You are on page 1of 5

KONFLIK BATIN SEORANG GURU

DALAM NOVEL SANG GURU

KARYA MOCHTAR LUBIS

A. Pendahuluan

Jalan Tak Ada Ujung, sebuah novel karya Mochtar tahun 1952 terbitan Yayasan Obor
Indonesia. Novel ini mengangkat masalah ketakutan batin seorang guru pada masa revolusi
kemerdekaan. Pada pembuka sebelum masuk pada halaman penceritaan novel, tercantum sebuah
pertanyaan “ Apakah yang harus kita punyai, agar kita bebas dari ketakutan? (Jules Romains).
Novel dengan tebal 167 halaman tersebut, terdiri atas 10 bagian alur cerita yang menceritakan
kehidupan seorang guru yang bernama Isa. Isa adalah tokoh utama dalam novel ini. Dia
berprofesi sebagai guru. Istrinya bernama Fatimah. Mereka tinggal bertiga dengan anak
angkatnya yang bernama Salim. Profesi guru tidak membawanya dalam kehidupan yang serba
kecukupan. Keluarga Guru Isa hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan. Bahkan
untuk makan sehari-hari saja, Istrinya bersusah-payah mencari hutang untuk membeli makan.
Hal tersebut yang menyebabkan kurang harmonisnya kehidupan keluarga guru Isa. Ditambah
lagi, penyakit impoten Guru Isa yang tidak mampu memberikan kepuasan kebutuhan seksual
kepada Fatimah. Keadaan tersebut seiring berjalannya waktu tak menyurutkan kebersamaan
hidup mereka walaupun timbul ketidakharmonisan kehidupan mereka.
Menjalani hidup yang kian hari kian berganti kisah dan cerita, kehidupan Guru Isa selalu
diusik sebuah ketakutan yang ada dalam dirinya. Ketakutannya itu tampak setiap saat dia
mendengar tembakan pasukan serdadu Inggris menyerbu rakyat pribumi yang tak berdosa. Pada
saat suasana sunyi, Guru Isa berjalan kaki hendak ke sekolahnya, tiba-tiba terdengar suara
tembakan di gang Jaksa dan itu adalah pertama kalinya terdengar oleh Guru Isa yang selanjutnya
mengakibatkan hidup terkurung dalam sebuah ketakutan.
Guru Isa memiliki sahabat yang sangat baik dan mahir memainkan biola. Dia bernama Hazil.
Melihat kondisi buruk akibat penyerangan serdadu Inggris, hazil mengajak Guru Isa untuk ikut
bergabung dalam sebuah organisasi pemberontakan. Atas ajakannya tersebut, Guru Isa menetujui
walaupun dengan keadaan terpaksa.
Persiapan langkah awal rencana pemberontakan terhadap serdadu-serdadu tersebut, Gru Isa
dan Hazil mendapat tugas mengambil senjata serta bom tangan yang berada di Asam reges yang
kemudian disimpan di daerah manggarai, lalu disembunyikan ke Karawang.
Selama melakukan tugas tersebut, Guru Isa terus bergelut dengan ketakutan dalam dirinya.
Akan tetapi, dengan segala ketakutan yang menyelinutinya tersebut tidak mempengaruhu aksi
penyelundupan organisasi pemberontakan mereka. Aksi mereka tersebut berjalan lancar dan
terkendali.
Hazil, sahabat Guru Isa sering berkunjung ke rumahnya. Tak heran karena mereka bergabung
dalam organisasi pemberontakan yang sama dan memaksa mereka untuk sering bertatap muka
untuk membahas rencana mereka. Tanpa disadari, semakin sering Hazil berkunjung ke
rumahnya, bahkan setiap hari, tak menyurutkan perasaan saling mencintai antara Karena merasa
tidak bisa dipuaskan secara batin oleh guru Isa, istrinya kemudian berselingkuh dengan teman
guru Isa sendiri, Hazil. Guru Isa tahu akan hal itu, tetapi ia lebih memilih untuk diam.
Serdadu Inggris kemudian meninggalkan Indonesia setelah adanya perjanjian Linggar Jati. Akan
tetapi, kondisi tersebut bukanlah sesuatu yang mengenakan. Beberapa saat setelah kepergian
serdadu Inggris, serdadu Belanda kemudian datang kembali ke Indonesia.
Puncak pemberontakan mereka terjadi ketika guru Isa, Hazil, dan Rakhmat, temannya,
merencanakan untuk menyerang serdadu Belanda disebuah bioskop, bioskop Rex namanya.
Mereka melemparkan bom tanggan di depan pintu masuk bioskop tersebut. Beberapa serdadu
Belanda terluka akibat ledakan bom tersebut. Setelah itu mereka bertiga pulang ke tempat
masing-masing dan tidak saling member kabar untuk selang waktu yang lama.
Hazil kemudian dapat ditangkap oleh polisi militer, ia mengakui apa yang telah ia perbuat
dan menyebutkan siapa saja yang terlibat dalam kasus itu. Tak lama kemudian guru Isa
menyusul Hazil ditangkap polisi. Mereka berdua disiksa karena mereka tetap tidak mau mengaku
di mana Rakhmat, rekannya itu bersembunyi.
Begitu gambaran novel jalan Tak Ada Ujung tentang kisah Guru Isa yang selalu merasa
terluka hatinya jika dikatakan padanya bahwa yang dirasakan tak lain adalah rasa takut. Akan
tetapi, pada dirinya sendiri dia tidak hendak mengakui bahwa dia takut, rasa takutnya itu ia
melakukan perbuatan yang berani dan bersifat kepahlawanan.
B. Pembahasan Teori

