You are on page 1of 42

INSTRUMEN PENELITIAN

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari

OLEH

TJUTJU SOENDARI

JURUSAN PLB FIP UPIPENDAHULUAN

• Di dalam penelitian diharapkan diperoleh data-data yang

valid, reliabel, dan obyektif

• Valid (tepat menggambarkan apa yang sebenarnya

atau mengukur apa yang diukur)

• Reliabel (tetap, ajeg,konsisten, terandalkan, dapat

dipercaya kebenarannya)

• Obyektif (sesuai dengan kenyataan)

• Untuk memperoleh data yang valid, reliabel dan obyektif

diperlukan perangkat instrumen tertentu sebagai alat

pengumpul data di dalam penelitian

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari

• Di dalam penelitian diharapkan diperoleh data-data yang

valid, reliabel, dan obyektif

• Valid (tepat menggambarkan apa yang sebenarnya

atau mengukur apa yang diukur)

• Reliabel (tetap, ajeg,konsisten, terandalkan, dapat

dipercaya kebenarannya)

• Obyektif (sesuai dengan kenyataan)

• Untuk memperoleh data yang valid, reliabel dan obyektif

diperlukan perangkat instrumen tertentu sebagai alat

pengumpul data di dalam penelitianProsedur Umum Pengembangan

Instrumen Penelitian

• Butir-butir pertanyaan/pernyataan di dalam

instrumen penelitian harus

menggambarkan apa yang ingin diungkap

melalui penelitian

• Oleh karena itu, butir

pertanyaan/pernyataan penelitian harus


diturunkan dari masalah penelitian

• Prosedur umum dapat ditempuh dalam

menyusun instrumen penelitian adalah

sebagai berikut.

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari

• Butir-butir pertanyaan/pernyataan di dalam

instrumen penelitian harus

menggambarkan apa yang ingin diungkap

melalui penelitian

• Oleh karena itu, butir

pertanyaan/pernyataan penelitian harus

diturunkan dari masalah penelitian

• Prosedur umum dapat ditempuh dalam

menyusun instrumen penelitian adalah

sebagai berikut.a. Merumuskan pokok-pokok masalah secara operasional

sehingga jelas aspek-aspek apa saja yang akan

diungkapkan di dalam penelitian tersebut

b. Menyusun kisi-kisi/lay out instrumen sebagai

pedoman/panduan untuk menulis butir-butir pertanyaan/

pernyataan

c. Dalam kisi-kisi sedikitnya harus tergambarkan: (1) pokok

masalah, (2) perincian masalah, (3) sumber data

(responden penelitian), dan (4)Jenis instrumen yang akan

digunakan

d. Penulisan butir pertanyaan sesuai dengan rincian

masalah

e. Uji coba instrumen

f. Penyusunan instrumen dalam format yang memadai

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari

a. Merumuskan pokok-pokok masalah secara operasional

sehingga jelas aspek-aspek apa saja yang akan

diungkapkan di dalam penelitian tersebut

b. Menyusun kisi-kisi/lay out instrumen sebagai


pedoman/panduan untuk menulis butir-butir pertanyaan/

pernyataan

c. Dalam kisi-kisi sedikitnya harus tergambarkan: (1) pokok

masalah, (2) perincian masalah, (3) sumber data

(responden penelitian), dan (4)Jenis instrumen yang akan

digunakan

d. Penulisan butir pertanyaan sesuai dengan rincian

masalah

e. Uji coba instrumen

f. Penyusunan instrumen dalam format yang memadaiContoh Format Kisi-Kisi Instrumen

PENELITIA POKOK RINCIAN DESKRIPTOR ITEM SUMBER JENIS


N MASALAH(VARIABEL MASALAH(INDIKATOR NOMOR INFORMAS INSTRUMEN
PENELITIAN VARIABEL) I YANG
DIGUNAKAN
4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju SoendariContoh Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Pokok

Masalah

(Variabel

penelitian)

Rincian

Masalah

(Indikator

Variabel)

Deskriptor Nom

or

Item

Sum

ber

Infor

masi

Jenis

Instrumen

yang

digunakan

Motivasi
Berpresta

si

1. Ketekunan

belajar

2. Bersaing

3. Mengharga

i karya

orang lain

4. Kreativitas

5. Cita-cita,

dst

a. Frekuaensi

belajar

b. Pemanfaatan

waktu luang

c. Kunjungan ke

perpustakaan

d. Jumlah buku

yang dibaca

e. dst

1,2,3

4.5,

dst

Mhs

PLB

Kary.

D2

Angket

Rumusan Masalah: Bagaimana Motivasi Berprestasi MHS PLB Kary.D2

dalam Menempuh Kesarjanaan di UPI?

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari

Motivasi

Berpresta
si

1. Ketekunan

belajar

2. Bersaing

3. Mengharga

i karya

orang lain

4. Kreativitas

5. Cita-cita,

dst

a. Frekuaensi

belajar

b. Pemanfaatan

waktu luang

c. Kunjungan ke

perpustakaan

d. Jumlah buku

yang dibaca

e. dst

1,2,3

4.5,

dst

Mhs

PLB

Kary.

D2

AngketUJI COBA INSTRUMEN

PENELITIAN

• Tujuan: Untuk menguji kualitas instrumen

secara empirik

•  Artinya suatu instrumen pengumpul data

harus diujicobakan terlebih dahulu sebelum

digunakan sebagai instrumen pengumpul data


dalam penelitian yang sebenarnya.

• Aspek yang diuji: Validitas dan reliabilitas

instrumen

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari

• Tujuan: Untuk menguji kualitas instrumen

secara empirik

•  Artinya suatu instrumen pengumpul data

harus diujicobakan terlebih dahulu sebelum

digunakan sebagai instrumen pengumpul data

dalam penelitian yang sebenarnya.

• Aspek yang diuji: Validitas dan reliabilitas

instrumenJENIS-JENIS INSTRUMEN

PENELITIAN

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju SoendariTES

PRESTASI

POTENSI

WAWANCARA

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari

INSTRUMEN PENELITIAN

NON

TES

OBSERVASI

ANGKET

DOKUMENTASI

INVENTORITes:

Serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain

yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat

yang dimiliki oleh individu atau kelompok

(Webster’s Collegiate dalam Arikunto,1995:29)

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju SoendariPRESTASI

JENIS

BENTUK SOAL
BAKU/TERSTANDAR

BUATAN GURU/PENELITI

ESSEY

(Bebas, terbatas)

OBYEKTIF

•Pilihan Ganda

•Jawaban singkat

•Benar Salah

•Menjodohkan

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari

POTENSI

OBYEKTIF

•Pilihan Ganda

•Jawaban singkat

•Benar Salah

KECERDASAN UMUM •Menjodohkan

(Inteligensi)

KECERDASAN KHUSUS

(Bakat, minat)OBSERVASI

• Mengadakan pengamatan

terhadap suatu obyek, gejala,

peristiwa, atau proses

yang terjadi dalam suatu

situasi baik yang terjadi pada

manusia atau pada

lingkungannya

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju SoendariJENIS

PARTISIPAN/

NONPARTISIAPN

SISTEMATIK/
NONSISTEMATIK

EKSPERIMENTAL

•CHECKLIST

•RATING SCALE

•CATATAN BERKALA

•ANECDOTAL RECORD

•KUANTITAS

•DESKRIPSI

•KLASIFIKASI

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari

OBSERVASI

PANDUAN

•CHECKLIST

•RATING SCALE

•CATATAN BERKALA

•ANECDOTAL RECORD

•KUANTITAS

•DESKRIPSI

•KLASIFIKASIWAWANCARA

Merupakan salah satu teknik

pengumpulan data yang dilakukan

melalui komunikasi verbal dengan

cara mengadakan tanya jawab baik

langsung atau tidak langsung

dengan responden

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari•LANGSUNG

•TAK LANGSUNG

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari

WAWANCARA

•TERSTRUKTUR

•TAK TERSTRUKTURANGKET

• Merupakan perangkat

pernyataan atau pertanyaan


tertulis yang harus dijawab

oleh responden secara

tertulis pula

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari•LANGSUNG

•TAK LANGSUNG

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari

ANGKET

•TERTUTUP

•TERBUKA

•DICHOTOMUS CHOICE

•MULTIPLE CHOICEDOKUMENTASI

• Dokumentasi  dokumen  barangbarang tertulis.

