Professional Documents
Culture Documents
Artikel Skripsi
( Forsep Maliki1 , Dr. Ir. Endang Yuli H, MS2 , Prof. Dr. Ir. Diana Arfiati, MS3 )
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Telah diteliti upaya dan tingkat upaya dalam konservasi ekosistem padang lamun di pesisir
Lempuyang Taman Nasional Baluran, pada bulan November 2008 dengan metode survei.
Kerusakan padang lamun dikategorikan dalam 3 tingkat. Kerusakan tertinggi (89%) ditemukan di
stasiun 2 yaitu daerah pemukiman. Tingkat kerusakan lebih rendah (80%) ditemukan di stasiun 1
yaitu daerah mangrove dekat pemukiman. Ekosistem padang lamun dengan kerusakan terendah
(20,5%) ditemukan pada stasiun 3 yaitu daerah yang jauh dari pemukiman. Persepsi masyarakat
sekitar terhadap ekosistem padang lamun tergolong rendah (<50%). Pengelola Taman Nasional
Baluran telah mengupayakan konservasi terdiri dari upaya pemanfaatan, yaitu dengan cara
memanfaatkan ekosistem padang lamun sebagai daerah ekowisata dan upaya pengawetan, yaitu
melakukan pengamanan kawasan laut agar ekosistem tersebut terhindar dari aktivitas perusakan.
Diperlukan adanya pelibatan dan pemberdayaan masyarakat sehingga upaya konservasi ekosistem
padang lamun menjadi optimal.
ABSTRACT
The conservation level effort to the seagrass meadow at Lempuyang coast in the Baluran
National Park Situbondo was surveied on November 2008. The seagrass ecosystem can divide by
3 levels of degradation. The high degradation (89%) found in stasiun 2 that closed to village. The
lower degradation (80%) found in stasiun 1 that closed to village and mangrove area. The lowest
degradation (20,5%) found in station 3 which far from village. The villagers who lived around
Lempuyang coast have low in perception (<50%) to seagrass meadow. However, the manager of
Baluran National Park and the villagers use the seagrass meadow and its ecosystem for
ecotourism, and also keep it for conservation.
1
Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
2
Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
3
Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
2
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Sedangkan konservasi exsitu adalah konservasi keanekaragaman jenis dan genetik yang
dilakukan di kebun raya dan arboretum.
Partisipasi Masyarakat
Partisipasi berarti turut aktif dalam suatu proses kegiatan bagi siapapun yang terlibat
dan berkepentingan atau berkaitan dengan proses yang bersangkutan. Tujuan partisipasi
adalah mengikut sertakan masyarakat secara aktif dalam proses pengelolaan sumber daya
perikanan. Menurut Murdiyanto (2004) partisipasi adalah :
1. Upaya pembelajaran untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
konservasi sumberdaya perikanan.
2. Upaya mempercepat tercapainya keberhasilan proses pengelolaan sumberdaya
perikanan.
Aspek positif dalam pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam
menurut Carter dalam Zulkifli (2003), yaitu : mampu mendorong timbulnya pemerataan
dalam pemanfaatan sumberdaya alam, mampu merefleksi kebutuhan-kebutuhan masyarakat
lokal yang spesifik, mampu meningkatkan efisiensi secara ekologis dan teknis, responsif dan
adaptif terhadap perubahan kondisi sosial dan lingkungan lokal, mampu meningkatkan
manfaat lokal bagi seluruh anggota masyarakat, mampu menumbuhkan stabilitas dan
komitmen, dan masyarakat lokal termotivasi untuk mengelola secara berkelanjutan.
METODE PENELITIAN
Materi Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian, terlebih dahulu diteliti permasalahan dalam aspek
biofisik padang lamun meliputi status kondisi padang lamun dan kualitas perairan di
ekosistem tersebut serta bagaimana persepsi masyarakat sekitar terhadap padang lamun.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan evaluasi formatif dengan metode survei deskriptif, yaitu
mengadakan kegiatan pengumpulan, analisis dan interpretasi data untuk mendeskripsikan
keadaan yang terjadi pada saat penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
observasi langsung ke lapang.
diperlukan oleh peneliti (Mustafa, 2000). Responden yang dipilih untuk wawancara disajikan
pada tabel 1.
Tabel 1. Responden untuk Wawancara.
