You are on page 1of 8

Praktikum

Respirasi Serangga

I. Tujuan
 Membuktikan bahwa pernapasan pada seranga membutuhkan oksigen
dan menghasilkan karbondioksida.
 Melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pernapasan
serangga.
II. Dasar Teori
Pernapasan pada Insecta
Insecta (serangga) bernapas dengan menggunakan tabung udara yang
disebut trakea. Udara keluar masuk ke pembuluh trakea melalui lubang-
lubang kecil pada eksokeleton yang disebut stigma atau spirakel. Stigma yang
dilengkapi dengan bulu-bulu untuk menyaring debu. Stigma dapat terbuka
dan tertutup katena adanya katup-katup yang diatur oleh otot. Tabung trakea
bercabang-cabang ke seluruh tubuh. Cabang terkecil berujung buntu dan
berukuran 0,1 nanometer. Cabang ini disebut trakelous; berisi udara dan

cairan. Oksigen larut dalam cairan ini kemudian berdifusi ke dalam sel-sel di
dekatnya. Ekspirasi dari hewan insecta berupa Karbondioksida seperti halnya
manusia.
III. Alat dan Bahan
1. Tabung respirometer sederhana
2. Timbangan
3. Pipet atau siring
4. Metilen Blue
5. Kapas
6. Vaselin
7. Kristal NaOH
8. Jangkrik
IV. Cara Kerja
1. Siapkan kelengkapan percoban.
Variabel tetap : Jenis hewan percobaan (jangkrik)
Variabel bebas : Massa jangkrik
Variabel terikat : kecepatan pernapasan
2. Bungkus Kristal NaOH dengan kapas, kemudian masukkan ke dalam tabung
respitometer sederhana.
3. Timbang jangkring yang akan diamati, masukkan ke dalam plastik ringan
dengan massa plastik dianggap nol.
4. Masukkan jangkrik ke dalam respirometer sederhana.
5. Tutup tabung respiromoter sederhana dengan pipa berskala.
6. Oleskan vaselin pada celah penutup tabung respirometer sederhana.
7. Tutup ujung pipas berskala dengan jari selama 1 menit, kemudian lepaskan
dan masukkan satu tetes metilen blue dengan menggunakan pipet.

8. Amati dan catat perubahan kedudukan metilen blue pada pipa berskala
setiap 3 menit selama 9 menit.
V. Hasil Pengamatan
No Serangga Massa tubuh Skala perubahan kedudukan metilen
(gram) blue
3 menit ke- 3 menit ke- 3 menit ke-
1 2 3
1 Jangkrik I 0,4 7,2 cm 18 cm 25,2cm
2 Jangkrik II 1,14 3 cm 3 cm 3 cm
3 Jangkrik III 0,4 1 cm 1 cm 1 cm
4 Jangkrik IV 1,7 - - -

VI. Pembahasan
Pergerakan Metilen Blue dan fungsi NaOH
Pergerakan Metilen Blue ke arah tabung spesimen (ke dalam) karena
adanya penyusutan volume udara dalam tabung tertutup tersebut. Oksigen
dihirup oleh jangkrik , kemudian karbon dioksida dikeluarkan namun diserap oleh
NaOH. Begitu terus menerus sehingga udara dalam tabung berkurang dan eosin
bergerak ke dalam.
Hubungan Massa Tubuh dan Kecepatan Pernapasan Pada Jangkrik (Serangga)

30 Jangkrik I
Jangkrik II
20 Jangkrik IV Jangkrik III
Jangkrik III
10 Jangkrik IV
Jangkrik II
Jangkrik I
0
Menit 3 Menit 6 Menit 9

Dari grafik di atas, terlihat bahwa massa tubuh jangkrik berpengaruh pada
kecepatan pernapasan. Makhluk hidup yang lebih berat kecepatan metilen blue-
nya rendah, artinya pernapasannya lambat. Begitupun sebaliknya, makhluk
hidup yang ringan kecepatan metilen blue-nya tinggi dan hal ini menandakan
bahwa pernapasannya cepat.