• Setiap bahan tertulis ataupun film yang

sering digunakan untuk keperluan

penelitian (Guba dan Lincoln, 1981 :228)

• Dokumen merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari

• Dokumentasi  dokumen  barangbarang tertulis.

• Setiap bahan tertulis ataupun film yang

sering digunakan untuk keperluan

penelitian (Guba dan Lincoln, 1981 :228)

• Dokumen merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu•PRIMER

•SEKUNDER

•PRIBADI

•RESMI/FORMAL

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari

DOKUMENTASI

•PRIMER

•SEKUNDER

•PRIBADI

•RESMI/FORMALINVENTORI
• Inventori Alat pengumpul data yang sifatnya mengukur

kecenderungan karakteristik perilaku individu.

• Biasanya dimaksudkan untuk mengukur sikap,

kepribadian, minat, motif emosi, dsb yang sifatnya tidak

intelektif

• Inventori ini mempunyai skala interval sehingga bentuk

data yang diperoleh adalah skor.

• Beberapa jenis inventori antara lain: skala tipe Likert,

Thursthon, dan tipe Edward

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari

• Inventori Alat pengumpul data yang sifatnya mengukur

kecenderungan karakteristik perilaku individu.

• Biasanya dimaksudkan untuk mengukur sikap,

kepribadian, minat, motif emosi, dsb yang sifatnya tidak

intelektif

• Inventori ini mempunyai skala interval sehingga bentuk

data yang diperoleh adalah skor.

• Beberapa jenis inventori antara lain: skala tipe Likert,

Thursthon, dan tipe Edward•Skala tipe Likert,

•Tipe Thursthon

•Tipe Edward

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari

INVENTORI• Skala Tipe Likert disusun dalam bentuk

pernyataan deklaratif dan responden diminta

untuk menjawab sesuai dengan tingkat

persetujuannya terhadap pernyataan tsb.

• Misalnya: Sebagai manusia wajarlah apabila

guru makan sambil jalan-jalan

• Apabila: SS = sangat Setuju; S = Setuju; N =

Netral; TS = Tidak Setuju; dan

STS = Sangat Tidak Setuju

• Setiap kategori jawaban itu diberikan skor

tertentu; Jika pernyataan itu positif maka skor:


SS=5;S=4;N=3;TS=2;dan STS=1.

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari

• Skala Tipe Likert disusun dalam bentuk

pernyataan deklaratif dan responden diminta

untuk menjawab sesuai dengan tingkat

persetujuannya terhadap pernyataan tsb.

• Misalnya: Sebagai manusia wajarlah apabila

guru makan sambil jalan-jalan

• Apabila: SS = sangat Setuju; S = Setuju; N =

Netral; TS = Tidak Setuju; dan

STS = Sangat Tidak Setuju

• Setiap kategori jawaban itu diberikan skor

tertentu; Jika pernyataan itu positif maka skor:

SS=5;S=4;N=3;TS=2;dan STS=1.• Sedangkan jika pernyataan itu negatif maka

skornya secara berurutan menjadi: 1,2,3,4,5,

• Sudah barang tentu positif negatifnya suatu

pernyataan dilihat atas dasar konsep atau teori

yang mendasari penyusunan instrumen tsb.

• Bagaimana menentukan skor: 1,2,3,4,5 harus

didasarkan kepada bukti empirik, jadi dianalisis

secara statistik

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari

• Sedangkan jika pernyataan itu negatif maka

skornya secara berurutan menjadi: 1,2,3,4,5,

• Sudah barang tentu positif negatifnya suatu

pernyataan dilihat atas dasar konsep atau teori

yang mendasari penyusunan instrumen tsb.

• Bagaimana menentukan skor: 1,2,3,4,5 harus

didasarkan kepada bukti empirik, jadi dianalisis

secara statistik• Tipe Thursthon Pada dasarnya sama dengan

tipe Likert yaitu dirumuskan dalam bentuk

pernyataan ;

• Hanya dalam tipe Thurstone kemungkinan


jawaban itu ada dua yaitu setuju dan tidak

setuju, dan responden hanya diminta menandai

pernyataan yang disetujui.

• Untuk memilih pernyataan mana yang memadai

dalam tipe Thurstone harus didasarkan pada

bukti empirik.

• Pernyataan yang disusun terlebih dulu

ditimbang oleh sekelompok orang yang

dianggap tepat untuk menilai pernyatan.

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari

• Tipe Thursthon Pada dasarnya sama dengan

tipe Likert yaitu dirumuskan dalam bentuk

pernyataan ;

• Hanya dalam tipe Thurstone kemungkinan

jawaban itu ada dua yaitu setuju dan tidak

setuju, dan responden hanya diminta menandai

pernyataan yang disetujui.

• Untuk memilih pernyataan mana yang memadai

dalam tipe Thurstone harus didasarkan pada

bukti empirik.

• Pernyataan yang disusun terlebih dulu

ditimbang oleh sekelompok orang yang

dianggap tepat untuk menilai pernyatan.• Penimbang ini diminta meletakkan pernyataan

dalam salah satu posisi dari 11 posisi

(A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K) sehingga sebaran

skornya akan berada antara 1-11. Kemudian

dihitung nilai S (Median) dan nilai Q (selisih

Kuartil 3 dan Kuartil 1)

• Pernyataan yang baik ialah yang mempunyai

nilai Q makin kecil akan tetapi harus

menggambarkan urutan nilai S dari mulai yang

paling besar sampai yang paling kecil dalam

perangkat pernyataan skala tsb.


4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari

• Penimbang ini diminta meletakkan pernyataan

dalam salah satu posisi dari 11 posisi

(A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K) sehingga sebaran

skornya akan berada antara 1-11. Kemudian

dihitung nilai S (Median) dan nilai Q (selisih

Kuartil 3 dan Kuartil 1)

• Pernyataan yang baik ialah yang mempunyai

nilai Q makin kecil akan tetapi harus

menggambarkan urutan nilai S dari mulai yang

paling besar sampai yang paling kecil dalam

perangkat pernyataan skala tsb.• Tipe Edward ini disebut paired comparison, yaitu yang

berbentuk pasangan.

• Pernyataannya menggambarkan dua karakteristik.

• Misalnya akan mengungkapkan kecenderungan

kepribadian seseorang atas dasar konstruk bahwa

kepribadian itu terdiri atas empat dimensi, yaitu:

A. sosiabilitasi

B. Stabilitas emosi

C. Inisiatif

D. Tanggung jawab

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari

• Tipe Edward ini disebut paired comparison, yaitu yang

berbentuk pasangan.

• Pernyataannya menggambarkan dua karakteristik.

• Misalnya akan mengungkapkan kecenderungan

kepribadian seseorang atas dasar konstruk bahwa

kepribadian itu terdiri atas empat dimensi, yaitu:

A. sosiabilitasi

B. Stabilitas emosi

C. Inisiatif

D. Tanggung jawabDari keempat dimensi di atas akan diperoleh

pasangan pernyataan sbb:


Dimensi A B C D

A 1.CA 3.AB 5.AC

7.AD

B 2.BA 4.DB 6. BC

8.BD

C 9.CA 11.CB 13.AC

15.CD

D 10.DA 12.DB 14.DC

16.BD

Dengan demikian akan diperoleh pasangan

pernyataan sebanyak (k), dimana k= banyaknya

dimensi

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari

Dari keempat dimensi di atas akan diperoleh

pasangan pernyataan sbb:

Dimensi A B C D

A 1.CA 3.AB 5.AC

7.AD

B 2.BA 4.DB 6. BC

8.BD

C 9.CA 11.CB 13.AC

15.CD

D 10.DA 12.DB 14.DC

16.BD

Dengan demikian akan diperoleh pasangan

pernyataan sebanyak (k), dimana k= banyaknya

dimensi• Misalnya untuk nomor 1 harus merupakan pasangan

pernyataan dimensi C dan A sehingga dapat dibuat

pasangan pernyataan:

