atas akan mengalami proses laterisasi yaitu proses yang terjadi karena pertukaran suhu
secara terus menerus sehingga batuan mengalami pelapukan. Pada musim hujan air masuk
memasuki rekahan- rekahan dan menghanyutkan unsur yang mudah larut, sementara unsur yang
sukar larut/tidak larut tertinggal dalam batuan induk. Setelah unsur- unsur yang mudah larut
seperti Na, K, Mg, dan Ca dihanyutkan oleh air, residu yang tertinggal disebut laterit menjadi
kaya akan hidroksida alumina Al (OH)3 yang kemudian oleh proses dehidrasi akan mengeras
menjadi bauksit. (http://klastik.wordpress.com/2008/04/27/panci-almunium-ternyata-dari-
bauksit/)
5. KEGUNAAN BAUKSIT
Bauksit apabila dicampur dengan bahan mineral lain seperti nikel, baja, atau tembaga
akan menghasilkan alloy ( aluminium yang kuat, tahan panas tapi lentur). Alloy ini banyak
digunakan untuk beragam industri, mulai otomotif, hingga perkapalan. Begitu juga dengan tanda
- tanda lalu lintas serta high voltage power lines sebagian besar juga terbuat dari aluminium.
Bauksit merupakan barang tambang utama dari alumina untuk membuat aluminium. Australia,
amerika Serikat, dan China merupakan negara penghasil alumina terbesar. Seluruh alumina yang
berasal dari Amerika Serikat terbuat dari bauksit yang diimpor dari negara lain.
Sekitar 85% dari keselurahan tambang bauksit di dunia digunakan untuk memproduksi
alumina yang disempurnakan menjadi aluminium metal. Biasanya aluminium metal dilaksanakan
di negara- negara industri yang memiliki hydroelectric power (tenaga listrik yang menggunakan
air) yang berbiayanya murah. Negara penghasil aluminium metal terbesar adalah Rusia, China,
Amerika Serikat, dan Canada. Lebih dari 40 negara lainnya juga memproduksi aluminium,
termasuk Norwegia, Islandia, Switzerland, Tajikistan, dan Selandia baru. Sedangkan sebesar
10%lainnya digunakan untuk chemical, abrasive, dan refractory product. Sisanya sebesar 5%
dari bauksit digunakan untuk membuat abrasives, refractory materials, dan aluminium
compounds.
6. METODE ISOLASI ALUMINIUM
(http://extractivemetallurgy.blogspot.com/2008/12/proses-pengolahan-bijih-bauksit.html)
a. metode elektrolisis
b. metode isolasi melalui proses bayer
Karbon yang diperlukan untuk reduksi berasal dari anode dan untuk itu diperlukan antara
0,5 sampai 0,6 kg karbon per kilogram logam. Walaupun secara teoritis yang diperlukan
sebetulnya hanyalah 0,33 kg, namun karena karbon dioksida yang keluar itu mengandung 10%
sampai 15% karbon monoksida (CO), maka jumlah yang diperlukan dalam praktik tentu lebih
besar. Langkah-langkah pembuatan logam aluminium adalah sebagai berikut.
1. Pasang atau ganti pelapis sel
2. Buat anode karbon dan gunakan di dalam sel
3. Siapkan penangas kriolit dan kendalikan komposisinya
4. Larutkan alumina di dalam kriolit lebur
5. Larutan alumina dielektrolisis sehingga membentuk aluminium logam yang
bertindak sebagai katode.
6. Karbon elektrode teroksidasi oleh oksigen yang dibebaskan
7. Aluminium cair dialirkan keluar dari sel, dipadu (bila perlu), dicetak menjadi
logam batangan dan didinginkan.
&
Sel elektrolit berbentuk kotak baja besar. Di dalamnya terdapat kompartemen katode
yang dilapisi dengan campuran pitch dan batubara antrasit atau dengan kokas yang dipanggang
di tempat dengan bantuan arus listrik, atau dengan blok-blok katode yang telah dipanggang dan
kemudian disemenkan satu sama lain. Lubang kompartemen katode itu mempunyai kedalaman
30 sampai 50 cm, dengan lebar mencapai 3 m dan panjang 9 m bergantung pada jenis sel dan
beban yang direncanakan. Tebal pelapis berkisar antara 15 sampai 25 cm pada bagian sisi dan 26
sampai 46 cm pada bagian dasar. Di antara dinding baja dan pelapis dipasang isolasi termal yang
terdiri dari baja tahan panas, blok asbes, atau bahan lain. Pada pelapis bagian dasar dipasang
batangan baja besar yang berfungsi sebagai pengumpul arus katode. Batangan ini menjulur
keluar melalui lubang pada kotak baja dan dihubungkan dengan batangan pengantar katode.
Pelapis sel biasanya tahan 2 sampai 4 tahun. Kerusakan biasanya terjadi karena penyusupan
logam melalui katode sehingga melarutkannya atau karena penetrasi logam keluar dari kotak
baja melalui kebocoran di sekitar kolektor arus. Keseluruhan pelapis, isolasi dan kolektor itu
kemudian diganti. Pelapisan kembali kotak sel merupakan sebagian besar dari biaya produksi
dan di sini tercakup bukan saja tenaga kerja, kolektor, pelapis dan bahan isolasi, tetapi juga
kehilangan bahan elektrolit yang diserap oleh pelapis yang terpakai. Gambar skematik
penampang penangas reduksi aluminium ditunjukkan seperti gambar berikut ini (Sumber
gambar: http://www.substech.com/)
&
Selama beroperasinya sel, terjadi pembentukan kerak di atas permukaan penangas lebur.