No Daftar Responden
1. Pengguna
Masyarakat Pesisir Lempuyang :
1. Ketua RT pesisir Lempuyang (Pak Kusnadi)
2. Kepala Keluarga pesisir Lempuyang (20 KK)
2. Pengelola
Balai Taman Nasional Baluran :
1. Pengendali Ekosistem Hutan (Arif Pratiwi)
2. Kepala resort PTNW Labuhan Merak (Pak Siswanto)
3. Polisi Hutan resort PTNW Labuhan Merak (Pak Untung Sumarno)
Persepsi Masyarakat
A. Keadaan responden
Responden yang dipilih adalah seluruh Kepala Keluarga termasuk Ketua RT di pesisir
Lempuyang (20 KK). Pemilihan responden tersebut berdasarkan penjelasan Pak Siswanto
bahwa peraturan dan kebijakan mengenai upaya konservasi ekosistem pesisir disosialisasikan
kepada seluruh Kepala Keluarga. Berdasarkan analisis wawancara dengan masyarakat,
diperoleh komposisi responden adalah pria (18 jiwa) dan wanita (2 jiwa), Umumnya berusia
produktif (16 jiwa) dengan tingkat pendidikan rata-rata setara SD/tidak tamat (13 jiwa). Mata
pencaharian responden umumnya adalah petani dan pengembala sapi (16 jiwa).
7
B. Variabel mengetahui
Hasil pengamatan mengenai pengetahuan responden terhadap fungsi ekosistem padang
lamun dan komponen konservasinya, diketahui bahwa responden rata-rata menjawab kurang
mengetahui tentang upaya konservasi ekosistem padang lamun, dengan kisaran persentase 30-
75%. Responden dengan jawaban mengetahui hanya pada indikator pertanyaan kedua (5%)
dan ketiga (15%) yaitu pengetahuan mengenai upaya pelestarian dan perlindungan. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.
100
75 Variabel :
Pers entas e
50 Mengetahui
Kurang mengetahui
25
Tidak mengetahui
0
1 2 3 4
Indikator
C. Variabel memahami
Hasil pengamatan mengenai pemahaman responden terhadap fungsi ekosistem padang
lamun dan komponen konservasinya, diketahui bahwa responden rata-rata menjawab tidak
memahami tentang upaya konservasi ekosistem padang lamun, dengan kisaran persentase 55-
100%. Responden dengan jawaban memahami hanya pada indikator kedua dan ketiga dengan
persentase 10%, yaitu pemahaman terhadap upaya pelestarian dan perlindungan. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.
100
Variabel :
Pers entas e
75
Memahami
50
Kurang memahami
25
Tidak memahami
0
1 2 3 4
Indikator
bahwa persepsi bisa dikatakan baik apabila jumlah masyarakat yang mengetahui dan paham
lebih dari 50% dan rendah apabila jumlah masyarakat yang mengetahui dan paham kurang
dari 50%.
80
60 Kondisi:
p e rs e n ta s e
m is k in
40
k uran g s eha t
20 s eha t
0
1 2 3
S tas iun
Gambar 3 menunjukkan bahwa pada stasiun 1 terdapat padang lamun kondisi sehat
(20%), miskin (60%) dan kurang sehat (20%). Kondisi padang lamun rusak lebih tinggi (80%)
daripada kondisi baik (20%).
Pada stasiun 2, terdapat padang lamun kondisi sehat (10.3%), miskin (34.5%) dan
kurang sehat (55.2%). Kondisi padang lamun rusak lebih tinggi (89.7%) daripada kondisi baik
(10.3%).
Pada stasiun 3 terdapat padang lamun kondisi sehat (79.5%), miskin (2.6%) dan kurang
sehat (17.9%). Kondisi padang lamun baik lebih tinggi (79.5%) daripada kondisi rusak
(20.5%).
9
Hasil penelitian pada masing-masing stasiun menunjukkan bahwa secara umum padang
lamun pada stasiun 1 dan 2 dalam kondisi rusak. Hal ini diduga dipengaruhi oleh aktivitas
masyarakat di sekitar stasiun tersebut yang menyebabkan terjadinya sedimentasi dan
pencemaran. Berbeda pada stasiun 3, terdapat padang lamun dalam kondisi baik sehingga
ekosistem tersebut mendukung keberadaan biota laut.