• 1. A. Saya senang menciptakan kegiatan sosial yang

melibatkan masyarakat banyak (dimensi C)

B. Saya senang jika ada anggota masyarakat yang

memerlukan perhatian saya (dimensi A)


Dalam hal ini responden diminta untuk memilih satu

pertanyaan dari dua pernyatan yang paling cocok

dengan keadaan dirinya

4/22/2010 Instrumen penlt.Tjutju Soendari

• Misalnya untuk nomor 1 harus merupakan pasangan

pernyataan dimensi C dan A sehingga dapat dibuat

pasangan pernyataan:

• 1. A. Saya senang menciptakan kegiatan sosial yang

melibatkan masyarakat banyak (dimensi C)

B. Saya senang jika ada anggota masyarakat yang

memerlukan perhatian saya (dimensi A)

Dalam hal ini responden dimMy Weblog


Just another WordPress.com weblog

 BERANDA
 ABOUT

Teknik Penulisan Instrumen Pengumpulan Data


30012008
TIPE SKALA PENGUKURAN
Skala Likert

Skala Likert: skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang tenga objek atau fenomena tertentu. Skala Likert memiliki 2 bentuk pernyataan,
yaitu: pernyataan positif dan negatif.

Pernyataan positif diberi skor 5,4,3,2, dan 1; sedangkan bentuk pernyataan negatif diberi skor
1,2,3,4 dan 5. Bentuk jawaban skala Likert terdiri dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju.

 Skala Guttman

       Skala Guttman yaitu skala yang menginginkan jawaban tegas seperti jawaban benar-
salah, ya-tidak, pernah – tidak pernah. Untuk jawaban positif seperti setuju, benar, pernah dan
semacamnya diberi skor 1; sedangkan untuk jawaban negatif seperti tidak setuju, salah, tidak,
tidak pernah, dan semacamnya diberi skor 0.

 Semantik Defferensial
Skala defferensial yaitu skala untuk mengukur sikap dan lainnya, tetapi bentuknya bukan
pilihan ganda atau checklist tetapi tersusun dalam satu garis kontinum. Sebagai contoh skala
semantik defferensial mengukur gaya kepemimpinan seorang pimpinan (pimpinan).

Gaya Kepemimpinan

Demokrasi 7   6   5   4   3   2   1 Otoriter


Bertanggung     jawa 7   6   5   4   3   2   1 Tidak ber-tanggung
b jawab
Memberi 7   6   5   4   3   2   1 Mendomi-nasi
Kepercayaan
Menghargai bawahan 7   6   5   4   3   2   1 Tidak
menghargai        bawahan
Keputusan     diambil 7   6   5   4   3   2   1 Keputusan
bersama diambil sendiri

 Rating Scale

Dalam rating skale data kuantitatif ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam skala rating scale,
responsden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif, tetapi menjawab salah satu jawaban
kuantitatif yang disediakan.

No. Item Pernyataan Interval Jawaban

1. Keputusan diambil bersama 5   4   3    2    1

 Skala Thurstone

       Skala Thurstone merupakan skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk
skala interval. Setiap skor memiliki kunci skor dan jika diurut kunci skor menghasilkan nilai
yang berjarak sama.

Contoh skala model Thurstone:

Skala   1    2    3    4    5     6    7    8    9   10    11

Skala  11    10    9    8    7    6    5    4    3    2     1

 METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

No. Jenis Metode Jenis Instrumen


1. Angket a.    Angket (Questionare)

b.     Daftar Cocok(Checklist)
c.     Skala (Scala). 

2. Wawancara a.       Pedoman wawancara(interview


guide)

b.        Daftar cocok(checklist)

3. Pengamatan a.    Lembar pengamatan


(obsevation)
b.     Panduan Pengamatan

c.     Panduan Observasi

d.     Daftar Cocok

4. Dokumentasi a.    Daftar Cocok

b.     Tabel

WAWANCARA

 Contoh Terbuka:

 1.  Bagaimana pendapat anda tentang kepemimpinan manajer di organisasi


anda ini ? …………………
 2. Apakah saudara seorang dosen yang aktif menulis buku?

   Jika ya, sudah berapa buku yang pernah anda tulis: …………buku

 Contoh tertutup:

 1. Bagaimana kepemimpinan manajer di tempat anda ?

a.      Sangat baik

b.     Baik

c.     Cukup Baik

d.     Kirang Baik

e.      Tidak Baik

 2.     Apakah anda seorang dosen yang aktif menulis

a.      Ya

b.     Tidak
Jika Ya sudah berapa buku yang saudara tulis dan terbitkan

a.      2 – 5 buku

b.     6 – 10 buku

c.     11 – 15 buku

d.     16 – 20 buku

CHEKLLIST

 
NO
Pernyataan Alternastif Jawaban

4 3 2 1

S CS KS BS

1. Pedoman pembuatan struktur baru       


organisasi telah disosialisasikan

2. Kementerian BUMN telah       


memfungsikan struktur baru untuk
memacu kreativitas organisasi

 Keterangan:

4 = siap (S)

3 = Cukup Siap (CS)

2 = Kurang Siap (KC)

1 = Belum Siap (BS)

 
WAWANCARA

 Wawancara: Proses pengumpulan data yang langsung memperoleh informasi


langsung dari sumbernya.
 a.      Wawanacara terpimpin

Pertanyaan diajukan menurut daftar pertanyaan yang telah disusun

 b.     Wawancara Bebas

Pada wawancara ini terjadi tanya jawab antara opewawancara dengan


responden, tetapi pewawancara menggunakan tujuan penelitian sebagai
pedoman. Kebaikannya adalah responden tidak menyadari bahwa ia sedang
diwawancarai

c.     Wawancara Bebas Terpimpin

Wawancara perpaduan wawancara bebas dan terpimpin. Dalam


pelaksanaannya, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan
garis besar tentang hal-hal yang ditanyakan

TES (TEST)

Tes merupakan serangkaian pertanyaan atau latihan untuk mengukur


pengetahuan, inteligensia, kemampuan, bakat yang dimiliki individu.
 Contoh: Tes Kepribadian, Tes Bakat, Tes Prestasi, Tes Inteligensi, Tes Sikap

Pengembangan Instrumen
Pengertian Instrumen
Instrumen merupakan alat yang digunakan sebagai
pengumpul data dalam suatu penelitian. Dalam suatu
penelitian, kita dapat menggunakan instrumen yang
sudah tersedia dan dapat pula menggunakan instrumen
yang dibuat sendiri.

 Langkah-Langkah
 1.   Merumuskan konstruk dari variabel tersebut.

2.   Mengembangkan dimensi dan indikator.


3.   Membuat kisi-kisi instrumen yang memuat dimensi, indikator, nomor butir.

4.   Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum.

5.   Menulis butir-butir instrumen.

6.   Proses validasi melalui pemeriksaan pakar.

7.   Revisi berdasarkan saran pakar.

8.   Ujicoba Instrumen

9.   Pengujian validitas

10.   Butir-butir yang tidak valid dikeluarkan atau diperbaiki untuk diujicoba ulang.

11.        Menghitung reliabilitas

(bersambung) 

Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif


Instrumen penilaian afektif meliputi lembar pengamatan sikap, minat, konsep diri, nilai, dan
moral. Ada 11 (sebelas) langkah dalam mengembangkan instrumen penilaian afektif, yaitu:

1. menentukan spesifikasi instrumen


2. menulis instrumen
3. menentukan skala instrumen
4. menentukan pedoman penskoran
5. menelaah instrumen
6. merakit instrumen
7. melakukan ujicoba
8. menganalisis hasil ujicoba
9. memperbaiki instrumen
10. melaksanakan pengukuran
11. menafsirkan hasil pengukuran 

1. Spesifikasi instrumen 

Ditinjau dari tujuannya ada lima macam instrumen pengukuran ranah afektif, yaitu instrumen
(1) sikap, (2) minat, (3) konsep diri, (4) nilai, dan (5) moral.

a. Instrumen sikap
Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap suatu objek,
misalnya terhadap kegiatan sekolah, mata pelajaran, pendidik, dan sebagainya. Sikap terhadap
mata pelajaran bisa positif bisa negatif. Hasil pengukuran sikap berguna untuk menentukan
strategi pembelajaran yang tepat. 

b. Instrumen minat
Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta didik terhadap
mata pelajaran, yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap
mata pelajaran. 

c. Instrumen konsep diri


Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri.
Peserta didik melakukan evaluasi secara objektif terhadap potensi yang ada dalam dirinya.
Karakteristik potensi peserta didik sangat penting untuk menentukan jenjang karirnya.
Informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik digunakan untuk menentukan program yang
sebaiknya ditempuh. 

d. Instrumen nilai 
Instrumen nilai bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan peserta didik. Informasi yang
diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan yang negatif. Hal-hal yang bersifat
positif diperkuat sedangkan yang bersifat negatif dikurangi dan akhirnya dihilangkan. 

e. Instrumen moral
Instrumen moral bertujuan untuk mengungkap moral. Informasi moral seseorang diperoleh
melalui pengamatan terhadap perbuatan yang ditampilkan dan laporan diri melalui pengisian
kuesioner. Hasil pengamatan dan hasil kuesioner menjadi informasi tentang moral seseorang.