Alumina ditambahkan ke atas kerak ini, dimana alumina mengalami pemanasan dan melepaskan
kandungan airnya. Kerak ini dipecahkan secara berkala dan alumina diaduk ke dalam penangas
agar konsentrasinya tetap berada di sekitar 2% sampai 6%. Kebutuhan teoristis alumina adalah
1,89 kg per kilogram aluminium. Tetapi dalam praktik, angkanya kira-kira 1,91 kg. Bilamana
kadar alumina di dalam penangas berkurang, dan efek anode berlangsung, maka pada anode
terbentuk suatu lapisan tipis karbon tetrafluorida dan penangas tidak dapat lagi membasahi
permukaan anode. Mengenai mekanisme yang sebenarnya terjadi dari pelarutan alumina di
dalam penangas dan bagaimana mekanisme dekomposisi elektrolitiknya masih belum jelas.
Tetapi hasil akhirnya adalah pembebasan oksigen pada anode dan pengendapan logam
aluminium pada katode. Oksigen bergabung dengan anode karbon dan menghasilkan CO dan
CO2, tetapi yang terbanyak adalah CO2.
Sebagai syarat berlangsungnya elektrolisis, ion harus dapat bermigrasi ke elektroda.
Salah satu cara yang paling jelas agar ion mempunyai mobilitas adalah dengan menggunakan
larutan dalam air. Namun, dalam kasus elektrolisis alumina, larutan dalam air jelas tidak tepat
sebab air lebih mudah direduksi daripada ion aluminum sebagaimana ditunjukkan di bawah ini.
Metoda lain adalah dengan menggunakan lelehan garam. Masalahnya Al2O3 meleleh pada
suhu sangat tinggi 2050 °C, dan elektrolisis pada suhu setinggi ini jelas tidak realistik. Namun,
titik leleh campuran Al2O3 dan Na3AlF6 adalah sekitar 1000 °C, dan suhu ini mudah dicapai.
Prosedur detailnya adalah: bijih aluminum, bauksit mengandung berbagai oksida logam sebagai
pengotor. Bijih ini diolah dengan alkali, dan hanya oksida aluminum yang amfoter yang larut.
Bahan yang tak larut disaring, dan karbon dioksida dialirkan ke filtratnya untuk menghasilkan
hidrolisis garamnya. Alumina akan diendapkan.
Alumina yang didapatkan dicampur dengan Na3AlF6 dan kemudian garam lelehnya
dielektrolisis. Reaksi dalam sel elektrolisi rumit. Kemungkinan besar awalnya alumina bereaksi
dengan Na3AlF6 dan kemudian reaksi elektrolisis berlangsung.
1. Bauksit mengandung berbagai mineral dengan kadar bervariasi, bila kandungan Al2O3
dominan baru dinamakan bauksit.
2. Dilakukan proses penggilingan sampai ukuran <35 mesh atau 0,417 mm
3. Proses melarutkan Al2O3 yang terdapat pada bauksit dengan larutan soda api pada konsenttrasi
dan suhu tertentu dengan menggunakan uap sebagai media penghantar panas dalam tabaung
baja yang tahan terhadap tekanan yang ditimbulkan uap.
4. Proses untuk memisahkan larutan Al2O3 dari benda – benda padat yang tidak larut dan
disilication product, endapan dari persenyawaan yang terbentuk antara silica reaktif dengan
5. Penyaringan larutan Al2O3 dari koloid – koloid dan benda padat lainnya sehingga diperoleh
diusahakan mengambil larutan – larutan Al2O3 dan caustic soda yang masih terdapat bersama
7. Terhadap larutan Al2O3 bening dilanjutkan dengan proses presipitasi Al2O3 melalui tangki
besar yang dinamakan presipitator dan dengan menambahkan seed yang terdiri dari hidrat
Al2O3 yang halus, proses presipitasi dipercepat dan membangun partikel – partikel Al 2O3 yang
diambil sebagai produksi, sedangkan hidrat Al2O3 yang masih halus dikembalikan ke dalam
9. Hidrat Al2O3 yang berukuran besar, selanjutnya melalui putaran (rotary) dikalsinasi
(dipanggang) sedemikian rupa untuk mengeluarkan kadar air dan molekul air yang terikat
10. Alumina hasil dari kalsinasi adalah hasil akhir dari pabrik alumina, yang siap untuk
Fe2O3 tidak larut dalam basa yang dihasilkan, sehingga bisa dipisahkan melalui
penyaringan. SiO2 larut dalam bentuk silikat Si(OH)62-. Ketika cairan yang dihasilkan
didinginkan, terjadi endapan Al(OH)3, sedangkan silikat masih larut dalam cairan tersebut.
Al(OH)3 yang dihasilkan kemudian dipanaskan