Novel Jalan Tak Ada Ujung ini sangat relevan jika dikaji lebih detail dengan pendekatan
psikologi sastra. Mochtar Lubis dalam novelnya tersebut menganut teori psikoanalisis yang
menceritakan konflik batin seseorang. Pendekatan psiklogi sastra sendiri merupakan metode
penganalisisan sastra berdasarkan sudut pandang psikologi serta berolak dari asumsi bahwa
karya sastra selalu membahas mengenai kejadian, konflik, serta peristiwa yang terjadi dan
bagaimana manusia mennyikapinya.

Oleh karena itu, pendekatan psikologi sangat tepat digunakan untuk mengkaji seperti apa
konflik batin yang dialami tokoh utama, yakni Guru Isa dalam novel Jalan Tak Ada Ujung.
Berikut kutipan yang menyangkut tokoh Guru Isa dalam kemelut batin jiwanya.

Guru Isa menutup mukanya dengan kedua tangannya dan mengerang perlahan-lahan. Dia
tidak tahu. Tapi apa yang dirasakannya sekarang ialah reaksi yang lambat yang sekarang timul
dari perasaannya yang tertekan tadi. (hal.19).

Guru Isa berkeinginan hendak memeluk istrinya, tetapi keinginan itu ia tekan. Di tempat lain
ia ingin mengadakan konfrontasi mengenai cinta dengan istrinya tetapi ia tekan juga
perasaannya. (hal. 32)

Kutipan tersebut menyiratkan bagaimana suasana batin yang kemelut dirasakan dalam diri
Guru Isa. Dia hanya bisa menahan luapan rasa yang sungguh tak bisa ditunjukkan kepada
keadaan disekelilingnya. Dia tidak bereaksi dan hanya bisa terdiam menahan konflik batin
dengan terpaksa.

Kemudian kutipan selanjutnya”Amat berat terasa bagi guru Isa untuk merenggut matanya
dari Fatimah, karena hingga akhirnya dia masih berharap juga. Dalam hatinya, sebagai biasa juga
pada waktu-waktu seperti ini. Dia amat benci dan sedih melihat sinar mata Fatimah yang tiada
mengandung kasih dan cinta”.

Secara detail diungkap dalam kutipan tersebut bahwa begitu pahit derita batin yang dialami
Guru Isa yang secara psikis terhadap ketakutan yang dirasakannya tak menutup pula rasa
ketakutan lain akan kehilangan rasa cinta yang diberikan oleh Fatimah, istrinya. Sebenarnya
begitu dalam hasrat dan besar cinta yang diberikan kepada istrinya itu walau terkadang sulit
dipahami oleh keduanya dan hanya menyiksa batin Guru Isa.