Dalam menyusun spesifikasi instrumen perlu memperhatikan empat hal yaitu 


(1) tujuan pengukuran, (2) kisi-kisi instrumen, (3) bentuk dan format instrumen, dan (4)
panjang instrumen.

Setelah menetapkan tujuan pengukuran afektif, kegiatan berikutnya adalah menyusun kisi-kisi
instrumen. Kisi-kisi (blue-print), merupakan matrik yang berisi spesifikasi instrumen yang akan
ditulis. Langkah pertama dalam menentukan kisi-kisi adalah menentukan definisi konseptual
yang berasal dari teori-teori yang diambil dari buku teks. Selanjutnya mengembangkan definisi
operasional berdasarkan kompetensi dasar, yaitu kompetensi yang dapat diukur. Definisi
operasional ini kemudian dijabarkan menjadi sejumlah indikator. Indikator merupakan
pedoman dalam menulis instrumen. Tiap indikator bisa dikembangkan dua atau lebih
instrumen. 

2. Penulisan instrumen

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Afektif


Penilaian ranah afektif peserta didik dilakukan dengan menggunakan instrumen penilaian
afektif sebagai berikut. 

a. Instrumen sikap
Definisi konseptual: Sikap merupakan kecenderungan merespon secara konsisten baik menyukai
atau tidak menyukai suatu objek. Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta
didik terhadap suatu objek, misalnya kegiatan sekolah. Sikap bisa positif bisa negatif. Definisi
operasional: sikap adalah perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek. Objek bisa
berupa kegiatan atau mata pelajaran. Cara yang mudah untuk mengetahui sikap peserta didik
adalah melalui kuesioner. 

Pertanyaan tentang sikap meminta responden menunjukkan perasaan yang positif atau negatif
terhadap suatu objek, atau suatu kebijakan. Kata-kata yang sering digunakan pada pertanyaan
sikap menyatakan arah perasaan seseorang; menerima-menolak, menyenangi-tidak
menyenangi, baik-buruk, diingini-tidak diingini. 

Contoh indikator sikap terhadap mata pelajaran matematika misalnya.


1. Membaca buku matematika
2. Mempelajari matematika
3. Melakukan interaksi dengan guru matematika
4. Mengerjakan tugas matematika
5. Melakukan diskusi tentang matematika
6. Memiliki buku matematika

Contoh pernyataan untuk kuesioner:


1. Saya senang membaca buku matematika
2. Tidak semua orang harus belajar matematika
3. Saya jarang bertanya pada guru tentang pelajaran matematika
4. Saya tidak senang pada tugas pelajaran matematika
5. Saya berusaha mengerjakan soal-soal matematika sebaik-baiknya
6. Memiliki buku matematika penting untuk semua peserta didik
b. Instrumen minat 

Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta didik terhadap
suatu mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat peserta didik
terhadap mata pelajaran tersebut. Definisi konseptual: Minat adalah keinginan yang tersusun
melalui pengalaman yang mendorong individu mencari objek, aktivitas, konsep, dan
keterampilan untuk tujuan mendapatkan perhatian atau penguasaan. Definisi operasional:
Minat adalah keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu objek. 

Contoh indikator minat terhadap pelajaran matematika:


1. Memiliki catatan pelajaran matematika.
2. Berusaha memahami matematika 
3. Memiliki buku matematika
4. Mengikuti pelajaran matematika

Contoh pernyataan untuk kuesioner:


a. Catatan pelajaran matematika saya lengkap
b. Catatan pelajaran matematika saya terdapat coretan-coretan tentang hal-hal yang penting
a. Saya selalu menyiapkan pertanyaan sebelum mengikuti pelajaran matematika
b. Saya berusaha memahami mata pelajaran matematika
c. Saya senang mengerjakan soal matematika. 
d. Saya berusaha selalu hadir pada pelajaran matematika

c. Instrumen konsep diri

Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri.
Informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik digunakan untuk menentukan program yang
sebaiknya ditempuh oleh peserta didik. 

Definisi konsep: konsep diri merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri yang
menyangkut keunggulan dan kelemahannya. Definisi operasional konsep diri adalah pernyataan
tentang kemampuan diri sendiri yang menyangkut mata pelajaran. 

Contoh indikator konsep diri:


a. Memilih mata pelajaran yang mudah dipahami
b. Memiliki kecepatan memahami mata pelajaran
c. Menunjukkan mata pelajaran yang dirasa sulit
d. Mengukur kekuatan dan kelemahan fisik

Contoh pernyataan untuk instrumen:


a. Saya sulit mengikuti pelajaran matematika
b. Saya mudah memahami bahasa Inggris 
c. Saya mudah menghapal suatu konsep.
d. Saya mampu membuat karangan yang baik
e. Saya merasa sulit mengikuti pelajaran fisika 
f. Saya bisa bermain sepak bola dengan baik
g. Saya mampu membuat karya seni yang baik
h. Saya perlu waktu yang lama untuk memahami pelajaran fisika.
d. Instrumen nilai 

Nilai merupakan konsep penting dalam pembentukan kompetensi peserta didik. Kegiatan yang
disenangi peserta didik di sekolah dipengaruhi oleh nilai (value) peserta didik terhadap
kegiatan tersebut. Misalnya, ada peserta didik yang menyukai pelajaran keterampilan dan ada
yang tidak, ada yang menyukai pelajaran seni tari dan ada yang tidak. Semua ini dipengaruhi
oleh nilai peserta didik, yaitu yang berkaitan dengan penilaian baik dan buruk.

Nilai seseorang pada dasarnya terungkap melalui bagaimana ia berbuat atau keinginan
berbuat. Nilai berkaitan dengan keyakinan, sikap dan aktivitas atau tindakan seseorang.
Tindakan seseorang terhadap sesuatu merupakan refleksi dari nilai yang dianutnya. 

Definisi konseptual: Nilai adalah keyakinan terhadap suatu pendapat, kegiatan, atau objek.
Definisi operasional nilai adalah keyakinan seseorang tentang keadaan suatu objek atau
kegiatan. Misalnya keyakinan akan kemampuan peserta didik dan kinerja guru. Kemungkinan
ada yang berkeyakinan bahwa prestasi peserta didik sulit ditingkatkan atau ada yang
berkeyakinan bahwa guru sulit melakukan perubahan.

Instrumen nilai bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan individu. Informasi yang
diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan yang negatif. Hal-hal yang positif
ditingkatkan sedang yang negatif dikurangi dan akhirnya dihilangkan. 

Contoh indikator nilai adalah: 


a. Memiliki keyakinan akan peran sekolah
b. Menyakini keberhasilan peserta didik
c. Menunjukkan keyakinan atas kemampuan guru.
d. Mempertahankan keyakinan akan harapan masyarakat

Contoh pernyataan untuk kuesioner tentang nilai peserta didik:


• Saya berkeyakinan bahwa prestasi belajar peserta didik sulit untuk ditingkatkan.
• Saya berkeyakinan bahwa kinerja pendidik sudah maksimal.
• Saya berkeyakinan bahwa peserta didik yang ikut bimbingan tes cenderung akan diterima di
perguruan tinggi. 
• Saya berkeyakinan sekolah tidak akan mampu mengubah tingkat kesejahteraan masyarakat.
• Saya berkeyakinan bahwa perubahan selalu membawa masalah.
• Saya berkeyakinan bahwa hasil yang dicapai peserta didik adalah atas usahanya.