C. Kondisi kualitas air
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.51 Th. 2004 tentang Baku
Mutu Air Laut untuk Biota Laut, maka kualitas air di pesisir Lempuyang berada dalam status
tercemar. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 menunjukkan bahwa parameter kualitas air meliputi phospat (4.19-5.07 mg/l),
nitrat (4.34-6.45 mg/l) dan timbal (0.12-0.20 mg/l) di perairan pesisir Lempuyang telah
melampaui kisaran nilai baku mutu air laut untuk biota laut dan mengindikasikan bahwa
perairan tersebut berada dalam kondisi tercemar atau mengalami penurunan kualitas. Kondisi
tersebut memungkinkan perairan bersifat toksik bagi biota-biota laut yang hidup dalam
ekosistem padang lamun.
4
Pengendali Ekosistem Hutan (PEH)
10
jenis biota laut, terumbu karang dan mangrove. Padang lamun belum diupayakan
konservasinya karena kondisinya masih cukup baik.
Pernyataan tersebut cukup disayangkan karena terumbu karang, padang lamun dan
mangrove merupakan kesatuan ekologis yang saling berkaitan. Untuk itu, nilai-nilai
konservasi ekosistem padang lamun seharusnya juga perlu diperhatikan sehingga proses
ekologis ketiga ekosistem tersebut terjaga.
0% 11%
(belum (tidak baik)
diupayakan)
89% Aspek :
(sangat Biofisik
baik) Kelembagaan dan Hukum
Sosial Masyarakat
0%
(belum
diupayakan)
100%
(sangat
Aspek :
baik) Biofisik
Sosial Masyarakat
33.33 %
(Kurang baik)
66.67 %
(Baik)
Komponen :
pengawetan dan perlindungan
pemanfaatan
Kesimpulan
Padang lamun pada stasiun 1 dan 2 dalam kondisi miskin (80% dan 89.7%), sedangkan
pada stasiun 3 dalam kondisi baik (80%). Pengawetan ekosistem padang lamun melalui upaya
perlindungan sudah mencakup aspek biofisik (tidak baik (11%)) dan kelembagaan-hukum
(sangat baik (89%)). Upaya pemanfaatan sudah mencakup aspek biofisik (sangat baik
(100%)). Pada kedua komponen konservasi yang belum diupayakan pada aspek sosial-
ekonomi masyarakat. Tingkat upaya komponen konservasi, diperoleh kriteria baik pada
komponen pengawetan (67.7%) dan kurang baik pada komponen pemanfaatan (33.3%).
Saran
Diperlukan adanya upaya konservasi meliputi pengawetan, perlindungan, dan
pemanfaatan terhadap keanekaragaman genetik dan spesies dalam ekosistem padang lamun.
Diperlukan juga pemberdayaan terhadap masyarakat sehingga upaya konservasi menjadi
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Bengen DG. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip
Pengolahannya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Dahuri R.J, Rais SP, Ginting MJ, Sitepu. 2001. Pengolahan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu, Edisi Revisi. PT. Pradnya Paramitha. Jakarta.
Fahruddin. 2002. Pemanfaatan, Ancaman, dan Isu-isu Pengelolaan Sumberdaya Ekosistem Padang
Lamun. Makalah Falsafah Sains (PPS 702) Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
13
Hutomo M. 1999. Proses Peningkatan Nutrien Mempengaruhi Kelangsungan Hidup Lamun. Reef
Research Volume 09 Nomor 1.
Iskandar J. 2000. Konservasi . Warta Kehati Edisi Juni-Juli. Jakarta.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku
Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun.
Mustafa H. 2000. Teknik Sampling. Versi HTML google dari berkas
http://home.unpar.ac.id/~hasan/SAMPLING.doc.
Murdiyanto B. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Pantai. COFISH Project. Jakarta.
Patria I. 2009. Akumulasi Logam Berat Timbal (Pb) pada Lamun di Pesisir Lempuyang Taman
Nasional Baluran. Laporan Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. Tidak
diterbitkan.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan
Laut
Rahayu DM. 2008. Analisis Upaya Konservasi Sub-Sub DAS Kali Ampo di Kota Batu. Laporan
Skripsi.. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. Tidak diterbitkan.
Tomascik JW, AJ. Mah, A. Nontji, MK. Moosa. 1997. The Ecology of the Indonesians Seas, Part
Two. Periplus Edition (HK) Ltd. Singapore.
Zulkifli. 2003. Pengelolaan dan Pengembangan Ekosistem Padang Lamun Berwawasan
Lingkungan, Berbasis Masyarakat dan Berkelanjutan. Makalah Falsafah Sains (PPS702).
Program Pasca Sarjana / S3. Institut Pertanian Bogor. Posted 13 November 2003.
14
Lampiran 2. Upaya dan Tingkat Upaya Konservasi Ekosistem Padang Lamun di Pesisir
Lempuyang