Professional Documents
Culture Documents
Contoh 2:
PKP B melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan memperoleh Penggantian Rp 20.0
00.000,00. Maka DPP = Rp. 20.000.000 dan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang =
10% x Rp20.000.000,00 = Rp2.000.000,00.
Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp2.000.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran
, yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak "B".
c. Nilai Impor
Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk d
itambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan perundang-un
dangan Pabean untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk PPN yang dipungut me
nurut UU PPN.
Contoh 3:
PT. Hamida mengimpor bahan baku pada harga CIF Usd. 100.000. Bea masuk 5 %, dan
bea masuk tambahan 2,5%, kurs KMK pada saat itu Rp. 9.000.
Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak adalah :
Harga CIF $ 100.000 x Rp. 9.000 = Rp. 900.000.000
Bea masuk 5 % x Rp. 900.000.000 = Rp. 45.000.000
BM Tambahan 2,5 % x Rp.900.000.000 = Rp. 22.500.000
DPP = Nilai Impor Rp. 967.500.000
PPN terutang = DPP x 10% Rp. 96.750.000
d. Nilai Ekspor
Nilai ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau se
harusnya diminta oleh eksportir.
Contoh 4:
PT. Zaki Putra Perkasa mengekspor BKP seharga $ 50.000 kurs KMK 9.000.
Dasar Pengenaan Pajak = $50.000 x Rp. 9.000 = Rp. 45.000.000
PPN terutang = DPP x 0% = Rp. 45.000.000 x 0% = Rp. 0.
e. Nilai Lain
Nilai Lain adalah suatu nilai berupa uang yang digunakan sebagai Dasar Pengenaan
Pajak untuk penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena pajak yang memenuhi Kri
teria tertentu. Pengenaan dengan menggunakan nilai lain diatur dalam Keputusan M
enteri Keuangan No. 567/KMK.04/2000 jo. KMK No. 251/KMK.03/2002. Nilai Lain yan
g ditetapkan tersebut adalah :
o Pemakaian sendiri
DPP untuk pemakaian sendiri BKP dan atau JKP adalah harga jual atau harga pengga
ntian tidak termasuk laba kotor.
Contoh 5:
PT. Riau Shoes, PKP, perusahaan industri sepatu pada Tgl. 28 Januari, menyerahka
n kepada karyawan, sejumlah sepatu dengan harga jual Rp. 6.000.000, termasuk lab
a kotor 20 %.
DPP atas pemakaian sendiri tersebut adalah :
Harga jual Rp. 6.000.000
Laba kotor 20/120 x 6.000.000 = Rp. 1.000.000
Dasar Pengenaan Pajak = Rp. 5.000.000
PPN terutang = DPP X 10% = Rp. 500.000
o Pemberian Cuma-Cuma
DPP adalah harga jual atau harga penggantian setelah dikurangi laba kotor.
Contoh sama seperti pemakaian sendiri
o Penyerahan BKP kepada Pedagang Perantara atau Melalui Juru Lelang
Dasar Pengenaan Pajak adalah harga lelang.
Contoh 6:
Harga lelang atas BKP X sebesar Rp. 50.000.000
Maka :
Dasar Pengenaan Pajak = Rp. 50.000.000
PPN terutang = 10% x DPP = Rp. 5.000.000
o Penyerahan Rekaman Suara/Gambar
DPPnya adalah perkiraan harga jual rata-rata.
o Penyerahan Film Cerita
DPPnya adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film.
o Persediaan BKP yang tersisa Saat Pembubaran Perusahaan
Dasar Pengenaan Pajaknya adalah Harga Pasar yang wajar.
o Penyerahan BKP dan atau JKP dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan Pen
yerahan BKP dan atau JKP antar Cabang
Dasar Pengenaan Pajak adalah harga jual atau harga penggantian setelah dikurangi
laba kotor.
o Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan sepanjan
g PPN atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan.
Dasar Pengenaan Pajaknya adalah Harga Pasar yang wajar.
Pajak masukan yang dibayar oleh PKP yang menggunakan DPP nilai lain di atas teta
p dapat dikreditkan, sepanjang berhubungan langsung dengan kegiatan usahanya dan
menggunakan faktur pajak Standar.
o Penyerahan Jasa Biro Perjalanan atau Pariwisata
Dasar Pengenaan Pajak = 10 % x jumlah tagihan atau jumlah yang seharusny
a ditagih.
o Penyerahan Jasa Pengiriman Paket
Dasar Pengenaan Pajak = 10 % dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharu
snya ditagih.
o Penyerahan Kendaraan Bermotor Bekas
Dasar Pengenaan Pajak = 10 % dari harga jual.
o Penyerahan Jasa Anjak Piutang
Dasar Pengenaan Pajak = 5 % x jumlah seluruh imbalan yang diterima berup
a service charge, provisi, dan diskon.