Selain melalui kuesioner ranah afektif peserta didik, sikap, minat, konsep diri, dan nilai dapat
digali melalui pengamatan. Pengamatan karakteristik afektif peserta didik dilakukan di tempat
dilaksanakannya kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui keadaan ranah afektif peserta
didik, perlu ditentukan dulu indikator substansi yang akan diukur, dan pendidik harus mencatat
setiap perilaku yang muncul dari peserta didik yang berkaitan dengan indikator tersebut. 

e. Instrumen Moral

Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui moral peserta didik. Contoh indikator moral sesuai
dengan definisi tersebut adalah:
a. Memegang janji
b. Memiliki kepedulian terhadap orang lain
c. Menunjukkan komitmen terhadap tugas-tugas
d. Memiliki Kejujuran

Contoh pernyataan untuk instrumen moral


• Bila saya berjanji pada teman, tidak harus menepati.
• Bila berjanji kepada orang yang lebih tua, saya berusaha menepatinya.
• Bila berjanji pada anak kecil, saya tidak harus menepatinya.
• Bila menghadapi kesulitan, saya selalu meminta bantuan orang lain.
• Bila ada orang lain yang menghadapi kesulitan, saya berusaha membantu.
• Kesulitan orang lain merupakan tanggung jawabnya sendiri.
• Bila bertemu teman, saya selalu menyapanya walau ia tidak melihat saya.
• Bila bertemu guru, saya selalu memberikan salam, walau ia tidak melihat saya.
• Saya selalu bercerita hal yang menyenangkan teman, walau tidak seluruhnya benar.
• Bila ada orang yang bercerita, saya tidak selalu mempercayainya. 

3.Skala Instrumen Penilaian Afektif

Skala yang sering digunakan dalam instrumen penelilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala
Likert, dan Skala Beda Semantik. 

Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran sejarah

Contoh skala Likert: Sikap terhadap pelajaran matematika


Keterangan:
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju

Contoh skala beda Semantik:

Pelajaran ekonomi

4. Sistem penskoran

Sistem penskoran yang digunakan tergantung pada skala pengukuran. Apabila digunakan skala
Thurstone, maka skor tertinggi untuk tiap butir 7 dan skor terendah 1. Demikian pula untuk
instrumen dengan skala beda semantik, tertinggi 7 terendah 1. Untuk skala Likert, pada
awalnya skor tertinggi tiap butir 5 dan terendah 1. Dalam pengukuran sering terjadi
kecenderungan responden memilih jawaban pada katergori tiga 3 (tiga) untuk skala Likert.
Untuk menghindari hal tersebut skala Likert dimodifikasi dengan hanya menggunakan 4
(empat) pilihan, agar jelas sikap atau minat responden. 

Skor perolehan perlu dianalisis untuk tingkat peserta didik dan tingkat kelas, yaitu dengan
mencari rerata (mean) dan simpangan baku skor. Selanjutnya ditafsirkan hasilnya untuk
mengetahui minat masing-masing peserta didik dan minat kelas terhadap suatu mata
pelajaran.

5. Telaah instrumen

Kegiatan pada telaah instrumen adalah menelaah apakah: a) butir pertanyaan/ pernyataan
sesuai dengan indikator, b) bahasa yang digunakan komunikatif dan menggunakan tata bahasa
yang benar, c) butir peranyaaan/pernyataan tidak bias, d) format instrumen menarik untuk
dibaca, e) pedoman menjawab atau mengisi instrumen jelas, dan f) jumlah butir dan/atau
panjang kalimat pertanyaan/pernyataan sudah tepat sehingga tidak menjemukan untuk
dibaca/dijawab.

Telaah dilakukan oleh pakar dalam bidang yang diukur dan akan lebih baik bila ada pakar
penilaian. Telaah bisa juga dilakukan oleh teman sejawat bila yang diinginkan adalah masukan
tentang bahasa dan format instrumen. Bahasa yang digunakan adalah yang sesuai dengan
tingkat pendidikan responden. Hasil telaah selanjutnya digunakan untuk memperbaiki
instrumen. 

Panjang instrumen berhubungan dengan masalah kebosanan, yaitu tingkat kejemuan dalam
mengisi instrumen. Lama pengisian instrumen sebaiknya tidak lebih dari 30 menit. Langkah
pertama dalam menulis suatu pertanyaan/ pernyataan adalah informasi apa yang ingin
diperoleh, struktur pertanyaan, dan pemilihan kata-kata. Pertanyaan yang diajukan jangan
sampai bias, yaitu mengarahkan jawaban responden pada arah tertentu, positif atau negatif.

Contoh pertanyaan yang bias:


Sebagian besar pendidik setuju semua peserta didik yang menempuh ujian akhir lulus. Apakah
saudara setuju bila semua peserta didik yang mengikuti ujian lulus semua?

Contoh pertanyaan yang tidak bias:


Sebagian pendidik setuju bahwa tidak semua peserta didik harus lulus, namun sebagian lain
tidak setuju. Apakah saudara setuju bila semua peserta didik yang menempuh ujian akhir lulus
semua?

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan kata-kata untuk suatu kuesioner,
yaitu:
a. Gunakan kata-kata yang sederhana sesuai dengan tingkat pendidikan responden
b. Pertanyaannya jangan samar-samar 
c. Hindari pertanyaan yang bias.
d. Hindari pertanyaan hipotetikal atau pengandaian.

Hasil telaah instrumen digunakan untuk memperbaiki instrumen. Perbaikan dilakukan terhadap
konstruksi instrumen, yaitu kalimat yang digunakan, waktu yang diperlukan untuk mengisi
instrumen, cara pengisian atau cara menjawab instrumen, dan pengetikan.
6. Merakit instrumen

Setelah instrumen diperbaiki selanjutnya instrumen dirakit, yaitu menentukan format tata
letak instrumen dan urutan pertanyaan/ pernyataan. Format instrumen harus dibuat menarik
dan tidak terlalu panjang, sehingga responden tertarik untuk membaca dan mengisinya. Setiap
sepuluh pertanyaan sebaiknya dipisahkan dengan cara memberi spasi yang lebih, atau diberi
batasan garis empat persegi panjang. Urutkan pertanyaan/pernyataan sesuai dengan tingkat
kemudahan dalam menjawab atau mengisinya.

7. Ujicoba instrumen

Setelah dirakit instrumen diujicobakan kepada responden, sesuai dengan tujuan penilaian
apakah kepada peserta didik, kepada guru atau orang tua peserta didik. Untuk itu dipilih
sampel yang karakteristiknya mewakili populasi yang ingin dinilai. Bila yang ingin dinilai adalah
peserta didik SMA, maka sampelnya juga peserta didik SMA. Sampel yang diperlukan minimal
30 peserta didik, bisa berasal dari satu sekolah atau lebih.

Pada saat ujicoba yang perlu dicatat adalah saran-saran dari responden atas kejelasan
pedoman pengisian instrumen, kejelasan kalimat yang digunakan, dan waktu yang diperlukan
untuk mengisi instrumen. Waktu yang digunakan disarankan bukan waktu saat responden sudah
lelah. Selain itu sebaiknya responden juga diberi minuman agar tidak lelah. Perlu diingat
bahwa pengisian instrumen penilaian afektif bukan merupakan tes, sehingga walau ada batasan
waktu namun tidak terlalu ketat. 

Agar responden mengisi instrumen dengan akurat sesuai harapan, maka sebaiknya instrumen
dirancang sedemikian rupa sehingga waktu yang diperlukan mengisi instrumen tidak terlalu
lama. Berdasarkan pengalaman, waktu yang diperlukan agar tidak jenuh adalah 30 menit atau
kurang. 