C. Analisis

Jalan Tak Ada ujung menarik sekali jika digali lebih dalam mengenai segi judul yang
diangkat oleh pengarangnya. Banyak sekali terungkap pada bacaan novel ini tentang alasan
pemiihan judul. Berikut kutipannya.
Kebahagiaan manusia adalah dalam perkembangan seorang-seorang yang sempurna dan
harmonis dengan manusia lain. Negara hanya alat. Dan individu tidak boleh diletakkan di bawah
negara. Ini musik hidupku. Ini perjuanganku. Ini jalan tak ada ujung yang ku tempuh. Ini
revolusi yang kita mulai. Revolusi hanya alat mencapai kemerdekaan. Dan kemerdekaan juga
alat memperkaya kebahagiaan dan kemuliaan penghidupan manusia-manusia. (hal 46)
Saya sudah tahu-semenjak mula- bahwa jalan yang kutempuh ini adalah tidak ada ujung. Dia
tidak akan ada habis-habisnya kita tempuh. Mulai dari sini, terus, terus, terus, tidak ada
ujungnya. Perjuangan ini, meskipun kita sudah merdeka, belum juga sampai ke ujungnya. Di
mana ada ujung jalan perjuangan dan perburuan manusia mencari bahagia? Dalam hidup
manusia selalu setiap wakyu ada musuh dan rintangan-rintangan yang harus dilawan dan
dikalahkan. Habis satu muncul yang lain, demikian seterusnya. Sekali kita memilih jalan
perjuangan, maka itu jalan tak ada ujungnya. Dan kita, engkau, semuanya telah memilih jalan
perjuangan.(hal 49)
Kedua kutipan di atas cukup jelas bahwa dalam kehidupan manusia tak akan berhenti dalam
suatu titik. Masih ada kehidupan yang mereka tempuh. Manusia tak dapat menghentikannya
karena jalan yang ditempuh tersebut sebenanya mereka sendiri yang memilihnya.
Jalan Tak Ada Ujung, sebuah penceritaan yang tak lepas dari kehidupan bahwa manusia
hidup berdekatan dengan sebuah problema yang cukup rumit tergantung bagaimana manusia itu
menyikapinya dan mencari jalan keluar. Begitu pula dengan novel Jalan Tak Ada Ujung. Novel
yang secara implisit mengurai konflik batin dan jiwa tokoh “Guru Isa” yang hidupnya tak lepas
dari ketakutan dan ketakutan yang tak pernah surut. Mencoba mengelakkan tetapi tidak mampu
dengan kondisi yang tak mendukungnya, dia hanya bisa pasrah mengikuti alur kehidupan yang
didekatnya meskipun dalam hati, ia terpaksa melakukannya.
D. Kesimpulan

Novel Jalan Tak Ada Ujung jalan ceritanya seperti benar-benar realis, penggambaran tokoh
tidak secara langsung tapi sangat jelas perbedaan antara tokoh satu dengan tokoh lain. Settingnya
dibuat sedetil mungkin sangat jelas menggambarkan bagaimana keadaan paska kemerdekaan.
Setiap konflik digambarkan dengan tererinci mulai dari penyebab konflik, inti dari konflik
hingga akibat dari konflik itu sendiri.

Banyak pesan yang disampaikan melalui novel tersebut, salah satunya yaitu sebuah pesan
tentang kesetiakawanan yang terjalin antara guru Isa dengan Hazil, mereka berjuang bersama
untuk memberontak terhadap serdadu-serdadu bangsa lain. Juga terdapat pesan kesabaran guru
Isa dalam menjalani kehidupan yang berat baginya. Bahasa yang digunakan sederhana sehingga
mudah dicerna oleh pembaca. Bagian yang paling menarik menurut saya adalah keterikatan
antara konflik yang satu dengan yang lainnya. Banyak terdapat konflik-konflik kecil akan tetapi
semua konflik itu tetap merujuk pada tema novel tersebut, sehingga tidak membuat cerita itu
kabur.

Sarat makna dan berestetis sekali dalam penceritaan tiap alur dalam novel ini. Tak
mengherankan jika dengan novel Jalan Tak Ada Ujung mendapat hadiah sastra dari BMKN.

E. Daftar Pustaka

Lubis, Mochtar. 2010. Jalan Tak ada Ujung. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta ; Pustaka
Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
http://ciew.blogspot.com/2008/12/analisis-novel-jalan-tak-ada-ujung.html

You might also like