Kesenggangan kecepetan pernapasan yang terlihat dalam grafik, besar


kemungkinan juga karena kesalahan tekhnis percobaan ini, karena tidak imbang
perbedaan massa tubuh Jangkrik I, Jangkrik II, dan Jangkrik III dengan perbedaan
kecepatan pernapasan pada data. Kesalahan Tekhnis yang terjadi karena
pengolesan vaselin yang kurang rapih dan merata menyebabkan adanya
kemungkinan oksigen masuk dari luar.
VII. Kesimpulan
Pernapasan pada serangga (jangkrik) membutuhkan O 2 dan menghasilkan
CO2. Massa tubuh jangkrik berpengaruh pada kecepatan pernapasannya, semakin
ringan massa tubuhnya semakin cepat pernapasannya. Telah terjadi kesalahan
tekhnis yang menjadikan data kurang valid.
VIII. Daftar Pustaka
http://prestasiherfen.blogspot.com/2011/02/lks-pernapasan-pada-
serangga.html

http://www.scribd.com/doc/22254139/Lap-Praktek-Bio-Jangkrik
Praktikum
Respirasi Manusia
I. Tujuan
 Mengetahui jumlah volume ekspirasi paru – paru manusia
II. Dasar teori
1. Kapasitas Volume Paru-Paru

Volume paru terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:

 Volume Tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi


pada setiap kali pernapasan normal. Besarnya ± 500 ml pada rata-rata
orang dewasa.
 Volume Cadangan Inspirasi adalah volume udara ekstra yang
diinspirasi setelah volume tidal, dan biasanya mencapai ± 3000 ml.
 Volume Cadangan Eskpirasi adalah jumlah udara yang masih dapat
dikeluarkan dengan ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi normal, pada
keadaan normal besarnya ± 1100ml.
 Volume Residu, yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam
paru-paru setelah ekspirasi kuat. Besarnya ± 1200 ml.

2. Faktor yang mempengaruhi kapasitas paru-paru

Keturunan/genetik
Dari penelitian diketahui bahwa 93,4% VO2 max ditentukan oleh faktor
genetik. Hal ini dapat dirubah dengan melakukan latihan yang optimal.
Usia
Daya tahan kardiorespirasi meningkat dari masa anak- anak dan
mencapai puncaknya pada usia 20 – 30 tahun dan mencapai puncaknya pada
usia 19 – 21 tahun. Sesudah usia ini daya tahan kardiorespirasi akan
menurun. Penurunan ini terjadi karena paru, jantung dan pembuluh darah
mulai menurun fungsinya. Kecuraman penurunan dapat dikurangi dengan
melakukan olahraga aerobik secara teratur.
Jenis kelamin
Sampai usia pubertas, daya tahan kardiorespirasi antara anak
perempuan dan laki-laki tidak berbeda, tetapi setelah usia tersebut nilai pada
wanita lebih rendah 15 – 25% dari pria. Perbedaan ini antara lain disebabkan
oleh perbedaan kekuatan otot maksimal, luas permukaan tubuh, komposisi
tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin dan kapasitas paru.

Aktivitas fisik
Daya tahan kardiorespirasi ana menurun 17 – 27% bila seseorang
beristirahat di tempat tidur selama 3 minggu. Jenis latihan juga
mempengaruhi. Orang yang melakukan olahraga lari jarak jauh, daya tahan
kardorespirasinya meningkat lebih tinggi dibandingkan orang yang
berolahraga senam atau anggar.
Latihan fisik akan menyebabkan otot menjadi kuat. Perbaikan fungsi
otot, terutama otot pernapasan menyebabkan pernapasan lebih efisien pada
saat istirahat. Ventilasi paru pada orang yang terlatih dan tidak terlatih
relative sama besar, tetapi orang yang berlatih bernapas lebih lambat dan
lebih dalam. Hal ini menyebabkan oksigen yang diperlukan untuk kerja otot
pada proses ventilasi berkurang, sehingga dengan jumlah oksigen sama, otot
yang terlatih akan lebih efektif kerjanya.