8. Analisis hasil ujicoba

Analisis hasil ujicoba meliputi variasi jawaban tiap butir pertanyaan/ pernyataan. Jika
menggunakan skala instrumen 1 sampai 7, dan jawaban responden bervariasi dari 1 sampai 7,
maka butir pertanyaan/pernyataan pada instrumen ini dapat dikatakan baik. Namun apabila
jawabannya hanya pada satu pilihan jawaban saja, misalnya pada pilihan nomor 3, maka butir
instrumen ini tergolong tidak baik. Indikator yang digunakan adalah besarnya daya beda. Bila
daya beda butir instrumen lebih dari 0,30, butir instrumen tergolong baik.

Indikator lain yang diperhatikan adalah indeks keandalan yang dikenal dengan indeks
reliabilitas. Batas indeks reliabilitas minimal 0,70. Bila indeks ini lebih kecil dari 0,70,
kesalahan pengukuran akan melebihi batas. Oleh karena itu diusahakan agar indeks keandalan
instrumen minimal 0,70. 

9. Perbaikan instrumen

Perbaikan dilakukan terhadap butir-butir pertanyaan/pernyataan yang tidak baik, berdasarkan


analisis hasil ujicoba. Bisa saja hasil telaah instrumen baik, namun hasil ujicoba empirik tidak
baik. Untuk itu butir pertanyaan/pernyataan instrumen harus diperbaiki. Perbaikan termasuk
mengakomodasi saran-saran dari responden ujicoba. Instrumen sebaiknya dilengkapi dengan
pertanyaan terbuka.

10. Pelaksanaan pengukuran

Pelaksanaan pengukuran perlu memperhatikan waktu dan ruangan yang digunakan. Waktu
pelaksanaan bukan pada waktu responden sudah lelah. Ruang untuk mengisi instrumen harus
memiliki cahaya (penerangan) yang cukup dan sirkulasi udara yang baik. Tempat duduk juga
diatur agar responden tidak terganggu satu sama lain. Diusahakan agar responden tidak saling
bertanya pada responden yang lain agar jawaban kuesioner tidak sama atau homogen.
Pengisian instrumen dimulai dengan penjelasan tentang tujuan pengisian, manfaat bagi
responden, dan pedoman pengisian instrumen.

11. Penafsiran hasil pengukuran

Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Untuk menafsirkan hasil pengukuran diperlukan
suatu kriteria. Kriteria yang digunakan tergantung pada skala dan jumlah butir
pertanyaan/pernyataan yang digunakan. Misalkan digunakan skala Likert yang berisi 10 butir
pertanyaan/ pernyataan dengan 4 (empat) pilihan untuk mengukur sikap peserta didik. Skor
untuk butir pertanyaan/pernyataan yang sifatnya positif:

Sangat setuju - Setuju - Tidak setuju - Sangat tidak setuju. 


(4) (3) (2) (1) 

Sebaliknya untuk pertanyaan/pernyataan yang bersifat negatif 

Sangat setuju - Setuju - Tidak setuju - Sangat tidak setuju. 


(1) (2) (3) (4) 

Skor tertinggi untuk instrumen tersebut adalah 10 butir x 4 = 40, dan skor terendah 10 butir x 1
= 10. Skor ini dikualifikasikan misalnya menjadi empat kategori sikap atau minat, yaitu sangat
tinggi (sangat baik), tinggi (baik), rendah (kurang), dan sangat rendah (sangat kurang).
Berdasarkan kategori ini dapat ditentukan minat atau sikap peserta didik. Selanjutnya dapat
dicari sikap dan minat kelas terhadap mata pelajaran tertentu. 

Penentuan kategori hasil pengukuran sikap atau minat dapat dilihat pada tabel berikut. 

Tabel 2. Kategorisasi sikap atau minat peserta didik untuk 10 butir pernyataan, dengan rentang
skor 10 – 40.
Keterangan Tabel 2:
1. Skor batas bawah kategori sangat tinggi atau sangat baik adalah: 0,80 x 40 = 36, dan batas
atasnya 40.
2. Skor batas bawah pada kategori tinggi atau baik adalah: 0,70 x 40 = 28, dan skor batas
atasnya adalah 35.
3. Skor batas bawah pada kategori rendah atau kurang adalah: 0,50 x 40 = 20, dan skor batas
atasnya adalah 27.
4. Skor yang tergolong pada kategori sangat rendah atau sangat kurang adalah kurang dari 20.

Tabel 3 Kategorisasi sikap atau minat kelas

Keterangan:
1. Rata-rata skor kelas: jumlah skor semua peserta didik dibagi jumlah peserta didik di kelas
ybs. 
2. Skor batas bawah kategori sangat tinggi atau sangat baik adalah: 0,80 x 40 = 36, dan batas
atasnya 40.
3. Skor batas bawah pada kategori tinggi atau baik adalah: 0,70 x 40 = 28, dan skor batas
atasnya adalah 35.
4. Skor batas bawah pada kategori rendah atau kurang adalah: 0,50 x 40 = 20, dan skor batas
atasnya adalah 27.
5. Skor yang tergolong pada kategori sangat rendah atau sangat kurang adalah kurang dari 20.

Pada Tabel 2 dapat diketahui minat atau sikap tiap peserta didik terhadap tiap mata
pelajaran. Bila sikap peserta didik tergolong rendah, maka peserta didik harus berusaha
meningkatkan sikap dan minatnya dengan bimbingan pendidik. Sedang bila sikap atau minat
peserta didik tergolong tinggi, peserta didik harus berusaha mempertahankannya. 

Tabel 3 menujukkan minat atau sikap kelas terhadap suatu mata pelajaran. Dalam pengukuran
sikap atau minat kelas diperlukan informasi tentang minat atau sikap setiap peserta didik
terhadap suatu objek, seperti mata pelajaran. Hasil pengukuran minat kelas untuk semua mata
pelajaran berguna untuk membuat profil minat kelas. Jadi satuan pendidikan akan memiliki
peta minat kelas dan selanjutnya dikaitkan dengan profil prestasi belajar. Umumnya peserta
didik yang berminat pada mata pelajaran tertentu prestasi belajarnya untuk mata pelajaran
tersebut baik.

C. Observasi

Penilaian ranah afektif peserta didik selain menggunakan kuesioner juga bisa dilakukan melalui
observasi atau pengamatan. Prosedurnya sama, yaitu dimulai dengan penentuan definisi
konseptual dan definisi operasional. Definisi konseptual kemudian diturunkan menjadi
sejumlah indikator. Indikator ini menjadi isi pedoman observasi. Misalnya indikator peserta
didik berminat pada mata pelajaran matematika adalah kehadiran di kelas, kerajinan dalam
mengerjakan tugas-tugas, banyaknya bertanya, kerapihan dan kelengkapan catatan. Hasil
observasi akan melengkapi informasi dari hasil kuesioner. Dengan demikian informasi yang
diperoleh akan lebih akurat, sehingga kebijakan yang ditempuh akan lebih tepat.

Penutup
Cukup banyak ranah afektif yang penting untuk dinilai. Namun yang perlu diperhatikan adalah
kemampuan pendidik untuk melakukan penilaian. Untuk itu pada tahap awal dicari komponen
afektif yang bisa dinilai oleh pendidik dan pada tahun berikutnya bisa ditambah ranah afektif
lain untuk dinilai.

Ranah afektif yang penting dikembangkan adalah sikap dan minat peserta didik. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pengembangan instrumen afektif sebagai berikut.
1. Menentukan definisi konseptual atau konstruk yang akan diukur.
2. Menentukan definisi operasional 
3. Menentukan indikator 
4. Menulis instrumen.

Instrumen yang dibuat harus ditelaah oleh teman sejawat untuk mengetahui keterbacaan,
substansi yang ditanyakan, dan bahasa yang digunakan. Hasil telaah digunakan untuk
memperbaiki instrumen. Selanjutnya instrumen tersebut di ujicoba di lapangan. Hasil ujicoba
akan menghasilkan informasi yang berupa variasi jawaban, indeks beda, dan indeks keandalan
instrumen. Hasil ujicoba digunakan untuk memperbaiki instrumen. Hal yang penting pada
instrumen afektif adalah besarnya indeks keandalan instrumen yang dikatakan baik adalah
minimal 0,70.
Penafsiran hasil pengukuran menggunakan dua kategori yaitu positif atau negatif. Positif
berarti minat peserta didik tinggi atau sikap peserta didik terhadap suatu objek baik, sedang
negatif berarti minat peserta didik rendah atau sikap peserta didik terhadap objek kurang.
Demikian juga untuk instrumen yang direncanakan untuk mengukur ranah afektif yang lain.