Pajak masukan yang dibayar oleh PKP Biro Perjalanan/pariwisata, jasa pengiriman
paket, Kendaraan bermotor bekas, jasa anjak piutang yang menggunakan DPP nilai l
ain di atas tidak dapat dikreditkan, karena pajak masukan atas perolehan BKP dan
atau JKP dalam rangka usaha telah diperhitungkan dalam nilai lain.
o Ketentuan Nilai Lain Bagi Pedagang Eceran
KMK 567/KMK.04/2000 menentukan Dasar Pengenaan Pajak dengan nilai lain yang dapa
t digunakan Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran dengan cara sebagai berikut :
PPN terutang = 10% X Harga Jual Barang Kena Pajak.
Jumlah PPN yang harus dibayar oleh PKP Pedagang Eceran = 10% X 20% X jumlah sel
uruh penyerahan barang dagangan.
Sejak berlakunya KMK 251/KMK.03/2002, Ketentuan KMK 567/KMK.04/2000 tentang nila
i lain bagi PKP Pedagang Eceran yang membayar PPN sebesar 2 % dihapus.
o Penyerahan Rumah / Tanah Siap Bangun oleh Real / Industrial Estat.
Dasar Pengenaan Pajaknya diatur dalam Surat Edaran No. 55/PJ.3/1985 jo. S.1376/P
J.3/1986.
Apabila PKPnya melakukan penyerahan Tanah Matang
DPP = 80 % x harga jual.
Apabila PKPnya melakukan penyerahan Bangunan beserta Tanah Matang
DPP = 100% Harga Jual bangunan + 80% (harga jual tanah)
Pajak masukan atas transaksi penjualan bangunan dan tanah matang dapat dikreditk
an.
Tetapi sejak 1 Juni 2002 berdasarkan SE-22/PJ.51/2002 DPP tanah matang adalah 10
0 % x harga jualnya. Dan Faktor pengurang sebesar 20 % dinyatakan tidak berlaku.
Dengan DPPnya menjadi :
DPP = 100% (Harga Jual bangunan + harga jual tanah)
o Dasar Pengenaan Pajak Apabila Terdapat PPnBM (PP 143 tahun 2000 jo PP 24
tahun 2002)
Atas penyerahan BKP yang tergolong mewah yang dilakukan oleh PKP yang menghasilk
an BKP yang tergolong mewah, Dasar Pengenaan Pajak PPN tidak termasuk PPN & PPn
BM yang dikenakan atas penyerahan BKP tersebut.
Atas penyerahan BKP yang tergolong mewah yang dilakukan oleh PKP selain pengusah
a yang menghasilkan BKP yang tergolong mewah atau oleh PKP yang melakukan Impor
BKP yang tergolong mewah, Dasar Pengenaan Pajak PPN termasuk PPn BM yang dikenak
an atas perolehan atau atas impor yang tergolong mewah tersebut.
Contoh 7:
Produsen BKP yang tergolong mewah menjual BKP tersebut
kepada PKP Pedagang biasa sbb :
Harga jual Rp. 100.000.000
PPN Rp. 10.000.000
PPnBM asumsi 20 % Rp. 20.000.000
Jumlah yang harus dibayar PKP biasa Rp. 130.000.000
Kemudian PKP Pedagang biasa menjual lagi BKP tersebut, kepada PKP Pedagang lainn
ya, sbb:
Harga Beli PKP P Rp. 100.000.000
PPnBM yang telah dibayar Rp. 20.000.000
Keuntungan yang diharapkan Rp. 15.000.000
Maka Dasar Pengenaan Pajak Rp. 135.000.000
Contoh 8:
Pengusaha Kena Pajak C mengimpor Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah, sebagai
berikut :
Nilai Impor = Rp 200.000.000
Pajak Pertambahan Nilai = Rp 20.000.000
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (misalnya dengan tarif 30%) = Rp
60.000.000 +
Jumlah yang dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak C = Rp 280.000.000
Kemudian Pengusaha Kena Pajak C tersebut menjual Barang Kena Pajak tersebut kepa
da konsumen sebagai berikut :
Harga Beli Pengusaha Kena Pajak C = Rp 200.000.000
Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang telah dibayar = Rp 60.000.0
00
Keuntungan yang diharapkan = Rp 40.000.000 +
Dasar Pengenaan Pajak = Rp 300.000.000
Pajak Pertambahan Nilai 10% x Rp 300.000.000,00 = Rp 30.000.000
+
Jumlah yang dibayar oleh konsumen = Rp 330.000.000