III. Alat dan Bahan


 Botol dengan volume ± 1,5 liter sebanyak 2 buah
 Selang dengan panjang ± 66 cm dan diameter ≥ 0,8 cm
 Balon (3-5 buah)
 Power glue/paraffin/plastisin/Vaseline
 Spidol/millimeter blok
IV. Cara Kerja
1. Siapkan perlengkapan praktikum.
Variabel tetap : Manusia
Variabel bebas : aktifitas, usia, dan massa tubuh
Variabel terikat : Kapasitas Ekspirasi
2. Botol diberi label A dan B. Kedua botol ini dilubangi bagian atasnya untuk dipasang
selang plastik. Untuk botol A, tutupnya dibuka sedangkan botol B tutupnya tidak
dibuka. Untuk mencegah kebocoran, setelah dipasang dengan selang plastik, lubang
diberi power glue/ paraffin/ plastisin/ Vaseline.
3. Botol A diisi air setinggi lubang keluarnya selang plastic, sedangkan botol B diberi
skla dalam cm setinggi botol. (skala dapat menggunakan spidol atau dengan
menempelkan millimeter blok)
4. A
m
b
i
l
a
h

s
e
baimana bernapas biasa dan hembuskan sekuat-kuatnya dalam sekali tiupan
(volume ekspirasi) ke dalam balon
5. Amati perpindahan air botol A ke botol B, dan ukur ketinggiam air pada botol B
6. Volume udara dapat dihitung dengan menggunakan rumus volume dari tabung/
botol:
V= ×h

Dimana:
V : volume pernapasan (cm3)
: 22/7

r : jari-jari tabung (cm)


h : tinggi air (cm)
7. Lakukanlah oleh semua anggota kelompok.
V. Hasil pengamatan

No Nama Usia Massa tubuh Sebelum beraktifitas Setelah beraktifitas


(thn) (kg)
Tinggi air Vol. Udara Tinggi air Vol. Udara
(cm) (cm3) (cm) (cm3)

1 Siti H. Ismailiani 16 45 21 808,5 22,5 866,25

2 Nur R. AzZahra 16 51 11 423,5 13,5 519,75

3 Rezky K. Fathiyah 15 53 21,5 827,5 20,5 789,25

VI. Pembahasan
Grafik Volume Udara Suplementer

1000

800
Nur Raisiyah
600
Siti H.
400
Rezky
200

0
Sebelum Sesudah
Olahraga Olahraga

Secara umum, seseorang dengan massa tubuh yang lebih besar mempunyai
kapasitas paru-paru yang lebih sedikit. Tapi, jika kita melihat grafik di atas, Nur Raisiyah
(51kg) memiliki kapasitas Suplementer yang lebih sedikit dari Rezky Kahayani (53kg). Hal
ini menunjukkan adanya faktor lain yang mempengaruhi kapasitas paru-paru seseorang.
Salah satunya adalah perbedaan aktivitas. Rezky memiliki jadwal aktivitas rutin yang
lebih padat dibanding Nur Raisiyah, yang berarti terbiasa mengeluarkan energi lebih.
Adapun Siti Hajar Ismailiani (45kg) memiliki kapasitas paru-paru yang paling
besar karena ia memiliki massa tubuh yang paling kecil. Setelah beraktivitas (olahraga),
kapasitas paru-paru Siti Hajar dan Nur Raisiyah meningkat, hal ini disebabkan otot
pernapasanya telah terlatih dengan kebiasaanya berolahraga. Sedangkan Rezky
menurun, karena ia terbiasa dengan aktivitas rutin yang tidak berat.
Dari data hasil percobaan di atas, faktor perbedaan usia terlihat kurang
berpengaruh pada kapasitas paru-paru eksperimen. Hal ini disebabkan perbedaan usia
yang tidak begitu jauh dan aktivitas rutin (sekolah) yang relatif sama.
Dengan melihat semua faktor yang mempengaruhi kapasitas paru-paru
eksperimen, diperoleh rata-rata volume udara sebelum beraktifitas 686,5833, dan
volume udara setelah beraktivitas 725,0833.
VII. Kesimpulan
Udara respirasi pada manusia berbeda-beda dipengaruhi oleh umur, kegiatan,
dan massa tubuh. Kapsitas paru-paru yang kita amati sebelum beraktifitas berkisar
antara 423,5-827,75, dan yang setelah beraktifitas berkisar antara 519,75-866,25. Secara
umum, dapat disimpulkan kapasitas suplementer paru-paru menigkat setelah seseorang
beraktivitas.
VIII. Daftar pustaka
http://prestasiherfen.blogspot.com/2011/02/lks-pernapasan-pada-serangga.html
http://www.scribd.com/doc/47667555/SISTEM-RESPIRASI

http://www.scribd.com/doc/27970036/Kapasitas-Paru-Paru-Sebelum-dan-Sesudah-
Berolahraga

You might also like