Diposkan oleh Edison Blog di 15:23 

Label: Penilaian

0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langgan: Poskan Komentar (Atom)

Contoh Operasional Variabel

Operasinalisasi dalam variabel, indikator dan item yaitu sebagai berikut.

1)      Faktor Internal (X)

Faktor Internal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian pada diri konsumen yang
mencakup motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian, dan sikap terhadap keputusan pembelian.

Variabelnya:

a)      Motivasi (X1)

Adalah suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh
kepuasan.

Indikator   :   kebutuhan merawat rambut, kebutuhan memiliki rambut bersih, kebutuhan memiliki rambut
bebas ketombe.

Item-itemnya adalah:

(1)   Dorongan kebutuhan akan perawatan rambut (X 1.1)


(2)   Dorongan kebutuhan akan memiliki rambut bersih X 1.2)

(3)   Dorongan kebutuhan memiliki rambut bebas ketombe (X 1.3)

b)      Persepsi (X2)

Adalah proses bagaimana seorang individu memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan masukan-
masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti.

Indikator   :   manfaat shampo, keamanan bahan pembuat shampo, variasi kemasan, dan popularitas merek
shampo.

Item-itemnya adalah:

(1)   Pemahaman terhadap manfaat shampo (X2.1)

(2)   Pemahaman terhadap keamanan bahan pembuat shampo (X 2.2)

(3)   Pemahaman terhadap variasi kemasan (X 2.3)

(4)   Pemahaman terhadap popularitas merek shampo (X 2.4)

 
c)      Pembelajaran (X3)

Adalah proses perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil akibat adanya pengalaman dan informasi.

Indikator   :   informasi dari media iklan, pengalaman diri sendiri, informasi dari keluarga, informasi dari teman,
dan informasi dari penjual.

Item-itemnya adalah:

(1)   Informasi yang diperoleh dari media iklan (X 3.1)

(2)   Pengalaman diri sendiri (X3.2)

(3)   Informasi yang diperoleh dari keluarga (X 3.3)

(4)   Informasi yang diperoleh dari teman (X3.4)

(5)   Informasi yang diperoleh dari penjual (X3.5)

 
d)      Kepribadian (X4)

Adalah pola sifat individu yang dapat menentukan tanggapan untuk bertingkat laku.

Indikator   :   keyakinan terhadap manfaat shampo, kepentingan terhadap shampo.


Item-itemnya adalah:

(1)   Keyakinan terhadap manfaat shampo (X4.1)

(2)   Kepentingan terhadap shampo (X4.2)

 
e)      Sikap (X5)

Adalah suatu penilaian suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu obyek.

Indikator   :   kepuasan pemakaian, kesesuaian harga, kemudahan mendapatkan shampo.

Item-itemnya adalah:

(1)   Penilaian kepuasan dalam pemakaian (X5.1)

(2)   Penilaian terhadap kesesuaian harga (X 5.2)

(3)   Penilaian terhadap kemudahan mendapatkan shampo. (X 5.3)

2)      Keputusan Pembelian (Y)

Keputusan Pembelian yaitu suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan
kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan.

Variabelnya adalah pembelian shampo Sunsilk (Y 1)

Indikator   :   pembelian berdasarkan coba-coba, pembelian berdasarkan merk, pembelian ulang shampo Sunsilk

Item-itemnya adalah:

(1)   Pembelian shampo Sunsilk berdasarkan coba-coba (Y 1.1)

s(2)   Pembelian shampo Sunsilk berdasarkan merk (Y 1.2)

(3)   Pembelian shampo Sunsilk ulang shampo Sunsilk (Y 1.3)

Berdasarkan tabel penjelasan di atas lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1 di halaman berikutnya.

Tabel

Konsep, Variabel, Indikator dan Item

Konsep Variabel Indikator Item

Faktor Internal (X) Motivasi (X1) Kebutuhan (1)   Dorongan


Konsep Variabel Indikator Item

merawat rambut, kebutuhan akan


kebutuhan memiliki perawatan
rambut bersih, rambut (X1.1)
kebutuhan memiliki
(2)   Dorongan
rambut bebas
ketombe. kebutuhan akan
memiliki
rambut bersih
X1.2)

(3)   Dorongan
kebutuhan
memiliki
rambut bebas
ketombe (X1.3)

Persepsi (X2) Manfaat shampo, (1)   Pemahaman


keamanan bahan terhadap
pembuat shampo, manfaat
variasi kemasan, shampo (X2.1)
dan popularitas
(2)   Pemahaman
merek shampo.
terhadap
keamanan
bahan pembuat
shampo (X2.2)

(3)   Pemahaman
terhadap variasi
kemasan (X2.3)

(4)   Pemahaman
terhadap
popularitas
merek shampo
(X2.4)

Pembelajaran (X3) Nformasi dari media (1)   Informasi yang


iklan, pengalaman diperoleh dari
diri sendiri, media iklan
informasi dari (X3.1)
keluarga, informasi
dari teman, dan (2)   Pengalaman diri
sendiri (X3.2)
informasi dari
penjual. (3)   Informasi yang
Konsep Variabel Indikator Item

diperoleh dari
keluarga (X3.3)

(4)   Informasi yang
diperoleh dari
teman (X3.4)

(5)   Informasi yang
diperoleh dari
penjual (X3.5)

Kepribadian (X4) Keyakinan terhadap (1)   Keyakinan


manfaat shampo, terhadap
kepentingan manfaat
terhadap shampo shampo (X4.1)

(2)   Kepentingan
terhadap
shampo (X4.2)

Sikap (X5) Kepuasan (1)   Penilaian


pemakaian, kepuasan dalam
kesesuaian harga, pemakaian (X5.1)
kemudahan
mendapatkan (2)   Penilaian
terhadap
shampo
kesesuaian
harga (X5.2)

(3)   Penilaian
terhadap
kemudahan
mendapatkan
shampo. (X5.3)

Keputusan Pembelian shampo Pembelian (1)   Pembelian


pembelian (Y) Sunsilk (Y1) berdasarkan coba- shampo Sunsilk
coba, pembelian berdasarkan
berdasarkan merk, coba-coba (Y1.1)
pembelian ulang
(2)   Pembelian
shampo Sunsilk
shampo Sunsilk
berdasarkan
merk (Y1.2)

(3)   Pembelian
shampo Sunsilk
Konsep Variabel Indikator Item

ulang shampo
Sunsilk (Y1.3)

 
Selanjutnya adalah contoh penggunaan kuesioner .

Contoh Kuesioner
 
 
Sesudah mengetahui contoh operasi variabel, selanjutnya adalah membuat angket/kuesioner untuk masing-
masing variabel tersebut.
Berikut adalah model kuesioner dari contoh operasi variabel sebelumnya. 
 

Bagian I

Pernyataan pada bagian I merupakan pernyataan yang berhubungan dengan identitas responden. Berilah tanda
cekpada kotak yang sesuai dengan pilihan Anda.

Nama   : ................................................................. (boleh tidak diisi)

Alamat : ................................................................. (boleh tidak diisi)

Usia saat ini : ...... tahun

Jenis kelamin

a.       Laki-laki                            

b.      Perempuan                        

Status tingkat pendidikan

a.       SD                                     

b.      SMP                                

c.       SMU                                  
d.      Sarjana                               

e.       Lainnya (................................)

Pekerjaan Anda saat ini

a.       Pelajar/mahasiswa 

b.      Pegawai Swasta                

c.       Pegawai Negeri                 

d.      Wiraswasta                       

e.       Lainnya (................................)

Pendapatan/uang saku Anda per bulan

a.       < Rp. 150.000

b.      Rp. 150.000 – Rp. 500.000

c.       Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000

d.      Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000

e.       > Rp. 2.000.000

Bagian II

Pernyataan pada poin II (pernyataan yang berkaitan dengan faktor internal merupakan tolok ukur pengaruh variabel
faktor internal terhadap keputusan pembelian shampo Sunsilk. Oleh karena itu Saudara/Saudari dimohon untuk
memberikan tanda cek () pada salah satu kolom jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda).

Contoh:

Sangat
Sangat Tidak
Pernyataan Setuju Netral tidak
setuju setuju
setuju

Saya membeli shampo Sunsilk karena adanya        


dorongan kebutuhan untuk merawat rambut

Pernyataan Untuk Variabel Motivasi (X1)

Sangat
Sangat Tidak
Pernyataan Setuju Netral tidak
setuju setuju
setuju

Saya membeli shampo Sunsilk karena adanya          


dorongan kebutuhan untuk merawat rambut

Saya membeli shampo Sunsilk karena adanya        


 
dorongan kebutuhan memiliki rambut hitam

Saya membeli shampo Sunsilk karena adanya        


dorongan kebutuhan memiliki rambut bebas  
ketombe

Pernyataan Untuk Variabel Persepsi (X2)

Sangat
Sangat Tidak
Pernyataan Setuju Netral tidak
setuju setuju
setuju

Saya membeli shampo Sunsilk karena manfaat        


 
shampo sesuai kebutuhan

Saya membeli shampo Sunsilk karena        


 
keamanan bahan pembuat shampo

Saya membeli shampo Sunsilk karena variasi        


 
kemasan shampo (bahan pilihan kemasan)

Saya membeli shampo Sunsilk karena merek        


 
shampo terkenal

Pernyataan Untuk Variabel Pembelajaran (X3)

Sangat
Sangat Tidak
Pernyataan Setuju Netral tidak
setuju setuju
setuju

Saya membeli shampo Sunsilk karena informasi        


 
dari media iklan

Saya membeli shampo Sunsilk karena        


pengalaman dari diri sendiri (pernah memakai  
shampo Sunsilk)

Saya membeli shampo Sunsilk karena informasi        


 
dari keluarga

Saya membeli shampo Sunsilk karena informasi        


 
dari teman

Saya membeli shampo Sunsilk karena informasi        


 
dari penjual toko

 
Pernyataan Untuk Variabel Kepribadian (X4)

Sangat
Sangat Tidak
Pernyataan Setuju Netral tidak
setuju setuju
setuju

Saya membeli shampo Sunsilk karena yakin        


 
terhadap manfaat shampo Sunsilk

Saya membeli shampo Sunsilk karena merasa        


 
pentingnya shampo Sunsilk untuk pergaulan

Pernyataan Untuk Variabel Sikap (X5)

Sangat
Sangat Tidak
Pernyataan Setuju Netral tidak
setuju setuju
setuju

Saya membeli shampo Sunsilk karena kepuasan        


 
dalam pemakaian

Saya membeli shampo Sunsilk karena        


 
sesuainya harga shampo Sunsilk

Saya membeli shampo Sunsilk karena        


mudahnya mendapatkan shampo di toko  
manapun

Pernyataan Untuk Variabel Keputusan Pembelian (Y)

Sangat
Sangat Tidak
Pernyataan Setuju Netral tidak
setuju setuju
setuju

Saya membeli shampo Sunsilk karena ingin        


 
mencoba

Saya membeli shampo Sunsilk karena        


 
popularitas merek shampo

Saya akan mengulangi membeli shampo        


 
Sunsilk

 
 

1.  Variabel Independen dan Dependen


A. Kualitas pelayan Petugas kesehatan dan Kepuasan Masyarakat
Kualitas Pelayanan = variabel independent (VI)
Kepuasan Masyarakat = variabel dependen (VD)
B. Kenaikan harga BBM dan daya beli masyarakat : kenaikan harga BBM adalah variabel
independen (VI) dan daya beli adalah variabel dependen (VD);
C. Kemampuan kerja dan produltivitas
Kemampuan kerja = VI
Produktivitas = VD
D. Intensif dan motivasi :
Intensif = VD
Motivasi kerja = VD
Atau bisa sebaliknya, karena kedua variabel bisa berbentuk hubungan reciprocal / saling
mempengaruhi/timbal balik. Untuk dapat menentukan yang mana variabel independen, dan dependen
atau variabel yang lain, harus dilihat konteksnya dengan dilandasi konsep teoritis maupun hasil dari
pengamatan yang empiris. Untuk itu sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu
melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada obyek yang akan diteliti. Jangan sampai terjadi
membuat rancangan penelitian dilakukan dibelakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih dahulu
permasalahan yang ada di obyek studi pendahuluan.
Sering terjadi, rumusan masalah penelitian, sehingga setelah dirumuskan ternyata masalah itu tidak
menjadi pada obyek penelitian. Setelah masalah dapat dipahami dengan jelas maka peneliti dapat
menentukan variabel-varibel penelitiannya.
2. Variabel Moderator
Secara teoritis kalau harga murah, maka akan banyak pembelinya tetapi sering terjadi penjualan dengan
harga murah, tetapi tidak banyak pembelinya. Hal ini tentu ada variabel moderator yang mempengaruhi.
Untuk hal ini variabel moderatornya yang dijual tidak berkualitas atau modelnya sudah usang.
Contoh lainnya adalah hubungan suami-istri akan menjadi semakin akrab bila mempunyai anak, dan akan
semakin renggang bila ada pihak ke tiga. Anak adalah variabel moderator yang memperkuat hubungan, dan
pihak ke tiga adalah yang memperlemah hubungan.
3. Variabel Intervening
Seperti telah dikemukakan bahwa variabel Intervening adalah variabel yang memperlemah dan memperkut
hubungan antara variabel independen dan dependen, tetapi bersifat toeritis, sehingga tidak teramati dan
tidak dapat diukur (kalau variabel moderatornya dapat diukur).
Sebagai contoh misalnya, ada dua pelaku bisnis dalam bidang yang sama, modalnya sama, tempat
usahanya sama. Pelaku bisnis yang satu lebih sukses karena ia sering dating ke tempat-tempat keramat,
misalnya ke Gunung Kawi. Datang ke Gunung Kawi ini adalah sebagai variabel intervening, karena
aktivitasnya tidak dapat dijelaskan secara rasional dan tidak terukur.Contoh lain misalnya, gaji pegawai
tinggi, pemimpin berperilaku baik, tetapi prestasi kerjanya rendah. Setelah diteliti ternyata pegawai tersebut
sedang frustasi. Jadi, frustasi adalah sebagai Variable Intervening. Secara teoritis frustasi akan
mempengaruhi prestasi pegawai, tetapi frustasi ini tidak dapat diukur.
4. Variabel Control
Variabel ini ditetapkan oleh peneliti, jika peneliti ingin mengontrol supaya variabel diluar yang diteliti tidak
mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan dependen, atau ingin melakukan penelitian yang
bersifat membandingkan.
Misalnya akan membandingkan penampilan kerja petugas pemasaran antara lulusan Sekolah Menengah
Umum (SMU) dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Untuk bisa membandingkan penampilan kerja
kedua lulusan sekolah itu maka peneliti harus menetapkan variabel controlnya. Dalam hal ini variabel
controlnya adalah: Pekerjaan yang dikerjakan, alat untuk mengerjakan, pengalaman kerja, iklim kerja
organisasi dimana pegawai tersebut harus sama. Tanpa ada varabel controlnya akan sulit ditemukan
apakah perbedaan penampilan karyawan tersebut karena factor pendidikan (SMU-SMK) atau bukan. Pada
kenyataannya, gejala-gejala sosial itu meliputi berbagai macam variabel saaing terkait secara simultan baik
variabel independent, dependen, moderator dan intervening, sehingga peneliti yang baik akan mengamati
semua variabel tersebut. Tetapi karena adanya keterbatasan dalam berbagai hal, maka peneliti sering
hanya memfokuskan pada variabel penelitian saja, yaitu variabel independen dan dependen. Dalam
penelitian kualitatif hubungan antara semua variabel tersebut akan diamati karena penelitian kualitatif
berasumsi tidak dapat diklasifikasikan tetapi merupakan satu kesatuan (holistic).
 Tweet This Post
Tags: variabel penelitian

You might also like